Share

Bab 4 Herkules

Author: Sarjana
Melihat Ardika yang percaya diri, Luna pun merasa ragu. Setelah memikirkan kondisi keluarganya sekarang, dia pun menggertakkan gigi, lalu berdiri dan berkata, "Kakek, aku akan pergi menagih utang."

"Kamu! Kamu sudah gila, ya? Kalau sampai wajahmu rusak karena dipukul Kak Herkules, Tuan Muda Tony pasti akan meninggalkanmu."

Desi langsung panik.

Semua orang terkejut, bahkan Tuan Besar Basagita juga tidak menyangka Luna akan menyetujuinya.

Wisnu dan yang lain hanya mendengkus dingin.

Wisnu tiba-tiba mengeluarkan sepuluh ribu dari sakunya, lalu dilemparkan ke kaki Luna sambil berkata, "Melihat keberanianmu itu, aku kasih sepuluh ribu untuk naik transportasi umum."

Wulan juga menyilangkan tangannya di dada, lalu mengangkat alisnya sambil berkata, "Kamu sendiri yang mau pergi, ya? Kalau dihajar sampai lumpuh, jangan bilang Keluarga Basagita yang memaksamu."

Ardika melirik beberapa orang itu dengan tatapan dingin. Dia tidak ingin memedulikan orang-orang tidak penting ini.

Ardika langsung berdiri, kemudian menarik Luna dan berjalan keluar dari vila.

Pada saat ini, Desi dan suaminya benar-benar panik. Desi berkata, "Sekarang, kita hanya bisa meminta bantuan Tuan Muda Tony, dia selalu menyukai Luna ...."

...

Kawasan penjualan mobil.

Sambil membawa dua kantong buah yang baru dibeli, Luna terus mengingatkan Ardika, "Nanti, kamu jangan banyak bicara, jangan sampai Kak Herkules marah, mengerti?"

Setelah mendengarnya, Ardika pun mengangguk. Luna pun merasa lebih tenang.

Ketika mereka ingin mengetuk pintu ruangan kantor Herkules, dari belakang terdengar suara klakson yang keras.

Mereka melihat sebuah mobil Porsche merah muda berhenti di samping. Ketika kaca mobil diturunkan, wajah Wulan yang kejam itu pun terlihat.

"Oi, kalian ternyata berani datang menagih utang, ya? Aku kira kalian hanya membual."

"Wulan, kenapa kamu datang?" tanya Luna dengan kesal sambil mengernyit.

"Tentu saja datang beli mobil. Memangnya aku sama seperti kalian yang bodoh ini, datang menagih utang dan dihajar?"

Wulan yang memakai kacamata hitam berkata dengan nada sombong, "Setelah kalian pergi, kakek langsung membagikan bonus kepada semua orang. Keluarga kami mendapatkan 4 miliar tahun ini. Dengan uang itu, aku tentu saja harus membeli mobil mewah sebagai hadiah ulang tahun. Nggak seperti kamu, setiap ulang tahun bahkan nggak sanggup makan enak."

Setelah mendengarnya, Luna sedikit gemetar. Dia juga mengepalkan tangannya.

Ardika pun tersenyum sinis dan berkata, "Wulan, 4 miliar saja, apa yang perlu dibanggakan? Grup Angkasa Sura paling benci orang sepertimu yang berlagak sombong karena sedikit uang. Kamu nggak perlu memikirkan masalah investasi lagi."

"Kamu!"

Wulan yang kesal pun mendengkus dingin, lalu berkata, "Dasar idiot! Sekarang kamu jadi jago omong, semoga nanti kamu tetap berani ketika sedang menagih utang."

Selesai bicara, Wulan yang kesal pun turun dari mobil, lalu masuk ke dalam ruangan.

Luna dan Ardika juga ikut masuk.

Begitu masuk, mereka melihat ruangan yang luas. Di dalamnya, seorang pria berkalung emas sedang menggendong seorang sales cantik sambil meraba tubuhnya. Bekas luka di wajah pria itu terlihat menakutkan.

