Udara semakin dingin karena salju turun semakin lebat. Logan tidak menyalakan penghangat ruangan yang membuat suhu kamar begitu dingin. Logan dan Valerie masih tidur karena waktu masih menunjukkan pukul tiga pagi.
Beruntungnya Valerie sudah memakai bajunya karena dia baru saja melakukan kewajibannya. Dia juga menyelimuti tubuhnya sehingga tidak kedinginan tapi tidak dengan Logan. Pria itu mulai kedinginan, dia mencari kehangatan dengan memeluk Valerie yang membuat Valerie terbangun. “Hei, singkirkan tanganmu!” Valerie memukul lengan Logan tapi Logan justru semakin menariknya mendekat dan tanpa sadar sebuah nama diucapkan oleh dirinya. “Sovia,” nama itu terucap disertai dengan dekapan yang begitu erat seolah-olah Logan merindukan wanita yang baru saja dia panggil. Valerie diam membeku. Siapa? Dia sudah mendengar jika Logan pernah memiliki seorang tunangan namun hubungan mereka kandas karena Logan ditinggalkan. Apakah wanita yang bernama Sovia itu adalah mantan tunangan Logan? Lupakan. Sebaiknya dia tidak memperdulikan hal itu karena itu bukanlah urusannya. Dia tidak mau mengorek-ngorek masalah pribadi suaminya karena baginya itu tidaklah penting sebab mereka berdua akan berpisah pada akhirnya. Selama dia menjalani peran sebagai Wanita yang telah dibeli oleh Logan maka dia harus menjaga hati agar dia tidak jatuh hati pada pria itu. Dia juga tidak boleh memiliki rasa cemburu meskipun Logan membawa seorang wanita di depan matanya. Valerie kembali memejamkan kedua mata namun rasa penasaran membuat dirinya tak bisa tidur lagi apalagi dia merasa kesulitan bernapas sebab Logan terlalu kuat memeluk dirinya. “Logan,” Valerie mendorong lengan kekarnya, dia benar-benar tidak tahan. “Hm?” “Suhu kamar begitu dingin, bisakah kau memberitahu aku dimana pemanas ruangannya?” “Apa?” Logan belum sadar sepenuhnya namun tangan yang melingkar di tubuh Valerie telah terlepas. “Pemanas ruangan, apa kamar ini memilikinya?” “Kau membangunkan aku hanya untuk itu?” Logan melihat jam di mana waktu masih begitu pagi. “Aku ingin menyalakan pemanas ruangan saja. Apa kau tidak kedinginan sama sekali?” “Tidak perlu memakai pemanas ruangan. Jika kau kedinginan maka pergi, tidur saja di luar!” Logan berbalik sambil menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. “Apa?” “Jangan mengganggu tidurku dan keluar!” ucap Logan kesal. Dia jadi terbangun gara-gara hal itu. “Kau?” kedua tangan Valerie sudah mengepal. Kenapa pria itu sulit diajak bicara? Hanya memberitahu dimana pemanas ruangan berada, apakah sulit? Logan kembali tidur. Dia tidak peduli dengan Valerie tapi dia tahu jika Valerie mengambil bantal dan keluar dari kamar. Logan melihatnya, pria itu sedikit mengumpat. Valerie memilih tidur di luar, dia menyalakan perapian di ruang tengah dan tidur di sana. Setidaknya tempat itu lebih hangat dibandingkan di dalam kamar yang begitu dingin tapi membuat hati panas. Sepertinya mereka berdua harus memperbaiki cara berkomunikasi mereka agar mereka tidak selalu berakhir dalam pertengkaran. Di dalam kamar, Logan justru tidak bisa tidur lagi. Setelah kepergian Valerie, kamar itu justru terasa semakin dingin. Sebaiknya dia menyalakan pemanas dan kembali tidur tapi setelah melakukannya, dia masih tidak bisa tidur. Kesal karena kedua mata tidak juga bisa terpejam membuat Logan memutuskan untuk pergi ke kamar mandi tapi kali ini dia tidak kembali berbaring. Logan keluar dari kamar menggunakan kedua tongkatnya. Tujuannya sudah pasti, dia mencari keberadaan Valerie yang rupanya tidur dengan pulas. Bagus. Wanita itu sungguh pandai. Setelah membangunkannya, dia justru tidur begitu nyaman