Share

Bab 5 Ketakutan

Author: Sarjana
last update Last Updated: 2023-10-26 15:14:11
Bernama Ardika?

Sambil melirik Ardika, Herkules menjawab dengan bingung, "Ada seseorang yang bernama Ardika Mahasura, saya sedang bersiap untuk menghajarnya."

Dari ujung telepon tiba-tiba terdengar suara keras.

Herkules buru-buru bertanya, "Tuan John, Anda kenapa?"

Detik selanjutnya, teriakan penuh amarah memasuki telinga Herkules.

"Kenapa denganku? Bajingan kamu! Kamu ingin aku mati, ya?"

"Aku kasih tahu! Kamu harus menuruti semua permintaannya, kamu harus melayaninya seperti seorang bos, mengerti?"

Herkules tertegun. Selama bertahun-tahun, dia tidak pernah melihat John kehilangan kontrol diri seperti sekarang.

Herkules lalu bertanya, "Tuan John, sepertinya Anda salah. Dia hanyalah seorang menantu pecundang dari Keluarga Basagita."

"Herkules, kamu ingin mati, ya? Di matanya, kamu dan aku hanyalah rumput liar yang tak berguna. Dia bisa membunuh kita dengan mudah."

"Tuan John ... ini ...."

Setelah mendengarnya, Herkules mulai berkeringat dingin.

"Aku ingatkan terakhir kali, dia adalah sosok yang bahkan nggak berani aku tatap secara langsung. Jaga dirimu!"

Setelah itu, telepon pun dimatikan.

Herkules langsung bengong. Setelah sadar kembali, dia baru menyadari bahwa seluruh tubuhnya basah oleh keringat dingin. Kedua kakinya juga tanpa sadar ikut gemetar.

Melihat Herkules yang terdiam dan tidak bereaksi, Wulan segera maju dan bertanya, "Kak Herkules, Anda kenapa? Cepat berikan perintah untuk membereskan dua orang pecundang itu."

"Membereskan mereka? Sialan kamu!"

Terdengar teriakan penuh amarah.

Plak!

Herkules tiba-tiba menampar Wulan.

Tamparan yang tiba-tiba itu membuat semua orang bengong.

Wulan yang ditampar pun mundur beberapa langkah, wajah yang cantik itu langsung bengkak.

Sambil menutupi wajahnya, Wulan pun berkata dengan tak berdaya, "Kak Herkules ... saya datang membeli mobil, seharusnya Anda memukul mereka."

"Wanita jalang sepertimu memang pantas ditampar! Kalau bukan karena menghormati Keluarga Buana, hari ini aku pasti akan menamparmu sampai mati. Cepat pergi dari sini!"

Wulan yang menutupi wajahnya tidak berani bersuara, dia juga tidak berani marah. Dia hanya bisa menatap Luna dan Ardika dengan kesal, kemudian berlari keluar.

Ketika melewati Ardika, dia tidak lupa mengingatkan, "Dasar idiot! Tunggu saja kamu!"

Menurut Wulan, dia ditampar karena ulah Ardika.

Luna tanpa sadar menarik lengan Ardika sambil mundur, dia lalu berbisik, "Ardika, ayo kita pergi ...."

Sebelum Ardika sempat bereaksi, Herkules sudah berjalan ke arah mereka dengan cepat.

Luna makin ketakutan.

Siapa sangka, Herkules malah membungkukkan diri sampai 90 derajat. Dia lalu berkata dengan nada gemetar, "Tuan Ardika, Nona Luna, saya sudah berbuat salah. Mohon maaf, tolong jangan masukkan ke dalam hati ...."

Eh?

Luna langsung bengong. Kenapa Herkules seolah-oleh berubah menjadi orang lain setelah menerima telepon?

"Utang Keluarga Basagita sudah bisa dibayar, 'kan?" Ardika sama sekali tidak merasa aneh dengan sikap Herkules, hal itu membuktikan bahwa Draco sudah melakukan tugasnya dengan baik.

