Share

Bab 4 Herkules

Author: Sarjana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Melihat Ardika yang percaya diri, Luna pun merasa ragu. Setelah memikirkan kondisi keluarganya sekarang, dia pun menggertakkan gigi, lalu berdiri dan berkata, "Kakek, aku akan pergi menagih utang."

"Kamu! Kamu sudah gila, ya? Kalau sampai wajahmu rusak karena dipukul Kak Herkules, Tuan Muda Tony pasti akan meninggalkanmu."

Desi langsung panik.

Semua orang terkejut, bahkan Tuan Besar Basagita juga tidak menyangka Luna akan menyetujuinya.

Wisnu dan yang lain hanya mendengkus dingin.

Wisnu tiba-tiba mengeluarkan sepuluh ribu dari sakunya, lalu dilemparkan ke kaki Luna sambil berkata, "Melihat keberanianmu itu, aku kasih sepuluh ribu untuk naik transportasi umum."

Wulan juga menyilangkan tangannya di dada, lalu mengangkat alisnya sambil berkata, "Kamu sendiri yang mau pergi, ya? Kalau dihajar sampai lumpuh, jangan bilang Keluarga Basagita yang memaksamu."

Ardika melirik beberapa orang itu dengan tatapan dingin. Dia tidak ingin memedulikan orang-orang tidak penting ini.

Ardika langsung berdiri, kemudian menarik Luna dan berjalan keluar dari vila.

Pada saat ini, Desi dan suaminya benar-benar panik. Desi berkata, "Sekarang, kita hanya bisa meminta bantuan Tuan Muda Tony, dia selalu menyukai Luna ...."

...

Kawasan penjualan mobil.

Sambil membawa dua kantong buah yang baru dibeli, Luna terus mengingatkan Ardika, "Nanti, kamu jangan banyak bicara, jangan sampai Kak Herkules marah, mengerti?"

Setelah mendengarnya, Ardika pun mengangguk. Luna pun merasa lebih tenang.

Ketika mereka ingin mengetuk pintu ruangan kantor Herkules, dari belakang terdengar suara klakson yang keras.

Mereka melihat sebuah mobil Porsche merah muda berhenti di samping. Ketika kaca mobil diturunkan, wajah Wulan yang kejam itu pun terlihat.

"Oi, kalian ternyata berani datang menagih utang, ya? Aku kira kalian hanya membual."

"Wulan, kenapa kamu datang?" tanya Luna dengan kesal sambil mengernyit.

"Tentu saja datang beli mobil. Memangnya aku sama seperti kalian yang bodoh ini, datang menagih utang dan dihajar?"

Wulan yang memakai kacamata hitam berkata dengan nada sombong, "Setelah kalian pergi, kakek langsung membagikan bonus kepada semua orang. Keluarga kami mendapatkan 4 miliar tahun ini. Dengan uang itu, aku tentu saja harus membeli mobil mewah sebagai hadiah ulang tahun. Nggak seperti kamu, setiap ulang tahun bahkan nggak sanggup makan enak."

Setelah mendengarnya, Luna sedikit gemetar. Dia juga mengepalkan tangannya.

Ardika pun tersenyum sinis dan berkata, "Wulan, 4 miliar saja, apa yang perlu dibanggakan? Grup Angkasa Sura paling benci orang sepertimu yang berlagak sombong karena sedikit uang. Kamu nggak perlu memikirkan masalah investasi lagi."

"Kamu!"

Wulan yang kesal pun mendengkus dingin, lalu berkata, "Dasar idiot! Sekarang kamu jadi jago omong, semoga nanti kamu tetap berani ketika sedang menagih utang."

Selesai bicara, Wulan yang kesal pun turun dari mobil, lalu masuk ke dalam ruangan.

Luna dan Ardika juga ikut masuk.

Begitu masuk, mereka melihat ruangan yang luas. Di dalamnya, seorang pria berkalung emas sedang menggendong seorang sales cantik sambil meraba tubuhnya. Bekas luka di wajah pria itu terlihat menakutkan.