dengan perapian yang menyala sedangkan dirinya tidak bisa tidur lagi. Jika begitu, tidak akan dia biarkan. Valerie terkejut ketika Logan berbaring di sisinya. Dia sempat kebingungan tapi sebelum dia bertanya, Logan sudah mencium bibirnya. “Hm?” Valerie memberontak, dia tak dapat berkata-kata karena Logan menciumnya begitu lama. Logan juga mendekapnya begitu kuat yang membuatnya sulit bergerak. Apa yang dilakukan oleh pria itu di sana? Valerie berusaha memukul sampai Logan melepaskan pelukannya. “Logan, apa yang kau lakukan?” “Mengganggumu, apa kau tidak melihatnya?” “Apa?” dia benar-benar tidak mengerti. “Kau membangunkan aku agar aku mengusirmu keluar, bukan?” “Jangan sembarangan mengambil kesimpulan. Kau yang mengusir aku karena menganggap aku mengganggu tidurmu!” tidak saja bertempramen buruk tapi pria itu juga aneh. “Kau memang sengaja, Valerie. Kau licik lebih dari yang aku duga!” Valerie menghela nafas, terserahlah. Jika dia menimpali maka mereka akan membuat keributan sepanjang malam dan semua itu tidak akan berakhir sampai pria itu mendapatkan kemenangan yang dia inginkan. “Please, Logan. Bisakah berdamai untuk sejenak? Aku mau tidur, aku juga tidak sedang ingin berdebat oleh karena itu aku keluar dari kamarmu tapi jika kau memang ingin berdebat, maka aku lebih memilih mengkonsumsi obat tidur daripada mendengar suaramu yang membuat kepalaku sakit!” “Beraninya kau?” “Aku akan mengambil obat tidur!” Valerie ingin pergi namun Logan memeluknya dan tidak melepaskannya. “Aku tidak mengizinkan kau pergi kemanapun. Berbaring denganku jika tidak, kau akan tidur di teras mulai besok malam!” “Apa kau gila? Aku akan mati membeku!” “Itu pilihanmu sekarang!” “Kau benar-benar pria paling menyebalkan yang pernah aku temui!” mau tidak mau, dia tetap berbaring dengan Logan. Selimut yang dia ambil, dipakai untuk menyelimuti mereka berdua. Sekarang jauh lebih baik, perapian yang hangat, pelukan yang hangat namun Logan masih belum memejamkan mata. Dia tahu apa yang baru saja dia mimpikan, seorang wanita yang seharusnya dia lupakan. Dia benci, wanita yang baru saja dia mimpikan. Tidak seharusnya dia memimpikan atau mengingat wanita yang telah meninggalkan dirinya. Dia bahkan benci mengingat bagaimana mereka berpisah dan apa yang Sovia katakan ketika dia pergi dan tidak seharusnya dia mengingat wanita itu lagi. Sovia adalah tunangan Logan. Dia adalah satu-satunya wanita yang dicintai dengan tulus oleh Logan. Mereka berdua sudah berencana menikah tapi sayangnya, Sovia lebih memilih pergi karena dia tidak bisa menerima keadaan Logan yang cacat. Kepergian Sovia meninggalkan sebuah luka yang membuat Logan tidak pernah lagi percaya dengan cinta. Dia bahkan bersumpah pada diri sendiri jika dia tidak akan pernah jatuh cinta lagi pada siapapun karena cinta itu hanyalah sebuah ilusi. Cinta itu manis tapi begitu menyakitkan pada akhirnya.Ponsel Valerie tak berhenti bergetar, tapi dia tidak berani menjawabnya. Dia sengaja menonaktifkan suaranya supaya Logan tidak mendengar jika ada orang yang menghubungi dirinya.Dia melakukannya karena dia tidak mau berdebat dengan Logan apalagi mereka sedang pergi ke rumah ayah Logan. Mereka berdua harus terlihat akur supaya tidak membuat curiga.Selama di perjalanan, mereka berdua tidak mengucapkan sepatah kata pun. Logan sudah seperti orang yang sakit gigi, begitu juga Valerie. Mereka berdua sibuk dengan kegiatan masing-masing meski Valerie lebih banyak termenung sedangkan Logan menyibukkan diri dengan pekerjaannya.Valerie menghela napas. Setelah mengunjungi ayah Logan, apa yang harus dia lakukan? Gara-gara Logan, dia harus kehilangan pekerjaannya meski dia belum memberikan surat pengunduran diri.Jika dia kembali memohon, apakah Logan akan berubah pikiran? Sepertinya tak ada salahnya dia mencoba.“Logan, mengenai pekerjaanku?”“Sudah aku katakan pergi ke kantor, kau akan mendapat