Melihat ada yang masuk, Herkules langsung berkata dengan wajah masam, "Sialan dari mana ini? Cepat keluar! Jangan ganggu kesenanganku."

Setiap orang memiliki reputasi sendiri.

Ucapan Herkules membuat Wulan berkeringat dingin, dia pun berkata dengan gagap, "Kak ... Kak Hercules, saya Wulan. Tuan Muda David merekomendasikan saya untuk datang beli mobil."

Setelah mendengarnya, Herkules pun mengangkat alisnya dan tersenyum. Dia lalu berkata, "Ternyata Nona Wulan, silakan duduk."

Sebelumnya, David memang sempat meneleponnya. Keluarga Buana merupakan keluarga kelas atas, jadi Herkules juga harus menghormati ucapannya.

Herkules akan melayani langsung setiap pembeli mobil mewah, itu juga merupakan salah satu cara dia berteman dengan para keluarga kaya.

"Siapa dua orang itu?" tanya Herkules yang bingung ketika menyadari dua orang di depan pintu.

Melihat perubahan sikap Herkules yang drastis, Wulan merasa senang. Seolah-olah ingin mencari pujian, Wulan pun berkata, "Kak Herkules, Anda masih ingat utang Keluarga Basagita, 'kan? Dua orang pecundang itu datang untuk menagih utang."

"Tapi, Anda tenang saja. Hal ini nggak ada hubungannya dengan saya, saya hanya datang untuk membeli mobil."

"Ternyata begitu."

Setelah mendengarnya, Herkules pun mengangguk. Sambil bersandar ke belakang, Herkules menatap Luna dan Ardika dengan matanya yang menyeramkan itu. Dia lalu berkata, "Ternyata ada orang yang berani menagih utang di kompleks penjualan mobil ini, sepertinya sudah bosan hidup."

Merasakan sapuan dingin dari tatapan Herkules, Luna tanpa sadar mundur ke belakang. Dia lalu berkata, "Kak Herkules, Anda adalah orang yang pengertian, kami benar-benar membutuhkan uang sekarang ...."

"Kalau nggak, kami nggak bisa hidup lagi."

"Huh! Terus apa hubungannya denganku?"

Setelah mendengkus dingin, Herkules pun berkata dengan sinis, "Di kompleks penjualan mobil ini, siapa pun yang datang, kalau aku nggak mau bayar, memangnya kamu bisa apa?"

Luna tersenyum getir, tatapannya dipenuhi oleh kekecewaan.

Saat ini, Ardika pun berkata dengan suara yang dalam, "Sejak kapan seorang Herkules berkuasa di kompleks penjualan mobil ini?"

Nama lengkap pria itu adalah Herkules Dienga. Dia sempat terkejut setelah mendengar ucapan Ardika.

Sambil mendengkus dingin, dia pun berkata dengan kesal, "Nak, kamu tahu apa yang kamu katakan?"

Wulan juga segera memarahi Ardika, "Dasar idiot! Kompleks penjualan mobil ini tentu saja dikuasai oleh Herkules! Cepat berlutut dan minta maaf kepada Kak Herkules."

Wajah Luna sudah pucat. Dia menarik lengan baju Ardika dengan panik dan menyuruhnya untuk diam.

Lalu, Ardika malah tidak takut dan melanjutkan, "Memangnya aku salah? Kompleks penjualan mobil ini adalah bisnis milik John Dienga, 'kan? Kamu hanyalah seekor anjing penjaga."

Dalam perjalanan kemari, informasi tentang Herkules sudah dikirim ke ponselnya Ardika. Herkules hanyalah anak buah John, John sendiri pernah menjadi prajurit di bawah Draco.

Setelah mendengarnya, urat nadi di kening Herkules tampak menonjol, tapi dia tetap berusaha menahan amarah di hatinya. Herkules lalu mengernyit sambil bertanya, "Kamu kenal dengan Tuan John?"

"Nggak kenal," jawab Ardika dengan nada datar. John masih tidak pantas berkenalan dengan Ardika.

"Nggak kenal?" Ekspresi kejam terbesit di wajah Herkules, dia pun berteriak, "Nak, kamu mempermainkanku, ya?"

