Share

Bab 5 Ketakutan

Author: Sarjana
Bernama Ardika?

Sambil melirik Ardika, Herkules menjawab dengan bingung, "Ada seseorang yang bernama Ardika Mahasura, saya sedang bersiap untuk menghajarnya."

Dari ujung telepon tiba-tiba terdengar suara keras.

Herkules buru-buru bertanya, "Tuan John, Anda kenapa?"

Detik selanjutnya, teriakan penuh amarah memasuki telinga Herkules.

"Kenapa denganku? Bajingan kamu! Kamu ingin aku mati, ya?"

"Aku kasih tahu! Kamu harus menuruti semua permintaannya, kamu harus melayaninya seperti seorang bos, mengerti?"

Herkules tertegun. Selama bertahun-tahun, dia tidak pernah melihat John kehilangan kontrol diri seperti sekarang.

Herkules lalu bertanya, "Tuan John, sepertinya Anda salah. Dia hanyalah seorang menantu pecundang dari Keluarga Basagita."

"Herkules, kamu ingin mati, ya? Di matanya, kamu dan aku hanyalah rumput liar yang tak berguna. Dia bisa membunuh kita dengan mudah."

"Tuan John ... ini ...."

Setelah mendengarnya, Herkules mulai berkeringat dingin.

"Aku ingatkan terakhir kali, dia adalah sosok yang bahkan nggak berani aku tatap secara langsung. Jaga dirimu!"

Setelah itu, telepon pun dimatikan.

Herkules langsung bengong. Setelah sadar kembali, dia baru menyadari bahwa seluruh tubuhnya basah oleh keringat dingin. Kedua kakinya juga tanpa sadar ikut gemetar.

Melihat Herkules yang terdiam dan tidak bereaksi, Wulan segera maju dan bertanya, "Kak Herkules, Anda kenapa? Cepat berikan perintah untuk membereskan dua orang pecundang itu."

"Membereskan mereka? Sialan kamu!"

Terdengar teriakan penuh amarah.

Plak!

Herkules tiba-tiba menampar Wulan.

Tamparan yang tiba-tiba itu membuat semua orang bengong.

Wulan yang ditampar pun mundur beberapa langkah, wajah yang cantik itu langsung bengkak.

Sambil menutupi wajahnya, Wulan pun berkata dengan tak berdaya, "Kak Herkules ... saya datang membeli mobil, seharusnya Anda memukul mereka."

"Wanita jalang sepertimu memang pantas ditampar! Kalau bukan karena menghormati Keluarga Buana, hari ini aku pasti akan menamparmu sampai mati. Cepat pergi dari sini!"

Wulan yang menutupi wajahnya tidak berani bersuara, dia juga tidak berani marah. Dia hanya bisa menatap Luna dan Ardika dengan kesal, kemudian berlari keluar.

Ketika melewati Ardika, dia tidak lupa mengingatkan, "Dasar idiot! Tunggu saja kamu!"

Menurut Wulan, dia ditampar karena ulah Ardika.

Luna tanpa sadar menarik lengan Ardika sambil mundur, dia lalu berbisik, "Ardika, ayo kita pergi ...."

Sebelum Ardika sempat bereaksi, Herkules sudah berjalan ke arah mereka dengan cepat.

Luna makin ketakutan.

Siapa sangka, Herkules malah membungkukkan diri sampai 90 derajat. Dia lalu berkata dengan nada gemetar, "Tuan Ardika, Nona Luna, saya sudah berbuat salah. Mohon maaf, tolong jangan masukkan ke dalam hati ...."

Eh?

Luna langsung bengong. Kenapa Herkules seolah-oleh berubah menjadi orang lain setelah menerima telepon?

"Utang Keluarga Basagita sudah bisa dibayar, 'kan?" Ardika sama sekali tidak merasa aneh dengan sikap Herkules, hal itu membuktikan bahwa Draco sudah melakukan tugasnya dengan baik.

