"Baron, tadi kamu bilang apa? Aku nggak mendengarnya dengan jelas. Coba kamu ulangi sekali lagi."Namun, Ardika yang baru saja mematahkan satu kaki Leandor, sekarang malah bisa mengajukan pertanyaan terhadap orang di ujung telepon dengan tenang.Baron berkata dengan suara serak dan nada bicara gelisah, "Tuan Ardika, tadi aku mengatakan Leandor nggak ada hubungan apa pun dengan Keluarga Remax.""Tuan bisa menghukum bajingan itu sesuka hati! Baik Tuan ingin membunuhnya atau mengulitinya, Keluarga Remax akan menghormati keputusan Tuan Ardika!"Saat ini, di ujung panggilan telepon, sekujur tubuh Baron sudah diselimuti keringat dingin.Dia benar-benar ingin melayangkan sebuah tamparan keras ke wajahnya sendiri. Bisa-bisanya dia mengucapkan kata-kata seperti itu tadi.Jelas-jelas Leandor yang mengatakan dengan arogan ingin mematahkan lengan dan kaki Ardika, tetapi dia malah memohon pada Ardika untuk melepaskan Leandor.Berbeda halnya kalau orang yang dihadapinya adalah orang lain.Namun, sia
Saat ini, para tuan muda dan para nona yang berasal dari keluarga terpandang, yang biasanya selalu bersikap arogan itu, bahkan tidak berani mengeluarkan suara napas yang keras.Karena saat ini tetua keluarga mereka tampak menunjukkan ekspresi sangat serius, seolah-olah diliputi perasaan gugup akan memasuki tempat penjatuhan vonis."Hormat kepada Tuan Ardika, hormat kepada Nona Luna ...."Kepala keluarga tiga keluarga besar itu membawa generasi muda mereka ke hadapan Ardika dan membungkuk memberi hormat secara bersamaan. Semua orang yang berada di tempat itu terkejut bukan main.Begitu melihat pemandangan yang terpampang nyata di hadapan mereka itu, mereka menatap Ardika dengan sorot mata kagum dan hormat.Orang yang bisa membuat tiga keluarga kelas satu, beserta seluruh anggota keluarga mereka memberi hormat seperti ini, tentu saja bukanlah orang biasa.Pemuda seperti itu benar-benar layak dihormati oleh semua orang."Halo, semuanya, kalian nggak perlu sesungkan ini ...."Luna buru-bur
Begitu mendengar ucapan Baron, secercah harapan terakhir dalam lubuk hati Leandor lenyap seketika.Kali ini, dia benar-benar sudah memprovokasi seorang tokoh yang luar biasa hebat. Tidak hanya kakinya sendiri yang patah, dia bahkan menyeret seluruh Keluarga Remax dalam masalah ini!Dalam sekejap, pandangan semua orang tertuju pada Ardika.Mereka ingin lihat sebenarnya hukuman seperti apa yang akan Ardika jatuhkan pada mereka."Hari ini, aku nggak menargetkan siapa pun, melainkan ingin membahas masalah dengan jelas. Sebelum aku menjatuhkan hukuman, aku ingin menjelaskan terlebih dahulu."Ardika berdiri, lalu berjalan menghampiri Leandor dan berkata dengan dingin, "Aku memukul temanmu di hotelmu, kamu ingin maju untuk membelanya, sebenarnya nggak masalah.""Tapi, kamu nggak mencari tahu terlebih dahulu siapa yang benar dan siapa yang salah. Begitu datang, kamu langsung menggunakan latar belakangmu untuk mengancamku, ingin mematahkan lengan dan kakiku, bahkan mengatakan dengan arogan bahw
Bisnis utama Keluarga Remax adalah bisnis perhotelan.Hotel-hotel besar maupun kecil di Kota Banyuli adalah milik keluarga mereka.Sebelumnya, karena kasus yang melibatkan putranya, Baron menyerahkan Hotel Puritama secara pribadi kepada Ardika.Hukuman ini tidak terbilang ringan. Bayangkan saja, begitu banyaknya hotel yang dijalankan oleh keluarga mereka harus berhenti beroperasi selama satu bulan, mereka akan mengalami kerugian yang sangat besar.Namun, hukuman ini juga tidak terbilang berat.Paling tidak, jauh lebih baik daripada Keluarga Remax juga dijatuhkan oleh Ardika seperti tiga keluarga besar.Boleh dibilang Ardika sudah cukup berbesar hati dengan memberi mereka hukuman itu."Baik!"Baron tidak berani banyak berkomentar."Oke, kalau begitu, bubarlah."Ardika melambaikan tangannya.Satu per satu dari tiga kepala keluarga itu menangkupkan tangan mereka di hadapan Ardika, lalu pergi meninggalkan tempat itu dengan membawa generasi muda keluarga mereka.Leandor dibawa ke rumah saki
