Pagi-pagi sekali, terdengar sudah ada keributan di lapangan besar SMK Angkasa. Murid-murid mulai dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas memenuhi lapangan tersebut. Di tengah-tengah lapangan dengan nuansa warna hijau itu, terdapat dua orang lelaki remaja berusia sekitar tujuh belas tahun yang saling adu jotos.
Tidak ada yang melerai kedua lelaki tersebut satu pun, yang penonton lakukan hanyalah mengabadikan hal tersebut dan mempostingnya ke media sosial masing-masing. Tanpa takut bahwa nantinya nama baik sekolah mereka akan kotor.
Teriakan-teriakan dari para murid yang menyaksikan hal itu semakin terdengar, saat melihat kondisi salah seorang dari dua orang lelaki yang adu jotos tersebut semakin lemah. Dia adalah Kiesha Alvaro, kondisinya sudah babak belur dan tidak bisa dikatakan baik lagi.
Sementara Yesaya Abraham, kekuatannya masih sangat penuh. Bahkan wajahnya terlihat semakin memerah bagaikan api yang menyala, emosi benar-benar memuncak, tidak dapat tertahankan lagi.
"Stop!" Suara teriakan dari seorang gadis blasteran Amerika-Indonesia, berhasil menghentikan aksi Yesaya.
Yesaya menoleh ke arah sumber suara tersebut. "Kiara?" gumamnya.
Kiara Anindya Manopo, gadis yang sudah dua tahun menjabat sebagai kekasih Yesaya. Hal yang membuat Kiara merasa kesal menjadi pacar Yesaya adalah, karena kekasihnya itu selalu saja mudah tersulut emosi.
"Kiesha! Wah parah, lo berantem lagi?" Saskia membantu Kiesha untuk berdiri.
Saskia Chadwick, gadis keturunan Australia dengan rambut berwarna kecokelatan, adalah salah satu sahabat Kiesha. Kepeduliannya terhadap Kiesha, membuat rasa cinta perlahan-lahan tumbuh di hati Kiesha. Tapi sayangnya gadis yang biasa dipanggil Saski itu, belum tahu perasaan Kiesha kepada dirinya.
"Yes, kamu kenapa si buat masalah terus? Kalo kamu sering emosi kayak gini, nama kelas kita bakalan tercemar," komentar Gaby.
Gabriella Putri, biasa dipanggil Gaby. Seorang gadis keturunan Chinese-Indonesia, dengan bola mata sipit dan kulit putih. Adalah satu dari ketujuh sahabat Yesaya.
"Lo juga, Sha. Jangan mudah emosi napa. Nanti kalo kita dapet hukuman, lo mau tanggung jawab?" omel Jenifer.
Jenifer Anita, sahabat Kiesha yang memiliki sifat seperti kanak-kanak. Namun, terkadang sifat dewasanya menonjol dalam dirinya. Ketika permasalahan sedang melanda kehidupannya.
Kiesha dan Yesaya sama-sama menundukkan kepala mereka. Mendapat omelan lagi dari sahabat-sahabatnya. Hal yang diributkan oleh keduanya sudah dapat ditebak, apa lagi jika bukan tentang masalah kelas?
Rey berkacak pinggang. "Sha, sekarang mending lo obatin luka lo, abis tu kita datang ke ruang BK sama-sama."
Ruang BK, sudah menjadi langganan bagi Kiesha dan sahabat-sahabatnya. Hanya karena masalah status kelas, mereka bisa sampai masuk BK berulang kali. Dan para guru pun sudah tidak heran lagi, mengapa antara kelas dengan murid pintar dan murid terkenal selalu membuat keributan.
Para guru sedang berusaha untuk mencari cara, bagaimana agar bisa mempersatukan kedua kelas itu. Karena tidak mungkin sampai lulus nanti, anak murid mereka dari dua kelas yang berbeda selalu memasukki ruang BK.
"Lo juga, Yes. Obatin luka lo," titah Pangeran.
Callista memutar kedua bola matanya malas. "Gue yakin, ini pasti salahnya kelas terkenal itu 'kan?" tebak Callista asal.
"Hush, jangan ngomong gitu!" tegur Rassya.
"Sekarang mending kalian yang nonton ini bubar deh!" usir Clay dengan teriakannya.
Para murid seketika membubarkan diri, saat mendengar teriakan Clay. Dan lima menit kemudian, datanglah Bu Natalie beserta Pak Gino menghampiri kerumunan Kiesha, Yesaya, dan kawan-kawan mereka.