Herkules terus mengangguk sambil menjawab, "Bisa, bisa, bisa .... Aku akan segera mengurusnya ...."

Setelah mereka keluar dari kompleks penjualan mobil, Luna memegang sebuah kertas cek dengan ekspresi kebingungan.

Dari waktu ke waktu, dia terus melirik ke arah Ardika. Apakah semua ini berkata Ardika?

Pada saat yang sama, di salah satu vila Kota Banyuli.

John yang merupakan seorang bos preman besar sedang berlutut di lantai dengan ekspresi ketakutan. Di hadapannya, duduk seorang pria jangkung berseragam militer.

Draco berkata dengan tenang, "John, kamu nggak bodoh. Kalau terjadi sesuatu dengan bosku, kamu pasti sudah masuk penjara."

"Terima kasih atas pengampunan Komandan."

Setelah berhasil bertahan hidup, tekanan yang dirasakan John pun berkurang. Dia menundukkan kepala dan memohon, "Saya nggak tahu beliau datang ke Kota Banyuli, bahkan bawahan saya hampir saja melawannya. Apakah saya bisa menjamu beliau sebagai permohonan maaf?"

"Aku akan menanyakannya."

"Terima kasih, Komandan!"

...

Kompleks Anggrek merupakan kompleks tua berusia puluhan tahun di Kota Banyuli, Luna sekeluarga tinggal di tempat ini.

Setelah Luna dan Ardika pulang, hari sudah malam.

Melihat kemunculan Luna dan Ardika, Desi dan suaminya yang sudah menunggu di depan pintu masuk kompleks segera mendekati mereka. Desi lalu berkata, "Luna, kamu nggak apa-apa, 'kan? Kak Herkules nggak memukulmu, 'kan?"

"Bu, aku baik-baik saja. Untung saja ada Ardika, aku berhasil menagih utangnya," ucap Luna sambil melirik ke arah Ardika.

"Apaan Ardika? Memangnya kamu percaya pecundang seperti dia punya kemampuan seperti itu?"

Desi menatap Ardika dengan hina, lalu lanjut menjelaskan, "Kalau bukan karena kami meminta bantuan kepada Tuan Muda Tony, mana mungkin kamu bisa mendapatkan uangnya?"

Mereka berhasil karena bantuan Tony?

Setelah mendengarnya, Luna pun tertegun.

Ardika juga menyipitkan matanya dengan tenang.

Ini bukan pertama kali dia mendengar nama Tony.

"Luna, kali ini kamu harus berterima kasih kepada Tuan Muda Tony. Awalnya, aku hanya mencoba meminta bantuannya, siapa sangka dia langsung menyetujuinya."

"Tuan Muda Tony mengajak kita makan malam. Kali ini, kamu nggak boleh menolaknya."

Luna segera menolak dan berkata, "Bu, aku boleh nggak usah pergi? Hari ini Ardika baru pulih, bukankah kita harus merayakannya?"

Desi memelototinya dan berkata, "Si idiot ini pulih, kenapa harus dirayakan? Tuan Muda Tony sudah membantu kita, hari ini kamu harus ikut dengan kami."

Ayahnya yang bernama Jacky Basagita juga mengangguk dan berkata, "Benar kata ibumu. Hari ini kamu harus pergi."

Luna melihat ke arah Ardika dengan ekspresi kesulitan sambil berkata, "Kalau kita pergi makan, bagaimana dengan Ardika?"

"Buat apa kamu urusi dia?" Sambil berbicara, Desi terus mendorong Luna untuk naik ke atas. "Cepat ganti baju dan dandan yang cantik, ya?"

Luna terus menoleh ke belakang sambil berjalan maju. Ardika juga mengernyit.

"Ardika, kenapa dengan tampangmu itu? Cepat pergi sana! Kamu nggak diterima di rumah kami," ucap Jacky dengan kesal setelah melihatnya.

Pada saat ini, sebuah mobil Land Rover berhenti di bawah rumah Luna.

