Share

Membawa Kabur Benih Sang Majikan
Membawa Kabur Benih Sang Majikan
Penulis: Nhaya_97

Bab 1: Bedebah Gila

Klek!

Pintu kamar itu terkuak, membiarkan bayangan sang empunya memasuki ruangan. Dara, yang sedang asyik dengan pekerjaannya, membalikkan tubuhnya dan terkejut, sepasang matanya membulat. 

Di ambang pintu, seorang pria berdiri dengan senyum menyeringai, seperti seekor serigala yang baru saja menemukan mangsa barunya. 

Mata Daiva berbinar penuh nafsu ketika melihat Dara yang cantik berada di dalam kamar pribadinya.

Dengan langkah gontai, akibat mabuk yang masih mengguncang tubuhnya, Daiva menghampiri Dara yang berdiri mematung di samping ranjang king size. Udara di sekitarnya terasa semakin mencekam.

"Ma-maaf Tuan. Sa-saya hanya membersihkan kamar Tuan," ucap Dara terbata-bata, suaranya bergetar menahan rasa takut yang menjalari setiap inci tubuhnya.

Pria itu semakin mendekat, menghidu aroma tubuh Dara dengan napas yang memburu. Senyumannya kian melebar, bak iblis yang puas melihat mangsanya tak berdaya.

"Wangi tubuhmu begitu memikat. What’s your name?" tanya Daiva dengan suara berat, penuh keangkuhan.

Perempuan itu rasanya ingin lari dari tempat terkutuk itu. Namun, bagaimana caranya? Pria bertubuh tegap dan tinggi itu tampak seperti raksasa yang siap mendekapnya.

"Siapa namamu, gadis cantik? Siapa yang menyuruhmu masuk ke dalam kamarku?" tanya Daiva sekali lagi, suaranya seperti bisikan maut yang menari di telinga Dara.

"Na-nama saya Dara, Tuan. Saya pembantu baru di sini. Tadi, Ibu Mela menyuruh saya membersihkan kamar Tuan dan kamar satunya lagi," jawab Dara dengan suara yang hampir tak terdengar, matanya menatap lantai seakan berharap bumi menelannya saat itu juga.

"Daffa?" tanyanya, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

Dara mengangguk cepat. Entahlah. Siapa pun itu, dia tak peduli. Berarti, jika kamar sebelah milik Daffa, orang ini pastilah Daiva. Hanya itu yang dapat diingatnya.

"Permisi, Tuan," Dara berusaha mengundurkan diri, tapi baru saja kakinya melangkah, Daiva meraih tangan gadis cantik itu lalu menghuyungnya ke atas ranjang.

Mata Dara membola sempurna saat pria itu merayap ke atas tubuhnya. Seringaian menakutkan dari Daiva kembali terbit, membuat Dara semakin takut akan hal-hal yang tidak diinginkan.

"Tu-tuan mau apain saya? Tolong lepaskan saya, Tuan!" Dara memohon, suaranya patah-patah, meminta agar Daiva membebaskan dirinya.

Dara terjebak di dalam kamar milik Daiva, tak bisa keluar lantaran Daiva mencengkeramnya dengan kuat. Ruangan itu kini berubah menjadi penjara, dan Dara adalah tahanan yang tak berdaya.

"Lepasin saya, Tuan. Saya mohon. Jangan lakukan itu, Tuan!" pekik Dara setelah Daiva berhasil menanggalkan pakaiannya.

Daiva menikmati pemandangan luar biasa yang ada di depan matanya, wajahnya penuh kepuasan yang mencekam.

"Kau akan jadi milikku malam ini, Dara. Enjoy and... rasakan hujaman yang akan kuberikan padamu sampai menjelang pagi."

Waktu sudah menunjuk angka tiga pagi. Dan Daiva masih saja menghujam Dara tanpa ampun. Jeritan dan lenguhan yang dilontarkan secara bersamaan tak bisa membuat Daiva iba.