Melihat ada yang masuk, Herkules langsung berkata dengan wajah masam, "Sialan dari mana ini? Cepat keluar! Jangan ganggu kesenanganku."

Setiap orang memiliki reputasi sendiri.

Ucapan Herkules membuat Wulan berkeringat dingin, dia pun berkata dengan gagap, "Kak ... Kak Hercules, saya Wulan. Tuan Muda David merekomendasikan saya untuk datang beli mobil."

Setelah mendengarnya, Herkules pun mengangkat alisnya dan tersenyum. Dia lalu berkata, "Ternyata Nona Wulan, silakan duduk."

Sebelumnya, David memang sempat meneleponnya. Keluarga Buana merupakan keluarga kelas atas, jadi Herkules juga harus menghormati ucapannya.

Herkules akan melayani langsung setiap pembeli mobil mewah, itu juga merupakan salah satu cara dia berteman dengan para keluarga kaya.

"Siapa dua orang itu?" tanya Herkules yang bingung ketika menyadari dua orang di depan pintu.

Melihat perubahan sikap Herkules yang drastis, Wulan merasa senang. Seolah-olah ingin mencari pujian, Wulan pun berkata, "Kak Herkules, Anda masih ingat utang Keluarga Basagita, 'kan? Dua orang pecundang itu datang untuk menagih utang."

"Tapi, Anda tenang saja. Hal ini nggak ada hubungannya dengan saya, saya hanya datang untuk membeli mobil."

"Ternyata begitu."

Setelah mendengarnya, Herkules pun mengangguk. Sambil bersandar ke belakang, Herkules menatap Luna dan Ardika dengan matanya yang menyeramkan itu. Dia lalu berkata, "Ternyata ada orang yang berani menagih utang di kompleks penjualan mobil ini, sepertinya sudah bosan hidup."

Merasakan sapuan dingin dari tatapan Herkules, Luna tanpa sadar mundur ke belakang. Dia lalu berkata, "Kak Herkules, Anda adalah orang yang pengertian, kami benar-benar membutuhkan uang sekarang ...."

"Kalau nggak, kami nggak bisa hidup lagi."

"Huh! Terus apa hubungannya denganku?"

Setelah mendengkus dingin, Herkules pun berkata dengan sinis, "Di kompleks penjualan mobil ini, siapa pun yang datang, kalau aku nggak mau bayar, memangnya kamu bisa apa?"

Luna tersenyum getir, tatapannya dipenuhi oleh kekecewaan.

Saat ini, Ardika pun berkata dengan suara yang dalam, "Sejak kapan seorang Herkules berkuasa di kompleks penjualan mobil ini?"

Nama lengkap pria itu adalah Herkules Dienga. Dia sempat terkejut setelah mendengar ucapan Ardika.

Sambil mendengkus dingin, dia pun berkata dengan kesal, "Nak, kamu tahu apa yang kamu katakan?"

Wulan juga segera memarahi Ardika, "Dasar idiot! Kompleks penjualan mobil ini tentu saja dikuasai oleh Herkules! Cepat berlutut dan minta maaf kepada Kak Herkules."

Wajah Luna sudah pucat. Dia menarik lengan baju Ardika dengan panik dan menyuruhnya untuk diam.

Lalu, Ardika malah tidak takut dan melanjutkan, "Memangnya aku salah? Kompleks penjualan mobil ini adalah bisnis milik John Dienga, 'kan? Kamu hanyalah seekor anjing penjaga."

Dalam perjalanan kemari, informasi tentang Herkules sudah dikirim ke ponselnya Ardika. Herkules hanyalah anak buah John, John sendiri pernah menjadi prajurit di bawah Draco.

Setelah mendengarnya, urat nadi di kening Herkules tampak menonjol, tapi dia tetap berusaha menahan amarah di hatinya. Herkules lalu mengernyit sambil bertanya, "Kamu kenal dengan Tuan John?"

"Nggak kenal," jawab Ardika dengan nada datar. John masih tidak pantas berkenalan dengan Ardika.

"Nggak kenal?" Ekspresi kejam terbesit di wajah Herkules, dia pun berteriak, "Nak, kamu mempermainkanku, ya?"