Seorang wanita yang menawan turun dari mobil.

Dia adalah Tina Dienga, sahabat baik Luna.

"Paman, Bibi, mana Luna? Tuan Muda Tony memintaku untuk datang menjemput kalian."

Tina tiba-tiba melihat Ardika, lalu berkata dengan kaget, "Ardika? Kenapa si idiot ini kabur dari rumah sakit?"

Desi segera menarik Tina dan menjelaskannya.

Tina baru mengerti dan menatap Ardika dengan hina.

Tiga tahun yang lalu, Ardika pergi tanpa pamit dari acara pernikahannya. Hal itu membuat sahabat baiknya menjadi bahan tertawaan. Setelah itu, dia menjadi seorang idiot dan membuat Luna sekeluarga ikut menderita. Jadi, Tina sangat merendahkan suaminya Luna yang idiot ini.

"Ardika, kalau kamu sudah pulih, kenapa masih berada di sisi Luna? Kalau kamu seorang pria, cepat menjauh darinya. Jangan menghalangi Luna untuk mengejar kebahagiannya."

"Tuan Muda Tony adalah anak dari Grup Susanto Raya. Ayahnya, Budi Susanto, merupakan Ketua Asosiasi Bahan Bangunan yang menguasai seluruh bisnis konstruksi di Kota Banyuli. Dia bisa memberikan kemewahan kepada Luna."

"Bagaimana denganmu? Selain memberikan penderitaan dan penghinaan kepada Luna, kamu bisa apa lagi?"

Setelah mendengarnya, Desi dan suaminya juga ikut mengangguk setuju.

Ardika lalu berkata, "Tina, hal yang bisa aku berikan kepada Luna bukanlah sesuatu yang bisa dibayangkan oleh orang awam seperti kalian."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Pakde Gun
alur ceritanya mirip DARRIL DARBY, Menantu pecundang/pengangguran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 6 Restoran Gatotkaca

    "Ck." Saking marahnya, Tina pun tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, aku ingin melihatnya. Nggak perlu yang terlalu jauh, apakah kamu tahu hari ini Tuan Muda Tony mengajak mereka makan di mana?""Lantai tiga Restoran Gatotkaca! Tempat yang selamanya nggak mungkin dimasuki oleh pecundang sepertimu."Ketika mendengarnya, kedua mata Desi tampak berbinar. Dia lalu berkata, "Lantai tiga Restoran Gatotkaca? Tempat itu hanya bisa dipesan oleh anggota emas."Di Kota Banyuli, Restoran Gatotkaca termasuk restoran kelas atas. Orang yang menghabiskan puluhan miliar baru bisa mendapatkan kartu anggota emas. Di Keluarga Basagita, hanya Tuan Besar Basagita seorang yang memiliki kartu anggota emas.Adapun lantai tiga ke atas, biaya yang perlu dihabiskan oleh anggota bahkan lebih mengejutkan.Tina menoleh ke arah Ardika, lalu tersenyum sambil berkata, "Ardika, itulah perbedaan antara kamu dan Tuan Muda Tony. Aku nggak tahu kenapa kamu masih percaya diri untuk berada di sisi Luna.""Tina, nggak usah pe

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 7 Ingin Bertemu Orang Penting

    "Bukankah bosnya Kak Herkules itu Tuan John?"Tina tidak bisa menahan tawanya, lalu berkata, "Ardika, apakah kamu tahu siapa Tuan John? Dia adalah orang penting yang sangat berkuasa. Seorang bos preman yang bahkan harus dihormati oleh Ayahku. Beraninya kamu bilang Tuan John datang meminta maaf? Kamu ingin mati, ya?""Tina, kalau kamu nggak percaya, kamu boleh ikut ke atas," jawab Ardika dengan santai. Namun, Tina malah memelototinya.Setelah sadar kembali dari keterkejutan, Tony pun berkata sambil tersenyum, "Aku rasa dia melihat mobil Tuan John di depan pintu, jadi sengaja berkata seperti itu. Untung saja nggak ada orang luar di sini. Kalau sampai Tuan John mendengar ucapannya, kita semua akan mati."Semua orang langsung terkejut."Aku benar-benar nggak tahan lagi!" bentak Desi dengan kesal sambil menepuk meja. "Tiap hari hanya bisa bersikap bodoh seperti itu, memalukan saja! Cepat pergi, kalau nggak, aku akan menghajarmu.""Ardika, kamu pergi dulu .... Aku akan pulang setelah makan."

