Beranda / Fiksi Remaja / Memories in High School / 5. Tantangan Untuk MMA

Share

5. Tantangan Untuk MMA

Parkiran SMK Angkasa sudah tampak dipenuhi oleh motor, mobil ataupun sepeda milik siswa-siswi yang bersekolah di sana, ataupun milik guru-guru yang mengajar di sana. Sekolah sudah tampak ramai sejak pagi, itulah kebiasaan siswa-siswi SMK Angkasa untuk menghindari pemeriksaan yang dilaksanakan setiap pagi oleh para guru, maupun oleh anggota OSIS.

Kebanyakan, siswi yang berangkat lebih pagi. Karena pemeriksaan yang sering dilakukan adalah pemeriksaan kuku, rok, dan alat make up. Tapi, Kiesha dan sahabat-sahabatnya tidak termasuk ke dalam tipe murid seperti itu. Yesaya dan sahabat-sahabatnya pun sama, mereka berusaha untuk bersikap baik. Agar nama geng mereka dapat terkenal karena sikap baiknya.

Saat ini, Yesaya dan sahabat-sahabatnya tengah berkumpul di kantin sekolah. Jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, jadi masih banyak waktu untuk mengobrol dan berbincang-bincang ringan di kantin. Kantin SMK Angkasa bisa dibilang kecil, hanya sedikit siswa-siswi yang sarapan di kantin.

"Gue kesel banget, semalam gue malu. Followers gue jadi turun gara-gara kalah balapan," geram Yesaya.

Angga terkekeh pelan melihat kekesalan Yesaya. "Udahlah, Yes. Cuma followers doang, nanti juga bisa naik lagi setelah film pendek kita tayang," nasihat Angga.

Kekesalan Yesaya benar-benar sulit untuk ditahan. Meski jumlah followers Yesaya bisa dikatakan belum terlalu banyak, tapi menurutnya angka lima ribu sudah cukup banyak. Dan karena insiden semalam, followersnya turun drastis menjadi empat ribu.

Semalaman Yesaya tak bisa tidur, bahkan untuk sarapan di rumah pun tak nafsu. Maka dari itu, hari ini dirinya berangkat ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Kiesha juga sama, malas jika harus berhadapan muka dengan Papa dan Mama tirinya.

"Gue mau kasih ide aja, ya. Gimana kalau lo tantang si Kiesha, buat MMA aja nanti malam?" usul Pangeran.

Dengan cepat Axel memukul lengan Pangeran, ide yang mengerikan. "Jangan gila lo!" ucapnya tegas.

Bagi Yesaya dan ketiga sahabat lelakinya, MMA adalah hal yang biasa bagi mereka. Sebab sejak kelas sembilan SMP, mereka sudah bergabung dalam kelompok tinju Indonesia. Tapi, berbeda dengan Kiesha dan ketiga sahabatnya. Mereka lebih ahli dalam bidang menyanyi, dan bermain basket.

Jadi, wajar saja Axel tak setuju dengan ide Pangeran. Tidak terbayang jika Kiesha akan pingsan di atas ring dan babak belur, sehingga tak bisa bangkit kembali dan harus masuk ke rumah sakit. Bisa-bisa nama geng mereka di sekolah akan jelek di mata murid, juga para guru.

"Pange, plis deh ya. Awas aja kalo project kita selanjutnya batal. Cuma gara-gara MMA itu jadi," ancam Kiara.

Pangeran menghembuskan napasnya berat. "Gue kan cuma kasih ide, gak salah dong," elak Pangeran.

"Jangan salahin Pangeran, ide dia cemerlang, gue setuju. So, gue pilih lo Angga untuk MMA nanti malam," putus Yesaya.

Pikiran Yesaya sepertinya sudah benar-benar buntu, akibat gila akan pengikut instagramnya. Tanpa berpikir panjang dan bagaimana yang akan terjadi ke depannya. Akan tetapi, idenya itu sangat bertolak belakang dengan keempat sahabat perempuannya.

Bukannya tak mau mendukung Yesaya, tapi diusia mereka yang masih bisa dibilang anak remaja itu tidak pantas untuk melakukan MMA. Apa lagi MMA yang dilakukan itu adalah MMA liar, tidak ada orang tua dan tim medis yang memantau.

Angga menganggukkan kepalanya. "Oke, gue mau. Asalkan Rey yang jadi lawan gue nanti," tawar Angga.

"Gampang," jawab Yesaya dengan santainya.

"Ya udah, kalo gitu ayo kita ke kelas mereka." Kemudian, Yesaya lebih dulu berjalan meninggalkan kantin.

