Sesampainya di rumah, Saskia langsung mendudukkan pantatnya di kursi sofa yang ada di ruang tamu. Wajahnya kusut, akibat masih kesal dengan hukuman yang tadi siang baru saja dijalankan bersama sahabat-sahabatnya. Saskia masih tidak terima, karena sebenarnya yang bersalah Yesaya dan sahabat-sahabatnya.
Rumah bernuansa putih itu tampak sepi, karena Saskia hanya hidup berdua bersama Mamanya, yaitu Widi. Papanya sudah meninggal sejak tiga tahun yang lalu. Semenjak meninggalnya Sang Papa, Saskia menjadi terpuruk. Saat itu dirinya baru duduk di bangku kelas delapan SMP.
Tapi, setelah bertemu dengan sahabat-sahabatnya saat kelas sepuluh SMK. Keterpurukan itu hilang karena canda tawa yang sering sahabat-sahabatnya berikan agar seulas senyuman terbit di wajah Saskia. Dan, kebahagiaan Saskia menjadi bertambah. Karena Rey yang sering memberinya perhatian.
Widi, ternyata sudah ada di rumah. Saat melihat Saskia sedang duduk dengan wajah murung di ruang tamu. Widi menghentikan aktivitas memasaknya terlebih dahulu, dan memilih untuk menghampiri anak gadis satu-satunya itu.
"Hai sayang, kamu udah pulang?" sapa Widi.
Saskia menatap ke arah sumber suara. "Iya Ma, tapi aku kesel," jawab Saskia kesal.
Widi mulai mendudukkan pantatnya di samping Saskia, dan membawa anak gadisnya ke dalam dekapan hangatnya. Widi tahu, apa penyebab Saskia murung seperti ini. Sebab tadi saat di kantor, dirinya mendapat pesan dari wali kelas Saskia bahwa Saskia dan sahabat-sahabatnya kembali membuat ulah.
Marah? Tentu sebagai orang tua yang mengetahui anaknya membuat ulah di sekolah, Widi akan marah. Tapi sebisa mungkin wanita berusia sekitar empat puluh lima tahun tersebut menahan emosinya agar tidak pecah, karena tidak ingin membuat anaknya tertekan.
"Mama tahu, pasti kamu kesel karena dihukum sama Bu Natalie 'kan?" tebak Widi.
Kedua bola mata Saskia seketika membulat, dari mana Widi tahu hal itu?Tetapi, kenapa Widi tidak memarahinya? Padahal sebelum-sebelumnya jika Saskia berbuat ulah di sekolah, pasti Widi selalu memarahinya.
"Kamu gak usah kaget, Mama tahu dari Bu Natalie," jelas Widi.
Dalam dekapan Widi, Saskia menengadahkan kepalanya. "M-Mama gak marah?" tanya Saskia terbata.
Senyuman hangat terbit di wajah manis Widi, seorang anak tidak baik jika terus-terusan dimarahi. Karena sifat seorang anak dapat berubah dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Sebagai orang tua yang paham dengan masa muda, Widi pun tahu bagaimana bahagianya jika ada di masa-masa SMK.
Masa SMK adalah masa yang paling indah, di mana anak-anak remaja sedang menikmati masa mudanya. Namun, emosi seorang anak ketika memasuki masa remaja masih labil. Mereka sulit untuk mengendalikan emosinya, dan berakhir dengan keributan.
"Mama gak marah sama kamu, tapi boleh gak Mama kasih perintah sama kamu?" Salah satu alis Widi terangkat.
Anggukan kepala, hanya itu yang dapat Saskia berikan sebagai jawaban. Saat ini gadis berusia tujuh belas tahun itu sedang fokus menunggu, perintah apa yang akan diberikan oleh Widi kepadanya.
Widi mengusap kepala Saskia lembut, kemudian menjawab, "Tolong, kamu berdamai dengan Yesaya dan sahabat-sahabatnya," perintah Widi.
Berdamai, adalah hal yang sulit. Apa lagi jika harus berdamai dengan orang yang statusnya sebagai musuh bebuyutan. Rasanya mustahil jika antara Yesaya dan sahabat-sahabatnya juga Saskia dan sahabat-sahabatnya berdamai. Karena di antara dua kelompok tersebut, pasti tidak akan ada yang mau mengalah.
Raut wajah Saskia terlihat semakin kusut, untuk perintah Widi kali ini tak akan bisa dirinya laksanakan. Sebab jika sudah berdamai, namun di hati masih menyimpan dendam. Itu sama saja dengan bohong, lebih baik tidak usah berdamai.
