Share

Bab 3 Peringatan

Valerie meringis ketika menggerakkan kakinya. Pinggangnya sangat sakit. Dia lupa berapa kali melakukannya, sepertinya Logan sudah tidak sabar untuk segera mendapatkan pewaris yang dia inginkan. Bukankah itu bagus? Semakin cepat, semakin baik.

Valerie berbalik, dia kira Logan masih tidur bersama dengannya tapi rupanya pria itu tidak ada. Rasanya sangat menyedihkan, bagi sebagian orang mungkin akan melewatkan pernikahan mereka dengan pagi yang bahagia tapi dirinya?

Bodoh. Memangnya apa yang dia harapkan? Tidak mungkin dia mengharapkan Logan membangunkan dirinya dengan sebuah ciuman. Sepertinya dia lupa jika dia sudah dibeli untuk dijadikan wadah tapi ditinggalkan seperti itu setelah mereka bercinta, rasanya sudah seperti wanita murahan saja.

Valerie belum beranjak, dia sangat lelah setelah acara pernikahannya yang panjang juga malam pertama yang menyakitkan. Kedua matanya kembali terpejam, dia ingin berbaring sejenak namun pintu yang terbuka, mengejutkan dirinya.

“Mau tidur sampai kapan? Apa kau melupakan kewajibanmu sebagai istriku?” Logan menatapnya tajam, ekspresi wajahnya sungguh tidak bersahabat sama sekali. Melihat rupanya saja sudah membuat Valerie kesal.

“Kau sudah bangun rupanya. Kenapa tidak membangunkan aku?” Valerie bangun dengan perlahan sambil menahan rasa nyeri. Dia harus menahan diri meski dia tidak suka dengan pria itu.

“Membangunkan dirimu? Apa aku tidak salah mendengar, Valerie?” Logan terdengar mencibir, sepertinya Valerie lupa jika dia hanyalah boneka yang telah dia beli.

“Tidak. Seharusnya kau membangunkan aku jika kau memang butuh bantuanku!”

“Siapa yang butuh bantuanmu, hah?!" Logan berteriak dengan keras. Valerie terkejut, dia kembali memandangi Logan yang terlihat menakutkan.

"Jangan memperlakukan aku seperti orang cacat!" dia tampak tersinggung karena ucapan Valerie. Kedua mata Logan melotot, rahangnya mengeras. Dia tampak begitu menakutkan. Kedua tangannya bahkan sudah mengepal seperti ingin memukul seseorang.

"Aku tidak memperlakukan dirimu seperti itu, Logan."

"Diam!" kedua mata Logan memerah, Valerie semakin takut melihatnya.

"Aku tegaskan padamu, aku tidak butuh bantuanmu. Meski aku lumpuh, tapi aku tidak terima dianggap tidak berdaya olehmu!" ucapan Valerie sungguh menyinggung. Dia tidak suka dianggap sebagai orang cacat walaupun sesungguhnya dia memang cacat.

"Aku tidak bermaksud menyinggungmu, sungguh!" entah ucapannya yang mana salah, dia sungguh tidak tahu.

“Sebaiknya jaga ucapanmu baik-baik. Jangan pernah memperlakukan aku seperti orang cacat dan jangan menganggap dirimu begitu penting dalam hidupku. Meski kau tidur di ranjangku, kau hanyalah wadah yang aku gunakan untuk melahirkan pewaris untukku, jangan lupakan itu!”

"Aku sungguh tidak mengerti. Aku rasa ucapanku tidak salah sama sekali tapi aku minta maaf padamu!" lebih baik dia mengalah.

"Jika kau berani mengulanginya, kau akan mendapatkan akibatnya. Jangan menganggap terlalu tinggi dirimu dan ingatlah untuk apa aku menikahi dirimu!"

Valerie menghela napas, dia lelah. Perdebatan mereka tidak akan pernah berakhir. Dia tahu apa pun yang dia katakan pasti selalu salah bagi Logan. Daripada dia harus berdebat dengan pria itu, lebih baik dia segera membersihkan diri dan pergi.

Bagaimanapun dia memiliki kesibukan. Dia bekerja di sebuah restoran. Meski gajinya tidak seberapa tapi dengan uang itu dia dapat membeli apa pun yang dia inginkan.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanyanya.