“Apakah Logan memperlakukan dirimu dengan baik?” pertanyaan ayah mertuanya membuat Valerie tersenyum. Logan memberikan lirikan tajam. Dia harap Valerie menjawab dengan benar dan tidak membuat ayahnya curiga. “Tentu saja, Dad. Logan memperlakukan aku dengan begitu baik. Dia begitu mencintai aku jadi Daddy tidak perlu khawatir karena hubungan kami baik-baik saja.” “Aku sangat senang mendengarnya. Aku khawatir jika Logan menikahimu bukan karena cinta.” “Dad. Kenapa kau berbicara seperti itu? Jika aku tidak mencintainya lalu untuk apa aku menikahinya?” “Aku hanya khawatir saja, Logan. Aku tahu di mana hatimu berada!” Logan mendapat tatapan tajam dari ayahnya. Dia harap Logan mencintai Valerie dengan tulus dan dia harap pernikahan mereka bukan sandiwara seperti yang dia khawatirkan karena dia tahu jika putranya masih sakit hati pada Sovia tapi dia juga masih menyimpan perasaannya pada Sovia. “Aku tidak suka membahas hal ini!” sendok dan garpu diletakkan dengan kasar. Logan memi
Menginap satu malam di rumah Ayah Logan cukup menyenangkan meski dipenuhi dengan perasaan was-was karena takut salah bicara. Meski singkat, Valerie dan ayah mertuanya memiliki hubungan yang akrab.Valerie diminta untuk datang lagi oleh ayah mertuanya namun Valerie meminta izin pada Logan di depan ayahnya. Dia tidak mau ada keributan nantinya jika tiba-tiba saja dia mengunjungi Ayah mertuanya.Logan tidak keberatan sama sekali. Dia memang tidak akan melarang namun Valerie harus datang bersama dengannya. Dia tidak mau ayahnya menginterogasi Valerie akan hubungan mereka.“Kau harus datang lagi,” Adam kembali mengucapkan perkataan itu meskipun dia telah memintanya.“Aku pasti akan datang, Dad,” melihat ayah mertuanya justru mengingatkan dirinya kepada ayahnya sendiri. Mungkin ayahnya juga akan kesepian setelah kedua kakaknya menikah nanti.“Dad, kami sudah hampir terlambat. Sebentar lagi aku ada rapat jadi aku harus segera pergi ke kantor!”“Kita belum membahas hal ini, Logan. Apa kau ak
“Bukankah itu istri presdir? Kenapa dia jadi cleaning service?” ucapan itu dapat didengar oleh Valerie meskipun diucapkan dengan pelan oleh karyawan Logan.Semenjak dia menjadi cleaning service, para karyawan Logan tentu saja heboh. Mereka mengira Valerie datang hanya untuk mengantar Logan tapi siapa yang menduga, dia bekerja di perusahaan itu dan dia berada di posisi yang paling rendah di perusahaan itu.Valerie tidak memperdulikan omongan mereka. Dia melakukan pekerjaannya dengan serius bahkan dia membuatkan minuman untuk semua orang yang ada di perusahaan itu. Mereka sudah mendapat perintah untuk tidak canggung memerintahkan Valerie meskipun Valerie adalah istri dari bos mereka. Valerie adalah Cleaning service baru dan tak ada yang boleh melupakan hal itu.Logan memandangi Valerie dari balik kaca sebuah ruangan. Dia kira Valerie akan menyerah dan tak melakukan pekerjaannya akibat rasa malu tapi dia tak menduga Valerie melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh.Wanita itu tak d
