Di bawah teriknya matahari, dua kelompok siswa dari jurusan yang berbeda sedang menjalankan hukuman mereka bersama-sama. Sesuai perintah Bu Natalie, mereka semua membersihkan lapangan depan sekolah, dibagi menjadi empat kelompok. Satu kelompok terdiri dari empat orang.
Setiap sudut lapangan, mereka semua bersihkan. Tentu mereka mengerjakan hukuman itu dengan ekspresi yang berbeda-beda. Ada yang dengan terpaksa, tapi ada juga yang menjalankan hukuman tersebut dengan ikhlas dan menerima dengan lapang dada.
Namun, di saat sudah mendapat hukuman seperti ini. Mereka masih saja tidak kapok, lihatlah terjadi perdebatan antara Ratu dan Maudy. Entah kenapa bisa terjadi perdebatan diantara mereka berdua, selalu saja ada hal yang diributkan.
"Heh! Lo kali yang salah, tadi gue udah lempar nih sampah ke sana! Lo malah balikkin lagi ke sini!" ucap Ratu nyolot.
Maudy berkacak pinggang. "Tenang dong bos, gue kan gak sengaja. Jangan nyolot!" balas Maudy tak kalah nyolot.
Perdebatan itu, kedengaran sampai ke telinga sahabat-sahabatnya mereka yang lain. Sehingga mau tak mau mereka harus melerai keributan itu, dan tugas yang sedang dijalankan harus dihentikan terlebih dahulu. Tanpa mengingat waktu, bahwa sebentar lagi bel pertanda istirahat kedua akan segera berbunyi.
"Udah, woy! Kalian kenapa si? Apa yang harus diributin? Gak kapok hah udah dikasih hukuman kayak gini?" lerai Rey.
"Halah, paling juga sahabat lo duluan yang mulai," ucap Angga sinis.
Sekuat tenaga Rey menahan emosinya agar tidak pecah saat ini juga. Jika semua mudah tersulut emosi, maka bagaimana jadinya? Mungkin keributan besar akan terjadi di lapangan dan mereka semua menjadi tontonan siswa-siswi lain, termasuk guru-guru.
Jenifer memutar kedua bola matanya malas. "Lo kalo iri sama kelas kita, bilang aja. Jangan nuduh-nuduh gitu," ketus Jenifer.
"Kok gue ngakak, ya? Bukannya yang iri itu, kalian ya? Kalian kan mau terkenal, tapi gak bisa. Iya 'kan?" ejek Kiara.
Lagi dan lagi, hal yang membuat perpecahan antara kedua kelas berbeda jurusan itu mereka bahas. Entah apa yang ada dipikiran mereka semua, sampai-sampai merasa bahwa jurusan yang mereka milikki adalah jurusan terbaik.
Padahal, semua jurusan itu sama-sama bagus. Dan pasti ada titik kesulitan yang sama juga. Seperti halnya manusia, semua manusia di dunia ini sama di mata Tuhan. Kita diciptakan berbeda-beda untuk saling melengkapi. Maka dari itu, jadikan semua perbedaan sebagai pemersatu, bukan pemecah.
"Udah, jangan ribut lagi dong. Mau sampai kapan sih kita kayak gini mulu?" lerai Gaby.
Saskia menatap Gaby sinis, lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Kita, gak akan pernah damai. Kalau sahabat lo terus-terusan iri sama kelas gue," kecam Saskia.
"Diem dong, ih. Kok malah pada ribut si?" lerai Callista dengan intonasi bicaranya yang meninggi.
Seketika itu juga, mereka terdiam. Dan kini tatapan tajam saling mereka lemparkan antara yang satu dengan yang lainnya. Kekesalan yang ada pada diri masing-masing memang harus dijaga, agar tidak terjadi keributan lagi.
Iri adalah salah satu hal yang bisa membuat terjadinya perpecahan. Karena iri, kita bisa saja melakukan segala cara untuk bisa menyamakan posisi kita dengan orang yang lebih sukses tersebut.
Kiara menghembuskan napasnya secara kasar, lalu mengacak rambutnya frustasi. "Sekarang gini deh, gimana kalau kita damai?" ajak Kiara.
"Damai? Gak salah denger gue? Inget ya, kita gak akan pernah mau berdamai sama kalian!" tegas Rassya.
"Sya! Jangan memperkeruh suasana!" tegur Rey.
Percuma saja jika kita berdamai dengan orang yang kita benci, namun hati masih dipenuhi dengan kedendaman. Hal itu tidak akan membuat kedamaian, akan tetapi perpecahan bisa saja semakin terjadi.