Pada saat ini, Wulan mengingatkan dengan niat jahat, "Kak Herkules, mana mungkin dia kenal dengan Tuan John. Namanya Ardika Mahasura, dia hanyalah seorang menantu pecundang di Keluarga Basagita."

Menantu pecundang?

Herkules tertegun sejenak sambil membelalakkan kedua matanya.

Detik selanjutnya, Herkules yang seolah-olah menerima penghinaan besar langsung marah.

Suara bunyi tulang pun terdengar ketika Herkules mengepalkan tangannya. Dia menatap Ardika dengan tatapan yang menyeramkan.

"Bagus! Bagus! Bagus!"

Sambil menggertakkan gigi, Herkules berkata, "Sudah lama tidak ada berani mempermainkanku!"

Melihat Herkules marah, Wulan diam-diam menutup mulut sambil tersenyum. Dia berpikir dalam hati, 'Dasar idiot! Mati saja kamu!'

"Kak Herkules, Kak Herkules, sabar dulu ...."

Luna yang panik juga tidak berdaya, dia pun mencoba membujuk, "Ardika hanya salah omong, tolong jangan masukkan ke dalam hati ...."

Sayangnya, Herkules tidak mau mendengarnya. Setelah dia melambaikan tangannya, belasan preman segera masuk ke dalam ruangan.

Satu per satu tampak besar dengan ekspresi garang.

Luna yang ketakutan hampir tidak bisa berdiri, untung saja Ardika berhasil memapahnya.

"Herkules, kamu sudah membuat istriku takut."

Aura membunuh muncul di antara alis Ardika.

Lalu, Herkules sama sekali tidak menyadarinya. Dia masih berkata dengan kesal, "Memangnya kenapa kalau ketakutan? Berani mempermainkan diriku, hari ini kalian jangan harap bisa pergi dari sini."

Herkules menatap Ardika dengan ekspresi garang, belasan preman juga sedang menunggu perintah dari Herkules.

Pada saat ini, ponsel Herkules tiba-tiba berdering.

Setelah melihatnya, ekspresi Herkules langsung berubah. Dia segera berjalan menjauh, lalu mengangkat teleponnya seperti seekor anjing yang penurut.

"Tuan John, kenapa Anda menelepon saya?"

"Apakah ada sepasang pria dan wanita yang datang menagih utang kepadamu? Salah satunya bernama Ardika?"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Afong New
cerita yang menindas keluarga sendiri bagaikan perbudakan,,,,,,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 5 Ketakutan

    Bernama Ardika?Sambil melirik Ardika, Herkules menjawab dengan bingung, "Ada seseorang yang bernama Ardika Mahasura, saya sedang bersiap untuk menghajarnya."Dari ujung telepon tiba-tiba terdengar suara keras.Herkules buru-buru bertanya, "Tuan John, Anda kenapa?"Detik selanjutnya, teriakan penuh amarah memasuki telinga Herkules."Kenapa denganku? Bajingan kamu! Kamu ingin aku mati, ya?""Aku kasih tahu! Kamu harus menuruti semua permintaannya, kamu harus melayaninya seperti seorang bos, mengerti?"Herkules tertegun. Selama bertahun-tahun, dia tidak pernah melihat John kehilangan kontrol diri seperti sekarang.Herkules lalu bertanya, "Tuan John, sepertinya Anda salah. Dia hanyalah seorang menantu pecundang dari Keluarga Basagita.""Herkules, kamu ingin mati, ya? Di matanya, kamu dan aku hanyalah rumput liar yang tak berguna. Dia bisa membunuh kita dengan mudah.""Tuan John ... ini ...."Setelah mendengarnya, Herkules mulai berkeringat dingin."Aku ingatkan terakhir kali, dia adalah s