Herkules terus mengangguk sambil menjawab, "Bisa, bisa, bisa .... Aku akan segera mengurusnya ...."

Setelah mereka keluar dari kompleks penjualan mobil, Luna memegang sebuah kertas cek dengan ekspresi kebingungan.

Dari waktu ke waktu, dia terus melirik ke arah Ardika. Apakah semua ini berkata Ardika?

Pada saat yang sama, di salah satu vila Kota Banyuli.

John yang merupakan seorang bos preman besar sedang berlutut di lantai dengan ekspresi ketakutan. Di hadapannya, duduk seorang pria jangkung berseragam militer.

Draco berkata dengan tenang, "John, kamu nggak bodoh. Kalau terjadi sesuatu dengan bosku, kamu pasti sudah masuk penjara."

"Terima kasih atas pengampunan Komandan."

Setelah berhasil bertahan hidup, tekanan yang dirasakan John pun berkurang. Dia menundukkan kepala dan memohon, "Saya nggak tahu beliau datang ke Kota Banyuli, bahkan bawahan saya hampir saja melawannya. Apakah saya bisa menjamu beliau sebagai permohonan maaf?"

"Aku akan menanyakannya."

"Terima kasih, Komandan!"

...

Kompleks Anggrek merupakan kompleks tua berusia puluhan tahun di Kota Banyuli, Luna sekeluarga tinggal di tempat ini.

Setelah Luna dan Ardika pulang, hari sudah malam.

Melihat kemunculan Luna dan Ardika, Desi dan suaminya yang sudah menunggu di depan pintu masuk kompleks segera mendekati mereka. Desi lalu berkata, "Luna, kamu nggak apa-apa, 'kan? Kak Herkules nggak memukulmu, 'kan?"

"Bu, aku baik-baik saja. Untung saja ada Ardika, aku berhasil menagih utangnya," ucap Luna sambil melirik ke arah Ardika.

"Apaan Ardika? Memangnya kamu percaya pecundang seperti dia punya kemampuan seperti itu?"

Desi menatap Ardika dengan hina, lalu lanjut menjelaskan, "Kalau bukan karena kami meminta bantuan kepada Tuan Muda Tony, mana mungkin kamu bisa mendapatkan uangnya?"

Mereka berhasil karena bantuan Tony?

Setelah mendengarnya, Luna pun tertegun.

Ardika juga menyipitkan matanya dengan tenang.

Ini bukan pertama kali dia mendengar nama Tony.

"Luna, kali ini kamu harus berterima kasih kepada Tuan Muda Tony. Awalnya, aku hanya mencoba meminta bantuannya, siapa sangka dia langsung menyetujuinya."

"Tuan Muda Tony mengajak kita makan malam. Kali ini, kamu nggak boleh menolaknya."

Luna segera menolak dan berkata, "Bu, aku boleh nggak usah pergi? Hari ini Ardika baru pulih, bukankah kita harus merayakannya?"

Desi memelototinya dan berkata, "Si idiot ini pulih, kenapa harus dirayakan? Tuan Muda Tony sudah membantu kita, hari ini kamu harus ikut dengan kami."

Ayahnya yang bernama Jacky Basagita juga mengangguk dan berkata, "Benar kata ibumu. Hari ini kamu harus pergi."

Luna melihat ke arah Ardika dengan ekspresi kesulitan sambil berkata, "Kalau kita pergi makan, bagaimana dengan Ardika?"

"Buat apa kamu urusi dia?" Sambil berbicara, Desi terus mendorong Luna untuk naik ke atas. "Cepat ganti baju dan dandan yang cantik, ya?"

Luna terus menoleh ke belakang sambil berjalan maju. Ardika juga mengernyit.

"Ardika, kenapa dengan tampangmu itu? Cepat pergi sana! Kamu nggak diterima di rumah kami," ucap Jacky dengan kesal setelah melihatnya.

Pada saat ini, sebuah mobil Land Rover berhenti di bawah rumah Luna.

Seorang wanita yang menawan turun dari mobil.

