Dragomir adalah Alpha di klannya, namun dalam tatanan kekaisaran Drakela-negara yang dibentuk oleh kaum werewolf-dia adalah seorang Beta yang selalu berada di sisi Lawrence sang raja. Sistem pemerintahan Drakela saat ini belum terlalu berbeda dengan lima puluh tahun lalu - yaitu ketika kaum werewolf masih tersebar di banyak negara dan cenderung enggan berbaur.
Revolusi yang dilakukan Seorang Alpha yang memimpin Crimson Claw Pack-kelompok serigala terbesar kala itu-telah memaksa para werewolf untuk meninggalkan kenyamanan mereka dan bersatu. Tidak ada lagi pertempuran antar pack, atau perselisihan perebutan wilayah. Bangsa werewolf yang dikenal buas dan tidak suka diatur kini mulai bergerak dan membuat takut setiap negara. Namun mereka masih pemula dan menjalankan kerajaan dengan amatir. Tidak butuh waktu lama-sejak revolusi kaum werewolf-bangsa mereka menguasai hampir setengah benua. Kebanyakan adalah negara yang sengaja menentang mereka. Werewolf mahir berkelahi dan memiliki kekuatan yang sulit ditandingi. Kini mereka juga merekrut para pandai besi dari beragam ras untuk menempa senjata mereka. Ada baju zirah khusus yang ditempa untuk menyesuaikan proses transformasi kaum werewolf. Bukan hanya cakar dan taring, kini para pejuang Drakela harus memiliki skill bermain pedang atau memanah. Mereka membangun armada perang di lautan, membuat benteng, menciptakan meriam dan menggunakan teknologi manusia serta ras lain sehingga peradaban Drakela bisa setara dengan bangsa lain. Tapi para pendiri Drakela meyakini, kalau mereka memang ingin bersatu dan membangun negaranya sendiri-mereka harus menciptakan aliansi. Karena hidup bukan hanya urusan perang. Mereka juga ingin memastikan setiap anak werewolf berpendidikan tinggi dan tidak tertinggal dari ras lain. Mereka ingin mengenyahkan gambaran kuno tentang bangsa mereka dulu. Mereka tidak lagi ingin dianggap sebagai ras buas yang ditakuti. Mereka ingin disegani karena kekuatan fisik serta intelejensi mereka. Memulai revolusi adalah hal yang sulit. Sang Alpha terdahulu sudah melakukannya. Kini tongkat tanggung jawab pun beralih pada generasi yang lebih muda. Pemimpin baru pun sudah dipilih. Lawrence, adalah seorang Alpha yang memimpin Raven Fang pack, kelompok kecil namun terkenal kuat. Dia mengalahkan puluhan Alpha lain dari segi kekuatan dan kecerdasan dalam pertarungan yang adil. Dia belum sampai tiga tahun diangkat menjadi Raja dan hidupnya langsung sibuk sejak saat itu. Dragomir berada di peringkat ke empat dari ajang adu kekuatan Drakela. Kini dia menjadi semacam perdana menteri bagi Lawrence. Tapi Dragomir yang perkasa itu- kini sedang mengantarkan gadis pelayan bertubuh mungil ke rumah keluarga Winthrop untuk mengemasi barangnya. Sang werewolf berambut cokelat dengan raut wajah manis dan tidak segarang namanya itu bingung. Kenapa orang sepenting dia harus mengawal gadis itu? "Maafkan saya tuan Dragomir, saya harus memaksa anda berjalan kaki bersama saya," Ashley terlihat tidak enak hati. "Tapi saya tidak mau digendong, itu akan memalukan bagi anda," kata Ashley lagi. Dia berbohong. Sebenarnya dia yang akan malu kalau ketahuan digendong sampai rumah keluarga majikannya. Dragomir tersenyum. Sebenarnya Lawrence sendiri sudah berpesan untuk tidak menggendong gadis itu. Tanpa Ashley menolak, dia juga tidak akan melakukannya. Lagipula walau dia werewolf dia paham budaya manusia tidak terbiasa melihat wanita digendong di tengah jalan seperti itu. Karena mereka tidak bisa naik kuda-Ashley mengusulkan untuk naik perahu dan menelusuri sungai. Dari sana dia hanya perlu menyeberangi beberapa bukit, peternakan domba yang sedikit berisik dan bau, serta sekolah. Selain ratusan domba yang mengembik panik tiba-tiba, sampai