Bu Natalie menggelengkan kepalanya. "Kalian lagi, Ibu sampai bosan menangani masalah kalian. Apa harus ya, Ibu skors kalian selama satu minggu?" ancam Bu Natalie.
Ancaman yang sudah biasa bagi mereka semua, hal itu sudah seperti menjadi makanan sehari-hari. Entah bagaimana caranya agar keributan antar kelas itu tidak akan terulang lagi, pada hari-hari ke depannya.
"Maaf Bu, saya dari perwakilan kelas sebelas jurusan akuntansi tiga, kita janji gak akan mengulangi kesalahan ini lagi," ucap Ratu, dengan kepalanya yang senantiasa tertunduk.
"Iya Bu, saya juga perwakilan dari kelas sebelas jurusan teater satu, mau minta maaf. Kita janji gak akan mengulangi keributan ini lagi," sambung Maudy, wajahnya menampilkan raut merasa bersalah.
Pak Gino melipat kedua tangannya di depan dada. "Janji aja terus, ditepatinnya pas udah lulus aja ya." Lalu, Pak Gino meninggalkan lapangan tersebut.
Janji, selalu terucap dari mulut mereka. Tapi, tak pernah sekalipun mereka menepati janji itu. Sebab karena emosi, hal apa saja bisa terjadi. Sehingga janji yang sudah diucapkan dengan gampangnya terlupakan.
Bukan hanya Pak Gino dan Bu Natalie saja yang bosan menangani masalah mereka. Tapi guru yang lain pun sama bosannya, sudah beberapa kali para guru melakukan rapat bersama untuk mencari cara agar kelas murid pintar dan kelas murid terkenal bisa bersatu. Namun mereka tidak mendapatkan ide apapun.
"Nanti, jam istirahat pertama Ibu tunggu kalian di ruang BK." Kemudian, Bu Natalie turut meninggalkan lapangan itu.
Tersisalah enam belas anak murid dari dua jurusan yang berbeda. Mereka semua saling melemparkan tatapan tajam antara yang satu dan yang lainnya. Merasa bahwa hal ini terjadi, bukan karena kesalahan mereka.
Axel menatap Clay sinis. "Lo tahu? Hal ini terjadi karena Kiesha, bukan karena Yesaya. Sebaiknya lo sama temen-temen lo sadar diri deh, cuma modal kepintaran aja gak guna hidup di dunia," ucap Axel dengan nada bicara tak suka.
Clay menghembuskan napasnya secara kasar, kedua tangannya sudah terkepal kuat. Wajah tampannya mulai memerah dan rahangnya mengeras.
"Coba, lo ulang kata-kata lo tadi sekali lagi," pinta Clay.
"Lo, sama sahabat-sahabat lo gak akan berguna hidup di dunia ini. Kalau gak terkenal," ulang Axel, disertai dengan senyuman merendahkannya.
Satu bogeman berhasil Clay layangkan di pipi kanan Axel, kemudian secara kasar Clay menarik baju seragam Axel. Para cewek yang menyaksikan hal itu seketika berteriak histeris, kecuali Jenifer dan Callista. Sebab mereka sudah tahu, siapa yang memulai masalah duluan.
"Clay! Axel! Stop!" lerai Saskia.
"Kalian apaan si? Mau ikut masuk ruang BK juga sama Kiesha dan Yesaya? Iya?" omel Alika.
Napas Clay dan Axel sama-sama naik turun, emosi sama-sama tak dapat ditahan oleh keduanya. Untuk mencegah terjadinya keributan lagi, Saskia segera menarik Clay agar menjauhi Axel, dan Alika menarik Axel agar tidak berdekatan lagi dengan Clay.
"Udahlah, mending sekarang kita cabut yuk. Masuk kelas, daripada di sini panas," ajak Jenifer.
"Ayok, orang sirik kayak gitu mah gak usah dilayanin," sindir Callista.
Dengan perlahan, Ratu membantu Kiesha untuk berjalan. Dan membawanya menuju UKS. Mereka mulai meninggalkan lapangan itu, dan menyisakan seorang guru di sana. Memang, sedari tadi guru tersebut bersembunyi di tempat yang sepi, agar tidak ketahuan.
Cara apa yang harus aku buat? Agar bisa menyatukan mereka?, batin Pak Antoni.