Dia adalah Tina Dienga, sahabat baik Luna.

"Paman, Bibi, mana Luna? Tuan Muda Tony memintaku untuk datang menjemput kalian."

Tina tiba-tiba melihat Ardika, lalu berkata dengan kaget, "Ardika? Kenapa si idiot ini kabur dari rumah sakit?"

Desi segera menarik Tina dan menjelaskannya.

Tina baru mengerti dan menatap Ardika dengan hina.

Tiga tahun yang lalu, Ardika pergi tanpa pamit dari acara pernikahannya. Hal itu membuat sahabat baiknya menjadi bahan tertawaan. Setelah itu, dia menjadi seorang idiot dan membuat Luna sekeluarga ikut menderita. Jadi, Tina sangat merendahkan suaminya Luna yang idiot ini.

"Ardika, kalau kamu sudah pulih, kenapa masih berada di sisi Luna? Kalau kamu seorang pria, cepat menjauh darinya. Jangan menghalangi Luna untuk mengejar kebahagiannya."

"Tuan Muda Tony adalah anak dari Grup Susanto Raya. Ayahnya, Budi Susanto, merupakan Ketua Asosiasi Bahan Bangunan yang menguasai seluruh bisnis konstruksi di Kota Banyuli. Dia bisa memberikan kemewahan kepada Luna."

"Bagaimana denganmu? Selain memberikan penderitaan dan penghinaan kepada Luna, kamu bisa apa lagi?"

Setelah mendengarnya, Desi dan suaminya juga ikut mengangguk setuju.

Ardika lalu berkata, "Tina, hal yang bisa aku berikan kepada Luna bukanlah sesuatu yang bisa dibayangkan oleh orang awam seperti kalian."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Pakde Gun
alur ceritanya mirip DARRIL DARBY, Menantu pecundang/pengangguran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 6 Restoran Gatotkaca

    "Ck." Saking marahnya, Tina pun tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, aku ingin melihatnya. Nggak perlu yang terlalu jauh, apakah kamu tahu hari ini Tuan Muda Tony mengajak mereka makan di mana?""Lantai tiga Restoran Gatotkaca! Tempat yang selamanya nggak mungkin dimasuki oleh pecundang sepertimu."Ketika mendengarnya, kedua mata Desi tampak berbinar. Dia lalu berkata, "Lantai tiga Restoran Gatotkaca? Tempat itu hanya bisa dipesan oleh anggota emas."Di Kota Banyuli, Restoran Gatotkaca termasuk restoran kelas atas. Orang yang menghabiskan puluhan miliar baru bisa mendapatkan kartu anggota emas. Di Keluarga Basagita, hanya Tuan Besar Basagita seorang yang memiliki kartu anggota emas.Adapun lantai tiga ke atas, biaya yang perlu dihabiskan oleh anggota bahkan lebih mengejutkan.Tina menoleh ke arah Ardika, lalu tersenyum sambil berkata, "Ardika, itulah perbedaan antara kamu dan Tuan Muda Tony. Aku nggak tahu kenapa kamu masih percaya diri untuk berada di sisi Luna.""Tina, nggak usah pe

    Last Updated : 2023-10-26
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 7 Ingin Bertemu Orang Penting

    "Bukankah bosnya Kak Herkules itu Tuan John?"Tina tidak bisa menahan tawanya, lalu berkata, "Ardika, apakah kamu tahu siapa Tuan John? Dia adalah orang penting yang sangat berkuasa. Seorang bos preman yang bahkan harus dihormati oleh Ayahku. Beraninya kamu bilang Tuan John datang meminta maaf? Kamu ingin mati, ya?""Tina, kalau kamu nggak percaya, kamu boleh ikut ke atas," jawab Ardika dengan santai. Namun, Tina malah memelototinya.Setelah sadar kembali dari keterkejutan, Tony pun berkata sambil tersenyum, "Aku rasa dia melihat mobil Tuan John di depan pintu, jadi sengaja berkata seperti itu. Untung saja nggak ada orang luar di sini. Kalau sampai Tuan John mendengar ucapannya, kita semua akan mati."Semua orang langsung terkejut."Aku benar-benar nggak tahan lagi!" bentak Desi dengan kesal sambil menepuk meja. "Tiap hari hanya bisa bersikap bodoh seperti itu, memalukan saja! Cepat pergi, kalau nggak, aku akan menghajarmu.""Ardika, kamu pergi dulu .... Aku akan pulang setelah makan."

