Tepat pukul sepuluh malam, Saskia terbangun dari tidurnya karena mendapat telepon dari Jenifer, yang mengatakan bahwa pertandingan MMA antara Rey dan Angga sudah berlangsung. Namun hal yang membuat Saskia panik yaitu karena Jenifer mengatakan bahwa kondisi Rey sudah tidak bisa dikatakan baik lagi.
Wajah Rey sangat babak belur, matanya bengkak dan hidungnya mulai mengeluarkan darah, akibat pukulan keras yang terus Angga berikan. Sepertinya Rey tak akan bisa melakukan pertandingan tersebut sampai di ronde dua belas. Sebab kondisinya sangat tak memungkinan agar Rey dapat menyelesaikan pertandingan itu.
Doa-doa terus mengalir untuk Rey dari sahabat-sahabatnya. Tapi tetap saja, percuma. Karena jika seseorang yang tak pandai dalam pertandingan MMA, maka bisa habis dipukuli oleh lawannya.
Saskia menuruni anak tangga satu persatu dengan cepat, khawatir jika Rey tak akan bisa bangun lagi. Akan tetapi, saat baru saja dirinya sampai di ambang pintu utama dan hendak membukanya, suara dari seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahun, berhasil menghentikan langkah Saskia.
"Saski, kamu kau ke mana?" tanya Widi dari sofa yang sedang didudukkinya saat ini.
Saskia memutar tubuhnya ke samping kanan, dan melihat sosok Widi yang sedang duduk ditemani sebuah laptop berwarna putih dipangkuannya. Ternyata, Saskia tidak menyadari kehadiran Widi di ruang tamu. Mungkin karena rasa khawatir yang besar mendominasi diri Saskia.
"Ma, aku ijin ke luar dulu ya? Sebentar aja," ijin Saskia.
Widi melipat kedua tangannya di depan dada, lalu berdiri dan berjalan menghampiri anak perempuan semata wayangnya yang sudah menginjak usia tujuh belas tahun itu. Malam-malam seperti ini Saskia akan keluar rumah, padahal anak gadis tidak baik jika malam-malam keluyuran.
"Kamu mau ke mana? Ini udah malam lho," tanya Widi lagi, kali ini intonasi bicaranya terdengar sangat serius.
Kepala Saskia tertunduk, tidak mungkin jika harus mengatakan yang sebenarnya. Bisa-bisa jika Widi tahu hal itu, Saskia diperintahkan untuk menjauhi sahabat-sahabatnya seperti dahulu. Dan kembali dibanding-bandingkan dengan Kiara.
Hembusan napas berat keluar dengan mulus dari indera penciuman Saskia. Jawaban apa yang harus diberikan kepada Widi? Agar persahabatan Saskia dan sahabat-sahabatnya tetap terjaga, juga nama baik Rey tidak akan jelek di mata Widi.
Saskia menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Eum, anu. Itu kan Rey sakit, jadi dia harus dirawat. Dan aku mau nengokin dia, boleh kan Ma?" jawab Saskia sedikit terbata.
"Kenapa harus malam ini? Besok kan bisa." Salah satu alis Widi terangkat ke atas, menanti jawaban yang masuk akal dari Saskia.
Rasanya, seperti sedang disidang di meja hijau. Mulut Saskia mendadak kelu dan tidak bisa berkata apa-apa. Jalan satu-satunya agar mendapat ijin dari Widi hanyalah berbohong. Meski sebenarnya Saskia tahu hal itu adalah dosa, tapi mau bagaimana lagi?
Perlahan, Saskia menengadahkan kepalanya. Dengan keberanian penuh Saskia menatap manik mata Widi, agar Widi tidak mencurigai dirinya. "Kalo besok gak bisa, Ma. Soalnya aku pulang sekolah sore, jadi pengen aja gitu hari ini. Kasihan juga dia, boleh kan Ma?"
"Oke, boleh. Tapi jangan sampai lebih dari jam dua belas malam," nasihat Widi.
Bahagia bukan main, saat mendapat ijin dari Widi. Saskia langsung melompat-lompat kegirangan lalu memeluk tubuh Widi erat. Untung saja Widi percaya kepadanya.
"Siap Mama, kalau gitu aku berangkat ya." Saskia menyalami punggung tangan Widi, kemudian segera berangkat ke tempat pertandingan MMA Rey dan Angga, tentu saja diantar oleh supirnya.
Sepanjang perjalanan, Saskia hanya bisa memanjatkan doa-doa dan terus mengirimkan pesan kepada sahabat-sahabatnya. Menanyakan bagaimana kondisi Rey saat ini. Mirisnya, Saskia mendapat kabar kondisi Rey semakin buruk.