Di bawah teriknya matahari, dua kelompok siswa dari jurusan yang berbeda sedang menjalankan hukuman mereka bersama-sama. Sesuai perintah Bu Natalie, mereka semua membersihkan lapangan depan sekolah, dibagi menjadi empat kelompok. Satu kelompok terdiri dari empat orang.Setiap sudut lapangan, mereka semua bersihkan. Tentu mereka mengerjakan hukuman itu dengan ekspresi yang berbeda-beda. Ada yang dengan terpaksa, tapi ada juga yang menjalankan hukuman tersebut dengan ikhlas dan menerima dengan lapang dada.Namun, di saat sudah mendapat hukuman seperti ini. Mereka masih saja tidak kapok, lihatlah terjadi perdebatan antara Ratu dan Maudy. Entah kenapa bisa terjadi perdebatan diantara mereka berdua, selalu saja ada hal yang diributkan."Heh! Lo kali yang salah, tadi gue udah lempar nih sampah ke sana! Lo malah balikkin lagi ke sini!" ucap Ratu nyolot.Maudy berkacak pinggang. "Tenang dong bos, gue kan gak
Sesampainya di rumah, Saskia langsung mendudukkan pantatnya di kursi sofa yang ada di ruang tamu. Wajahnya kusut, akibat masih kesal dengan hukuman yang tadi siang baru saja dijalankan bersama sahabat-sahabatnya. Saskia masih tidak terima, karena sebenarnya yang bersalah Yesaya dan sahabat-sahabatnya.Rumah bernuansa putih itu tampak sepi, karena Saskia hanya hidup berdua bersama Mamanya, yaitu Widi. Papanya sudah meninggal sejak tiga tahun yang lalu. Semenjak meninggalnya Sang Papa, Saskia menjadi terpuruk. Saat itu dirinya baru duduk di bangku kelas delapan SMP.Tapi, setelah bertemu dengan sahabat-sahabatnya saat kelas sepuluh SMK. Keterpurukan itu hilang karena canda tawa yang sering sahabat-sahabatnya berikan agar seulas senyuman terbit di wajah Saskia. Dan, kebahagiaan Saskia menjadi bertambah. Karena Rey yang sering memberinya perhatian.Widi, ternyata sudah ada di rumah. Saat melihat Saskia sedang duduk dengan waja
Tepat pukul sepuluh malam, Kiesha sampai di rumahnya dengan keadaan selamat. Seperti biasa, Pasha, Papa Kiesha. Sudah menunggu kedatangannya di ambang pintu utama rumah bernuansa abu-abu tersebut. Dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada, Pasha menatap Kiesha dari atas sampai bawah.Melihat ekspresi wajah Pasha yang sudah tidak bersahabat, Kiesha berdecak kesal. Rasanya begitu malas jika harus memasukki rumah rasa neraka di dunia itu, pasti lagi-lagi sebelum memasukki kamar, Kiesha harus melakukan perdebatan dengan Pasha.Dulu, hubungan Pasha dan Kiesha memang baik-baik saja. Tapi semenjak kedatangan Ibu Tiri Kiesha, yaitu Ira. Maka sifat Pasha berubah drastis, jarang memperhatikan sekolah Kiesha, selalu membandingkan Kiesha dengan anak tirinya, yaitu Yesaya. Dan apa yang Kiesha lakukan, di matanya selalu salah.Kiesha berjalan perlahan dengan wajah tak berdosa, menghampiri Pasha. Dan hendak menyalami punggung tangan
Parkiran SMK Angkasa sudah tampak dipenuhi oleh motor, mobil ataupun sepeda milik siswa-siswi yang bersekolah di sana, ataupun milik guru-guru yang mengajar di sana. Sekolah sudah tampak ramai sejak pagi, itulah kebiasaan siswa-siswi SMK Angkasa untuk menghindari pemeriksaan yang dilaksanakan setiap pagi oleh para guru, maupun oleh anggota OSIS.Kebanyakan, siswi yang berangkat lebih pagi. Karena pemeriksaan yang sering dilakukan adalah pemeriksaan kuku, rok, dan alat make up. Tapi, Kiesha dan sahabat-sahabatnya tidak termasuk ke dalam tipe murid seperti itu. Yesaya dan sahabat-sahabatnya pun sama, mereka berusaha untuk bersikap baik. Agar nama geng mereka dapat terkenal karena sikap baiknya.Saat ini, Yesaya dan sahabat-sahabatnya tengah berkumpul di kantin sekolah. Jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, jadi masih banyak waktu untuk mengobrol dan berbincang-bincang ringan di kantin. Kantin SMK Angkasa bisa dibilang kecil, hanya
