Share

Sebaiknya Tidak Peduli

“Bukankah itu istri presdir? Kenapa dia jadi cleaning service?” ucapan itu dapat didengar oleh Valerie meskipun diucapkan dengan pelan oleh karyawan Logan.

Semenjak dia menjadi cleaning service, para karyawan Logan tentu saja heboh. Mereka mengira Valerie datang hanya untuk mengantar Logan tapi siapa yang menduga, dia bekerja di perusahaan itu dan dia berada di posisi yang paling rendah di perusahaan itu.

Valerie tidak memperdulikan omongan mereka. Dia melakukan pekerjaannya dengan serius bahkan dia membuatkan minuman untuk semua orang yang ada di perusahaan itu.

Mereka sudah mendapat perintah untuk tidak canggung memerintahkan Valerie meskipun Valerie adalah istri dari bos mereka. Valerie adalah Cleaning service baru dan tak ada yang boleh melupakan hal itu.

Logan memandangi Valerie dari balik kaca sebuah ruangan. Dia kira Valerie akan menyerah dan tak melakukan pekerjaannya akibat rasa malu tapi dia tak menduga Valerie melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh.

Wanita itu tak datang mencarinya. Tidak ada keluhan yang dia dengar sama sekali. Valerie bahkan melayani para karyawannya dengan begitu baik tapi dia tak akan mempercayai hal itu begitu saja karena bisa saja Valerie berpura-pura untuk menarik simpatinya.

Valerie merenggangkan otot pinggangnya yang terasa begitu nyeri. Jujur saja dia lelah karena dia bekerja tiada henti tapi jika dia menyerah maka Logan akan menertawakan dirinya.

“Panggil dia untuk ke ruanganku dan siapkan dua menu makan siang untukku!” perintah Logan pada sang asisten. Pria itu pergi, kembali ke dalam ruangannya. Sudah cukup melihatnya, jangan sampai Valerie mengetahui jika dia mengawasi.

Setelah dia kembali, tidak lama kemudian terdengar suara ketukan. Kepala Valerie muncul dari balik pintu yang terbuka. Dia mengintip tanpa masuk ke dalam.

“Apa kau memanggil aku?” padahal dia merasa sedikit damai karena dia tidak perlu melihat wajah menyebalkan itu.

“Apa seperti itu sikapmu berbicara dengan suamimu sendiri?!” Logan menatap ke arahnya, Valerie tampak canggung namun dia masuk ke dalam dan menutup pintu kembali.

“Aku belum selesai dengan pekerjaanku. Kenapa kau memanggil? Apa ruangan ini harus aku bersihkan?”

“Duduk!” perintah Logan. Segelas minuman pun dia letakkan ke atas meja.

Valerie tampak tak mengerti namun dia melangkah menghampiri dan duduk di sisi Logan. Gelas yang ada di atas meja didorong kembali oleh Logan sampai berada tepat di depan matanya.

“Habiskan minuman itu!” perintahnya namun tatapannya tertuju pada layar komputer.

“Apa ini?” Valerie mengambil gelas minuman dan melihat isinya.

“Yang jelas bukan racun, jadi kau tak perlu khawatir!”

“Ck, aku hanya bertanya saja!” Valerie meminumnya, rasanya enak. Kebetulan, dia memang sedang haus.

“Apa kau meminta aku datang untuk ini?”

“Hm,” jawab Logan singkat.

“Terima kasih. Sekarang aku akan kembali bekerja karena masih banyak yang harus aku selesaikan.”

“Aku belum memerintahkan dirimu untuk pergi. Kenapa begitu terburu-buru? Apa kau tak sabar melihat pria tampan yang ada di luar sana?”

“Apa? Jangan asal bicara. Melihat wajahmu saja sudah membuat aku pusing apalagi melihat yang lainnya!”

“Oh,” Logan mendekati Valerie lalu memegangi dagunya, “Apa itu berarti aku tampan bagimu, Valerie?” tatapan tajamnya membuat Valerie gugup. Jarak wajah mereka juga begitu dekat sampai membuat Valerie dapat merasakan hembusan nafasnya.