    Last Updated : 2023-10-26
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 8 Memukul Tuan Muda Axel

    Tina tampak berseri-seri, dia juga ingin melihat orang penting tersebut."Luna, ayo kita tunggu di depan pintu lift," ajak Tina sambil menarik baju Luna."Nggak usah, aku akan pulang bersama Ardika ...."Setelah minum satu gelas anggur, wajah Luna yang sedikit mabuk tampak kemerahan.Tina pun menasihatinya dengan kesal, "Aduh, kenapa kamu terus memikirkan Ardika si idiot itu? Kali ini adalah kesempatan yang sangat langka. Kalau kita bisa meninggalkan kesan baik untuk orang penting itu, utang keluarga kalian nggak perlu dikhawatirkan lagi, 'kan?""Hmm ... baiklah."Tak lama kemudian, Axel mengangkat panggilan telepon.Semua orang langsung menahan napas.Apakah orang penting tersebut akan turun?Setelah beberapa saat, Axel pun meletakkan ponselnya dengan ekspresi tak berdaya. Dia lalu berkata, "Ayahku baru saja meneleponku, dia bilang perjamuannya sudah selesai dan orang penting tersebut sudah pergi lebih awal.""Aduh, kita kurang beruntung, nggak bisa bertemu orang penting itu ...."Sem

    Last Updated : 2023-10-26
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 9 Keluarga Basagita yang Tidak Tahu Malu

    Tina juga mendengkus dingin.Tony yang menyipitkan matanya tiba-tiba mengangguk, lalu berkata dengan nada bercanda, "Ardika, boleh juga. Kamu yang rayakan saja, biar aku bisa melihatnya."Tony malas berdebat dengan seorang pecundang.Lagi pula dengan keuangannya, selama Tony mau, dia bisa membuat Luna hidup mewah setiap hari.Kali ini, dia akan membiarkan Ardika mengacaukannya.Tanpa kekurangan yang ditunjukkan oleh si pecundang, kehebatan Tony tentu saja tidak terlihat, 'kan?Desi langsung mengabaikan Ardika, dia lalu bertanya, "Tony, apakah kamu bisa mengundang Kak Herkules ke pesta ulang tahun Luna? Kami harus berterima kasih kepadanya karena sudah membayar utang."Senyuman di wajah Tony langsung menghilang.Hari ini, dia sempat menelepon Herkules. Setelah memarahinya, Herkules langsung menutup telepon dengan kesal. Siapa sangka ternyata Herkules malah membayar utangnya, hal itu sudah cukup mengejutkan Tony.Mengundang Herkules ke ulang tahun Luna?Tony tidak percaya dia punya kehor

    Last Updated : 2023-10-26
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 10 Hadiah Ulang Tahun

    Apa?Utangnya sudah dibayar?Mana mungkin? Bukankah Herkules sudah marah?Wulan dan yang lainnya langsung bengong, bahkan Tuan Besar Basagita juga tertegun. Dia menggaruk telinga sambil bertanya, "Kalian ... kalian benar-benar berhasil mendapatkan uangnya?"Sambil mengangguk, Luna segera memberikan buktinya dengan hormat."Kakek, ini ceknya, Kakek lihat dulu."Setelah melihatnya beberapa kali, Tuan Besar Basagita pun menghela napas lega. Dia lalu mengangguk dan berkata, "Ini memang cek milik perusahaan Herkules."Ekspresi tegang di wajah setiap anggota Keluarga Basagita pun menjadi lebih lega.Kalau bisa mendapatkan uangnya, hal itu membuktikan bahwa Herkules tidak marah. Keluarga Basagita juga akan baik-baik saja."Huh! Kalian kira utangnya dibayar gara-gara kalian? Jangan mimpi!" Saat ini, Wulan tiba-tiba maju ke depan dan berkata, "Kalau bukan karena aku dipukul oleh Kak Herkules, mana mungkin kalian bisa mendapatkan uangnya?""Pasti karena Kak Herkules ingin meminta maaf kepadaku,

