Beranda / Romansa / Membalas Mantan Suami Dengan Elegan / Penjual Jamu Milik CEO Tampan

Share

Membalas Mantan Suami Dengan Elegan
Membalas Mantan Suami Dengan Elegan
Penulis: Hellen. S

Penjual Jamu Milik CEO Tampan

1. APA SALAHKU, MAS?

"Bro, gua cabut duluan, ya," ucap Tomi pada teman-teman kerjanya. Pria bertubuh tinggi tegap itu baru saja keluar dari kantor.

"Oke, Bro. Hati-hati dijalan entar nyasar lagi. Bukannya pulang ke rumah istri malah nyasar ke rumah … upss," ucap Hamdan sembari menutup mulut dengan satu tangan lalu mereka terkekeh setelah mengejek Tomi.

"Hahaha … bisa aja, Lo. Dah, ah, gua balik dulu."

Kemudian pria bertubuh tinggi tersebut meninggalkan area parkir melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Cittttt … Tomi menghentikan laju mobilnya secara mendadak ketika melihat wanita yang ia kenal berada di depan kantor. 

"Lho, itu bukannya….?"

Gegas Tomi turun dari mobil. Kemudian berlari cepat ke arah wanita tersebut.

"Hei, kamu!"

Wanita itu terkesiap lalu menoleh, wajahnya langsung memerah.

"Kamu ngapain ada disini, hah? Pake gendong bakul segala. Ini apa, jamu? Kamu jualan jamu?" tanya Tomi kaget, pandangannya tak lepas melihat wanita yang ada di hadapannya kini.

Wanita itu diam tak berani menatap wajah pria tersebut.

"Duh, kamu mau bikin aku malu? Sekarang, kamu ikut aku pu–" Ucapan pria itu seketika terhenti saat ada sebuah mobil berhenti tepat di belakangnya.

"Hei, Bro! Lo lagi ngapain disitu? Tuh kan bener pasti kamu nyasar pulangnya. Mana gangguin mbak jamu itu lagi. Ish, gak level banget, masa tukang jamu Lo embat juga. Hahaha…." Pria di dalam mobil itu terkekeh setelah mengejek temannya.

Wanita tersebut langsung menutupi wajahnya dengan kain jarik yang ia digunakannya untuk menggendong bakul jamu. Dia takut kalau pria tersebut akan mengenalinya nanti.

Sedangkan Tomi diam tak berkutik, ia sangat malu karena wanita di hadapannya ini.

"Eehh … itu bukannya istri, Lo, Bro?"

Tomi terkesiap dan menjadi salah tingkah. "Ya … nggak mungkin lah, Bro. Masa istri manager tukang jamu, sih. Ngawur aja Lo," jawab Tomi gugup.

"Masa sih, tapi wanita itu mi —"

"Maaf, Mas, kamu salah orang. Saya bukan istri dari pria ini," ucap si wanita cepat, lalu berlalu pergi meninggalkan mereka.

"Lo, sih, kan jadi pergi dia. Gua kan cuma mau beli jamu nya saja bukan gangguin orangnya. Udah, ah, gua cabut." Ujarnya berlalu begitu saja. Sedangkan temannya masih diam terpaku yang tak percaya dengan omongan mereka.

"Kok aku gak percaya ya sama, mereka? Ah sudahlah bukan urusan aku juga," ucapnya lalu kembali melajukan mobilnya.

Wanita yang sedang berjalan dengan cepat sembari menggendong bakul jamu, kini menahan air matanya jangan sampai menetas. Sakit? Itu pasti, inilah yang dirasakan oleh wanita itu sekarang.

Hasna namanya wanita yang tak pernah dianggap, dibuang seperti sampah. Wanita itu mengarahkan pandangan ke arah samping setelah sebuah mobil berhenti di dekatnya.

"Masuk!" titah Tomi dengan tatapan marah.

Wanita itu nurut saja. Alih-alih ingin manaru bakul jamu di jok belakang, namun Tomi menghentikannya.

"No, Has! Mobil itu nanti lecet! Emang kamu punya uang untuk menggantinya nanti? Nggak, kan? Sekarang kamu nurut sama aku. Kamu pangku atau kamu buang bakul jamu itu di tong sampah."

"Astaghfirullah, Mas!" 

"Nggak usah pake istighfar segala. Cepat masuk!" Sentak pria – suami dari wanita tersebut.

"Kamu apa-apaan, sih, sengaja mau bikin aku malu, hah?"

Wanita itu menggeleng cepat.

"Lalu untuk apa kamu berjualan seperti ini?" Si suami berujar sambil mendorong bakul jamu itu sehingga bakul terlepas dari pangkuan Hasna. Untung botol-botol tersebut tidak ada isinya lagi alias kosong.

Hasna menoleh ke arah Tomi dengan raut wajah tak suka. "Kenapa? Nggak suka digituin? Kamu, sih, bikin aku kesel." 

Tomi terus mendumal sepanjang perjalanan pulang. Sementara si wanita diam saja.

Setibanya di pekarangan rumah wanita tersebut langsung turun dan melangkah pergi.

"Kurang ajar ya dia! Main pergi saja, awas saja ya kamu." Tomi turun dari mobil, jalan tergesa-gesa ia terlihat begitu marah.