"Wah ...."Begitu pintu mobil Koegnigsegg terbuka, bahkan pejalan kaki yang berlalu lalang pun berdecak kagum.Kemudian, mereka segera mengeluarkan ponsel, lalu mengambil foto dan video.Desain mobil Koegnigsegg yang satu ini benar-benar luar biasa.Biarpun sudah sering melihat orang mengendarai mobil balap di TikTok, mobil ini tetap memiliki pesona yang membuat mata semua orang terbuka lebar melihatnya."Ardika, ini adalah mobilmu?"Tarim juga tercengang.Biarpun orang yang tidak mengerti mobil, juga tahu Koegnigsegg yang terparkir di pinggir jalan ini jauh lebih mewah dibandingkan Lamborghini yang dikendarainya.Mobil mewah juga terbagi menjadi tingkatan-tingkatan tertentu.Kedua mobil itu tidak masuk dalam kategori tingkatan yang sama.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Apa ada hubungannya denganmu?"Raut wajah Tarim berubah menjadi sangat masam.Barusan, dia sengaja mengendarai Lamborghini miliknya untuk pamer di hadapan Luna dan mengolok-olok Ardika.Siapa sangka, Ardika langsu
Begitu mendengar ucapan Logawe, Ardika mengerutkan keningnya.Sebelumnya dia meminta sopir Draco untuk mengantar Logawe dan yang lainnya ke rumah sakit terdekat untuk menerima pengobatan.Seharusnya setelah menjalankan prosedur yang ada dan menyerahkan biaya pengobatan, sopir itu merasa tugasnya sudah selesai dan segera kembali ke tim tempur Kota Banyuli.Tidak ada yang salah dengan tindakan sopir tersebut.Namun, Rumah Sakit Internasional Victori benar-benar keterlaluan dengan membiarkan pasien luka parah begitu saja tanpa memberi mereka pengobatan.Apa mungkin Keluarga Sudibya di balik semua ini?Kalau benar begitu, mungkin sedikit merepotkan.Setelah berpikir demikian, Ardika merasa dia harus pergi ke sana secara pribadi.Hari ini, Logawe dan yang lainnya disiksa seperti itu oleh Yudin, sedikit banyak ada hubungannya dengan dirinya.Selain itu, beberapa orang itu adalah pejabat publik, boleh dibilang juga termasuk bawahannya."Oke, aku akan segera ke sana."Setelah memutuskan sambun
"Aku nggak peduli apakah dokter rumah sakit kalian sedang makan atau sedang buang air besar, cepat hubungi dokter sekarang juga! Kalau dalam kurun waktu satu menit, dokter nggak muncul juga, jangan salahkan aku menghancurkan rumah sakit kalian!"Melihat sorot mata dingin sekaligus tajam Ardika, ekspresi dua perawat itu langsung berubah menjadi sedikit pucat saking ketakutannya, bahkan mereka sampai tidak bisa berkata-kata lagi."Huh! Hebat sekali kamu, ya! Orang-orang yang Rumah Sakit Internasional Victori layani adalah orang-orang terpandang."Tepat pada saat ini, pintu ruangan yang bertuliskan "ruang dokter jaga" di samping platform perawat terbuka.Sambil berjalan keluar, seorang wanita berkacamata dengan mata tampak mengantuk, mengenakan jubah putihnya.Ardika melirik lencana nama wanita itu, tertulis nama, Tasya Siombing.Tasya mengamati Ardika dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Melihat penampilan Ardika biasa-biasa saja, dia beranggapan bahwa Ardika bukanlah tokoh hebat yang
"Bu Tasya!"Sambil berteriak dengan histeris, dua perawat itu segera menerjang ke arah Tasya. Saat mereka mengeluarkan wanita itu dari tumpukan barang-barang, penampilan wanita itu sudah terlihat sangat menyedihkan.Kacamatanya terbang, bekas tamparan tampak jelas di wajahnya, serta rambutnya yang berantakan seperti hantu.Setelah dipapah berdiri oleh dua perawat itu, Tasya memelototi Ardika dengan terkejut sekaligus marah. "Dasar bajingan! Berani-beraninya kamu memukulku!"Nada bicara tidak percaya terdengar jelas dalam ucapannya.Biasanya, orang-orang yang datang berobat di Rumah Sakit Internasional Victori adalah orang-orang terpandang.Biarpun demikian, orang-orang itu juga memperlakukan para staf medis rumah sakit dengan sopan.Karena itulah, Tasya dan yang lainnya menjadi terbiasa bersikap arogan. Di mata mereka, biasanya mereka berinteraksi dengan orang-orang terpandang, orang-orang kalangan atas.Jadi, secara otomatis mereka tidak akan menganggap serius rakyat jelata yang tidak