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 6 Restoran Gatotkaca

    "Ck." Saking marahnya, Tina pun tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, aku ingin melihatnya. Nggak perlu yang terlalu jauh, apakah kamu tahu hari ini Tuan Muda Tony mengajak mereka makan di mana?""Lantai tiga Restoran Gatotkaca! Tempat yang selamanya nggak mungkin dimasuki oleh pecundang sepertimu."Ketika mendengarnya, kedua mata Desi tampak berbinar. Dia lalu berkata, "Lantai tiga Restoran Gatotkaca? Tempat itu hanya bisa dipesan oleh anggota emas."Di Kota Banyuli, Restoran Gatotkaca termasuk restoran kelas atas. Orang yang menghabiskan puluhan miliar baru bisa mendapatkan kartu anggota emas. Di Keluarga Basagita, hanya Tuan Besar Basagita seorang yang memiliki kartu anggota emas.Adapun lantai tiga ke atas, biaya yang perlu dihabiskan oleh anggota bahkan lebih mengejutkan.Tina menoleh ke arah Ardika, lalu tersenyum sambil berkata, "Ardika, itulah perbedaan antara kamu dan Tuan Muda Tony. Aku nggak tahu kenapa kamu masih percaya diri untuk berada di sisi Luna.""Tina, nggak usah pe

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 7 Ingin Bertemu Orang Penting

    "Bukankah bosnya Kak Herkules itu Tuan John?"Tina tidak bisa menahan tawanya, lalu berkata, "Ardika, apakah kamu tahu siapa Tuan John? Dia adalah orang penting yang sangat berkuasa. Seorang bos preman yang bahkan harus dihormati oleh Ayahku. Beraninya kamu bilang Tuan John datang meminta maaf? Kamu ingin mati, ya?""Tina, kalau kamu nggak percaya, kamu boleh ikut ke atas," jawab Ardika dengan santai. Namun, Tina malah memelototinya.Setelah sadar kembali dari keterkejutan, Tony pun berkata sambil tersenyum, "Aku rasa dia melihat mobil Tuan John di depan pintu, jadi sengaja berkata seperti itu. Untung saja nggak ada orang luar di sini. Kalau sampai Tuan John mendengar ucapannya, kita semua akan mati."Semua orang langsung terkejut."Aku benar-benar nggak tahan lagi!" bentak Desi dengan kesal sambil menepuk meja. "Tiap hari hanya bisa bersikap bodoh seperti itu, memalukan saja! Cepat pergi, kalau nggak, aku akan menghajarmu.""Ardika, kamu pergi dulu .... Aku akan pulang setelah makan."

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 8 Memukul Tuan Muda Axel

    Tina tampak berseri-seri, dia juga ingin melihat orang penting tersebut."Luna, ayo kita tunggu di depan pintu lift," ajak Tina sambil menarik baju Luna."Nggak usah, aku akan pulang bersama Ardika ...."Setelah minum satu gelas anggur, wajah Luna yang sedikit mabuk tampak kemerahan.Tina pun menasihatinya dengan kesal, "Aduh, kenapa kamu terus memikirkan Ardika si idiot itu? Kali ini adalah kesempatan yang sangat langka. Kalau kita bisa meninggalkan kesan baik untuk orang penting itu, utang keluarga kalian nggak perlu dikhawatirkan lagi, 'kan?""Hmm ... baiklah."Tak lama kemudian, Axel mengangkat panggilan telepon.Semua orang langsung menahan napas.Apakah orang penting tersebut akan turun?Setelah beberapa saat, Axel pun meletakkan ponselnya dengan ekspresi tak berdaya. Dia lalu berkata, "Ayahku baru saja meneleponku, dia bilang perjamuannya sudah selesai dan orang penting tersebut sudah pergi lebih awal.""Aduh, kita kurang beruntung, nggak bisa bertemu orang penting itu ...."Sem

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 9 Keluarga Basagita yang Tidak Tahu Malu

