Sepuluh menit berlalu dengan cepat."Nging ... ngung ...."Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar bunyi sirene mobil polisi yang makin mendekat.Beberapa mobil polisi melaju dengan cepat, lalu berhenti di depan pintu Hotel Starie.Sekelompok orang yang mengenakan seragam polisi segera turun dari mobil.Di bawah kepemimpinan seorang pria, sekelompok orang membuka pintu kafe dan berjalan memasuki kafe."Leandor, aku sudah datang!"Pria yang memimpin sekelompok polisi itu berteriak dengan keras, lalu segera mendorong dan melewati kerumunan dengan kasar."Haha, Kak Pendo benar-benar datang dengan sangat cepat, sangat menghargaiku."Leandor berjalan menghampiri pria itu sambil tertawa. Saat dia mengeluarkan sebatang rokok dan hendak menyodorkannya pada pria itu, tiba-tiba dia berkata dengan nada terkejut, "Eh? Kak Pendo, ada apa dengan luka di wajahmu? Apa kamu terluka saat menjalani misi?"Sebelum dia sempat mendekat, dia sudah bisa menghirup aroma obat yang kental menguar dari wajah pri
Saat ini, otak Pendo seakan-akan sudah berhenti berfungsi.Pikirannya kosong seperti sebuah kertas putih.Detik sebelumnya, dia masih berteriak dengan volume suara tinggi seolah sangat hebat.Detik berikutnya, dia seperti seekor tikus yang bertemu dengan kucing, sampai-sampai tidak mampu berkata-kata lagi.Begitu melihat pemandangan aneh di hadapannya, mulut Leandor sedikit terbuka, dia sedikit tercengang.Pendo bukanlah orang biasa. Dia adalah wakil ketua kantor polisi pusat Kota Banyuli yang akan segera dipromosikan menjadi ketua kantor polisi pusat Kota Banyuli.Biarpun kini Keluarga Remax sudah menduduki posisi puncak di Kota Banyuli, saat bertemu dengan Pendo, mereka juga selalu bersikap sopan padanya.Namun, mengapa saat bertemu dengan Ardika, Pendo malah terlihat sangat gugup seperti orang yang melihat hantu?"Pak Pendo, nggak disangka kita bertemu lagi secepat ini."Ardika menatap Pendo dengan tatapan acuh tak acuh, nada bicara mengejek terdengar dalam ucapannya.Tadi, di Vila
Pendo menundukkan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Dia membiarkan Ardika melayangkan satu demi satu tamparan ke wajahnya.Rasa sakit yang luar biasa sudah menjalar di seluruh wajahnya. Namun, sepanjang proses ini, dia bahkan tidak berani berteriak kesakitan.Dia bertahan dengan mengandalkan tekad yang kuat."Kenapa kamu nggak berbicara?"Ardika berhenti menampar Pendo, melainkan menepuk-nepuk wajah pria itu dengan perlahan. "Bukankah saat kamu berjalan masuk tadi, kamu sangat hebat?""Bukankah kamu punya senjata api? Kamu hanya perlu menggerakkan jari-jarimu saja, kamu sudah bisa menghabisiku. Begini saja kamu nggak berani?""Ckckck, biasanya kamu juga menggunakan senjata api di yang terselip di pinggangmu itu untuk menakut-nakuti rakyat jelata, 'kan?"Ardika berkata dengan nada mengejek, "Sebelumnya saat berada di Vila Hundo, boleh dibilang aku sudah memberimu satu kesempatan untuk berubah, nggak mencari perhitungan denganmu untuk sementara waktu.""Tapi sekarang, kamu ma
Sementara itu, begitu mendengar ucapan itu, wajah Leandor langsung berkedut dengan hebat.Hotel Starie adalah aset milik Keluarga Remax. Kalau sampai disegel, bukan hanya harga dirinya yang akan hancur, keluarganya juga tidak akan melepaskannya begitu saja!Mengambil tindakan sesuai situasi yang ada. Leandor berencana untuk tunduk.Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan sebatang rokok dan menyodorkannya pada Ardika sambil tersenyum, "Sobat, hari ini aku benar-benar buta, terlibat dalam perselisihan dengan orang sendiri.""Aku harap kamu berbesar hati. Kalau ada masalah, kita duduk bersama dan bicarakan secara baik-baik. Ada persyaratan apa pun, silakan katakan saja, nggak perlu membesar-besarkan masalah hingga seperti ini, bukan ....""Kratak!"Ardika menerima rokok tersebut dan membiarkan Leandor membantunya menyalakan rokok tersebut. Dia tersenyum dan berkata, "Kamu benar-benar orang yang pandai membaca situasi, seorang tokoh yang hebat."Sambil menahan kekesalan yang berge