Bahkan wasit sampai memberhentikan pertandingan tersebut sebentar, karena Rey yang tidak kuat untuk bangkit berdiri. Kedua matanya sudah sangat bengkak, keringat bercucuran di keningnya, dan hidungnya semakin mengeluarkan banyak darah.
Tepat pukul setengah sebelas malam, Saskia sampai di tempat tujuannya. Di depan tempat pertandingan itu, sudah berkumpul ketiga sahabat Saskia. Dengan menggunakkan jaket yang sama seperti Saskia, yaitu jaket jeans berwarna merah muda dengan tulisan friends di belakangnya.
Saskia berlari menghampiri sahabat-sahabatnya, tepat saat sampai di tempat pertandingan itu, air mata Saskia tumpah. Kepanikan yang dirasanya tidak dapat ditahan lagi, takut jikalau sesuatu yang buruk terjadi kepada Rey.
"Gaes! Gimana? Rey baik-baik aja 'kan?" tanya Saskia kepada sahabat-sahabatnya dengan suara yang sedikit bergetar akibat menahan tangis.
Ratu mengusap punggung Saskia, memberikan ketenangan kepada sahabatnya itu. "Tenang, Rey pasti baik-baik aja," nasihat Ratu.
"Ya udah, ayo masuk. Kita lihat kondisi Rey sekarang!" ajak Callista.
Saskia memasukki tempat pertandingan itu terlebih dahulu, tapi kedua bola matanya seketika membulat. Saat melihat tubuh Rey sudah tergeletak di tengah-tengah ring, dan sudah dikelilingi oleh sahabat-sahabatnya. Napas Rey naik turun, lebam ada disetiap sudut wajahnya.
Melihat kondisi Rey seperti itu, rasanya Saskia tak tega. Cepat-cepat Saskia berlari menghampiri Rey, diikuti oleh ketiga sahabatnya di belakang. Sesampainya di tengah ring, Saskia langsung memangku kepala Rey. Air mata turun semakin deras dan membuat wajah Saskia sembab.
Lagi, Kiesha dibuat cemburu melihat bentuk perhatian Saskia kepada Rey. Hatinya terasa seperti dihujani ribuan jarum, sesak dadanya. Kiesha memukul-mukul dadanya beberapa kali untuk meredam rasa sesak itu.
"Rey, lo gapapa?" tanya Saskia khawatir.
Rey menggelengkan kepalanya lemah. "G-gue g-ak ap-a a-pa," jawab Rey terbata.
Setelah menjawab dengan terbata, kedua mata Rey tertutup rapat. Lelaki berusia tujuh belas tahun tersebut pingsan. Kepanikan Saskia semakin bertambah saat melihat wajah Rey pucat, bibirnya berwarna abu-abu.
"Ya ampun, Rey. Wajah ganteng lo babak belur gitu! Tapi gapapa deh, gue tetep suka!" ucap Jenifer, terdengar alay diindera pendengaran sahabat-sahabatnya.
Ratu menoyor kepala Jenifer. "Kondisi kayak gini, masih sempat-sempatnya bercanda," omel Ratu.
"Ini gimana, Rey mau dibawa ke rumah sakit atau gimana?" tanya Rassya cemas.
"Iya, ke rumah sakit. Gue udah pesan ambulans, dan kita tinggal bawa Rey aja masuk ke ambulans," jelas Kiesha.
Kiesha, Rassya, dan Clay membantu membawa tubuh lemah Rey ke dalam ambulans. Setelah tubuh lemah Rey dimasukkan ke dalam ambulans, cepat-cepat Kiesha, Rassya dan Clay berlari menuju parkiran motor, hendak mengikuti ambulans tersebut dari belakang.
Sementara Saskia, dirinya memilih untuk menemani Rey saja di ambulans. Tangan Saskia senantiasa menggenggam tangan Rey. Berharap Rey cepat membuka kedua matanya. Berbeda dengan ketiga sahabat perempuannya, Jenifer, Ratu dan Callista memilih untuk pulang saja. Karena hari sudah semakin malam.
Di dalam ambulans, Saskia tak henti-hentinya menitihkan air mata. Takut jika Rey tak membuka kedua bola matanya lagi. Pikiran buruk selalu saja menyerang kepala Saskia, tapi Saskia berusaha untuk tetap yakin bahwa Rey lelaki yang kuat.
"Rey, cepet sadar ya. Gue sayang sama lo," bisik Saskia, tepat di telinga kanan Rey.
Hai gaes, apa kabar?