    Tina juga mendengkus dingin.Tony yang menyipitkan matanya tiba-tiba mengangguk, lalu berkata dengan nada bercanda, "Ardika, boleh juga. Kamu yang rayakan saja, biar aku bisa melihatnya."Tony malas berdebat dengan seorang pecundang.Lagi pula dengan keuangannya, selama Tony mau, dia bisa membuat Luna hidup mewah setiap hari.Kali ini, dia akan membiarkan Ardika mengacaukannya.Tanpa kekurangan yang ditunjukkan oleh si pecundang, kehebatan Tony tentu saja tidak terlihat, 'kan?Desi langsung mengabaikan Ardika, dia lalu bertanya, "Tony, apakah kamu bisa mengundang Kak Herkules ke pesta ulang tahun Luna? Kami harus berterima kasih kepadanya karena sudah membayar utang."Senyuman di wajah Tony langsung menghilang.Hari ini, dia sempat menelepon Herkules. Setelah memarahinya, Herkules langsung menutup telepon dengan kesal. Siapa sangka ternyata Herkules malah membayar utangnya, hal itu sudah cukup mengejutkan Tony.Mengundang Herkules ke ulang tahun Luna?Tony tidak percaya dia punya kehor

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 10 Hadiah Ulang Tahun

    Apa?Utangnya sudah dibayar?Mana mungkin? Bukankah Herkules sudah marah?Wulan dan yang lainnya langsung bengong, bahkan Tuan Besar Basagita juga tertegun. Dia menggaruk telinga sambil bertanya, "Kalian ... kalian benar-benar berhasil mendapatkan uangnya?"Sambil mengangguk, Luna segera memberikan buktinya dengan hormat."Kakek, ini ceknya, Kakek lihat dulu."Setelah melihatnya beberapa kali, Tuan Besar Basagita pun menghela napas lega. Dia lalu mengangguk dan berkata, "Ini memang cek milik perusahaan Herkules."Ekspresi tegang di wajah setiap anggota Keluarga Basagita pun menjadi lebih lega.Kalau bisa mendapatkan uangnya, hal itu membuktikan bahwa Herkules tidak marah. Keluarga Basagita juga akan baik-baik saja."Huh! Kalian kira utangnya dibayar gara-gara kalian? Jangan mimpi!" Saat ini, Wulan tiba-tiba maju ke depan dan berkata, "Kalau bukan karena aku dipukul oleh Kak Herkules, mana mungkin kalian bisa mendapatkan uangnya?""Pasti karena Kak Herkules ingin meminta maaf kepadaku,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 11 Tamu Terhormat Bank

    "Masih berpura-pura! Dari mana seorang idiot punya uang untuk membeli Hati Peri?"Sambil pamer ke arah Luna, Wulan pun berkata, "Nanti aku akan memakai Hati Peri untuk pesta ulang tahun, kemudian memakainya untuk tanda tangan kontrak dengan Grup Angkasa Sura. Bahagia sekali ...."Wisnu juga memuji adiknya, "Wulan, nantinya kamu akan menjadi wanita paling menarik perhatian di Kota Banyuli. Adapun beberapa orang, mereka bahkan nggak pantas berada di sisimu."Semua orang merasa iri. Tuan Muda David sangat baik hati, dia bahkan membelikan hadiah seperti Hati Peri.Kaya sekali.Ardika merasa kesabarannya sudah habis. Dia mengepalkan tangannya dan berjalan maju, tetapi dihentikan oleh Luna."Ardika, tenangkan dirimu.""Astaga, coba lihat tampang si idiot ini, dia ingin memukulku, ya?" ucap Wulan sambil berpura-pura takut."Kalau dia berani memukulku, aku akan menyuruh Kakek untuk mengusirnya dari Keluarga Basagita.""Gila! Orang idiot ini mau pukul orang."Tidak sedikit anggota Keluarga Basa