Perlahan, Saskia melepaskan pelukannya dari tubuh Widi. Lalu, melipat kedua tangannya di depan dada, menghembuskan napasnya secara kasar dan memutar kedua bola matanya malas.
"Ma, aku gak bisa berdamai sama mereka. Karena kalau kita berdamai, pasti aku sama temen-temen aku bakal di injek-injek sama mereka," tolak Saskia.
Widi mengusap punggung Saskia. "Dicoba dulu sayang, pasti kamu bisa berdamai sama mereka. Plis, Mama mohon sama kamu," pinta Widi.
Satu hal yang berat dan tak mungkin bisa Saskia lakukan, kecuali sahabat-sahabatnya sudah setuju, pasti Saskia akan turut setuju. Saat ini dirinya butuh ketenangan untuk mengembalikan moodnya. Masalah yang terjadi sepanjang hari ini, benar-benar membuat Saskia tak bisa mengontrol emosinya.
"Ma, maaf ya. Aku pengen sendiri dulu," ucap Saskia, dengan raut wajah merasa tak enaknya.
Seolah tahu dengan apa yang diucapkan Saskia, Widi pun langsung meninggalkan ruang tamu itu dan melanjutkan kembali aktivitas memasaknya. Sekarang, hanya ada keheningan yang meliputi Saskia. Hanya satu yang dirinya inginkan, yaitu hiburan dan ketenangan.
Entah kenapa satu hari saja tidak ribut dengan Yesaya dan sahabat-sahabatnya tidak bisa. Mengontrol emosi agar tidak meledak, rasanya sesulit melepas kepergian yang kita sayangi. Mungkin, ini salah satu faktor juga karena mereka masih berusia remaja.
"Gue heran deh sama Mama, kenapa si Mama paksa gue untuk berdamai sama kelompok sahabat si cowo nyebelin itu? Padahal, Mama udah tahu sendiri kalo gue benci banget sama mereka," monolog Saskia.
Saskia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa berwarna hitam yang ada di ruang tamu rumahnya. Beberapa kali gadis berusia tujuh belas tahun itu menarik dan menghembuskan napasnya berulang-ulang. Meredam emosinya agar berkurang.
Ketukan pintu utama terdengar, membuat Saskia dengan terpaksa harus membukakan pintu itu. Dengan langkah yang malas dan raut wajah yang semakin kusut. Saskia membukakan pintu itu, dan ternyata sosok Kiesha adalah orang yang datang.
Kedua bola mata Saskia terputar malas. "Apa lo? Mau cari ribut?" kesal Saskia.
"Eh, tenang dulu dong Neng. Aa ke sini, mau balikin pulpen. Tadi kan di sekolah Aa pinjem pulpen Neng Saski." Kemudian, Kiesha menyodorkan sebuah pulpen berwarna hitam berkarakter mickey mouse kepada Saskia.
Saskia menerima pulpen itu secara kasar. "Makasih," ucapnya datar.
Kecantikan Saskia, benar-benar membuat Kiesha terpanah. Lihatlah, saat ini Kiesha malah memandangi wajah Saskia lekat, dan masih berdiam diri tepat di hadapan Saskia. Hal itu tentu saja membuat Saskia merasa sedikit risih.
Tangan Saskia bergerak untuk menoyor kepala Kiesha. "Apa sih lo? Liatin gue mulu, tau lagi badmood," kesal Saskia.
"Badmood kenapa sih Neng?" tanya Kiesha penasaran.
Tidak mungkin jika Saskia harus mengatakan perintah Sang Mama kepada Kiesha. Sebab, dirinya tak mau membuat sahabat-sahabatnya merasa kesal hanya karena perintah Widi. Mungkin, untuk sementara waktu akan dirahasiakan terlebih dahulu oleh Saskia, semua perintah Widi.
Saskia menggelengkan kepalanya. "Gak, gapapa. Udah sana lo pulang ih, rese," geram Saskia.
Cengiran khas tampak di wajah Kiesha, seperti orang yang tak memiliki malu. "Oke, gue balik ya. Sampai ketemu besok di sekolah." Lalu, Kiesha pergi meninggalkan kediaman Saskia.
Hai gaes, apa kabar?