Pada saat ini, Wulan mengingatkan dengan niat jahat, "Kak Herkules, mana mungkin dia kenal dengan Tuan John. Namanya Ardika Mahasura, dia hanyalah seorang menantu pecundang di Keluarga Basagita."

Menantu pecundang?

Herkules tertegun sejenak sambil membelalakkan kedua matanya.

Detik selanjutnya, Herkules yang seolah-olah menerima penghinaan besar langsung marah.

Suara bunyi tulang pun terdengar ketika Herkules mengepalkan tangannya. Dia menatap Ardika dengan tatapan yang menyeramkan.

"Bagus! Bagus! Bagus!"

Sambil menggertakkan gigi, Herkules berkata, "Sudah lama tidak ada berani mempermainkanku!"

Melihat Herkules marah, Wulan diam-diam menutup mulut sambil tersenyum. Dia berpikir dalam hati, 'Dasar idiot! Mati saja kamu!'

"Kak Herkules, Kak Herkules, sabar dulu ...."

Luna yang panik juga tidak berdaya, dia pun mencoba membujuk, "Ardika hanya salah omong, tolong jangan masukkan ke dalam hati ...."

Sayangnya, Herkules tidak mau mendengarnya. Setelah dia melambaikan tangannya, belasan preman segera masuk ke dalam ruangan.

Satu per satu tampak besar dengan ekspresi garang.

Luna yang ketakutan hampir tidak bisa berdiri, untung saja Ardika berhasil memapahnya.

"Herkules, kamu sudah membuat istriku takut."

Aura membunuh muncul di antara alis Ardika.

Lalu, Herkules sama sekali tidak menyadarinya. Dia masih berkata dengan kesal, "Memangnya kenapa kalau ketakutan? Berani mempermainkan diriku, hari ini kalian jangan harap bisa pergi dari sini."

Herkules menatap Ardika dengan ekspresi garang, belasan preman juga sedang menunggu perintah dari Herkules.

Pada saat ini, ponsel Herkules tiba-tiba berdering.

Setelah melihatnya, ekspresi Herkules langsung berubah. Dia segera berjalan menjauh, lalu mengangkat teleponnya seperti seekor anjing yang penurut.

"Tuan John, kenapa Anda menelepon saya?"

"Apakah ada sepasang pria dan wanita yang datang menagih utang kepadamu? Salah satunya bernama Ardika?"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Afong New
cerita yang menindas keluarga sendiri bagaikan perbudakan,,,,,,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 5 Ketakutan

    Bernama Ardika?Sambil melirik Ardika, Herkules menjawab dengan bingung, "Ada seseorang yang bernama Ardika Mahasura, saya sedang bersiap untuk menghajarnya."Dari ujung telepon tiba-tiba terdengar suara keras.Herkules buru-buru bertanya, "Tuan John, Anda kenapa?"Detik selanjutnya, teriakan penuh amarah memasuki telinga Herkules."Kenapa denganku? Bajingan kamu! Kamu ingin aku mati, ya?""Aku kasih tahu! Kamu harus menuruti semua permintaannya, kamu harus melayaninya seperti seorang bos, mengerti?"Herkules tertegun. Selama bertahun-tahun, dia tidak pernah melihat John kehilangan kontrol diri seperti sekarang.Herkules lalu bertanya, "Tuan John, sepertinya Anda salah. Dia hanyalah seorang menantu pecundang dari Keluarga Basagita.""Herkules, kamu ingin mati, ya? Di matanya, kamu dan aku hanyalah rumput liar yang tak berguna. Dia bisa membunuh kita dengan mudah.""Tuan John ... ini ...."Setelah mendengarnya, Herkules mulai berkeringat dingin."Aku ingatkan terakhir kali, dia adalah s