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 12 Kartu Hitam Misterius

    Yuni menerima kartu itu dengan ekspresi bingung, dia lalu bertanya, "Tuan Ardika, apakah ini kartu bank kami? Kenapa aku nggak pernah melihat yang warna hitam seperti ini?"Setelah Wulan dan David selesai bertransaksi, mereka pun mendekat ketika mendengar ucapan Yuni. Mereka juga melirik kartu bank di tangan Ardika."Haha, Ardika si pecundang ini, kamu ingin bertransaksi dengan kartu palsu, ya? Konyol sekali!"Wulan tertawa dengan keras. David juga ikut tersenyum sinis dan berkata kepada Amel, "Aku nggak tahan lagi, cepat usir si bodoh ini.""Baik, aku akan segera ...."Amel pun langsung mengangguk. Namun, ketika tatapannya jatuh di kartu hitam milik Ardika, dia langsung terdiam.Wajahnya langsung menunjukkan ekspresi tidak yakin, dia lalu merebut kartu hitam di tangan Ardika."Yuni, kamu jaga dulu. Aku akan menanyakan kepada pimpinan cabang."Setelah merebut kartunya, Amel melihat kartu itu beberapa kali, kemudian berlari ke atas tanpa menoleh ke belakang.Wulan berjalan mendekat dan

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2055 Memangnya Kamu Bisa Memprovokasiku

    Ardika mengerutkan keningnya. Naik kereta api cepat saja bisa menghadapi masalah membosankan seperti ini, benar-benar membuatnya tidak bisa berkata-kata saja.Namun, dia sudah janjian dengan Sutandi, Sutandi juga sudah mengirim orang ke stasiun kereta untuk menjemputnya. Dia benar-benar tidak ingin membuang-buang waktu.Ardika melirik Gijran sekilas, dia tahu sumber permasalahan ada pada orang tersebut.Ardika mengeluarkan ponselnya, mengirimkan sebuah pesan pada Levin, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Alasanmu menyuruhku untuk meminta maaf tanpa membedakan siapa yang benar dan siapa salah, bahkan ingin menangkapku, pasti karena dia adalah sosok tokoh besar di matamu, bukan?""Kamu menjilatnya, mencoba untuk menyenangkan hatinya, berharap mungkin saja kamu bisa dilirik oleh tokoh besar, maka kamu bisa mendapatkan banyak keuntungan. Contohnya saja, hanya dengan satu kalimat sepele, kamu sudah bisa naik jabatan beberapa level di perusahaan kereta api, mengurangi waktu bekerja keras se

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2054 Menangani dengan Cara Sendiri

    "Karena Pak Hafa sudah berbicara demikian, maka aku akan memanggil petugas keamanan kereta ke sini."Gijran tersenyum, dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah staf kereta yang kebetulan datang untuk memeriksa situasi. Dia mengulurkan lengannya menunjuk orang tersebut, lalu berkata dengan dingin, "Kamu, cepat panggil kepala staf kalian dan petugas keamanan kemari!"Para staf kereta sudah mendapatkan instruksi sejak awal. Mereka tahu gerbong bisnis kereta ini hari ini, sudah dipesan oleh sekelompok tokoh besar yang melakukan inspeksi di luar kota dan hendak kembali ke ibu kota provinsi.Saat ini, begitu melihat Gijran, staf tersebut langsung mengenali dia adalah tamu kehormatan di gerbong bisnis. Saat itu juga, jantung staf itu berdebar dengan kencang.Staf tersebut segera membungkukkan badannya dan berkata, "Tuan, harap tunggu sebentar!"Selesai berbicara, dia langsung mengaktifkan walki-talki di dadanya, lalu memanggil kepala staf dan petugas keamanan kereta.Tanpa butuh waktu la

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2053 Kesempatan untuk Membalas Dendam

    "Tapi, tampaknya murid Pak Hafa sedang menghadapi masalah, apa butuh bantuan?"Gijran mengalihkan pandangannya ke arah Abbil sambil tersenyum.Hafa juga menoleh, lalu bertanya sambil mengerutkan keningnya, "Sebenarnya apa yang terjadi?"Sambil menutupi wajahnya, Abbil menunjuk Ardika yang tengah duduk di tempat duduk sendiri dengan ekspresi tajam dan berkata, "Pak Hafa, aku mengeluarkan uang untuk menukar tempat duduk dengan bocah ini, tapi dia malah langsung memukulku, bahkan memukul pacarku!""Pak Hafa, lihatlah ...."Saat berbicara, Abbil menunjukkan bekas tamparan di wajahnya dan di wajah pacarnya pada Hafa.Mendengar ucapannya, ekspresi Hafa langsung berubah menjadi muram. Dia mendengus dingin dan berkata, "Aku mau lihat siapa yang berani memukul muridku!"Sambil berbicara, dia menoleh, mengalihkan pandangannya ke arah Ardika.Saat dia melihat Ardika sedang menundukkan kepalanya, dia mengerutkan keningnya dan menegur dengan marah, "Kenapa? Berani berbuat, nggak berani bertanggung