Cerita ini aku buat bukan untuk menjelek-jelekkan atau membandingkan antara dua jurusan ya
Ambil sisi positifnya dari cerita ini 💝
Jangan lupa share cerita ini ke temen-temen kalian🧡
Supaya ramai ❤
See you next part 💜
Salam literasi 💙
Tepat pukul sepuluh malam, Kiesha sampai di rumahnya dengan keadaan selamat. Seperti biasa, Pasha, Papa Kiesha. Sudah menunggu kedatangannya di ambang pintu utama rumah bernuansa abu-abu tersebut. Dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada, Pasha menatap Kiesha dari atas sampai bawah.Melihat ekspresi wajah Pasha yang sudah tidak bersahabat, Kiesha berdecak kesal. Rasanya begitu malas jika harus memasukki rumah rasa neraka di dunia itu, pasti lagi-lagi sebelum memasukki kamar, Kiesha harus melakukan perdebatan dengan Pasha.Dulu, hubungan Pasha dan Kiesha memang baik-baik saja. Tapi semenjak kedatangan Ibu Tiri Kiesha, yaitu Ira. Maka sifat Pasha berubah drastis, jarang memperhatikan sekolah Kiesha, selalu membandingkan Kiesha dengan anak tirinya, yaitu Yesaya. Dan apa yang Kiesha lakukan, di matanya selalu salah.Kiesha berjalan perlahan dengan wajah tak berdosa, menghampiri Pasha. Dan hendak menyalami punggung tangan
Parkiran SMK Angkasa sudah tampak dipenuhi oleh motor, mobil ataupun sepeda milik siswa-siswi yang bersekolah di sana, ataupun milik guru-guru yang mengajar di sana. Sekolah sudah tampak ramai sejak pagi, itulah kebiasaan siswa-siswi SMK Angkasa untuk menghindari pemeriksaan yang dilaksanakan setiap pagi oleh para guru, maupun oleh anggota OSIS.Kebanyakan, siswi yang berangkat lebih pagi. Karena pemeriksaan yang sering dilakukan adalah pemeriksaan kuku, rok, dan alat make up. Tapi, Kiesha dan sahabat-sahabatnya tidak termasuk ke dalam tipe murid seperti itu. Yesaya dan sahabat-sahabatnya pun sama, mereka berusaha untuk bersikap baik. Agar nama geng mereka dapat terkenal karena sikap baiknya.Saat ini, Yesaya dan sahabat-sahabatnya tengah berkumpul di kantin sekolah. Jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, jadi masih banyak waktu untuk mengobrol dan berbincang-bincang ringan di kantin. Kantin SMK Angkasa bisa dibilang kecil, hanya
Jam istirahat pertama akhirnya telah tiba, bel telah dibunyikan dengan nyaring oleh salah satu guru SMK Angkasa. Para murid menyambut dengan antusias saat mendengar bel tersebut. Di kelas sebelas akuntansi tiga, Kiesha dan sahabat-sahabatnya membentuk sebuah lingkaran besar, dan memakan bekal mereka bersama.Kepala sekolah SMK Angkasa, mewajibkan para muridnya untuk membawa bekal dari rumah. Karena di sekolah ini tidak difasilitasi kantin yang besar, dan banyak pilihan jajanan untuk para muridnya. Selain itu, SMK Angkasa juga menerapkan sistem mengurangi penggunaan sampah plastik.Sehingga para murid dan para guru diwajibkan untuk membawa bekal sendiri dari rumah, tempat makan dan botol minum masing-masing. Lingkungan sekolah SMK Angkasa tampak selalu bersih, bebas dari sampah, dan banyak pepohonan hijau yang tertanam di pinggir-pinggirnya.Kembali lagi kepada Kiesha dan sahabat-sahabatnya, mereka saat ini sedang menghabis
Bu Nani, selaku guru mata pelajaran akuntansi keuangan kelas sebelas akuntansi tiga mengadakan ulangan harian mendadak hari Selasa ini. Murid-murid yang mendengar kabar itu sangat shock, bagaimana tidak? Mereka sama sekali belum ada modal untuk mengisi soal ulangan yang akan diberikan nanti. Hanya pasrahlah yang bisa mereka lakukan.Ulangan dibagi menjadi dua sesi, yaitu siswa yang duduknya di meja pertama dan kedua dari pintu terlebih dahulu yang melakukan ulangan. Sementara siswa yang duduk di bangku ketiga dan keempat dipersilahkan agar keluar dari kelas dan diberi kesempatan untuk belajar terlebih dahulu.Kiesha, Saskia dan sahabat-sahabat mereka mendapat sesi kedua. Senang rasanya, setidaknya masih ada kesempatan agar mereka bisa mendapat nilai yang baik. Lumayan, sebagai pembantu penambah nilai untuk rapot kenaikan kelas nanti.Meskipun Kiesha, Saskia dan sahabat-sahabatnya dikenal oleh guru karena sering keluar masu