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 6 Restoran Gatotkaca

    "Ck." Saking marahnya, Tina pun tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, aku ingin melihatnya. Nggak perlu yang terlalu jauh, apakah kamu tahu hari ini Tuan Muda Tony mengajak mereka makan di mana?""Lantai tiga Restoran Gatotkaca! Tempat yang selamanya nggak mungkin dimasuki oleh pecundang sepertimu."Ketika mendengarnya, kedua mata Desi tampak berbinar. Dia lalu berkata, "Lantai tiga Restoran Gatotkaca? Tempat itu hanya bisa dipesan oleh anggota emas."Di Kota Banyuli, Restoran Gatotkaca termasuk restoran kelas atas. Orang yang menghabiskan puluhan miliar baru bisa mendapatkan kartu anggota emas. Di Keluarga Basagita, hanya Tuan Besar Basagita seorang yang memiliki kartu anggota emas.Adapun lantai tiga ke atas, biaya yang perlu dihabiskan oleh anggota bahkan lebih mengejutkan.Tina menoleh ke arah Ardika, lalu tersenyum sambil berkata, "Ardika, itulah perbedaan antara kamu dan Tuan Muda Tony. Aku nggak tahu kenapa kamu masih percaya diri untuk berada di sisi Luna.""Tina, nggak usah pe

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 7 Ingin Bertemu Orang Penting

    "Bukankah bosnya Kak Herkules itu Tuan John?"Tina tidak bisa menahan tawanya, lalu berkata, "Ardika, apakah kamu tahu siapa Tuan John? Dia adalah orang penting yang sangat berkuasa. Seorang bos preman yang bahkan harus dihormati oleh Ayahku. Beraninya kamu bilang Tuan John datang meminta maaf? Kamu ingin mati, ya?""Tina, kalau kamu nggak percaya, kamu boleh ikut ke atas," jawab Ardika dengan santai. Namun, Tina malah memelototinya.Setelah sadar kembali dari keterkejutan, Tony pun berkata sambil tersenyum, "Aku rasa dia melihat mobil Tuan John di depan pintu, jadi sengaja berkata seperti itu. Untung saja nggak ada orang luar di sini. Kalau sampai Tuan John mendengar ucapannya, kita semua akan mati."Semua orang langsung terkejut."Aku benar-benar nggak tahan lagi!" bentak Desi dengan kesal sambil menepuk meja. "Tiap hari hanya bisa bersikap bodoh seperti itu, memalukan saja! Cepat pergi, kalau nggak, aku akan menghajarmu.""Ardika, kamu pergi dulu .... Aku akan pulang setelah makan."

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 8 Memukul Tuan Muda Axel

    Tina tampak berseri-seri, dia juga ingin melihat orang penting tersebut."Luna, ayo kita tunggu di depan pintu lift," ajak Tina sambil menarik baju Luna."Nggak usah, aku akan pulang bersama Ardika ...."Setelah minum satu gelas anggur, wajah Luna yang sedikit mabuk tampak kemerahan.Tina pun menasihatinya dengan kesal, "Aduh, kenapa kamu terus memikirkan Ardika si idiot itu? Kali ini adalah kesempatan yang sangat langka. Kalau kita bisa meninggalkan kesan baik untuk orang penting itu, utang keluarga kalian nggak perlu dikhawatirkan lagi, 'kan?""Hmm ... baiklah."Tak lama kemudian, Axel mengangkat panggilan telepon.Semua orang langsung menahan napas.Apakah orang penting tersebut akan turun?Setelah beberapa saat, Axel pun meletakkan ponselnya dengan ekspresi tak berdaya. Dia lalu berkata, "Ayahku baru saja meneleponku, dia bilang perjamuannya sudah selesai dan orang penting tersebut sudah pergi lebih awal.""Aduh, kita kurang beruntung, nggak bisa bertemu orang penting itu ...."Sem

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 9 Keluarga Basagita yang Tidak Tahu Malu