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2052 Bertemu Pak Hafa Lagi

    Suasana di gerbong langsung berubah menjadi sangat hening.Tidak ada yang menyangka ketenangan yang ditunjukkan oleh Ardika sebelumnya adalah awal dari penyerangannya.Di hadapan Ardika, pria botak bertubuh kekar dengan ekspresi ganas itu, sangat lemah bagaikan seekor anak ayam, yang bisa dikendalikan olehnya sesuka hatinya.Di tengah suasana hening ini, Ardika menyeret pria botak itu ke arah pintu gerbong tanpa ekspresi, lalu membalikkan tubuh pria itu."Bawa semua uang ini dan kembali ke gerbong tigamu."Setelah melontarkan satu kalimat ini dengan sangat tenang, Ardika langsung mengangkat kakinya dan melayangkan satu tendangan ke bokong pria botak tersebut."Bam!"Pria botak itu langsung menerjang masuk ke gerbong tiga, memicu teriakan terkejut.Sementara itu, di gerbong sini, di bawah tatapan kagum maupun ketakutan semua orang, Ardika berjalan kembali ke tempat duduknya dengan tenang."Permisi."Wanita cantik itu tengah tercengang menatap Ardika. Tiba-tiba saja, dia disadarkan oleh

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2051 Menukar Tempat Duduk

    Panggilan telepon dengan Sutandi ini, membuat perasaan mengganggu yang menyelimuti hati Ardika karena Grup Mitsun, langsung berkurang banyak."Plak ...."Tepat pada saat Ardika hendak memejamkan mata untuk beristirahat sejenak, tiba-tiba saja pundaknya dipukul oleh seseorang.Telapak tangan itu sangat besar, juga sangat kuat, langsung memberikan orang sensasi tekanan yang besar.Namun, Ardika jelas tidak merasakan gejolak emosi apa pun akibat sensasi tekanan besar seperti itu. Begitu dia membuka matanya, dia melihat seorang pria botak bertubuh kekar dengan ekspresi sedikit ganas tengah berdiri di sampingnya. Tangan besar pria itu ditempatkan di bahunya."Sobat, boleh tukar tempat duduk?"Pria botak itu bertanya dengan santai. Dia menunjuk tempat duduk di samping Ardika dan berkata, "Aku bersama pacarku, tapi nggak berhasil mendapatkan tempat duduk yang berdampingan."Di belakangnya, seorang wanita muda yang sangat cantik, berpakaian menunjukkan pinggangnya, sedang memainkan ponsel tanp

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2050 Mengirim Orang untuk Menjemputmu

    Jorgo sudah resmi ditunjuk sebagai Wali Kota Banyuli, besok dia sudah akan menjalani upacara pengangkatan.Saat Hongkem didaftarkan dan memasuki pasar, Jorgo dan istrinya, Violet, muncul di lokasi, menunjukkan mereka memberikan dukungan pada Ardika.Tentu saja Ardika juga membalas kebaikan mereka. Tanpa banyak bicara, dia langsung menghubungi Jigo, tetua kabinet.Terlebih lagi, CV Jorgo menunjukkan pria paruh baya itu paling cocok untuk menjabat sebagai Wali Kota Banyuli.Dengan pria itu mengambil alih kepemimpinan Kota Banyuli, perencanaan-perencanaan Ardika sebelumnya baru bisa dipastikan bisa berlanjut, tidak akan menimbulkan pergolakan apa pun.Ditambah lagi, Jorgo adalah menantu Keluarga Bangsawan Dienga Supham, latar belakangnya sangat kuat, jadi bisa memastikan saat dia mengelola Kota Banyuli, dia bisa mengendalikan kota ini dengan baik berdasarkan gagasan dan pemikiran sendiri, tidak akan menjadi boneka pihak-pihak tertentu dan diserang oleh orang-orang tersebut begitu saja."B