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 8 Memukul Tuan Muda Axel

    Tina tampak berseri-seri, dia juga ingin melihat orang penting tersebut."Luna, ayo kita tunggu di depan pintu lift," ajak Tina sambil menarik baju Luna."Nggak usah, aku akan pulang bersama Ardika ...."Setelah minum satu gelas anggur, wajah Luna yang sedikit mabuk tampak kemerahan.Tina pun menasihatinya dengan kesal, "Aduh, kenapa kamu terus memikirkan Ardika si idiot itu? Kali ini adalah kesempatan yang sangat langka. Kalau kita bisa meninggalkan kesan baik untuk orang penting itu, utang keluarga kalian nggak perlu dikhawatirkan lagi, 'kan?""Hmm ... baiklah."Tak lama kemudian, Axel mengangkat panggilan telepon.Semua orang langsung menahan napas.Apakah orang penting tersebut akan turun?Setelah beberapa saat, Axel pun meletakkan ponselnya dengan ekspresi tak berdaya. Dia lalu berkata, "Ayahku baru saja meneleponku, dia bilang perjamuannya sudah selesai dan orang penting tersebut sudah pergi lebih awal.""Aduh, kita kurang beruntung, nggak bisa bertemu orang penting itu ...."Sem

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 9 Keluarga Basagita yang Tidak Tahu Malu

    Tina juga mendengkus dingin.Tony yang menyipitkan matanya tiba-tiba mengangguk, lalu berkata dengan nada bercanda, "Ardika, boleh juga. Kamu yang rayakan saja, biar aku bisa melihatnya."Tony malas berdebat dengan seorang pecundang.Lagi pula dengan keuangannya, selama Tony mau, dia bisa membuat Luna hidup mewah setiap hari.Kali ini, dia akan membiarkan Ardika mengacaukannya.Tanpa kekurangan yang ditunjukkan oleh si pecundang, kehebatan Tony tentu saja tidak terlihat, 'kan?Desi langsung mengabaikan Ardika, dia lalu bertanya, "Tony, apakah kamu bisa mengundang Kak Herkules ke pesta ulang tahun Luna? Kami harus berterima kasih kepadanya karena sudah membayar utang."Senyuman di wajah Tony langsung menghilang.Hari ini, dia sempat menelepon Herkules. Setelah memarahinya, Herkules langsung menutup telepon dengan kesal. Siapa sangka ternyata Herkules malah membayar utangnya, hal itu sudah cukup mengejutkan Tony.Mengundang Herkules ke ulang tahun Luna?Tony tidak percaya dia punya kehor

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 10 Hadiah Ulang Tahun

    Apa?Utangnya sudah dibayar?Mana mungkin? Bukankah Herkules sudah marah?Wulan dan yang lainnya langsung bengong, bahkan Tuan Besar Basagita juga tertegun. Dia menggaruk telinga sambil bertanya, "Kalian ... kalian benar-benar berhasil mendapatkan uangnya?"Sambil mengangguk, Luna segera memberikan buktinya dengan hormat."Kakek, ini ceknya, Kakek lihat dulu."Setelah melihatnya beberapa kali, Tuan Besar Basagita pun menghela napas lega. Dia lalu mengangguk dan berkata, "Ini memang cek milik perusahaan Herkules."Ekspresi tegang di wajah setiap anggota Keluarga Basagita pun menjadi lebih lega.Kalau bisa mendapatkan uangnya, hal itu membuktikan bahwa Herkules tidak marah. Keluarga Basagita juga akan baik-baik saja."Huh! Kalian kira utangnya dibayar gara-gara kalian? Jangan mimpi!" Saat ini, Wulan tiba-tiba maju ke depan dan berkata, "Kalau bukan karena aku dipukul oleh Kak Herkules, mana mungkin kalian bisa mendapatkan uangnya?""Pasti karena Kak Herkules ingin meminta maaf kepadaku,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 11 Tamu Terhormat Bank