membuyarkan formasi rapi mereka karena melihat Dragomir-tidak ada insiden yang berarti. Ashley masih memakai baju lamanya. Yaitu gaun kebesaran pemberian Monalisa yang kini sedikit robek dan bernoda tanah pada ujung kainnya. Dia menutupinya dengan jubah bertudung berwarna hijau botol yang sedikit mencolok di hari yang terang. Selama mereka berjalan bersama, gadis itu tidak banyak bicara. Namun dia menunjukkan banyak ekspresi. Dia antusias untuk banyak hal dan emosinya terlihat jelas. Dia bahkan sempat diam sejenak hanya untuk menyaksikan berudu berenang di sebuah kolam dangkal. Lawrence tidak mengakui secara jelas alasan dia menculik gadis itu dari kediaman pangeran Kailon. Tapi yang jelas gadis itu cukup penting bagi Lawrence. Law dan Dragomir lama bersahabat. Dia tahu tipe wanita kesukaan Lawrence. Gadis yang didampinginya saat ini, menghapus semua riasan wajahnya. Bahkan tanpa pewarna pun, dia memiliki bibir berwarna pink natural yang cantik. Bulu matanya lentik dan rambutnya pun halus terawat. Dragomir tidak bisa menilai tubuhnya karena tertutup pakaian tebal. Tapi dia masih merasa Ashley tidak semempesona itu sampai bisa memikat pangeran pesolek dan membuat kehebohan di Kailon. "Tunggu, Ashley!" Dragomir berbisik memanggil gadis itu yang berjalan santai. "Kenapa?" "Aku mencium beberapa ksatria Kailon di sana. Di sekitar arah yang kau tuju," "Anda bilang, mencium?" Ashley memiringkan kepala. "Ya," "Mencium? Bukan melihat?" Kata Ashley sambil mengikutinya ke balik tembok untuk bersembunyi. "Kami para werewolf punya penciuman tajam," "Seperti apa bau ksatria Kailon?" "Seperti bau timah dan tembaga yang dipanaskan terlalu lama. Kau tahu, mereka selalu membawa emblem tembaga di ikat pinggang mereka," Dragomir menjelaskan. "Oh, itu menarik. Jadi, semua orang punya bau untuk dikenali?" "Ya," "Bagaimana kalau orang itu menggunakan parfum?" "Itu tidak terlalu membantu, setiap manusia punya baunya sendiri." Kata Dragomir. "Kalau aku menghilang, apakah anda bisa membauiku?" "Tentu saja nona Ashley, baumu sedikit seperti vanila dan rambut yang terlalu lama berada di bawah matahari," Dragomir tertawa. Ashley juga namun gadis itu segera menutup mulutnya. "Oh maafkan saya, saya lupa bersikap sopan. Hanya saja, saya terlalu bersemangat." Ashley berkata sambil menunduk. "Sepertinya sudah aman," kata Dragomir. "Mereka sudah pergi?" "Mereka berpatroli mencarimu, nanti mereka akan kembali lagi ke sana. Sebaiknya kita bergegas." "Rumah keluarga Winthrop tidak jauh dari sini. Mereka punya kebun anggur yang sangat luas di sebelah sana," Ashley menunjuk ke barat. "Tapi rumah tinggal mereka ada di sana, kami harus berkuda hanya untuk mencapai gudang anggurnya," Ashley bercerita. Dragomir tersenyum. Ketika dia berbicara akrab dengan Ashley- itu bukan basa-basi. Gadis itu tidak seperti kebanyakan wanita manusia yang cenderung gugup dan bereaksi berlebihan jika berdekatan dengan werewolf. Dia lebih santai dan Dragomir meyakini kalau gadis itu tidak punya niat tersembunyi di balik kepala cantiknya. Tidak terlalu lama berselang, Ashley tiba di pintu depan rumah keluarga Winthrop. Dragomir mengernyitkan dahinya sedikit. Banyak residu dan jejak para ksatria Kailon di sana. Pangeran Edward yang menyadari kalau Ashley menghilang pasti langsung menyebar pasukannya. Tapi saat ini, tidak ada bahaya di sana. "My lord, maafkan saya sudah membuat kekacauan," Ashley membungkuk penuh penyesalan. Emosinya tidak dapat dibendung. Dia selalu benci harus berpisah. Karena walau hidupnya kerap dirundung drama dan masalah, dia tidak pernah mendapatkan majikan yang jahat terhadapnya. "Ashley, apa yang terjadi?" Marquis menggeleng. "Ashley? Apakah itu dia?" Monalisa tampak berlari ke arah pintu dan