"Tuan, berhenti! Saya sudah lelah. Tolong hentikan!" suara Dara terdengar serak, hampir habis, namun tetap tak ada belas kasihan di mata Daiva.

Pria itu terus menghujamnya tanpa ampun, menenggelamkan Dara dalam lautan siksaan yang tak berujung. Malam itu, Dara benar-benar terperangkap dalam neraka yang diciptakan oleh pria yang seharusnya hanya menjadi majikannya.

"Arrrggghhhh! Tuan... hentikan! Sakit!!!" pekik Dara, suaranya menggema di seantero kamar. Tangannya yang gemetar meremas sprei putih itu erat-erat, seolah berharap kain itu bisa membawanya keluar dari neraka yang sedang ia alami.

Suara gelak tawa Daiva terdengar nyaring di telinga Dara, seperti tawa iblis yang merayakan penderitaan korbannya. 

"Menikmati tubuh yang belum disentuh pria manapun ternyata lebih nikmat. Kamu akan menjadi pemuas hasratku mulai detik ini, gadis manis!" bisiknya lirih namun penuh keserakahan, tak membuatnya menjeda permainan gila itu.

Tak lama setelahnya, Daiva akhirnya menghentikan aksi gilanya, menyemburkan peluh gila itu di dalam rahim Dara untuk yang kesekian kalinya. 

Sudah tak terhitung berapa kali pria itu menghujam tubuh mungil Dara. Kini, perempuan itu terkapar di atas tempat tidur, menangisi keadaannya yang tak lagi suci. 

Meratapi nasibnya yang harus menerima pil pahit jika kesuciannya direnggut oleh pria yang bahkan baru ia tahu namanya.

"Bedebah gila! Kenapa aku harus terjebak di dalam kamar terkutuk ini? Aku harus segera pergi dari rumah ini. Aku tidak mau kerja di sini lagi. Ini bukan istana, tapi neraka," gumam Dara dengan sangat pelan, agar Daiva yang kini berada di dalam kamar mandi itu tidak mendengarnya.

Dengan sisa tenaganya, Dara memunguti pakaiannya yang berserakan lalu segera memakainya. "Aaahh...." Dara merintih sakit di bagian pangkal pahanya. Darah kesuciannya bahkan masih menempel di sana.

"Pria terkutuk!" pekik Dara kemudian, berlari keluar dari kamar itu. Berusaha keluar walaupun rasanya kakinya sudah lemas, tak mampu lagi menginjak lantai. 

Ia merintih kesakitan lalu... perempuan itu tak sadarkan diri. Beruntung, ada Daffa yang keluar kamar lalu melihat Dara terbaring tak sadarkan diri tepat di bawah anak tangga.

"Hei... bangun! Kamu kenapa?" Daffa mencoba membangunkan perempuan itu, namun hasilnya nihil. Ia pun membawanya ke dalam kamarnya.

Tiba di dalam kamar, Daffa membaringkan tubuh Dara dengan sangat hati-hati. Keningnya mengerut saat melihat tanda merah di lehernya, banyak, tak terhitung oleh Daffa. 

"Suara pekikan dari kamarnya Daiva... apakah gadis malang ini? Tapi, siapa dia? Bahkan, jika memang perempuan ini wanita sewaan Daiva, mana mungkin sepolos ini. Tidak terlihat jika gadis ini wanita seperti itu."

Daffa menyimpan banyak pertanyaan dengan hadirnya gadis malang itu, lalu menghela napasnya dengan pelan. Ia menarik selimut, menutupi tubuh lemah tak berdaya Dara. 

Wajahnya tampak pucat, lebam di leher dan mungkin juga di bagian dada. Daffa menggeleng-geleng, tak habis pikir dengan prilaku kakaknya yang gila akan hasrat yang ia miliki.

"Siapa pun kamu, jangan kembali lagi pada Daiva. Dia itu mafia perempuan. Padahal sudah punya calon istri, tetap saja selalu menginginkan wanita lain," Daffa seolah sedang berbicara pada Dara, padahal perempuan itu bahkan tak bisa mendengarnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status