    "Masih berpura-pura! Dari mana seorang idiot punya uang untuk membeli Hati Peri?"Sambil pamer ke arah Luna, Wulan pun berkata, "Nanti aku akan memakai Hati Peri untuk pesta ulang tahun, kemudian memakainya untuk tanda tangan kontrak dengan Grup Angkasa Sura. Bahagia sekali ...."Wisnu juga memuji adiknya, "Wulan, nantinya kamu akan menjadi wanita paling menarik perhatian di Kota Banyuli. Adapun beberapa orang, mereka bahkan nggak pantas berada di sisimu."Semua orang merasa iri. Tuan Muda David sangat baik hati, dia bahkan membelikan hadiah seperti Hati Peri.Kaya sekali.Ardika merasa kesabarannya sudah habis. Dia mengepalkan tangannya dan berjalan maju, tetapi dihentikan oleh Luna."Ardika, tenangkan dirimu.""Astaga, coba lihat tampang si idiot ini, dia ingin memukulku, ya?" ucap Wulan sambil berpura-pura takut."Kalau dia berani memukulku, aku akan menyuruh Kakek untuk mengusirnya dari Keluarga Basagita.""Gila! Orang idiot ini mau pukul orang."Tidak sedikit anggota Keluarga Basa

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 12 Kartu Hitam Misterius

    Yuni menerima kartu itu dengan ekspresi bingung, dia lalu bertanya, "Tuan Ardika, apakah ini kartu bank kami? Kenapa aku nggak pernah melihat yang warna hitam seperti ini?"Setelah Wulan dan David selesai bertransaksi, mereka pun mendekat ketika mendengar ucapan Yuni. Mereka juga melirik kartu bank di tangan Ardika."Haha, Ardika si pecundang ini, kamu ingin bertransaksi dengan kartu palsu, ya? Konyol sekali!"Wulan tertawa dengan keras. David juga ikut tersenyum sinis dan berkata kepada Amel, "Aku nggak tahan lagi, cepat usir si bodoh ini.""Baik, aku akan segera ...."Amel pun langsung mengangguk. Namun, ketika tatapannya jatuh di kartu hitam milik Ardika, dia langsung terdiam.Wajahnya langsung menunjukkan ekspresi tidak yakin, dia lalu merebut kartu hitam di tangan Ardika."Yuni, kamu jaga dulu. Aku akan menanyakan kepada pimpinan cabang."Setelah merebut kartunya, Amel melihat kartu itu beberapa kali, kemudian berlari ke atas tanpa menoleh ke belakang.Wulan berjalan mendekat dan

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 13 Bercerai dan Kembali ke Keluarga Basagita

    Desi menatap Ardika dengan penuh kebencian, napasnya juga tampak terengah-engah. Kemudian, dia tiba-tiba berlari ke dalam dapur, lalu kembali dengan pisau di tangannya."Masih saja membual! Kalau bukan idiot seperti kamu, kami nggak akan diusir dari Keluarga Basagita.""Hari ini, aku harus membunuhmu."Selesai bicara, Desi pun melemparkan pisau di tangannya."Bu! Apa yang kamu lakukan?" teriak Luna. Wajahnya sudah menjadi pucat karena terkejut.Jacky juga terkejut, dia tidak menyangka Desi akan melempar pisau.Ketika pisau hampir mengenainya, Ardika malah tampak tenang. Dia hanya sedikit memiringkan tubuhnya, pisau pun mengenai pintu dan terjatuh ke lantai."Astaga!"Terdengar seruan kaget dari depan pintu.Semua orang menoleh ke belakang, lalu menyadari orang yang datang adalah Tony."Tony? Kenapa kamu datang?"Desi segera menenangkan diri dan menyambutnya.Setelah terkejut, Tony langsung menenangkan diri. Dia berusaha tersenyum dan berkata, "Bibi, aku mendengar bahwa kalian dikeluark