    Tina juga mendengkus dingin.Tony yang menyipitkan matanya tiba-tiba mengangguk, lalu berkata dengan nada bercanda, "Ardika, boleh juga. Kamu yang rayakan saja, biar aku bisa melihatnya."Tony malas berdebat dengan seorang pecundang.Lagi pula dengan keuangannya, selama Tony mau, dia bisa membuat Luna hidup mewah setiap hari.Kali ini, dia akan membiarkan Ardika mengacaukannya.Tanpa kekurangan yang ditunjukkan oleh si pecundang, kehebatan Tony tentu saja tidak terlihat, 'kan?Desi langsung mengabaikan Ardika, dia lalu bertanya, "Tony, apakah kamu bisa mengundang Kak Herkules ke pesta ulang tahun Luna? Kami harus berterima kasih kepadanya karena sudah membayar utang."Senyuman di wajah Tony langsung menghilang.Hari ini, dia sempat menelepon Herkules. Setelah memarahinya, Herkules langsung menutup telepon dengan kesal. Siapa sangka ternyata Herkules malah membayar utangnya, hal itu sudah cukup mengejutkan Tony.Mengundang Herkules ke ulang tahun Luna?Tony tidak percaya dia punya kehor

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 10 Hadiah Ulang Tahun

    Apa?Utangnya sudah dibayar?Mana mungkin? Bukankah Herkules sudah marah?Wulan dan yang lainnya langsung bengong, bahkan Tuan Besar Basagita juga tertegun. Dia menggaruk telinga sambil bertanya, "Kalian ... kalian benar-benar berhasil mendapatkan uangnya?"Sambil mengangguk, Luna segera memberikan buktinya dengan hormat."Kakek, ini ceknya, Kakek lihat dulu."Setelah melihatnya beberapa kali, Tuan Besar Basagita pun menghela napas lega. Dia lalu mengangguk dan berkata, "Ini memang cek milik perusahaan Herkules."Ekspresi tegang di wajah setiap anggota Keluarga Basagita pun menjadi lebih lega.Kalau bisa mendapatkan uangnya, hal itu membuktikan bahwa Herkules tidak marah. Keluarga Basagita juga akan baik-baik saja."Huh! Kalian kira utangnya dibayar gara-gara kalian? Jangan mimpi!" Saat ini, Wulan tiba-tiba maju ke depan dan berkata, "Kalau bukan karena aku dipukul oleh Kak Herkules, mana mungkin kalian bisa mendapatkan uangnya?""Pasti karena Kak Herkules ingin meminta maaf kepadaku,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 11 Tamu Terhormat Bank

    "Masih berpura-pura! Dari mana seorang idiot punya uang untuk membeli Hati Peri?"Sambil pamer ke arah Luna, Wulan pun berkata, "Nanti aku akan memakai Hati Peri untuk pesta ulang tahun, kemudian memakainya untuk tanda tangan kontrak dengan Grup Angkasa Sura. Bahagia sekali ...."Wisnu juga memuji adiknya, "Wulan, nantinya kamu akan menjadi wanita paling menarik perhatian di Kota Banyuli. Adapun beberapa orang, mereka bahkan nggak pantas berada di sisimu."Semua orang merasa iri. Tuan Muda David sangat baik hati, dia bahkan membelikan hadiah seperti Hati Peri.Kaya sekali.Ardika merasa kesabarannya sudah habis. Dia mengepalkan tangannya dan berjalan maju, tetapi dihentikan oleh Luna."Ardika, tenangkan dirimu.""Astaga, coba lihat tampang si idiot ini, dia ingin memukulku, ya?" ucap Wulan sambil berpura-pura takut."Kalau dia berani memukulku, aku akan menyuruh Kakek untuk mengusirnya dari Keluarga Basagita.""Gila! Orang idiot ini mau pukul orang."Tidak sedikit anggota Keluarga Basa