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2049 Pergi ke Ibu Kota Provinsi

    Ardika tahu jadwal kepergiannya ke ibu kota provinsi sudah harus dimajukan.Dia harus mengambil kembali dana amal sebesar 40 triliun itu.Grup Mitsun harus menerima hukuman.Namun, dia harus menangani masalah ini dengan hati-hati, tidak boleh sampai memengaruhi sumber mata pencaharian puluhan ribu orang, hingga menimbulkan kericuhan besar.Setelah berpikir sejenak, Ardika berkata pada Levin, "Kamu berangkat ke ibu kota provinsi sekarang juga, selidiki dengan jelas detail kejadian kali ini. Adapun mengenai anak buahmu yang dilempar ke danau itu, aku pasti akan menegakkan keadilan untuknya.""Baik, Kak Ardika!"Levin segera menangkupkan tangannya.Ardika berkata, "Satu hal lagi, bawa Tina bersamamu. Sebelumnya, dia selalu berencana untuk pergi ke ibu kota provinsi untuk merebut wilayah kekuasaan. Karena dalam kejadian kali ini ada kekuatan dunia preman yang terlibat, maka setelah orang-orang itu disingkirkan, juga jangan sampai menguntungkan pihak lain."Terlepas dari apa identitas dan s

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2048 Pemodal Besar

    "Kamu nggak perlu terburu-buru mengakui kesalahan."Ardika melambaikan tangannya, lalu bertanya dengan suara dalam, "Sebenarnya apa yang terjadi? Apa uang itu sudah digelapkan?"Dia sudah memerintahkan dana sebesar 40 triliun dari aset Keluarga Citora dan Keluarga Dougli, semuanya digunakan untuk kegiatan amal.Sekarang berani-beraninya ada orang yang menyentuh uang tersebut, tentu saja hal ini membuat ekspresi Ardika berubah menjadi agak muram."Kalau hanya penggelapan dana, masih muda diatasi."Levin berkata dengan ekspresi masam, "Orang-orang Keluarga Dougli luar negeri menyepakati penggantian aset dengan Grup Mitsun Negara Jepara, aset Grup Mitsun di Erom dialihkan kepada Keluarga Dougli luar negeri tersebut.""Sementara itu, aset di Negara Nusantara yang bernilai 40 triliun itu, dikuasai oleh Grup Mitsun.""Sebelumnya, aku mengirimkan orang-orang dari Keluarga Septio untuk mengambil alih aset-aset ini. Tapi kemarin, kekuatan dunia preman ibu kota provinsi tiba-tiba muncul dan meng

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2047 Menjadi Menantu di Ibu Kota Provinsi

    "Hahaha, ternyata memang benar kamu! Kenapa? Apa kamu bahkan sudah melupakanku? Aku sudah meneleponmu cukup lama, kamu baru menjawab panggilan teleponku!"Pria di ujung telepon berpura-pura tidak senang, tetapi suara tawa riangnya telah menunjukkan suasana hatinya saat ini.Ardika langsung tertawa dan berkata, "Melupakan siapa pun, aku juga nggak akan berani melupakan Pak Sutandi. Pak Sutandi, bagaimana kondisi tubuh Bapak? Sudah bertahun-tahun berlalu, paling nggak Bapak pasti sudah menjadi kepala sekolah, 'kan?"Sutandi Yasin, wali kelas Ardika saat dia bersekolah di ibu kota provinsi.Saat itu, dia diabaikan oleh Keluarga Mahasura, ditindas oleh anak-anak Keluarga Mahasura yang lain. Jadi, sering kali dia tidak bersedia pulang ke rumah.Di saat-saat inilah, Sutandi selalu membawa Ardika pulang ke rumahnya, meminta istrinya untuk membuatkan masakan lezat untuk Ardika, serta memberi Ardika bimbingan belajar.Tentu saja Ardika masih mengingat hal-hal ini.Hanya saja, setelah dirinya te

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status