Siapa sangka, Leandor yang sudah tunduk detik sebelumnya, kembali menunjukkan taringnya lagi.Selain itu, kali ini dia langsung menyebut keluarganya.Beberapa orang sudah bisa menebak Leandor adalah anggota Keluarga Remax dari marganya, serta Hotel Starie di bawah namanya ini.Sementara itu, beberapa orang baru saja mengetahuinya.Namun, baik yang sebelumnya sudah tahu maupun tidak tahu, tiba-tiba saja merasakan tekanan yang luar biasa besar setelah mendengar kata "Keluarga Remax, keluarga kelas satu" keluar dari mulut Leandor.Keluarga Remax, keluarga kelas satu!Hampir semua orang di Kota Banyuli pernah mendengar Keluarga Remax yang telah memiliki sejarah ratusan tahun di Kota Banyuli.Dalam sekejap, suasana di dalam kafe hening seketika.Ardika memukul anggota Keluarga Remax di dalam hotel yang dijalankan oleh Keluarga Remax, apakah Keluarga Remax akan melepaskannya begitu saja?Ardika juga mengangkat alisnya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Leandor dan berkata, "Oh, ternyata
Ardika tidak tahu apakah itu memang merupakan pemikiran Keluarga Unima, Keluarga Yendia dan Keluarga Remax, atau hanya sekadar pemikiran dari anggota keluarga tertentu ketiga keluarga itu.Baru berapa hari berlalu sejak kejatuhan tiga keluarga besar.Namun, sekarang, sudah ada orang yang berpikiran ingin menjadi tiga keluarga besar baru.Apakah mereka berniat untuk mengulang sejarah?Ardika tahu itu tidak hanya sekadar pemikiran belaka.Karena sebelumnya dalam kasus "pengusiran" Keluarga Misra dan Keluarga Mahasura dari Kota Banyuli, Keluarga Unima, Keluarga Yendia dan Keluarga Remax berdiri dengan teguh di pihaknya. Mereka memang telah memperoleh keuntungan yang besar.Perlahan-lahan, tiga keluarga besar baru mulai terbentuk di Kota Banyuli."Hehe, terserah apa katamu. Lagi pula, ucapanmu nggak akan bisa mengubah kenyataan bahwa Keluarga Remax akan menjadi tiga keluarga besar."Leandor menatap Ardika dengan tatapan tajam, lalu berkata dengan nada kejam, "Sekarang aku beri kamu kesempa
"Baron, tadi kamu bilang apa? Aku nggak mendengarnya dengan jelas. Coba kamu ulangi sekali lagi."Namun, Ardika yang baru saja mematahkan satu kaki Leandor, sekarang malah bisa mengajukan pertanyaan terhadap orang di ujung telepon dengan tenang.Baron berkata dengan suara serak dan nada bicara gelisah, "Tuan Ardika, tadi aku mengatakan Leandor nggak ada hubungan apa pun dengan Keluarga Remax.""Tuan bisa menghukum bajingan itu sesuka hati! Baik Tuan ingin membunuhnya atau mengulitinya, Keluarga Remax akan menghormati keputusan Tuan Ardika!"Saat ini, di ujung panggilan telepon, sekujur tubuh Baron sudah diselimuti keringat dingin.Dia benar-benar ingin melayangkan sebuah tamparan keras ke wajahnya sendiri. Bisa-bisanya dia mengucapkan kata-kata seperti itu tadi.Jelas-jelas Leandor yang mengatakan dengan arogan ingin mematahkan lengan dan kaki Ardika, tetapi dia malah memohon pada Ardika untuk melepaskan Leandor.Berbeda halnya kalau orang yang dihadapinya adalah orang lain.Namun, sia
Saat ini, para tuan muda dan para nona yang berasal dari keluarga terpandang, yang biasanya selalu bersikap arogan itu, bahkan tidak berani mengeluarkan suara napas yang keras.Karena saat ini tetua keluarga mereka tampak menunjukkan ekspresi sangat serius, seolah-olah diliputi perasaan gugup akan memasuki tempat penjatuhan vonis."Hormat kepada Tuan Ardika, hormat kepada Nona Luna ...."Kepala keluarga tiga keluarga besar itu membawa generasi muda mereka ke hadapan Ardika dan membungkuk memberi hormat secara bersamaan. Semua orang yang berada di tempat itu terkejut bukan main.Begitu melihat pemandangan yang terpampang nyata di hadapan mereka itu, mereka menatap Ardika dengan sorot mata kagum dan hormat.Orang yang bisa membuat tiga keluarga kelas satu, beserta seluruh anggota keluarga mereka memberi hormat seperti ini, tentu saja bukanlah orang biasa.Pemuda seperti itu benar-benar layak dihormati oleh semua orang."Halo, semuanya, kalian nggak perlu sesungkan ini ...."Luna buru-bur