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1876 Kesulitan Tersendiri

    "Kulihat masih ada hubungan kekeluargaan antara Bibi dengan Tina, kamu bukanlah tipe orang yang akan menjual keponakan sendiri demi keuntungan."Kalau bukan karena alasan ini, bagaimana mungkin Ardika bersedia berbicara sebanyak ini dengan Violet?"Huh! Kamu nggak berhak mengomentari hubunganku dengan Tina!"Violet mendengus dingin dan berkata, "Eh, Ardika, dari awal sudah kubilang kamu seperti katak dalam tempurung, tapi kamu tetap saja nggak sadar diri sedikit pun.""Hanya posisi sebagai Wali Kota Banyuli saja?""Apa kamu kira nilai Wali Kota Banyuli sekarang masih sama seperti saat kamu menjabat sebagai wali kota?!""Nggak lama lagi Kota Banyuli sudah naik level, saat itu tiba posisi Wali Kota Banyuli sudah setara dengan Wakil Kodam!""Terlebih lagi, ini baru permulaan.""Melalui batu loncatan ini, kelak masih bisa menjadi Duta Perbatasan, bahkan penguasa suatu wilayah!""Apa kamu tahu ada berapa banyak pihak yang memperebutkan posisi ini?""Terlepas dari anggota keluargaku itu, beb

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1875 Tidak Takut Karena Tidak Tahu Apa-Apa

    "Diam!"Violet menegur dengan tajam.Sikap arogan Ardika yang tidak menganggap serius Sego membuatnya sangat kesal.Bagaimanapun juga, dalam lubuk hatinya, dia beranggapan Sego dan Tina adalah pasangan yang serasi, sedangkan Ardika sudah memiliki istri dan merupakan seorang menantu benalu. Akan tetapi, bisa-bisanya pria itu melakukan intervensi dalam urusan pernikahan keponakannya.Baginya, Ardika benar-benar tidak tahu diri."Eh, Ardika, atas dasar apa kamu menyindir Pangeran Sego!""Aku beri tahu kamu, hal-hal buruk tentangmu di masa lalu, aku mengetahuinya dengan sangat jelas!""Kamu diusir oleh Keluarga Mahasura, dengan mengandalkan istrimu, kamu baru bisa melangkah sejauh ini.""Harus kuakui, kamu ahli dalam meminjam kekuatan orang lain dan berlagak hebat. Pria yang mengandalkan wanita biasa, nggak punya kemampuan dan nggak menguasai trik yang kamu kuasai ini.""Tapi, terlepas dari seberapa hebat dirimu dalam menguasai trik dan seberapa berkemampuan dirimu, identitasmu hanyalah se

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1874 Pembersihan Besar-Besaran

    Melihat Ardika tertimpa masalah, orang-orang Organisasi Snakei itu sangat senang.Ardika melirik borgol berkilauan perak di tanah itu sekilas. Tiba-tiba, dia mengentakkan kakinya."Krak ... krak ...."Dengan iringan suara pecahan logam yang memekakkan telinga, borgol di atas tanah itu sudah hancur berkeping-keping akibat entakan kaki Ardika."Kamu ... berani-beraninya kamu menghalangi kami bertugas!"Hanko langsung marah besar. Kemudian, kilatan niat membunuh melintas di matanya. Dia langsung mengulurkan tangannya ke arah sarung senjata di pinggangnya untuk mengeluarkan senjata api.Sorot mata Ardika langsung berubah menjadi dingin.Tepat pada saat pertempuran akan pecah.Pada saat ini pula, tiba-tiba saja sebuah Toiyotan Alphard melaju kemari.Melihat Alphard tersebut, Hanko mengerutkan keningnya, diam-diam menyimpan kembali senjata apinya, lalu menyambut orang itu."Hormat kepada Nyonya Violet!"Hanko sedikit membungkukkan badannya, memberi hormat kepada orang yang baru turun dari mo