memberinya pelukan. "Milady," Ashley terisak. "Ashley, para ksatria mencarimu. Kau pasti sangat ketakutan," Monalisa bersimpati. "Saya tahu, saya ke sini untuk mengambil baju dan barang-barang milik saya. Saya akan pergi agar pangeran Kailon tidak bisa mengusik kalian," kata Ashley lagi. "Siapa gentleman ini?" Lady Winthrop yang sebenarnya baru berulang tahun bertanya curiga. "Dia-" "Saya Dragomir, utusan dari raja Lawrence, Sir," "Anda werewolf?" "Werewolf?" Monalisa berseru nyaris pingsan. "Kendalikan dirimu, Mona. Jadi anda benar utusan raja?" Lord Winthrop terlihat gentar. "Tidak perlu khawatir, kebetulan kami melihat insiden itu dan kami berpikir yang dilakukan pangeran Kailon tidak pantas. Kami akan membawa nona Ashley bersama kami, apakah kami perlu membayar kompensasi?" Tanya Dragomir sopan. "Tidak sir, Ashley bukan budak. Anda bebas mengajaknya jika dia menginginkannya." Lord Winthrop menggeleng. "Ashley, bereskan barang-barangmu, kita harus segera pergi." Ashley membungkuk sebelum naik ke kamarnya. Monalisa berdiri di samping ayahnya sambil mengagumi Dragomir diam-diam. "Anda tidak perlu khawatir dengan pangeran Kailon, rumah ini dalam perlindungan raja Lawrence," Dragomir memberikan sebuah emblem berukir naga kepada sang tuan rumah. Lord Winthrop tampak terkejut. "Jadi, anda benar-benar utusan raja Lawrence?" Kata pria paruh baya itu gemetar. "Oh, apakah aku kurang meyakinkan?" Dragomir tertawa. Penampilannya santai seperti pengembara, sama sekali bukan seperti perwakilan berpangkat tinggi dari kekaisaran werewolf yang menguasai nyaris setengah benua. "Bukan begitu Sir," Winthrop terlihat gugup. "Saya bukan mau menyalahkan anda, kami memang berada di sini bukan atas alasan yang terlalu formal," dia tersenyum. Lord Winthrop memandang mata Dragomir sejenak dengan renungan di kepalanya. "Ashley, gadis yang baik dan rajin. Kami harap dia akan betah di sana. Dia seperti saudari bagi Monalisa jadi saya merasa sedih karena-" "Ashley akan baik-baik saja, kami akan menjaminnya," Dragomir tersenyum. "Saya akan pamit my lord, my lady," Ashley pun muncul di antara mereka dengan membawa kain lebar yang membungkus semua pakaian dan harta bendanya. Tidak banyak yang dibicarakan oleh mereka ketika berpisah. Bagaimanapun, Ashley hanya seorang pelayan yang belum terlalu terikat pada keluarga itu. Ashley sesekali menengok ke belakang dan merasa terharu melihat mereka masih memandanginya pergi. "Jadi, kita kapan kita akan berangkat?" Ashley bertanya. "Kau sangat bersemangat, Ashley," "Aku menganggap semua pekerjaanku sangat serius, sir." "Aku merasa kau sedikit cemas," "Tadinya aku jauh lebih takut. Aku tidak tahu bagaimana nanti jika aku bekerja bersama bangsa werewolf. Tapi sekarang tidak lagi. Terima kasih untuk anda tuan Dragomir," Ashley menanggapi. "Tidak semua werewolf seramah diriku, Ashley tapi yakinlah kalau kami tidak akan memakanmu," dia tertawa. "Jadi bagaimana kita akan bepergian? Apakah kalian membawa semua barang kalian yang sangat banyak itu sambil berlari?" "Tidak, tentu saja tidak. Itu terlalu jauh dan kami juga bisa lelah," "Tapi bukankah kuda takut dengan kalian?" Dragomir tertawa lagi. "Kuda? Mereka membosankan. Kami punya yang lebih baik dari mereka," katanya lagi sedikit misterius.Ashley merasa ingin segera merendam tubuhnya dalam bak mandi air hangat untuk merontokkan segala debu yang menempel, keringat yang mengering serta tubuh yang pegal. Dia merasa kalau dia lebih lama lagi seperti ini—dia akan berubah selezat dendeng daging rusa yang diawetkan oleh garam.Ditambah lagi, mereka berada di dermaga saat ini dimana angin kencang membawa garam dan membuat seluruh tubuhnya semakin lengket. Dia tidak tahu, apakah dia bisa mendapatkan kemewahan itu. Karena di kediaman Winthrop — asal mereka menyiapkannya sendiri— pelayan sepertinya pun bisa mandi air hangat.Tapi ini adalah sebuah kapal. Kapal yang sangat besar dan masih baru, karena Ashley melihat catnya belum terkelupas dan tidak ada lumut terlihat menempel memakan kayunya secara perlahan. Rasa risihnya bertambah karena pada akhirnya Dragomir terpaksa harus menggendongnya karena hari mulai gelap.Ashley memeluk lehernya dari belakang dan Dragomir membawanya seakan dia seringan bantal bulu angsa. Dia berlari sang