"Hei wanita sialan! Sini kau!" Hardik Tomi. Dia berjalan tergesa-gesa sehingga membuat Hasna ketakutan. Wajahnya seketika berubah pucat, bak seperti mau diterkam binatang buas.

Plak! 

Dengan bengisnya Tomi menghajar istrinya sampai tak berdaya tanpa mendengarkan penjelasan Hasna dulu kenapa ia sampe berjualan jamu.

"Maaf, Mas. Ampun…." wanita itu memohon sambil mengatup kedua tangannya agar suaminya tersebut berhenti menyakitinya. 

"Tidak ada ampun buat, kamu wanita sialan!"

Plak! Plak! "Itu pantas buat, kamu! Biar kamu tau diri!" Ucap Tomi nafasnya terdengar memburu.

Hasna memegang wajah dengan kedua tangannya. Bekas tamparan Tomi masih terasa panas dan perih. Hasna tak berdaya ingin melawan pun ia tidak bisa hanya bisa diam dan pasrah.

"Mengapa … kenapa kamu lakukan ini padaku, Mas?" tanya Has terisak-isak.

"Kenapa, kamu bilang...."

"Aaww … Mas sakit!"  

Hasna menjerit ketika Tomi menjambak rambutnya.

"Diam!" sentak Tomi. Matanya melotot tajam menatap Hasna. "Kau sudah menginjak harga diriku di depan teman-temanku, Hasna! Siapa menyuruhmu jualan jamu, hah?"

"I-itu a-aku …."

"Ngomong yang benar, Hasna! Jangan memancing emosiku!"

"Mas! Sekarang aku yang tanya sama, kamu. Kemana saja dirimu selama ini? Satu bulan kamu menghilang bahkan tidak memberiku uang. Jadi apakah aku salah mencari uang sendiri dengan berjualan jamu, Mas? Tolong, kamu jelaskan, Mas."

"Itu bukan urusanmu menanyakan kemana aku pergi. Dan, kamu sendiri mengapa harus jual jamu, apa tidak ada pekerjaan lain selain tukang jamu? Apa kata orang nanti, masak suami manager istrinya tukang jamu. Ish, bikin malu saja, kau ini. " 

"Apa yang salah dengan dagangan ku, Mas? Jika selama ini, kamu menafkahi aku, mungkin aku gak akan seperti ini. Kamu melupakan aku sebagai istrimu. Kamu hanya mementingkan keluargamu saja dari pada, aku. Aku ini masih istrimu, Mas! Yang masih berhak untuk, kamu nafkahi! Sekarang aku tanya sama, kamu. Apa pantas seorang istri menager hidup melarat, Mas?"

Entah kekuatan dari mana Hasna bisa berkata seperti itu. Mungkin kekesalan yang ia pendam sendiri selama ini. Akhirnya ia lupakan semua yang ada di dalam hatinya, terhadapan orang yang telah dianggapnya sebagai kepala keluarga. 

Namun bukan membuat Tomi sadar akan itu, malah membuat emosi Tomi semakin tak terkendali. Dia menjambak rambut Hasna ke belakang sehingga kepala Hasna mendongak ke atas dan sungguh membuat Hasna kesakitan.

"Kurang ajar kau, Hasna! Bukannya minta maaf atas kesalahanmu! Kau malah menyalahkanku!" 

"Aaww … Mas sakit!" Hasna memekik ketika Tomi menguatkan cengkeramannya.

Mata Tomi semakin menyalang ketika wajah Hasna semakin jelas di depan matanya.

"Lepaskan aku, Mas …." Hasna memohon seraya mengatupkan kedua tangannya mengharap belas kasihan dari sang suami.

"Dasar istri tidak tau diri! Cuiiih …!" Tomi menyemburkan ludahnya ke arah wajah Hasna, lalu dengan kasarnya, dia mendorong tubuh Hasna yang tidak berdaya itu sehingga Hasna tidak bisa menopang tubuhnya dan terjatuh ke lantai.

Tidak sampai disitu, seakan belum puas menyiksa Hasna yang saat ini terduduk lemas di lantai, Tomi menarik tangan Hasna agar berdiri. Kemudian ia menghempaskan tubuh Hasna kembali ke lantai. 

Brukk!

Tubuh Hasna tergeletak di lantai. Seketika itu juga dia merasa tulangnya remuk dan tidak bisa digerakkan lagi. 

Hasna menangis kecil, dia sakit seluruh sekujur tubuhnya penuh dengan lebam. Wanita lemah itu sekarang terbaring lemas tak berdaya di lantai.

Mendadak tangisan itu hilang, sepintas ada rasa takut yang menghantui pikiran Tomi melihat Hasna diam terkulai lemas di lantai. Dia takut kalau Hasna meninggal.  

"Hei, Hasna?" Tomi panik, lalu mencoba membangunkan istrinya dengan ujung jari kakinya. Namun si wanita itu tetap diam.

"Has, jangan bikin aku —"  Tomi semakin di buat panik karena tidak ada jawaban dari Hasna. Ia menjauhi tubuh wanita itu. "Tidak … ini tidak mungkin."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dimarifa Dy
lucu ceritanya kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status