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 12 Kartu Hitam Misterius

    Yuni menerima kartu itu dengan ekspresi bingung, dia lalu bertanya, "Tuan Ardika, apakah ini kartu bank kami? Kenapa aku nggak pernah melihat yang warna hitam seperti ini?"Setelah Wulan dan David selesai bertransaksi, mereka pun mendekat ketika mendengar ucapan Yuni. Mereka juga melirik kartu bank di tangan Ardika."Haha, Ardika si pecundang ini, kamu ingin bertransaksi dengan kartu palsu, ya? Konyol sekali!"Wulan tertawa dengan keras. David juga ikut tersenyum sinis dan berkata kepada Amel, "Aku nggak tahan lagi, cepat usir si bodoh ini.""Baik, aku akan segera ...."Amel pun langsung mengangguk. Namun, ketika tatapannya jatuh di kartu hitam milik Ardika, dia langsung terdiam.Wajahnya langsung menunjukkan ekspresi tidak yakin, dia lalu merebut kartu hitam di tangan Ardika."Yuni, kamu jaga dulu. Aku akan menanyakan kepada pimpinan cabang."Setelah merebut kartunya, Amel melihat kartu itu beberapa kali, kemudian berlari ke atas tanpa menoleh ke belakang.Wulan berjalan mendekat dan

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1632 Wanita Misterius

    "Tuan mengatakan setelah kamu menyelesaikan urusanmu sekarang, dia akan menemuimu secara pribadi."Wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi. Dia langsung menerima Pedang Ular Gelap, lalu berbalik dan pergi."Berhenti!"Sebelum wanita itu sempat melangkahkan kakinya keluar dari pintu utama, tiba-tiba saja dua orang di antara orang-orang Keluarga Sudibya yang Hanko bawa kemari, menghalangi jalan wanita itu.Salah seorang di antara dua orang itu langsung mengulurkan lengannya dan berkata dengan dingin, "Dasar penipu! Cepat serahkan Pedang Ular Gelap!"Menyaksikan pemandangan itu, banyak orang melemparkan sorot mata meremehkan ke arah Hanko.Gagal bersaing dengan mengandalkan kekayaan, tuan muda yang satu itu sudah berencana untuk merampas.Benar-benar tidak tahu malu.Namun, Hanko melihat ke arah pintu dengan ekspresi datar, seolah-olah hal itu tidak ada hubungannya dengannya.Kemunculan Kartu Hitam Sentral hanya membuatnya terkejut sejenak.Namun, siapa yang tahu apakah ini han

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1631 Kartu Hitam Sentral

    Dua puluh triliun. Walaupun ke depannya dia bisa merampas uang sebanyak ini bahkan lebih dari Ardika.Namun, kalau Hanko harus mengeluarkan uang tunai sebesar 20 triliun untuk membeli Pedang Ular Gelap, dia sama sekali tidak bisa melakukannya.Hanko duduk kembali dengan tidak berdaya. Dia menatap wanita itu dengan menyipitkan matanya dan berkata dengan dingin, "Dua puluh triliun, 'kan? Kalau begitu, Pedang Ular Gelap untukmu saja. Tapi, apakah kamu bisa mengeluarkan uang sebanyak itu?"Awalnya wanita itu sama sekali tidak memedulikan Hanko. Saat ini, dia menoleh dan melirik pria itu, lalu berkata dengan dingin, "Dasar pecundang! Nggak punya uang, diam saja!""Pedang Ular Gelap adalah senjata suci Organisasi Snakei, memangnya 20 triliun sangat banyak?""Pfffttt ...."Begitu mendengar ucapan wanita itu, Rhino, Lila dan yang lainnya langsung tidak bisa menahan diri dan tertawa.Sementara itu, wajah Hanko juga tampak memerah.Dia adalah Tuan Muda Keluarga Sudibya, tetapi sekarang dia malah

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1630 Dua Puluh Triliun

    Penjual yang disebut oleh Felda tidak lain adalah Ardika.Hanko melirik Ardika, lalu tertawa dingin dan berkata, "Nona Felda nggak perlu khawatir, hanya 10 triliun saja, Keluarga Sudibya nggak mungkin nggak bisa mengeluarkan uang sebanyak itu.""Lagi pula, hanya pengalihan uang sesaat saja. Uang yang kukeluarkan, pada akhirnya akan kuambil kembali sepuluh kali, bahkan seratus kali lipat!"Hanko melontarkan kata-kata itu dengan niat membunuh yang kuat.Menurut Hanko, Pedang Ular Gelap sudah pasti akan menjadi miliknya.Biarpun Organisasi Dragone, Organisasi Tigerim dan Organisasi Wolfie memiliki kekayaan yang berlimpah, mereka juga tidak mungkin akan mengeluarkan uang di atas 10 triliun untuk membeli Pedang Ular Gelap.Hari ini, tujuan kedatangan mereka hanya untuk menyaksikan pertunjukan, mentertawakan Organisasi Snakei. Mereka tidak benar-benar bermaksud untuk membeli Pedang Ular Gelap.Kalau tidak, mereka akan benar-benar menyinggung Organisasi Snakei.Jadi, biarpun sekarang Keluarga