Valerie tidak bisa tidur. Dia sudah berusaha namun kedua matanya sulit terpejam. Dia tidak berani bergerak karena dia takut membangunkan Logan. Pria itu sedang memeluknya dari belakang, Valerie sangat berharap Logan melepaskan dirinya supaya dia dapat pergi.Dia membutuhkan waktu untuk menyendiri. Segala perasaan yang dia rasakan setelah mereka menikah terasa begitu menyesakkan dada. Meski Logan tidak selalu memperlakukan dirinya dengan buruk, tapi ucapan yang dia lontarkan terkadang menyakiti hati.“Sovia,” lagi-lagi nama itu disebut diiringi dengan pelukan erat yang diberikan oleh Logan.Valerie tersenyum pahit, sepertinya dia hanya seorang pengganti. Seharusnya dia tidak memperdulikan hal itu karena tidak ada perasaan di antara mereka berdua namun mendengar secara langsung pria yang dia nikahi memanggil nama wanita lain rasanya cukup menyedihkan.“Jangan pergi, Sovia!” permintaan itu terdengar menyedihkan. Sepertinya Logan begitu mencintai wanita bernama Sovia itu tapi kenapa dia j
Lagi-lagi Valerie mendapatkan pesan dari ayahnya. Apalagi jika bukan memintanya untuk berbicara kepada Logan supaya Logan mau memberikan suntikan dana untuk perusahaan mereka.Padahal Valerie sudah menolak karena dia tahu apa yang akan diucapkan oleh Logan namun pesan yang dikirimkan ayahnya berisi begitu banyak permohonan serta bujukan supaya Valerie mau membicarakan hal itu dengan Logan.Rasanya jadi sedikit frustasi. Ayahnya benar-benar sulit diajak bicara. Yang ayahnya pikirkan hanya perusahaan saja. Dia tidak memikirkan apa yang akan Valerie dapatkan atas permintaannya itu.Valerie menyimpan ponselnya. Dia akan pura-pura tidak tahu dengan apa yang ayahnya inginkan. Lebih baik dia melakukan tugasnya daripada dia mendapatkan amarah dari Logan.“Kenapa begitu lama?” tanya Logan ketika Valerie baru kembali dengan sebuah handuk bersih.“Aku kesulitan menemukannya. Maaf,” dusta Valerie.“Lain kali, perhatikan semua barang dengan benar agar hal ini tidak terjadi lagi!”“Baiklah!” Valer
Lagi-lagi Logan memperhatikan Valerie dari balik jendela kaca yang berada di sebuah ruangan. Valerie tidak menyadari karena kaca itu memiliki sisi yang berbeda. Dia diperintahkan untuk membersihkan ruangan Logan dan semua itu harus bersih sebelum Logan kembali dari rapat, namun sesungguhnya pria itu telah kembali. Logan memperhatikan Valerie begitu lama. Sial, dia benci ini. Seharusnya dia tidak memperdulikan permintaan Valerie tapi dia jadi memikirkannya. Mereka hanya ingin memeras dirinya, dia sangat tahu itu tapi gara-gara Valerie, dia jadi seperti orang bodoh. Valerie terlihat begitu lelah. Logan berusaha mengabaikannya agar tidak timbul perasaan iba di dalam hati. Dia tidak boleh lupa jika wanita itu hanyalah wadah yang diperlukan untuk melahirkan seorang pewaris bagi dirinya. “Sial!” Logan membawa kursi rodanya pergi, dia tidak mau melihat lagi. Dia lebih memilih berdiam diri di depan jendela namun pikirannya justru berada di mana-mana. Seharusnya dia tidak memikirkanny
Uang 50 ribu dolar sudah berada di tangan Valerie. Logan mengijinkannya pulang ke rumah ayahnya untuk memberikan uang itu setelah pulang kerja. Dia tidak mengantar Valerie, dia membiarkan istrinya pulang sendiri karena dia tidak mau berbasa basi lagi dengan ayah mertuanya.Kepulangannya tentu akan dijadikan kesempatan bagi Valerie untuk berbicara dengan ayahnya. Ini terakhir kali dia dapat membantu ayahnya dan setelah ini dia harap ayahnya meminta bantuan kepada kedua saudara perempuannya.Kepulangannya disambut dengan baik oleh ayahnya karena dia tahu Valerie membawa uang yang dia inginkan. Walau di luar harapan tetapi uang itu cukup untuk mengembangkan bisnisnya yang baru.“Daddy tahu hanya kau saja yang bisa diandalkan, Valerie?”“Tidak perlu berbasa-basi, Dad. Ini akan menjadi terakhir kali aku membantu Daddy.”“Kenapa seperti itu, apa kau tidak peduli lagi dengan Daddy?” “Daddy yang tidak peduli denganku. Aku rela berkorban demi Leon juga demi perusahaan. Uang yang aku miliki ti