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1873 Orang yang Paling Dicurigai Sebagai Pelaku

    "Pak Ardika, kita bertemu lagi."Hanko melangkah maju beberapa langkah, menghentikan langkah kakinya saat berjarak sekitar lima atau enam meter dari Ardika. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah Ardika dan menatap Ardika sambil tersenyum tipis.Hanya saja, sorot matanya tampak dingin dan tajam seperti ular beracun."Kenapa? Ada masalah?"Ardika menanggapi lawan bicaranya dengan acuh tak acuh, dia bahkan tidak melirik belasan orang anggota Organisasi Snakei lainnya.Sebelumnya, saat Chamir secara pribadi datang mencari masalah dengannya, Hanko sudah mengundurkan diri dari Organisasi Snakei.Sekarang sepertinya pemuda yang satu ini sudah menjalin hubungan dengan seorang tokoh hebat lagi, kembali ke Organisasi Snakei dan menduduki jabatannya sebelumnya.Hanko menyalakan sebatang rokok, tidak cepat, juga tidak lambat. Setelah menyesapnya sejenak, dia baru berkata dengan perlahan, "Terjadi kasus pembunuhan di Kota Banyuli, korbannya adalah Tuan Shimizu, penanggung jawab Yayasan Inv

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1872 Menghadapi Masalah

    Kalau dilihat sekarang, pilihan Amir adalah pilihan yang tepat.Dari berbagai aspek, Ardika tampak sangat percaya diri. Hal ini membuatnya merasa jauh lebih tenang.Beberapa saat setelah kepergian Amir, Jesika tiba-tiba keluar dari sebuah ruangan kecil di dalam ruang pribadi mewah tersebut."Pak Ardika, Amir adalah orang yang sangat licik.""Melihat kemungkinan kelak Keluarga Mahasura akan dihancurkan oleh Bapak, dia segera beralih pada Bapak, tapi dia juga nggak berani mengkhianati Keluarga Mahasura sepenuhnya.""Begitu dia menemukan kesempatan, orang seperti ini akan berbalik menyerang Bapak tanpa ragu."Ardika berkata dengan santai, "Nggak masalah. Kalau dia patuh, nggak perlu memedulikannya.""Kalau dia benar-benar berani berpikiran macam-macam, aku akan menghabisinya."Intinya, Ardika sama sekali tidak peduli Amir adalah orang seperti apa.Dia sengaja mengatur "senjata rahasia" ini, ingin memanfaatkan nilai Amir dalam pertarungannya melawan Keluarga Mahasura.Dia ingin membuat Kel

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1871 Lalu Memangnya Kenapa

    Ardika pernah merasakan pengkhianatan tak tahu malu dari Keluarga Mahasura.Hingga kini, rasa sakit itu masih terukir jelas dalam dirinya.Kalau dia bisa membuat Keluarga Mahasura juga merasakan sensasi seperti ini, boleh dibilang juga merupakan pilihan yang cukup baik.Demi hal ini, dia tidak keberatan untuk membantu Amir sekali."Baik, aku akan senantiasa mengingat tugas dari Pak Ardika ini!"Amir mengangguk dengan sungguh-sungguh. Kemudian, dia bangkit dan berkata, "Tapi, aku ingin mengingatkan Pak Ardika satu hal. Keluarga Mahasura nggak sesederhana kelihatannya.""Dengar-dengar, ada anggota Keluarga Mahasura di kemiliteran, bahkan sepertinya berkembang dengan lumayan baik."Tim tempur adalah keberadaan yang cukup luar biasa sepanjang sejarah Negara Nusantara.Biasanya, mereka tidak ikut campur dalam urusan daerah, tetapi keluarga-keluarga besar setempat juga tidak ada yang berani mengabaikan keberadaan tim tempur.Kalau ada anggota sebuah keluarga yang menjadi anggota tim tempur,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1870 Jaminan Kesetiaan