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1629 Menambah Harga Penawaran Satu Triliun

    Begitu Hanko selesai berbicara, pandangan semua orang yang berada di tempat itu langsung tertuju pada Ardika.Mereka mendengar lengan Hanko itu dipatahkan oleh Ardika dengan menggunakan Pedang Ular Gelap.Sangat jelas hal itu benar adanya.Karena itulah, Hanko memendam kebencian yang sangat mendalam terhadap Ardika, rela mengeluarkan uang banyak untuk membeli Pedang Ular Gelap, lalu menggunakan Pedang Ular Gelap untuk membunuh Ardika.Saat ini, bahkan Levin juga bisa merasakan aura membunuh yang kuat menjalar di punggungnya.Namun, Ardika sendiri seakan-akan tidak merasakan apa-apa. Dia menatap Hanko sambil tersenyum tipis dan berkata, "Kalau begitu, harga yang kamu bayar sudah sedikit terlalu besar. Kamu sampai mengeluarkan beberapa triliun hanya untuk membunuhku."Hanko tersenyum tipis dan berkata, "Kalau perusahaan dan asetmu beserta dengan perusahaan dan aset istrimu digabungkan, paling nggak sudah setara dengan beberapa Pedang Ular Gelap, bukan?"Maksud ucapannya sangat jelas.Set

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1628 Akan Membunuhmu Setelah Membeli Pedang Ular Gelap

    Felda menatap Hanko dan yang lainnya sambil tersenyum, nada bicaranya sangat lembut, sama sekali tidak mengintimidasi.Hanko mendongak, melirik wanita itu sekilas, lalu berkata, "Cih, hanya organisasi dunia preman yang ilegal, juga berani berlagak hebat seperti ini dengan melelang senjata suci Organisasi Snakei.""Apakah Bank Sentral nggak takut dihancurkan?!"Nada bicara Hanko dipenuhi niat membunuh yang kuat, dia sama sekali tidak menganggap serius Bank Sentral yang menjadi pendukung Felda.Felda tetap tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Tepat pada saat ini, di sudut ruangan di mana Hanko dan yang lainnya berdiri, tiba-tiba seorang staf Bank Sentral melesat keluar.Orang tersebut langsung melesat ke arah Hanko dan yang lainnya. Saking cepatnya, kecepatannya membuat orang-orang tidak sempat bereaksi."Bam!"Dengan iringan suara teredam, anggota Organisasi Snakei di belakang Hanko yang tadi menyerang, langsung muntah darah dan terpental keluar dari pintu."Benar-benar cari ma

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1627 Harga Penawaran Awal Dua Triliun

    Setelah Felda selesai berbicara, ada staf Organisasi Lelang Sentral yang membawa Pedang Ular Gelap ke atas panggung.Kemudian, Organisasi Lelang Sentral mengatur ahli bela diri untuk menunjukkan kehebatan pedang tersebut di hadapan semua orang."Wah!"Seruan kaget menyelimuti seluruh tempat itu. Pantas saja Pedang Ular Gelap disebut sebagai senjata suci Organisasi Snakei. Biarpun hanya merupakan replika Pedang Ular Gelap, kekuatannya sudah luar biasa menakutkan.Namun, orang-orang yang menunjukkan reaksi seperti ini hanyalah orang-orang di luar bidang ini yang benar-benar menghadiri acara ini untuk meramaikan acara saja.Orang-orang seperti Lila, Rhino dan yang lainnya tetap tampak tenang. Mereka hanya menunggu acara lelang dimulai.Tentu saja mereka tahu jelas kekuatan Pedang Ular Gelap.Sesungguhnya, empat organisasi besar memiliki senjata suci yang mewakili organisasi mereka.Kalau hanya karena kekuatan Pedang Ular Gelap, mereka juga tidak akan datang jauh-jauh.Felda tidak membiark