"Jangan pura-pura bodoh. Sebagai istriku, tentu saja kau harus melayani aku dan ingat satu hal, aku tidak sedang meminta bantuanmu karena ini adalah kewajibanmu!"

"Baiklah, tunggulah sebentar!" Valerie memunguti pakaiannya lalu mengenakannya.

Valerie menghampiri Logan, dan membawanya ke kamar mandi. Sungguh dia benci, pria arogan yang menyebalkan.

Logan hanya memandangi dirinya. Wanita yang cukup cerdik. Dia tidak perlu menjelaskan dengan bersusah payah.

“Ini hari pertamaku sebagai istrimu, tolong berikan aku waktu untuk beradaptasi," pintanya sambil mengambil peralatan mandi.

"Pergi pada pelayan, kau bisa mencari tahu apa yang aku sukai atau tidak!"

"Baiklah. Aku akan berusaha menjadi istri yang baik bagimu meski aku hanyaah wadah. Jujur aku tidak suka berdebat," Valerie membantu Logan untuk berpindah dari kursi rodanya ke dalam bathtub.

Meski pinggangnya nyeri, dia harus menahannya ketika dia harus mengangkat tubuh Logan yang berat. Jujur saja, dia seperti mengangkat sebongkah batu.

Dia jadi penasaran. Sebelum mereka menikah, bagaimana Logan melakukan kegiatannya? Tidak mungkin Logan selalu meminta pelayan untuk membantunya. Sekarang dia jadi curiga, jangan-jangan Logan sengaja untuk mempersulit dirinya.

Meski begitu, dia tetap melayani Logan karena itu adalah kewajibannya sebagai istri Logan. Dia harus membantu Logan mandi, memakaikan bajunya. Beruntungnya pagi ini dia tidak perlu membuatkan sarapan karena sudah terhidang tapi besok, dia harus mulai menyiapkannya.

“Aku belum mengatakan satu hal padamu,” Logan sedang mengancingkan jasnya, dia tidak boleh lupa memperingati Valerie.

“Apa lagi?” pinggangnya seperti mau rontok setelah membantu Logan mandi.

“Selama kau menjadi istriku, kau tidak boleh dekat dengan pria manapun. Aku tidak akan mengizinkan kau bersama dengan pria lain. Jika kau sampai melakukannya, maka aku tidak akan mengampunimu!”

“Kau gila. Aku memiliki sahabat laki-laki, apa berbicara dengannya juga tidak boleh?”

“Tidak. Jauhi sahabatmu itu. Jangan pernah berbicara terlalu lama dengan seorang laki-laki yang bisa membuat aku curiga. Jangan kau pikir aku tidak akan tahu apa yang kau lakukan di luar sana!”

“Kau gila, Logan!”

"Terserah kau mau menganggap aku apa tapi ini peringatan untukmu!"

Valerie menunduk, bibirnya digigit dengan kuat untuk menahan segala perasaan yang dia rasakan. Sekarang dia sadar jika dia telah menjual hidupnya. Selama dia menjadi istri Logan, dia tidak memiliki kebebasan lagi. Dia sudah seperti berada di sangkar emas yang tidak menyenangkan.

“Ingat baik-baik dan jangan mengabaikan peringatanku. Aku akan menghabisi laki-laki yang dekat denganmu. Kau bisa mencobanya jika kau tidak mempercayainya!” Logan mendorong kursi rodanya, keluar dari kamar.

Valerie jatuh terduduk, sungguh keputusan yang sangat fatal. Dia tidak pernah bertemu dengan pria yang sangat arogan seperti Logan dan sialnya, dia harus terjebak dengan pria itu.

Valerie mengusap perutnya. Semoga saja dia segera hamil agar perannya segera selesai. Baru satu hari menjadi istri Logan tapi dia sudah begitu tidak tahan. Pantas saja, kedua kakaknya tidak mau padahal Logan memiliki kekuasaan serta wajah yang tampan tapi di balik semua itu, rupanya pria itu benar-benar memiliki sifat yang menyebalkan.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
siti yulianti
logan lumpuh tp bisa beronde² yah ngadon nya apa cuma bohongan
goodnovel comment avatar
mr lie
sabar ya Val.. manut aja, semoga si Logan kejedug biar dia berubah n memperlakukan mu dg baik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status