Share

Bab 1- Gadis yang dikutuk

"Apakah kamu tahu dimana tiaraku?" Itu suara Monalisa yang kini seperti biasa sedang membuka lemari luasnya lebar-lebar dan menggeledahnya panik. Dia selalu melakukannya setiap Jumat malam karena itu jadwalnya berpesta dengan para gadis bangsawan.

"Apa anda tidak ingat milady? Kau menggantungnya di sini kemarin malam, anda bilang takut lupa jadi menaruhnya di sana," Ashley memberitahu sambil menyibak tirai jendela kamar luas sang putri Marquis itu- menunjukkan sebuah Tiara digantung di dekat teralisnya.

"Oh ya ampun, kukira aku menghilangkannya. Pagi tadi hawanya cukup dingin jadi aku tidak membuka jendela. Kau tahu kan aku takut melihat pemandangan gelap. Seakan-akan monster atau mimpi buruk apapun bisa keluar dari sana dan menyergapku," Monalisa tampak bersyukur.

"Milady, tidak ada monster di sana." Ashley menggeleng.

"Ah iya, maksudnya hantu. Atau arwah gentayangan. Kalau monster sih, jika dia seorang werewolf aku bersedia saja diculik," Monalisa tertawa nakal.

"Milady, hati-hati. Para peri bisa mendengarnya dan menganggap itu adalah doa. Kau tahu, kita belum bisa benar-benar percaya pada mereka," Ashley menasihatinya.

"Astaga Ashley, kau lebih muda dariku tapi bicaramu seperti bibiku. Sudah dua puluh tahun sejak negeri ini dikuasai mereka. Kurasa mereka tidak semengerikan itu," Monalisa memprotes remeh.

Ashley hanya tersenyum. Itu adalah hasil dari propaganda. Bangsa werewolf membiarkan segala buku romansa, pertunjukan drama serta literatur positif tentang kaum werewolf tersebar di seluruh wilayah yang mereka kuasai.

Mereka berusaha membuat kesan kejam dan brutal yang melingkupi ras mereka sejak berabad-abad menjadi lebih baik. Walaupun para manusia belum bisa terlalu percaya-kini mereka tidak lagi lari atau bersembunyi ke dalam ruang bawah tanah layaknya kelinci pengecut yang bertemu rubah jika melihat mereka.

Ashley malah pernah membaca Literatur erotis tentang kaum mereka yang banyak menjadi koleksi para gadis bangsawan. Monalisa-dan kebanyakan gadis bangsawan lain-memiliki banyak bacaan semacam itu. Itu menaikkan minat dan khayalan mereka tentang rasanya memiliki kekasih werewolf.

Popularitas mereka sudah mengalahkan bangsa vampir yang sebenarnya tidak terlalu praktis untuk dijadikan kekasih. Para vampir terlalu pucat, hanya bisa diajak kencan pada malam hari dan para wanita terlalu cemas karena mereka selalu tidak tahan untuk tidak menggigit leher mereka.

Sementara para werewolf-mereka lebih maskulin, bisa diandalkan siang dan malam serta tidak berminat makan daging manusia. Namun ada beberapa hari dimana para manusia harus waspada yaitu ketika bulan purnama. Itu adalah waktunya mereka bertransformasi menjadi setengah serigala dan mudah mengamuk jika diganggu.

Selain itu, kabarnya-Ashley sendiri tidak tahu rasanya- jika pernah seranjang dengan bangsa werewolf, para gadis akan sulit lepas dari mereka dan tidak lagi berminat dengan kekasih manusia normal.

Artinya, mereka sangat pandai menyenangkan wanita di ranjang. Mereka gemar merayu para manusia dan tidur dengan mereka. Sampai mereka bertemu mate-nya dan hidup monogami untuk seterusnya.

"Bagaimana penampilanku, Ashley?" Monalisa bertanya, memamerkan riasannya yang sedikit terlalu mencolok dan gaun warna merah marunnya.

Ashley mengernyitkan dahi, lalu menggeleng.

"Biar aku yang mendandanimu, milady,"

Ashley menyukai fashion dan segala hal tentang tata rias. Dia pernah bekerja dengan beberapa bangsawan yang juga desainer serta memiliki butik. Dia tahu tren fashion terbaru dan beberapa kali terlibat dalam proyek mereka. Ashley sering mendandani para wanita dan pria bangsawan serta memastikan mereka tampil sempurna.

Sayangnya Ashley tidak pernah lama bekerja di sana, karena ada kalanya dia tanpa sengaja bertemu seorang pangeran. Dan di sanalah semuanya jadi memburuk. Pekerjaannya terganggu karena para pangeran itu mendatanginya dan memintanya ikut dengan mereka. Akhirnya Ashley tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik dan mengundurkan diri.

Ashley sudah berkali-kali pindah pekerjaan. Dia tidak punya pilihan lain. Bagi wanita dengan gelar bangsawan rendah sepertinya-dia harus bekerja. Apalagi dia tidak punya kerabat dekat yang bersedia membantunya lagi sejak kesialan tragis yang menimpa dirinya lima tahun silam. Keluarga besarnya menjauhinya dan pura-pura tidak mengenalnya, sejak Ashley menerima gelar sebagai "wanita perayu" atau "wanita gipsi pengguna sihir".

Itu semua sebenarnya tidak pernah dia lakukan. Sayangnya tidak ada yang percaya padanya. Karena tidak ada yang menjadi saksi dari "pemberkatan" yang dilakukan oleh kaum peri pada dirinya. Selain ibunya-yang kini sudah tiada dan pernah bilang kalau dia bermimpi Ashley Riviere diberkahi peri ketika dia lahir.