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1626 Acara Lelang Dimulai

    Kimo melirik Ardika sekilas tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi. Dia juga mencari tempat duduk dan duduk.Dengan begitu, selain Organisasi Snakei, perwakilan dari Organisasi Dragone, Organisasi Tigerim dan Organisasi Wolfie sudah hadir.Kemudian, masih ada orang-orang lain yang berdatangan.Di pihak Kota Banyuli, Kepala Keluarga Unima, Kepala Keluarga Yendia dan Kepala Keluarga Remax yang baru keluar dari rumah sakit hadir untuk memberikan dukungan pada Ardika. Mereka menghampiri Ardika dan menyapanya dengan penuh hormat.Bahkan beberapa orang hebat dari Kota Banyuli juga menghampiri dan menyapa Ardika dengan hormat.Namun, tidak semua orang bersikap hormat pada Ardika."Ardika, coba kamu tebak, apakah hari ini kamu akan mati?"Saat Tisya, Charles dan yang lainnya datang, akhirnya suasana di tempat itu mulai sedikit menegang.Orang yang berbicara adalah Sumalin.Weigus dan para investor dari luar kota lainnya juga turut hadir untuk menyaksikan pertunjukan. Satu per satu dari mereka

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1625 Organisasi Tigerim Organisasi Wolfie

    Setelah mendengar ucapan Levin, Ardika baru menyimpan kembali Pedang Ular Gelap dan berkata dengan acuh tak acuh, "Kali ini, dengan mempertimbangkan Levin yang terlebih dahulu mengucapkan kata-kata yang kurang pantas, aku akan mengampunimu, nggak ada lain kali lagi.""Huh!"Lila mendengus dingin dengan kesal, tetapi dia tidak mencari masalah lagi dengan Ardika.Dia tidak bodoh.Dinilai dari serangan Ardika terhadap dirinya tadi, dia bukanlah lawan menantu benalu itu.Sebelumnya, beredar rumor Ardika telah melumpuhkan Vita, lalu melumpuhkan dua kelompok orang yang dikirim oleh Organisasi Snakei.Saat itu, dia masih sedikit tidak percaya.Sekarang, setelah menghadapi Ardika secara langsung, akhirnya dia sudah menyadari kekuatan pria itu.Ardika juga tidak memedulikan wanita itu lagi.Bukannya dia ingin bertindak arogan dan tidak berbicara logika, bukan pula dia bersikeras ingin melindungi anak buahnya.Namun, akan ada orang dari berbagai pihak yang menghadiri acara lelang hari ini.Lila

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1624 Lila Stile, Organisasi Dragone

    Adapun mengenai Felda bersungguh-sungguh mengucapkan kata-kata itu atau tidak, tidak masalah bagi Ardika.Lagi pula, kalau orang-orang Bank Sentral berani mencarinya untuk membalas dendam, mereka semua akan berakhir dengan mati."Pak Ardika, silakan pergi beristirahat di ruang VIP terlebih dahulu. Aku masih harus pergi menyambut beberapa orang tamu. Tokoh-tokoh hebat yang datang secara khusus untuk menghadiri acara lelang ini cukup banyak."Felda meminta orang untuk mengantar Ardika ke ruang istirahat, sedangkan dia sendiri pergi menyambut tamu lainnya.Tak lama setelah Ardika dan Levin duduk di dalam ruang VIP, satu demi satu orang juga memasuki ruang VIP untuk beristirahat.Tepat pada saat ini, seorang wanita muda dengan bentuk tubuh tinggi dan indah, serta rambut diikat berjalan memasuki ruangan didampingi oleh beberapa orang.Setelah melihat kedatangan orang-orang itu, Levin tertegun sejenak, lalu mendekati Ardika dan berbisik, "Kak Ardika, wanita itu bernama Lila Stile. Dia adalah

DMCA.com Protection Status