Cerita ini aku buat bukan untuk menjelek-jelekkan atau membandingkan antara dua jurusan ya
Ambil sisi positifnya dari cerita ini 💝
Jangan lupa share cerita ini ke temen-temen kalian🧡
Supaya ramai ❤
See you next part 💜
Salam literasi 💙
Mobil ambulans berhenti tepat di depan rumah sakit Citra Medika dengan keadaan selamat. Dua orang suster lelaki dan dua orang suster perempuan mendorong brankar yang di atasnya terdapat tubuh lemah Rey dengan cepat. Brankar itu dimasukkan ke dalam ruang IGD. Tidak ada satupun sahabat Rey yang diijinkan masuk ke dalam ruangan itu, hanya Dokter dan Suster saja yang boleh masuk.Saskia dan ketiga sahabat laki-lakinya duduk di kursi yang tersedia tepat di depan ruang IGD. Mereka semua terus merapalkan doa untuk keselamatan Rey. Air mata Saskia mengalir semakin deras saat pikiran negative kembali menyerang kepalanya. Kiesha yang melihat Saskia menangis, rasanya tak tega.Ingin sekali Kiesha menenangkan Saskia dan membawanya ke dalam dekapan hangatnya. Tapi, Kiesha sekarang sudah tahu bahwa Saskia tidak menyukainya. Dari sikap peduli Saskia kepada Rey, sudah dapat membuktikan bahwa Saskia suka kepada Rey. Walaupun Kiesha belum mendengarnya secar
Hari Rabu ini, SMK Angkasa diliburkan sebab para guru sedang mengadakan rapat untuk kegiatan LDK nanti. Hal tersebut disambut keantusiasan oleh para murid SMK Angkasa, dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Jarang-jarang ada libur dadakan yang diberikan oleh guru, kesempatan ini bisa mereka gunakan untuk mengistirahatkan otak dari pelajaran yang memusingkan.Sekolah tampak sepi, hanya ada beberapa siswa yang datang ke sekolah, itupun karena membayar iuran bulanan sekolah. Pos satpam tampak sepi, tidak ada yang menunggu. Biasanya ada Pak Mario yang berjaga di sana, tapi mungkin karena hari ini diliburkan. Jadi, Pak Mario dijadwalkan berjaga di pos satpam siang hari.Suasana sekolah yang sepi, dimanfaatkan oleh Yesaya dan sahabat-sahabatnya untuk menjalankan rencana mereka. Yaitu menghapus bukti rekaman CCTV kemarin, saat Pangeran dan Axel memasukkan minuman ke dalam tas Rey. Untung saja mereka ingat dengan CCTV tersebut, coba kalau tida
Waktu demi waktu berlalu, tanpa terasa kini waktunya bagi para murid kelas sebelas dari jurusan akuntansi dan teater untuk melakukan kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan. Tepat pukul sembilan pagi, enam bus asal SMK Angkasa telah tiba di tempat tujuan, yaitu di Puncak.Hawa dingin menyambut para murid, jaket tebal, sarung tangan juga topi senantiasa mereka pakai. Embun masih tampak menutupi langit pagi, sebab kemarin malam hujan baru saja mengguyur kawasan Puncak. Sehingga tak heran suasana pagi ini di Puncak tertutupi oleh kabut.Para guru mengumpulkan para murid terlebih dahulu di sebuah lapangan berumput hijau, dengan ukuran yang cukup luas. Di sana para murid membentuk beberapa barisan sesuai kelas masing-masing. Ada murid yang menyambut kegiatan LDK ini dengan senang hati, tapi ada juga yang malas.Merasa murid-murid sudah lengkap berkumpul di lapangan, Pak Gino mulai berdiri di depan para murid. Dengan sebuah mick yan
Sesudah beristirahat selama kurang lebih lima belas menit, akhirnya para siswa kembali dikumpulkan di lapangan berumput hijau. Mereka tak langsung dibariskan seperti pada saat pertama sampai di Puncak ini. Para guru memberikan kesempatan bagi para siswa, untuk duduk terlebih dahulu di lapangan.Para siswa memanfaatkan kesempatan ini dengan baik, mereka mengobrol dengan teman masing-masing. Merencakan bagaimana cara agar pada tantangan berikutnya, kelompok dari kelas akuntansi yang menang. Kegiatan LDK ini memang dilaksanakan hanya untuk melihat kekompakkan siswa saja. Tapi, sebagai bentuk kebangaan. Para guru sudah menyiapkan sebuah piala.Tentu piala tersebut nantinya akan diberikan kepada kelompok kelas yang menang. Dan untuk yang kalah, sudah dipersiapkan hukuman sederhana. Akan tetapi, walaupun pemenangnya nanti akan mendapat piala. Dalam permainan atau perlombaan kita tetap harus sportif dan bisa menerima kekalahan dengan lapang dada.