    Last Updated : 2023-10-26
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 11 Tamu Terhormat Bank

    "Masih berpura-pura! Dari mana seorang idiot punya uang untuk membeli Hati Peri?"Sambil pamer ke arah Luna, Wulan pun berkata, "Nanti aku akan memakai Hati Peri untuk pesta ulang tahun, kemudian memakainya untuk tanda tangan kontrak dengan Grup Angkasa Sura. Bahagia sekali ...."Wisnu juga memuji adiknya, "Wulan, nantinya kamu akan menjadi wanita paling menarik perhatian di Kota Banyuli. Adapun beberapa orang, mereka bahkan nggak pantas berada di sisimu."Semua orang merasa iri. Tuan Muda David sangat baik hati, dia bahkan membelikan hadiah seperti Hati Peri.Kaya sekali.Ardika merasa kesabarannya sudah habis. Dia mengepalkan tangannya dan berjalan maju, tetapi dihentikan oleh Luna."Ardika, tenangkan dirimu.""Astaga, coba lihat tampang si idiot ini, dia ingin memukulku, ya?" ucap Wulan sambil berpura-pura takut."Kalau dia berani memukulku, aku akan menyuruh Kakek untuk mengusirnya dari Keluarga Basagita.""Gila! Orang idiot ini mau pukul orang."Tidak sedikit anggota Keluarga Basa

    Last Updated : 2023-10-26
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 12 Kartu Hitam Misterius

    Yuni menerima kartu itu dengan ekspresi bingung, dia lalu bertanya, "Tuan Ardika, apakah ini kartu bank kami? Kenapa aku nggak pernah melihat yang warna hitam seperti ini?"Setelah Wulan dan David selesai bertransaksi, mereka pun mendekat ketika mendengar ucapan Yuni. Mereka juga melirik kartu bank di tangan Ardika."Haha, Ardika si pecundang ini, kamu ingin bertransaksi dengan kartu palsu, ya? Konyol sekali!"Wulan tertawa dengan keras. David juga ikut tersenyum sinis dan berkata kepada Amel, "Aku nggak tahan lagi, cepat usir si bodoh ini.""Baik, aku akan segera ...."Amel pun langsung mengangguk. Namun, ketika tatapannya jatuh di kartu hitam milik Ardika, dia langsung terdiam.Wajahnya langsung menunjukkan ekspresi tidak yakin, dia lalu merebut kartu hitam di tangan Ardika."Yuni, kamu jaga dulu. Aku akan menanyakan kepada pimpinan cabang."Setelah merebut kartunya, Amel melihat kartu itu beberapa kali, kemudian berlari ke atas tanpa menoleh ke belakang.Wulan berjalan mendekat dan

    Last Updated : 2023-10-26
  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 13 Bercerai dan Kembali ke Keluarga Basagita

    Desi menatap Ardika dengan penuh kebencian, napasnya juga tampak terengah-engah. Kemudian, dia tiba-tiba berlari ke dalam dapur, lalu kembali dengan pisau di tangannya."Masih saja membual! Kalau bukan idiot seperti kamu, kami nggak akan diusir dari Keluarga Basagita.""Hari ini, aku harus membunuhmu."Selesai bicara, Desi pun melemparkan pisau di tangannya."Bu! Apa yang kamu lakukan?" teriak Luna. Wajahnya sudah menjadi pucat karena terkejut.Jacky juga terkejut, dia tidak menyangka Desi akan melempar pisau.Ketika pisau hampir mengenainya, Ardika malah tampak tenang. Dia hanya sedikit memiringkan tubuhnya, pisau pun mengenai pintu dan terjatuh ke lantai."Astaga!"Terdengar seruan kaget dari depan pintu.Semua orang menoleh ke belakang, lalu menyadari orang yang datang adalah Tony."Tony? Kenapa kamu datang?"Desi segera menenangkan diri dan menyambutnya.Setelah terkejut, Tony langsung menenangkan diri. Dia berusaha tersenyum dan berkata, "Bibi, aku mendengar bahwa kalian dikeluark