    Tepat pada saat Shimizu diliputi oleh keinginan yang kuat untuk bertahan hidup, dia membuka mulutnya memohon pengampunan dengan tidak berdaya, sang perekam malah langsung melangkah maju dan menginjak dada Shimizu.Serangan ini langsung merenggut nyawa Shimizu.Pada akhirnya, sang perekam mengalihkan kamera ke arah dirinya sendiri, menunjukkan wajahnya.Ardika langsung mengenali orang tersebut.Orang itu tidak lain adalah sopir yang berkendara dalam kondisi mabuk.Video tersebut berhenti sampai di situ.Sangat jelas, Shimizu sama sekali bukan mati dalam kecelakaan mobil.Melainkan dihabisi oleh orang lain!Ardika meletakkan ponsel itu, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Amir dan berkata, "Jadi, Pak Amir yang mengatur kecelakaan semalam?""Mengapa kamu melakukan tindakan seperti itu?""Kalau aku bilang aku melakukannya karena membenci bajingan-bajingan kecil itu, apa Pak Ardika percaya?" tanya Amir balik.Ardika tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal.Lagi pula, dia tidak

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1869 Penyebab Kematian Shimizu

    "Selama Pak Ardika bersedia membantuku, kelak aku akan bekerja keras untuk Pak Ardika, senantiasa mendengarkan Pak Ardika dengan setia!"Amir berdiri membungkuk di seberang Ardika, menatap Ardika dengan tatapan penuh harap.Ardika mengambil mangkuk supnya, mendekatkannya ke bibirnya. Setelah meneguk satu tegukan, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Memintaku untuk menyerahkan lima puluh persen saham begitu saja untuk menyelamatkan nyawamu. Selain itu, kelak kamu masih bisa mendapatkan perlindungan dariku atas nama sebagai anak buahku.""Pak Amir, perencanaanmu ini sangat luar biasa.""Tapi, apa kamu merasa kamu pantas untuk menerima semua itu?"Saham sebesar lima puluh persen tidaklah sedikit.Dengan memegang saham ini, Ardika bisa langsung menjadi pemegang saham besar Perusahaan Investasi Mahasura, bahkan kalau dia menggunakan sedikit trik saja, dia bisa membawa dampak besar bagi Perusahaan Investasi Mahasura.Biarpun dia langsung menjadikannya sebagai uang tunai, dia juga bisa mendapa

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1868 Menyerah

    "Pak Ardika, hal-hal nggak menyenangkan yang sudah berlalu itu, jangan diungkit dulu. Mari makan dulu, nanti aku akan bersulang dengan Pak Ardika!"Amir mencoba untuk meredakan suasana.Bos Hotel Blazar juga ikut mengundang dengan ramah."Dengan mempertimbangkan Kak Tiko, kalau begitu makan dulu."Ardika tersenyum tanpa menyetujui, juga tidak menolak. Dia tetap tidak bermaksud untuk menerima niat baik Amir.Boleh dibilang dia sudah berteman lama dengan bos Hotel Blazar, ditambah lagi Asosiasi Dagang Kota Banyuli juga berada di gedung yang sama. Karena sudah sering berinteraksi dengan pria ini, Ardika sudah cukup dekat dengannya.Menghadapi Ardika yang tetap menanggapinya dengan acuh tak acuh, Amir tetap tersenyum, sama sekali tidak keberatan.Saat acara makan-makan sudah hampir selesai, bos Hotel Blazar mencari sebuah alasan untuk pergi dengan peka, bermaksud untuk memberi ruang kepada mereka berdua untuk berbincang."Pak Amir, katakan saja apa yang ingin kamu katakan."Sambil meminum

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status