"Sekarang, mending kita lanjut bersihin lapangan. Takutnya nanti Bu Natalie lihat, bahaya," ajak Yesaya dan dibalas anggukan kepala oleh Kiesha.
Dengan raut wajah yang ditekuk, mereka semua kembali melanjutkan aktivitas membersihkan lapangan sekolah. Kelompok cewek terbagi menjadi dua, begitu juga kelompok cowok. Kedengaran perdebatan sempat terjadi lagi beberapa kali, antara kelompok cewek dan kelompok cowok.
Lapangan sudah semakin bersih, senyuman kebahagiaan mengembang di wajah dua kelompok murid yang berasal dari jurusan yang berbeda itu. Tak lama setelah mereka selesai membersihkan lapangan, bel pertanda istirahat kedua akhirnya berbunyi.
Keringat sudah mengalir di tubuh mereka masing-masing. Untuk menghilangkan rasa penat, Kiesha dan kawan-kawan memutuskan untuk pergi ke kantin dan mengisi perut mereka yang sudah di demo oleh para cacing. Tanpa mereka sadari, ternyata Yesaya dan kawan-kawannya terus mengikuti mereka semua sampai memasukki kantin.
Kiesha menunjuk arah meja yang ada di tengah kantin, masih kosong. "Kalian tungguin gue di sana, biar gue sama Saski pesenin makanan sama minuman."
"Ih, kok gue? Sama yang lain aja si males gue," tolak Saski cepat.
Wajah Saski kelihatan memerah, mungkin karena penat dan masih kesal akibat mendapat hukuman. "Ya udah kalau lo gak mau, gapapa. Biar gue sama Clay aja," ucap Kiesha lembut.
Saskia adalah gadis pertama yang berhasil membuat hati Kiesha bergetar. Atau dengan kata lain, Saskia adalah gadis pertama yang menempati posisi pertama di hati Kiesha, sebagai orang yang Kiesha sayangi. Sejak pertama kali bertemu, Kiesha memang sudah menyukai Saskia.
Namun sayangnya, tanpa sepengetahuan Kiesha. Ternyata Saskia menyukai Rey, sahabat Kiesha sendiri. Saskia sengaja menyembunyikan hal itu agar tidak terjadi perpecahan dalam hubungan persahabatannya.
"Ayoklah, gue sama Kiesha pesen makanan dulu ya." Kemudian, Kiesha dan Clay memesan makanan bersama.
Lagi, keributan hampir terjadi. Saat Saskia dan kawan-kawannya hendak mendudukki meja yang Kiesha tunjuk. Pangeran dengan seenaknya mendudukki meja itu. Padahal sahabat-sahabatnya sudah melarang dirinya agar tidak terjadi keributan lagi.
Ratu mengepalkan kedua tangannya kesal, dan hampir saja menonjok wajah Pangeran. Kalau Saskia tidak dengan cepat menahannya. "Woy! Lo mau apa si? Ribut lagi? Ayok!" teriak Ratu.
"Sabar, Ratu sabar! Inget, kita masih di sekolah!" tegas Saskia.
Napas Ratu tampak terengah-engah akibat menahan emosi. Sementara Pangeran malah tersenyum dengan santainya. Dan duduk dengan gaya seolah-olah dirinya adalah pemilik sekolah tersebut.
"Aduh, dasar ya. Anak dari jurusan pinter, tapi gak punya attitude," ejek Pangeran.
Jenifer menjulurkan lidahnya. "Kalo mau ngomong, ngaca dulu woy! Apa bedanya sama anak dari jurusan terkenal, tapi kerjaannya cari ribut mulu?"
Alika memukul lengan Pangeran, lalu menarik tangan Pangeran secara kasar. Agar meninggalkan kantin itu. "Pange! Jangan cari ribut! Ayo ke kelas!"
Saskia dan sahabat-sahabatnya menatap kepergian Pangeran dan sahabat-sahabatnya dengan tatapan kesal. Untung saja, tadi Rassya tidak tersulut emosinya. Coba saja kalau emosinya meledak, mungkin sudah kembali terjadi adu jotos antara Rassya dan Pangeran.
"Gaes, lain kali kalau hadapin mereka. Jangan nyolot, tenang dong. Gue capek kalau dapet hukuman terus," nasihat Rey, wajahnya tampak sangat penat.
"Tapi Rey, mereka tuh gak pantes dilembutin. Harus pakai cara kasar, baru mereka sadar," gerutu Jenifer.
Rey memutar kedua bola matanya malas. "Jangan bahas itu lagi, gue males."