Sepanjang lorong kelas, Yesaya menyusurinya dengan langkah lebar. Diikuti oleh ketiga sahabat lelakinya. Sementara keempat sahabat perempuannya dengan susah payah mengejar mereka berempat. Takut jika keributan akan kembali terjadi.

Pekikan dari para siswa-siswi melihat geng Yesaya dan sahabat-sahabatnya terdengar di lorong kelas sebelas jurusan akuntansi. Mereka histeris melihat ketampanan Yesaya dan ketiga sahabatnya. Beberapa siswa laki-laki juga ada yang menggoda kecantikan Kiara dan ketiga sahabat perempuannya.

Sesampainya di kelas sebelas akuntansi satu, Yesaya segera memasukki kelas itu. Dan langsung menghampiri tempat duduk Rey, di tempat duduknya Rey sedang berkumpul bersama sahabat-sahabatnya. Mereka kaget melihat kedatangan Yesaya dan sahabat-sahabatnya yang tiba-tiba datang ke kelas.

"Rey." Pangeran menepuk pundak Rey.

Rey menatap Pangeran dengan tatapan kebingungan, sementara sahabat-sahabatnya sudah siap melerai jika terjadi keributan.

"Apa? Lo mau ngajak ribut lagi?" tanya Rey dengan intonasi bicaranya yang meninggi.

Angga terkekeh saat melihat Rey yang langsung tersulut emosi. "Tenang dong, bro. Tujuan kita ke sini mau ajak lo tanding MMA sama gue, gimana?" tantang Angga.

Tantangan tersebut, benar-benar di luar dugaan Rey juga sahabat-sahabatnya. Sebelumnya, Rey tak pernah mendapat tantangan mengerikan seperti ini. Rey berpikir keras, entah harus menjawab apa. Jika menolak, maka dirinya bisa dicap sebagai lelaki banci. Tapi jika menerima tantangan itu, bisa-bisa Rey pingsan di atas ring.

"Wah, gak bisa gitu dong. Gue gak setuju!" tegas Callista.

"Bener tuh, nanti muka ganteng Rey jadi babak belur. Gue juga gak setuju," sambung Jenifer.

Siapa yang tidak cemas, jika mendengar sahabatnya mendapat tantangan yang begitu berbahaya. Untuk di usia mereka yang masih bisa dibilang anak baru memasukki usia remaja, MMA adalah hal yang berbahaya. Bisa-bisa kejadian tersebut diketahui guru-guru dan nama baik mereka bisa jelek.

Beberapa menit Rey memejamkan kedua matanya, memikirkan keputusan terbaik yang bisa dirinya ambil. Setelah kira-kira lima menit berpikir keras, akhirnya sebuah keputusan terbaik Rey dapatkan.

"Oke, gue mau terima tantangan itu. Kasih tahu lokasinya sama gue, nanti malam gue datang," putus Rey.

Sahabat-sahabat Rey saat mendengar kabar itu kaget bukan main, sepertinya memang Rey ingin sekali namanya dikenal banyak orang. Tanpa berpikir panjang bagaimana nasibnya nanti, saat dipukuli secara brutal oleh Angga, lawan mainnya sendiri.

Clay menatap Rey tak terima. "Lo gila? Gak mikir, lo emang kuat?" tanyanya dengan intonasi bicara yang sedikit meninggi.

Tanpa rasa bersalah, Axel tertawa seolah-olah merendahkan Rey. "Aduh, kalo Rey emang gak sanggup. Mending batalin aja sih tawaran Angga," ucapnya diakhiri dengan kekehan pelannya.

Jujur saja, Rey menerima tawaran tersebut dengan terpaksa. Sebenarnya takut jika dirinya tak bisa menyelesaikan ronde demi ronde dengan kuat. Akan tetapi, dalam hatinya Rey terus berharap agar bisa kuat ketika melawan Angga nanti.

"Jangan remehin sahabat gue, lo ya. Lihat aja, nanti malam pasti Rey yang menang. Sekarang, siapin tuh jaminan apa yang bisa kalian kasih buat Rey nanti," ucap Rassya dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya.

Yesaya menyunggingkan senyuman liciknya. "Oke, kalo gitu kita tunggu nanti malam. Jangan telat." Lalu, Yesaya dan sahabat-sahabatnya meninggalkan kelas sebelas akuntansi satu.

Hai gaes, apa kabar?

Cerita ini aku buat bukan untuk menjelek-jelekkan atau membandingkan antara dua jurusan ya

Ambil sisi positifnya dari cerita ini 💝

Jangan lupa share cerita ini ke temen-temen kalian🧡

Supaya ramai ❤

See you next part 💜

Salam literasi 💙

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status