    Last Updated : 2023-10-26

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1746 Kemari

    Ekspresi Luna juga sedikit pucat, tetapi dia memaksakan dirinya untuk tetap tenang dan berkata dengan dingin, "Memangnya kalau suamiku nggak memperlakukan mereka seperti itu, Grup Kamel akan melepaskan kami?"Melihat Andrew begitu menyedihkan, dia merasa ketakutan sekaligus puas."Eh ... ini ...."Semua orang di dalam ruangan itu terdiam. Apa maksud Luna, dia ingin hancur bersama?"Bam!"Tepat pada saat ini, Ardika mengambil sebotol anggur, lalu menggunakan botol anggur itu untuk memukuli kepala Andrew tanpa ragu.Saat itu juga, botol anggur pecah, kepala Andrew juga berdarah. Dia merasa kesakitan setengah mati.Ardika melirik Piom dan Lando dengan sorot mata dingin. "Kalau kalian mengucapkan satu kalimat omong kosong lagi, aku akan menghantam kepalanya dengan satu botol anggur.""Kamu!"Piom membuka mulutnya, tetapi segera menutup mulutnya.Dia takut Ardika benar-benar memukuli Andrew sampai mati. Saat itu tiba, dia juga akan ikut terseret dalam masalah.Orang-orang lainnya juga tidak

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1745 Andrew Berlutut

    "Sayang, bantu aku pegang sebentar, ya."Dengan seulas senyum tipis menghiasi wajahnya, Ardika menyerahkan cangkir tehnya kepada Luna."Ajal sudah hampir menjemputnya, tapi bocah ini masih sempat berlagak hebat?"Ada banyak orang yang mencibir.Ketua pengawal itu menerjang di paling depan. Saat ini, ekspresi marah juga sudah mulai terlihat di wajahnya."Cari mati!"Dia mengayunkan lengannya, lalu mengarahkan tinjunya ke arah bahu Ardika dengan keras.Kalau bukan karena Andrew memberi perintah untuk mematahkan lengan dan kaki Ardika terlebih dahulu, dia akan langsung melayangkan tinjunya ke arah tengkuk Ardika, Ardika pasti akan mati saat itu juga."Sayang, hati-hati!"Luna berseru dengan kaget."Nggak apa-apa," kata Ardika dengan tenang. Saat ini, dia masih menghadap Luna, belum sempat menoleh.Tepat pada saat tinju lawan hampir mengenai pundaknya, akhirnya dia mulai bergerak.Bagaikan ada sepasang mata di belakang kepalanya, Ardika kelihatan seperti melayangkan tamparan ke arah belaka

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1744 Hak Kekebalan Diplomatik

    "Luna, sekarang hanya dengan satu kalimat dariku, para pengawalku akan menghajar suamimu sampai mati!""Oh ya, aku lupa memberitahumu, mereka memiliki status utusan luar negeri Negara Enggrim.""Dengan kata lain, biarpun mereka menghajar orang hingga mati di sini, mereka juga memiliki hak kekebalan diplomatik.""Apa kamu mengerti apa itu hak kekebalan diplomatik?!"Menghadapi pertanyaan mendesak dari Andrew, ekspresi Luna berubah menjadi pucat pasi, ketakutan tampak jelas di matanya.Tentu saja dia tahu apa artinya hak kekebalan diplomatik.Itu artinya biarpun orang-orang Andrew menghajar Ardika hingga mati di sini, juga tidak akan menghadapi tuntutan hukum.Saat ini, Andrew mengalihkan pandangannya ke arah Ardika, lalu tertawa dingin dan berkata, "Eh, bocah Negara Nusantara, kamu sudah berhasil menyulut amarahku. Bagus, luar biasa bagus.""Sekarang biarpun kamu berlutut meminta maaf padaku, aku juga nggak akan melepaskanmu!"Semua orang menatap Ardika dengan tatapan ajal akan segera m