Sesampainya di rumah, Saskia langsung mendudukkan pantatnya di kursi sofa yang ada di ruang tamu. Wajahnya kusut, akibat masih kesal dengan hukuman yang tadi siang baru saja dijalankan bersama sahabat-sahabatnya. Saskia masih tidak terima, karena sebenarnya yang bersalah Yesaya dan sahabat-sahabatnya.Rumah bernuansa putih itu tampak sepi, karena Saskia hanya hidup berdua bersama Mamanya, yaitu Widi. Papanya sudah meninggal sejak tiga tahun yang lalu. Semenjak meninggalnya Sang Papa, Saskia menjadi terpuruk. Saat itu dirinya baru duduk di bangku kelas delapan SMP.Tapi, setelah bertemu dengan sahabat-sahabatnya saat kelas sepuluh SMK. Keterpurukan itu hilang karena canda tawa yang sering sahabat-sahabatnya berikan agar seulas senyuman terbit di wajah Saskia. Dan, kebahagiaan Saskia menjadi bertambah. Karena Rey yang sering memberinya perhatian.Widi, ternyata sudah ada di rumah. Saat melihat Saskia sedang duduk dengan waja
Tepat pukul sepuluh malam, Kiesha sampai di rumahnya dengan keadaan selamat. Seperti biasa, Pasha, Papa Kiesha. Sudah menunggu kedatangannya di ambang pintu utama rumah bernuansa abu-abu tersebut. Dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada, Pasha menatap Kiesha dari atas sampai bawah.Melihat ekspresi wajah Pasha yang sudah tidak bersahabat, Kiesha berdecak kesal. Rasanya begitu malas jika harus memasukki rumah rasa neraka di dunia itu, pasti lagi-lagi sebelum memasukki kamar, Kiesha harus melakukan perdebatan dengan Pasha.Dulu, hubungan Pasha dan Kiesha memang baik-baik saja. Tapi semenjak kedatangan Ibu Tiri Kiesha, yaitu Ira. Maka sifat Pasha berubah drastis, jarang memperhatikan sekolah Kiesha, selalu membandingkan Kiesha dengan anak tirinya, yaitu Yesaya. Dan apa yang Kiesha lakukan, di matanya selalu salah.Kiesha berjalan perlahan dengan wajah tak berdosa, menghampiri Pasha. Dan hendak menyalami punggung tangan
Parkiran SMK Angkasa sudah tampak dipenuhi oleh motor, mobil ataupun sepeda milik siswa-siswi yang bersekolah di sana, ataupun milik guru-guru yang mengajar di sana. Sekolah sudah tampak ramai sejak pagi, itulah kebiasaan siswa-siswi SMK Angkasa untuk menghindari pemeriksaan yang dilaksanakan setiap pagi oleh para guru, maupun oleh anggota OSIS.Kebanyakan, siswi yang berangkat lebih pagi. Karena pemeriksaan yang sering dilakukan adalah pemeriksaan kuku, rok, dan alat make up. Tapi, Kiesha dan sahabat-sahabatnya tidak termasuk ke dalam tipe murid seperti itu. Yesaya dan sahabat-sahabatnya pun sama, mereka berusaha untuk bersikap baik. Agar nama geng mereka dapat terkenal karena sikap baiknya.Saat ini, Yesaya dan sahabat-sahabatnya tengah berkumpul di kantin sekolah. Jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, jadi masih banyak waktu untuk mengobrol dan berbincang-bincang ringan di kantin. Kantin SMK Angkasa bisa dibilang kecil, hanya
Jam istirahat pertama akhirnya telah tiba, bel telah dibunyikan dengan nyaring oleh salah satu guru SMK Angkasa. Para murid menyambut dengan antusias saat mendengar bel tersebut. Di kelas sebelas akuntansi tiga, Kiesha dan sahabat-sahabatnya membentuk sebuah lingkaran besar, dan memakan bekal mereka bersama.Kepala sekolah SMK Angkasa, mewajibkan para muridnya untuk membawa bekal dari rumah. Karena di sekolah ini tidak difasilitasi kantin yang besar, dan banyak pilihan jajanan untuk para muridnya. Selain itu, SMK Angkasa juga menerapkan sistem mengurangi penggunaan sampah plastik.Sehingga para murid dan para guru diwajibkan untuk membawa bekal sendiri dari rumah, tempat makan dan botol minum masing-masing. Lingkungan sekolah SMK Angkasa tampak selalu bersih, bebas dari sampah, dan banyak pepohonan hijau yang tertanam di pinggir-pinggirnya.Kembali lagi kepada Kiesha dan sahabat-sahabatnya, mereka saat ini sedang menghabis