Rambutnya kusut dan lembab. Noda bekas makanan dan air mata juga mengotori gaun putihnya, membuatnya lusuh dan sedikit kecokelatan. Dia tidak berpikir untuk menyisiri rambutnya atau mengganti pakaiannya. Ashley berada di titik terburuk dalam hidupnya. Dia akan diadili untuk sesuatu yang tidak dia lakukan. Matanya nanar, bibirnya kering dan gemetar. Hidungnya merah dengan pipi yang sedikit cekung karena terlalu banyak menangis. Dia kini berlutut di hadapan Lawrence suaminya yang duduk di atas singgasananya yang terhormat.Dia merasa tidak berharga dan dipermalukan. Padahal sebelumnya dia dielu-elukan sebagai Luna yang dicintai oleh rakyatnya. Ashley memberanikan diri menatap wajah suaminya yang tidak kalah berduka darinya. Dia marah, sangat marah. Namun kemarahan itu tidak membuatnya bertransformasi menjadi wujud setengah serigalanya. Dia menelan semua kesedihan itu sampai membuat tubuhnya kian melemah.Ashley menangis memandangnya tanpa bicara apapun. Sementara Lawrence memandangnya
"Apakah kamu tahu dimana tiaraku?" Itu suara Monalisa yang kini seperti biasa sedang membuka lemari luasnya lebar-lebar dan menggeledahnya panik. Dia selalu melakukannya setiap Jumat malam karena itu jadwalnya berpesta dengan para gadis bangsawan. "Apa anda tidak ingat milady? Kau menggantungnya di sini kemarin malam, anda bilang takut lupa jadi menaruhnya di sana," Ashley memberitahu sambil menyibak tirai jendela kamar luas sang putri Marquis itu- menunjukkan sebuah Tiara digantung di dekat teralisnya. "Oh ya ampun, kukira aku menghilangkannya. Pagi tadi hawanya cukup dingin jadi aku tidak membuka jendela. Kau tahu kan aku takut melihat pemandangan gelap. Seakan-akan monster atau mimpi buruk apapun bisa keluar dari sana dan menyergapku," Monalisa tampak bersyukur. "Milady, tidak ada monster di sana." Ashley menggeleng. "Ah iya, maksudnya hantu. Atau arwah gentayangan. Kalau monster sih, jika dia seorang werewolf aku bersedia saja diculik," Monalisa tertawa nakal. "Milady, hati-h
"Anda tidak diizinkan masuk, nona. Pelayan harus datang bersama tuannya," seorang ksatria penjaga pintu menggeleng menyesal menolak Ashley masuk. Dia berada di sebuah bangunan besar, pusat komunitas kelas atas negara bagian Kailon. Dia bisa mendengar musik mengalun merdu dengan irama bersemangat dari beberapa daun jendela yang setengah terbuka. Selain itu ada para pelayan berpakaian formal yang mondar-mandir membawa nampan berisi minuman. Monalisa memang berpesta setiap Minggu. Tapi sepertinya level pesta hari ini sedikit lebih spesial dari hari lainnya. Karena biasanya penjagaannya tidak terlalu ketat. Ashley menggigit bibirnya ragu. Apakah itu artinya ada pangeran di sana? Dia tidak ingin ada kericuhan yang tidak perlu. Bukan berarti dia merasa percaya diri atau apa. Masalahnya adalah kutukan yang dibawanya—selalu berusaha membuatnya bertemu dengan pangeran. Tapi Ashley sudah dua puluh dua tahun hidup dengan kutukan itu dan terbiasa mengatasinya. Dia cukup menghindar dan tida