Tanpa terasa, setelah satu hari penuh menjalani empat tantangan LDK yang diberikan oleh guru-guru. Akhirnya para siswa mendapatkan waktu untuk istirahat juga. Mereka membersihkan diri, dan mulai menyiapkan makan malam dengan memasak sesuai bahan yang ada.Suasana malam hari ini cukup dingin, sehingga jaket tebal perlu para murid gunakan untuk melindungi tubuh dari dinginnya udara Puncak. Tapi, walaupun mereka kedinginan. Hawa dingin itu tak membuat semangat mereka memasak bersama teman menjadi luntur.Seulas senyuman senantiasa mengembang di wajah para murid, baik lelaki maupun perempuan. Beragam makanan mereka masak, mulai dari mie kuah sampai nasi goreng. Seperti Kiara dan ketiga sahabat perempuannya. Mereka memilih untuk memasak makanan yang sederhana, yaitu mie kuah dengan toping sosis juga baso di atasnya.Dengan lahap mereka memakan makanan tersebut. Bintang dan bulan menemani keindahan malam ini. Tak hanya benda langit itu saja, sebelas
Burung-burung sudah bernyanyi dengan merdu, menandakan hari sudah pagi. Matahari mulai menampakkan cahayanya, namun masih dengan malu-malu. Para murid SMK Angkasa yang melaksanakan LDK sudah dibangunkan sejak hari masih subuh oleh para guru dengan menggunakkan sebuah alarm yang dibunyikan cukup keras.Di hari kedua LDK ini, tantangan yang diberikan oleh para guru adalah lomba memasak. Nantinya kelompok para murid akan diwajibkan memasak makanan sesuai keinginan guru-guru yang menjadi juri. Tentu masakan yang mereka buat harus dibuat secantik mungkin, karena penilaian diambil dari kreativitas, juga bagaimana rasa hasil masakan yang dibuat.Alat dan bahan untuk lomba memasak sudah siap, lapangan berumput hijau tampak dipenuhi oleh para murid dan para guru. Di pinggir lapangan, terdapat meja-meja khusus kelompok yang melakukan lomba. Sementara di tengah-tengah lapangan, ada meja khusus untuk guru yang menjadi juri.Terdengar suara sorak-sorai teri
Pengumuman pemenang lomba memasak, sudah disampaikan. Tak disangka-sangka ternyata perlombaan memasak dimenangkan oleh kelas sebelas akuntansi tiga. Kabar tersebut menjadi kebahagiaan bagi para murid kelas sebelas akuntansi tiga. Mereka melompat-lompat kegirangan saat mendapat kabar tersebut.Setelah pengumuman disampaikan, seperti biasa mereka diberi waktu untuk beristirahat terlebih dahulu. Selama lima belas menit mereka beristirahat, setelah habis waktu istirahat tersebut. Kini perlombaan kedua kembali dilaksanakan. Perlombaan terakhir yang akan dilaksanakan adalah beternak sapi.Respon para murid berbeda-beda saat tahu perlombaan terakhir ini. Ada yang sudah merasa jijik duluan, ada yang biasa saja, ada juga yang justru semangat. Karena beternak sapi akan menjadi peristiwa pertama kali yang mereka lakukan. Apa lagi beternak sapi bersama sahabat-sahabat tersayang, LDK rasa liburan namanya.Para murid sudah berkumpul tepat di depan kandang sa
Kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan yang diadakan oleh SMK Angkasa sudah selesai, hari ini para murid sudah dipulangkan. Hal tersebut menjadi kebahagiaan bagi para murid, sebab mereka bisa kembali berkumpul bersama keluarga, juga tidur di atas kasur kesayangan mereka.Tapi, lain halnya dengan Kiesha. Lelaki berusia tujuh belas tahun tersebut justru merasa malas pulang ke rumah, menurutnya lebih nyaman tinggal bersama sahabat-sahabatnya daripada harus tinggal bersama keluarganya sendiri. Sebab tak akan menutup kemungkinan bagi Pasha, untuk membandingkan Kiesha dan Yesaya lagi.Banyak hal yang bisa membuat Pasha terus membanding-bandingkan Kiesha dan Yesaya. Padahal, itu semua bukan murni karena kesalahan Kiesha. Akan tetapi Pasha yang selalu melihat Kiesha dengan sebelah mata saja, pria berusia empat puluh tahun tersebut selalu saja melihat apa yang dilakukan Kiesha salah, itu yang membuat Kiesha menjadi malas ketika berada di rumah.Tepat pukul