Bu Nani, selaku guru mata pelajaran akuntansi keuangan kelas sebelas akuntansi tiga mengadakan ulangan harian mendadak hari Selasa ini. Murid-murid yang mendengar kabar itu sangat shock, bagaimana tidak? Mereka sama sekali belum ada modal untuk mengisi soal ulangan yang akan diberikan nanti. Hanya pasrahlah yang bisa mereka lakukan.Ulangan dibagi menjadi dua sesi, yaitu siswa yang duduknya di meja pertama dan kedua dari pintu terlebih dahulu yang melakukan ulangan. Sementara siswa yang duduk di bangku ketiga dan keempat dipersilahkan agar keluar dari kelas dan diberi kesempatan untuk belajar terlebih dahulu.Kiesha, Saskia dan sahabat-sahabat mereka mendapat sesi kedua. Senang rasanya, setidaknya masih ada kesempatan agar mereka bisa mendapat nilai yang baik. Lumayan, sebagai pembantu penambah nilai untuk rapot kenaikan kelas nanti.Meskipun Kiesha, Saskia dan sahabat-sahabatnya dikenal oleh guru karena sering keluar masu
Tepat pukul sepuluh malam, Saskia terbangun dari tidurnya karena mendapat telepon dari Jenifer, yang mengatakan bahwa pertandingan MMA antara Rey dan Angga sudah berlangsung. Namun hal yang membuat Saskia panik yaitu karena Jenifer mengatakan bahwa kondisi Rey sudah tidak bisa dikatakan baik lagi.Wajah Rey sangat babak belur, matanya bengkak dan hidungnya mulai mengeluarkan darah, akibat pukulan keras yang terus Angga berikan. Sepertinya Rey tak akan bisa melakukan pertandingan tersebut sampai di ronde dua belas. Sebab kondisinya sangat tak memungkinan agar Rey dapat menyelesaikan pertandingan itu.Doa-doa terus mengalir untuk Rey dari sahabat-sahabatnya. Tapi tetap saja, percuma. Karena jika seseorang yang tak pandai dalam pertandingan MMA, maka bisa habis dipukuli oleh lawannya.Saskia menuruni anak tangga satu persatu dengan cepat, khawatir jika Rey tak akan bisa bangun lagi. Akan tetapi, saat baru saja dirinya sampai
Mobil ambulans berhenti tepat di depan rumah sakit Citra Medika dengan keadaan selamat. Dua orang suster lelaki dan dua orang suster perempuan mendorong brankar yang di atasnya terdapat tubuh lemah Rey dengan cepat. Brankar itu dimasukkan ke dalam ruang IGD. Tidak ada satupun sahabat Rey yang diijinkan masuk ke dalam ruangan itu, hanya Dokter dan Suster saja yang boleh masuk.Saskia dan ketiga sahabat laki-lakinya duduk di kursi yang tersedia tepat di depan ruang IGD. Mereka semua terus merapalkan doa untuk keselamatan Rey. Air mata Saskia mengalir semakin deras saat pikiran negative kembali menyerang kepalanya. Kiesha yang melihat Saskia menangis, rasanya tak tega.Ingin sekali Kiesha menenangkan Saskia dan membawanya ke dalam dekapan hangatnya. Tapi, Kiesha sekarang sudah tahu bahwa Saskia tidak menyukainya. Dari sikap peduli Saskia kepada Rey, sudah dapat membuktikan bahwa Saskia suka kepada Rey. Walaupun Kiesha belum mendengarnya secar
Hari Rabu ini, SMK Angkasa diliburkan sebab para guru sedang mengadakan rapat untuk kegiatan LDK nanti. Hal tersebut disambut keantusiasan oleh para murid SMK Angkasa, dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Jarang-jarang ada libur dadakan yang diberikan oleh guru, kesempatan ini bisa mereka gunakan untuk mengistirahatkan otak dari pelajaran yang memusingkan.Sekolah tampak sepi, hanya ada beberapa siswa yang datang ke sekolah, itupun karena membayar iuran bulanan sekolah. Pos satpam tampak sepi, tidak ada yang menunggu. Biasanya ada Pak Mario yang berjaga di sana, tapi mungkin karena hari ini diliburkan. Jadi, Pak Mario dijadwalkan berjaga di pos satpam siang hari.Suasana sekolah yang sepi, dimanfaatkan oleh Yesaya dan sahabat-sahabatnya untuk menjalankan rencana mereka. Yaitu menghapus bukti rekaman CCTV kemarin, saat Pangeran dan Axel memasukkan minuman ke dalam tas Rey. Untung saja mereka ingat dengan CCTV tersebut, coba kalau tida