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1743 Aku Adalah Hukum Langit

    Jangankan Beryl yang hanya seorang Miss Gamiga, bahkan kalaupun dia dewi yang turun dari kayangan pun, Ardika tidak akan berpikiran untuk berbelas kasihan pada wanita seperti itu."Hehe, memangnya rakyat jelata sepertimu bisa apa?"Beryl tertawa dingin meremehkan, dia menatap Ardika dengan sorot mata penuh kebencian.Walaupun dia tidak sepenuhnya khawatir Ardika bisa melakukan apa yang dikatakannya, tetapi ucapan pria itu telah mengekspos isi hatinya yang paling dalam.Dia tidak peduli apakah dia dipermainkan oleh Andrew atau tidak.Karena sebelum dia menggoda pria itu, dia sudah mempersiapkan mentalnya.Bagi orang yang bermimpi pun bahkan ingin meningkatkan status sosial sendiri, selama Andrew membawanya ke acara formal, selama dia mendampingi pria itu, nilai dirinya sudah meningkat secara signifikan.Karena itulah, Andrew bahkan tidak perlu membayarnya.Masing-masing dari mereka mendapatkan kebutuhan masing-masing.Hanya saja, dia tidak bisa terima orang lain yang mengungkapkan pemik

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1742 Bagaimana Kalau Dua Ratus Triliun

    Menghadapi kontrak pengalihan saham di hadapannya, api amarah mulai membara di mata Luna.Namun, dia tidak menyalahkan Ardika telah bertindak gegabah memukuli orang hingga menyebabkan situasi menjadi seperti sekarang ini.Sebelumnya, Zilwar membawa orang-orang bersenjata api untuk memaksanya menyerahkan Grup Hatari.Sekarang, Andrew menggunakan alasan mengadakan perjamuan malam, memasang jebakan dan menunggu mereka masuk dalam jebakan.Ada banyak pihak yang menargetkan Grup Hatari.Situasi seperti ini sangat sulit untuk dihindari.Biarpun Ardika tidak menghajar Givon, apa mungkin Andrew tidak bisa menggunakan cara lain lagi?Tentu saja tidak.Luna tahu sejak dia menyetujui ajakan Piom untuk menghadiri perjamuan malam ini, hal-hal seperti ini sudah tidak bisa dia hindari.Selalu ada alasan yang cocok untuk mereka.Namun, marah juga tidak ada gunanya.Grup Kamel yang luar biasa kuat dan berpengaruh, membuat Luna merasa sangat tidak berdaya.Melihat keraguan Luna, Andrew tertawa dingin da

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1741 Tujuan yang Sebenarnya Terungkap

    Mendengar ucapan Andrew, mata semua orang di dalam ruangan tersebut langsung membelalak, perasaan gugup menyelimuti hati mereka.Bagaimanapun juga, mereka adalah anggota kalangan kelas atas, tentu saja mereka pernah mendengar tentang tim militer asing Negara Enggrim.Walaupun tidak bisa dibandingkan dengan tim militer asing Galea, tetapi tim militer asing Negara Enggrim juga terkenal sangat kuat.Dengan kata lain, belasan orang pengawal yang dibawa oleh Andrew kemari, semuanya sudah berpengalaman di medan perang, sudah pernah membunuh banyak orang.Nyawa Ardika sudah pasti akan melayang!Kalimat inilah yang tebersit dalam pikiran banyak orang saat ini.Menghadapi kaum elite tim militer asing, biarpun hari ini Ardika tidak mati, dia juga akan mengalami penderitaan yang luar biasa!Tidak menyadari sosok Ardika yang berada di sampingnya tetap tenang, saat ini hawa dingin sudah menyelimuti hati Luna.Walaupun dia tidak tahu bagaimana kekuatan para pengawal ini sebenarnya, tetapi hanya mend