Lawrence mengetukkan jarinya setengah sabar sambil memegang gelas bergagang tingginya gelisah. Sepertinya rekan-rekan werewolfnya juga merasakan hal yang serupa. Terlalu banyak manusia, dia mungkin tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Tapi dia tahu kalau harus beradaptasi dan merelakan beberapa hal demi kepentingan negaranya. Di hadapannya ada beberapa orang manusia yang masih berbincang dengannya. Dia salah satu orang penting di Kailon yang punya kuasa untuk menentukan apakah mereka bersedia atau tidak bersumbangsih untuk kerajaan para werewolf. Cakar dan pedang sudah jarang digunakan. Itu hanya akan membuat para manusia takut dan balik melawan mereka. Bangsa werewolf mungkin kuat dan cukup cerdas tapi tidak cukup banyak untuk mengontrol manusia. Mereka pun mencoba mengalah dan mendekati para manusia dengan cara yang mereka sukai: bernegosiasi. Sudah berabad-abad bangsa werewolf hidup dalam keterasingan di pegunungan dan menghindari manusia. Akibatnya tidak banyak pencapaian y
Pangeran Edward dari Kailon, kini bersimpuh di hadapan si pelayan sambil memegang tangannya. Tatapannya memuja seolah tidak ada gadis lain di sana. Edward menanggalkan segala harga diri, gelar dan keangkuhannya saat ini. Ashley tersenyum pucat. Dia berada dalam masalah lagi. Kali ini, dia dikerumuni banyak orang. Lebih buruk lagi — mereka adalah para ningrat yang biasanya kerap memandang rendah pelayan sepertinya.Ashley melihat ke arah Monalisa Winthrop yang juga balas menatapnya bingung. Dia merasa iri sekaligus dikhianati tapi Ashley merasakan simpati darinya.Walaupun badannya kurus karena tidak pernah olahraga—pangeran Edward punya paras tampan. Statusnya sebagai putra mahkota Kailon juga adalah magnet ribuan gadis di negara kecil yang bersahaja itu.Padahal Ashley sudah merasa betah bekerja pada keluarga Winthrop. Tapi kenapa kutukan itu sekali lagi memaksanya terlibat dalam situasi canggung ini?"Mona, bukankah dia pelayanmu?" Salah seorang
"Aku tidak bisa mengatakannya, seperti yang tadi kubilang. Tidak akan ada yang mempercayainya," Ashley tampak lebih santai. Dia sudah diculik, apa yang bisa lebih buruk dari itu? Pria di hadapannya saat ini— mungkin benar seorang werewolf. Tapi dia tidak akan melukainya di istana raja Kailon. Walaupun mereka werewolf yang sudah menjajah setengah benua—bukan berarti mereka bebas berbuat onar di kerajaan manusia.Lawrence menjaga jaraknya. Dia berdiri sambil menggaruk dagunya dan menatap gadis itu tajam. Ashley memiliki rambut pirang keperakan yang indah dengan kulit putih yang tidak terlalu pucat.Garis wajahnya jelita, mungkin melebihi manusia lain yang pernah lawrence temui dalam hidupnya. Dia mengenakan gaun yang sedikit kebesaran yang mungkin diberikan oleh seseorang. Dia tidak terlihat seperti gadis bangsawan, walau aura dan kecantikannya mengalahkan perempuan lain di pesta tadi.Tetap saja, pangeran yang jatuh cinta pada pandangan pertama dan melamar
"Law membawa perempuan!""Benarkah? Dari klan mana?""Bukan, dia-manusia!"Lawrence tidak bisa menutup kupingnya dari obrolan antusias para werewolf. Bahkan walaupun dia tidak menggunakan kemampuan membaca pikiran-dia sudah paham akan apa yang mereka pikirkan tentang dirinya. Tapi dia tidak punya waktu untuk marah. Dia sedang sibuk mengurusi mate yang baru ditemukannya.Ashley kini duduk di hadapannya membuang wajahnya ke kiri dengan sedikit menunduk. Dia membiarkan beberapa helai rambutnya jatuh untuk menutupi wajah cantiknya yang riasannya mulai luntur. Dia berantakan saat ini serta tidak berdaya.Lawrence, menggendongnya sambil berlari. Ya, berlari. Ashley tidak salah. Kaum werewolf dibenci oleh para herbivora, mereka tidak bisa menunggang kuda dengan gagah layaknya bangsa vampir. Pria di hadapannya membawanya seakan dia seringan kapas di lengannya tanpa bicara apapun selama beberapa jam.Dia tidak menanggapi apapun protes dan pertanyaan yang Ashley lontarkan. Sesekali gadis itu me