Jam istirahat pertama akhirnya telah tiba, bel telah dibunyikan dengan nyaring oleh salah satu guru SMK Angkasa. Para murid menyambut dengan antusias saat mendengar bel tersebut. Di kelas sebelas akuntansi tiga, Kiesha dan sahabat-sahabatnya membentuk sebuah lingkaran besar, dan memakan bekal mereka bersama.Kepala sekolah SMK Angkasa, mewajibkan para muridnya untuk membawa bekal dari rumah. Karena di sekolah ini tidak difasilitasi kantin yang besar, dan banyak pilihan jajanan untuk para muridnya. Selain itu, SMK Angkasa juga menerapkan sistem mengurangi penggunaan sampah plastik.Sehingga para murid dan para guru diwajibkan untuk membawa bekal sendiri dari rumah, tempat makan dan botol minum masing-masing. Lingkungan sekolah SMK Angkasa tampak selalu bersih, bebas dari sampah, dan banyak pepohonan hijau yang tertanam di pinggir-pinggirnya.Kembali lagi kepada Kiesha dan sahabat-sahabatnya, mereka saat ini sedang menghabis
Bu Nani, selaku guru mata pelajaran akuntansi keuangan kelas sebelas akuntansi tiga mengadakan ulangan harian mendadak hari Selasa ini. Murid-murid yang mendengar kabar itu sangat shock, bagaimana tidak? Mereka sama sekali belum ada modal untuk mengisi soal ulangan yang akan diberikan nanti. Hanya pasrahlah yang bisa mereka lakukan.Ulangan dibagi menjadi dua sesi, yaitu siswa yang duduknya di meja pertama dan kedua dari pintu terlebih dahulu yang melakukan ulangan. Sementara siswa yang duduk di bangku ketiga dan keempat dipersilahkan agar keluar dari kelas dan diberi kesempatan untuk belajar terlebih dahulu.Kiesha, Saskia dan sahabat-sahabat mereka mendapat sesi kedua. Senang rasanya, setidaknya masih ada kesempatan agar mereka bisa mendapat nilai yang baik. Lumayan, sebagai pembantu penambah nilai untuk rapot kenaikan kelas nanti.Meskipun Kiesha, Saskia dan sahabat-sahabatnya dikenal oleh guru karena sering keluar masu
Tepat pukul sepuluh malam, Saskia terbangun dari tidurnya karena mendapat telepon dari Jenifer, yang mengatakan bahwa pertandingan MMA antara Rey dan Angga sudah berlangsung. Namun hal yang membuat Saskia panik yaitu karena Jenifer mengatakan bahwa kondisi Rey sudah tidak bisa dikatakan baik lagi.Wajah Rey sangat babak belur, matanya bengkak dan hidungnya mulai mengeluarkan darah, akibat pukulan keras yang terus Angga berikan. Sepertinya Rey tak akan bisa melakukan pertandingan tersebut sampai di ronde dua belas. Sebab kondisinya sangat tak memungkinan agar Rey dapat menyelesaikan pertandingan itu.Doa-doa terus mengalir untuk Rey dari sahabat-sahabatnya. Tapi tetap saja, percuma. Karena jika seseorang yang tak pandai dalam pertandingan MMA, maka bisa habis dipukuli oleh lawannya.Saskia menuruni anak tangga satu persatu dengan cepat, khawatir jika Rey tak akan bisa bangun lagi. Akan tetapi, saat baru saja dirinya sampai
Mobil ambulans berhenti tepat di depan rumah sakit Citra Medika dengan keadaan selamat. Dua orang suster lelaki dan dua orang suster perempuan mendorong brankar yang di atasnya terdapat tubuh lemah Rey dengan cepat. Brankar itu dimasukkan ke dalam ruang IGD. Tidak ada satupun sahabat Rey yang diijinkan masuk ke dalam ruangan itu, hanya Dokter dan Suster saja yang boleh masuk.Saskia dan ketiga sahabat laki-lakinya duduk di kursi yang tersedia tepat di depan ruang IGD. Mereka semua terus merapalkan doa untuk keselamatan Rey. Air mata Saskia mengalir semakin deras saat pikiran negative kembali menyerang kepalanya. Kiesha yang melihat Saskia menangis, rasanya tak tega.Ingin sekali Kiesha menenangkan Saskia dan membawanya ke dalam dekapan hangatnya. Tapi, Kiesha sekarang sudah tahu bahwa Saskia tidak menyukainya. Dari sikap peduli Saskia kepada Rey, sudah dapat membuktikan bahwa Saskia suka kepada Rey. Walaupun Kiesha belum mendengarnya secar