Tepat pukul sepuluh malam, Saskia terbangun dari tidurnya karena mendapat telepon dari Jenifer, yang mengatakan bahwa pertandingan MMA antara Rey dan Angga sudah berlangsung. Namun hal yang membuat Saskia panik yaitu karena Jenifer mengatakan bahwa kondisi Rey sudah tidak bisa dikatakan baik lagi.Wajah Rey sangat babak belur, matanya bengkak dan hidungnya mulai mengeluarkan darah, akibat pukulan keras yang terus Angga berikan. Sepertinya Rey tak akan bisa melakukan pertandingan tersebut sampai di ronde dua belas. Sebab kondisinya sangat tak memungkinan agar Rey dapat menyelesaikan pertandingan itu.Doa-doa terus mengalir untuk Rey dari sahabat-sahabatnya. Tapi tetap saja, percuma. Karena jika seseorang yang tak pandai dalam pertandingan MMA, maka bisa habis dipukuli oleh lawannya.Saskia menuruni anak tangga satu persatu dengan cepat, khawatir jika Rey tak akan bisa bangun lagi. Akan tetapi, saat baru saja dirinya sampai
Mobil ambulans berhenti tepat di depan rumah sakit Citra Medika dengan keadaan selamat. Dua orang suster lelaki dan dua orang suster perempuan mendorong brankar yang di atasnya terdapat tubuh lemah Rey dengan cepat. Brankar itu dimasukkan ke dalam ruang IGD. Tidak ada satupun sahabat Rey yang diijinkan masuk ke dalam ruangan itu, hanya Dokter dan Suster saja yang boleh masuk.Saskia dan ketiga sahabat laki-lakinya duduk di kursi yang tersedia tepat di depan ruang IGD. Mereka semua terus merapalkan doa untuk keselamatan Rey. Air mata Saskia mengalir semakin deras saat pikiran negative kembali menyerang kepalanya. Kiesha yang melihat Saskia menangis, rasanya tak tega.Ingin sekali Kiesha menenangkan Saskia dan membawanya ke dalam dekapan hangatnya. Tapi, Kiesha sekarang sudah tahu bahwa Saskia tidak menyukainya. Dari sikap peduli Saskia kepada Rey, sudah dapat membuktikan bahwa Saskia suka kepada Rey. Walaupun Kiesha belum mendengarnya secar
Hari Rabu ini, SMK Angkasa diliburkan sebab para guru sedang mengadakan rapat untuk kegiatan LDK nanti. Hal tersebut disambut keantusiasan oleh para murid SMK Angkasa, dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Jarang-jarang ada libur dadakan yang diberikan oleh guru, kesempatan ini bisa mereka gunakan untuk mengistirahatkan otak dari pelajaran yang memusingkan.Sekolah tampak sepi, hanya ada beberapa siswa yang datang ke sekolah, itupun karena membayar iuran bulanan sekolah. Pos satpam tampak sepi, tidak ada yang menunggu. Biasanya ada Pak Mario yang berjaga di sana, tapi mungkin karena hari ini diliburkan. Jadi, Pak Mario dijadwalkan berjaga di pos satpam siang hari.Suasana sekolah yang sepi, dimanfaatkan oleh Yesaya dan sahabat-sahabatnya untuk menjalankan rencana mereka. Yaitu menghapus bukti rekaman CCTV kemarin, saat Pangeran dan Axel memasukkan minuman ke dalam tas Rey. Untung saja mereka ingat dengan CCTV tersebut, coba kalau tida
Waktu demi waktu berlalu, tanpa terasa kini waktunya bagi para murid kelas sebelas dari jurusan akuntansi dan teater untuk melakukan kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan. Tepat pukul sembilan pagi, enam bus asal SMK Angkasa telah tiba di tempat tujuan, yaitu di Puncak.Hawa dingin menyambut para murid, jaket tebal, sarung tangan juga topi senantiasa mereka pakai. Embun masih tampak menutupi langit pagi, sebab kemarin malam hujan baru saja mengguyur kawasan Puncak. Sehingga tak heran suasana pagi ini di Puncak tertutupi oleh kabut.Para guru mengumpulkan para murid terlebih dahulu di sebuah lapangan berumput hijau, dengan ukuran yang cukup luas. Di sana para murid membentuk beberapa barisan sesuai kelas masing-masing. Ada murid yang menyambut kegiatan LDK ini dengan senang hati, tapi ada juga yang malas.Merasa murid-murid sudah lengkap berkumpul di lapangan, Pak Gino mulai berdiri di depan para murid. Dengan sebuah mick yan