Ashley membawa sihir pemikat pada dirinya. Yang bisa membuat pangeran lajang manapun jatuh cinta kepadanya.

Dia tidak mau lagi mengingatnya dan berusaha menjauh dari berkat yang ternyata kutukan itu. Ashley memastikan tidak akan lagi berpapasan dengan pangeran manapun untuk melindungi dirinya. Walaupun tetap saja, kutukan yang ada padanya akan membawanya pada situasi yang membuatnya sering berpapasan dengan para pangeran.

Ashley meminta Monalisa memakai gaun yang dia pilih. Gaun warna oranye redup dengan ornamen yang tidak terlalu menonjol. Itu akan membuat penampilannya lebih cerah di tengah malam yang sedikit mendung tanpa bintang. Namun juga tidak akan berlebihan karena Ashley hanya mengizinkannya mengenakan giwang dan riasan bersahaja yang membuatnya lebih muda. Sang pelayan juga memberikan corcasse di atas dada Monalisa sebagai pengganti perhiasan. Dia juga tidak lupa memasang Tiara di rambutnya dengan hati-hati. Itu semacam dresscode pesta malam ini yang harus dipakai oleh Monalisa dan teman-temannya.

Kini Monalisa terlihat sesuai umurnya yang baru awal dua puluhan. Namun Ashley masih belum puas. Dia mengikat rambutnya ke atas seperti kuncir kuda dan menyanggulnya. Namun dia tetap menyisakan beberapa helai rambut yang menjuntai turun di wajahnya. Mengekspos leher akan membuat para pemuda penasaran.

"Astaga! Ini cantik sekali! Gaun ini membuatku lebih ramping!" Monalisa berputar di depan cermin untuk mengagumi dirinya.

"Aku akan membawakanmu sesuatu yang enak, Ashley. Jangan tidur terlalu cepat ya!" Monalisa berkata riang sebelum mengambil mantelnya dan berlari meninggalkan kamarnya yang berantakan.

Ashley menghela nafas, dia tersenyum. Menyaksikan kamar penuh baju berantakan dan kapas bekas riasan dimana-mana akan membuat siapapun frustasi. Tapi tidak dengan dirinya.

Dia seorang pelayan. Itu pekerjaannya. Profesi yang dia pilih untuk jalani sejak lima tahun silam. Ashley pun duduk di lantai dan memunguti pakaian itu.

Peri itu bilang pada ibunya, kalau Ashley akan menerima hidup layaknya cerita fairytale. Tapi dia kurang spesifik. Apakah Ashley akan hidup menderita seperti Cinderella yang tersiksa oleh keluarga tirinya? Atau seperti putri duyung yang patah hati dan mati di lautan karena ditinggal pangerannya? Peri itu sepertinya lupa kalau dongeng tidak semuanya berakhir bahagia.

Ashley dicampakkan oleh pangerannya, tiga hari sebelum hari pernikahannya. Awalnya Ashley mengira mereka saling mencintai. Walaupun dia hanya dari keluarga Baron yang sederhana, sang pangeran berlutut meminta cintanya.

Mereka tidak peduli akan status dan menentang dunia. Tapi takdir seolah enggan melihat Ashley bahagia. Karena suatu peristiwa membuat sang pangeran kehilangan statusnya, berganti dengan gelar Duke. Dia bukan lagi pangeran dan rasa cintanya mencair seperti es di musim semi.

Dia menuduh Ashley memberinya mantra cinta. Keluarganya menuduhnya sebagai penyihir. Namun Ashley tidak merasa melakukannya. Dia menghiba mengharap cinta sang pangeran kembali. Namun hanya hinaan yang dia terima.

Ashley mengangkat gaun berwarna peach dari lantai. Dia menghadap cermin dan berpura-pura memakainya. Dia berputar membiarkan gaun indah itu melambai menunjukkan pesonanya. Dulu, dia pikir dia akan menjalani hidup layaknya ningrat yang dikelilingi pakaian mewah.

Dia bersenandung sambil membenahi pakaian-pakaian Monalisa. Setidaknya dia kini masih bisa hidup senang. Dikelilingi orang-orang baik serta majikan yang juga tidak pernah jahat padanya. Kadang Monalisa memberinya pakaian atau parfum dan mengajaknya berjalan-jalan.

"Ashley, kau di sini? Astaga berantakan sekali," Frida, kepala pelayan menggelengkan kepala.

"Milady sudah pergi, apa kau mencarinya?"

"Pesan dari marquiss, dia harus membaca ini sebelum malam. Astaga apakah kau bisa menyusulnya?" Kata Frida cemas sambil menyodorkan sepucuk surat padanya.

"Kurasa dia belum terlalu jauh, tapi-"

"Kenapa?"

"Tidak, aku akan mengantarnya." Ashley menggeleng dan memasukkan surat itu di balik pakaiannya.

"Serahkan padaku soal kamarnya, aku yang akan membereskannya. Kau pastikan saja surat itu dibaca oleh milady," kata Frida lagi pada Ashley.

"Aku mengerti,"

Bukan kamar berantakan yang Ashley khawatirkan. Dia harus mengantar surat itu pada majikannya yang sedang berpesta. Itu adalah pesta untuk kalangan atas. Artinya mungkin akan ada beberapa pangeran di sana.

Tapi Ashley tidak punya pilihan lain. Ini pekerjaannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status