“Kenapa diam saja? Apa kau tak sanggup menjawab pertanyaanku ini?”

“Ti-tidak!” Valerie berusaha berpaling namun Logan tidak membiarkannya.

“Jawab aku, Valerie,” Logan mendekatkan wajah mereka. Kedua mata Valerie melotot, nafasnya tertahan ketika bibir mereka sudah saling menempel.

“Lo-Logan?” tenggorokannya terasa kering. Pria itu pasti hanya ingin menggodanya saja, dia yakin itu.

“Cih!” Logan menarik tengkuk Valerie, melumat bibirnya dengan rakus. Valerie memejamkan kedua matanya serapat mungkin. Ada apa sih dengan pria aneh ini?

Tubuh Valerie ditarik, hingga dia beranjak dari tempat duduk. Kini Valerie sudah berpindah, duduk diatas pangkuannya. Valerie tak mau memikirkannya, cukup nikmati ciuman pria itu. Logan semakin memperdalam ciumannya, lidahnya pun sudah berada di dalam.

“Sir, makan siangnya?” ucapan sang asisten terhenti ketika melihat apa yang sedang bosnya lakukan.

Ciuman mereka berdua pun terhenti, Valerie buru-buru menyembunyikan wajahnya ke dada Logan. Dia sangat malu. Rasanya ingin masuk ke dalam sebuah lubang agar asisten Logan tidak melihatnya.

“Ck, letakkan saja di sana!” Logan tampak kesal. Asistennya datang di waktu yang tidak tepat.

“Baik, Sir!”

Valerie menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Sungguh dia sangat malu. Meski dia adalah istri Logan tapi kepergok seperti itu bukan hal yang menyenangkan. Suara pintu yang tertutup membuatnya merasa sedikit lega.

“Apa dia sudah pergi?” Valerie mencoba mengintip, untuk memastikan.

“Kau Istriku jadi untuk apa kau malu?”

“Kau tidak mengerti perasaanku, Logan!” Valerie beranjak, sepertinya dia sudah boleh pergi.

“Sekarang aku sudah boleh pergi, bukan?”

“Apa kau tidak melihat makanan itu atau kau sengaja pura-pura tidak tahu? Pergi habiskan makanan itu selagi aku bermurah hati!”

“Bagaimana denganmu? Apa kau tidak mau makan bersama denganku?”

“Urus saja dirimu dan jangan pedulikan aku!” ucapannya yang sinis membuat Valerie memilih meninggalkan dirinya. Lebih baik tak membantah karena dia malas berdebat.

Makanan yang begitu banyak membuat Valerie kekenyangan. Dia berbaring sebentar untuk beristirahat tapi tanpa dia sadari dia justru tertidur.

Tak ada suara sama sekali membuat Logan curiga. Pria itu menghampiri dan menggeleng melihat Valerie yang tertidur dengan pulas. Sungguh berani, dia tidak suka orang yang tidak disiplin apalagi tidur di jam kerja.

Logan ingin membangunkan Valerie tapi tak jadi dia lakukan. Untuk hari ini akan dia biarkan tapi untuk nanti akan dia perhitungkan karena dia akan memberikan penalti untuk setiap kesalahan yang Valeri lakukan dalam pekerjaannya juga untuk kelalaiannya.

Jas yang dia kenakan dilepaskan. Logan menggunakannya untuk menyelimuti tubuh Valerie. Setelah melakukannya, pandangannya tertuju pada ponsel Valerie yang ada di atas meja.

Benda itu tampak sudah rusak karena bagian layarnya sudah retak. Logan mengambilnya dan melihatnya namun dia kembali menyimpannya. Sebaiknya dia tidak peduli. Jangan sampai sedikit kebaikan yang dia tunjukkan justru membuat Valerie salah paham.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
siti yulianti
ego mu terlalu tinggi logan ya sudah serah yg punya kuasa nanti jg terjebak perasaan sendiri ......... silahkan nangis² sendiri nanti
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status