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1740 Tim Militer Asing

    Apalagi baik Luna maupun Felda, fokus dua orang wanita ini hanya tertuju pada Ardika. Mereka bahkan sangat jarang meliriknya.Ini adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh Andrew, yang selalu mencari kesenangan dengan menaklukkan wanita."Tuan Andrew!"Tepat pada saat suasana di tempat ini menegang, tiba-tiba seseorang berlari masuk dengan langkah terhuyung-huyung menuju ke arah Andrew.Andrew menoleh, dia langsung berkata dengan terkejut, "Givon, ada apa denganmu?"Orang yang tiba-tiba muncul ini adalah Givon yang telah pergi tadi.Lubang hidungnya disumbat dengan tisu, keningnya diperban, serta aroma obat menusuk dari sekujur tubuhnya, membuat Andrew mengerutkan kening dengan jijik dan melangkah mundur satu langkah secara naluriah."Tuan Andrew, tolong tegakkan keadilan untukku!"Givon menoleh, menunjuk Ardika, lalu berteriak dengan sedih, "Sebelum Tuan datang, aku hanya mengucapkan beberapa patah kata bercanda dengannya, tapi suami benalu Luna itu langsung menghajarku di hadapan

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1739 Menghina Anjing

    Sementara itu, pemikiran orang-orang lainnya juga hampir sama dengan Piom.Menurut mereka, tak lama lagi Ardika pasti akan berlutut.Hanya ada dua orang yang tidak berpikiran demikian.Orang pertama adalah Felda. Wanita ini duduk di tempat duduk semula sambil menatap orang-orang itu dengan tersenyum tipis.Sejak awal, dia hanya menyaksikan pemandangan itu layaknya seorang penonton, sama sekali tidak berniat untuk membela siapa pun.Orang yang kedua adalah Luna.Mendengar Andrew meminta Ardika untuk berlutut dan meminta maaf, amarah Luna benar-benar tersulut. Api amarah tampak jelas di matanya."Sayang, jangan marah, duduklah."Saat ini, Ardika menarik lengan Luna, mengisyaratkan istrinya untuk duduk dengan tenang.Luna mengerutkan keningnya, tetapi dia tetap duduk kembali ke tempat duduk semula.Dia tidak tahu mengapa Ardika masih bisa begitu tenang di saat seperti ini. Namun, karena Ardika sudah berkata demikian, seharusnya suaminya sudah punya cara untuk menangani situasi ini.Meliha

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1738 Kesempatan untuk Mengaku Salah

    Grup Kamel sudah lama menargetkan Hongkem.Bermula dari Yaori hingga Weigus, mereka semua diinstruksikan untuk membeli Hongkem.Sebelumnya, saat Hongkem menjalankan proses investasi melalui lelang saham, Grup Kamel juga sudah menyusun banyak rencana.Bukan hanya menginvestasikan modal besar, juga menggerakkan relasi seperti Keluarga Rewind Kota Gamiga, meminta Wirhan, salah satu dari empat tuan muda Kota Gamiga mendatangi Kota Banyuli secara pribadi untuk menguasai Hongkem.Dengan pengaruh Grup Kamel di dunia investasi dan perencanaan mereka yang matang, hampir tidak mungkin terjadi kejadian tak terduga.Boleh dibilang mereka sudah pasti bisa membeli Hongkem.Namun, di saat-saat genting terakhir, Ardika malah memanfaatkan Yayasan Investasi Staris untuk "memanen buah".Grup Kamel sudah berdiri selama ratusan tahun, belum pernah mengalami kegagalan dan kerugian seperti itu.Hal ini adalah sesuatu hal yang tidak bisa diterima, baik bagi para petinggi Grup Kamel lainnya maupun Andrew sendi

DMCA.com Protection Status