Share

Bab 8

Ashley merasa ingin segera merendam tubuhnya dalam bak mandi air hangat untuk merontokkan segala debu yang menempel, keringat yang mengering serta tubuh yang pegal. Dia merasa kalau dia lebih lama lagi seperti ini—dia akan berubah selezat dendeng daging rusa yang diawetkan oleh garam.

Ditambah lagi, mereka berada di dermaga saat ini dimana angin kencang membawa garam dan membuat seluruh tubuhnya semakin lengket. Dia tidak tahu, apakah dia bisa mendapatkan kemewahan itu. Karena di kediaman Winthrop — asal mereka menyiapkannya sendiri— pelayan sepertinya pun bisa mandi air hangat.

Tapi ini adalah sebuah kapal. Kapal yang sangat besar dan masih baru, karena Ashley melihat catnya belum terkelupas dan tidak ada lumut terlihat menempel memakan kayunya secara perlahan. Rasa risihnya bertambah karena pada akhirnya Dragomir terpaksa harus menggendongnya karena hari mulai gelap.

Ashley memeluk lehernya dari belakang dan Dragomir membawanya seakan dia seringan bantal bulu angsa. Dia berlari sangat cepat dan tanpa dia sadari, hari sudah hampir gelap.

"Kita akan menaiki kapal itu?" Ashley bertanya.

"Ya, nona Ashley. Kemarilah, kita akan segera makan malam nanti."

"Oh, kalau begitu aku harus segera bersiap-siap."

"Untuk apa?"

"Membantu koki menyiapkan makan malam tentunya, aku seorang pelayan dan dapur biasanya menjadi tujuan utama pelayan baru. Mungkin aku harus mulai dari mencuci piring atau mengupas kentang," Ashley menyahut lugu.

"Mencuci piring? Kurasa tidak. Dan mengupas kentang? Kami tidak makan itu. Lawrence—maksudku, Raja memintaku untuk membawamu langsung ke area kabin utama."

"Apa? Tapi penampilanku buruk, aku harus berganti pakaian. Apakah kalian punya seragam khusus pelayan?" Tanyanya lagi.

"Seragam? Entahlah. Mungkin kau bisa pakai apapun yang sudah kau miliki saat ini. Raja tidak akan keberatan," Dragomir berpikir.

"Nona Ashley, ke sini," Ashley tertegun ketika mendengar suara wanita memanggilnya. Dia wanita atraktif bertubuh jangkung. Mungkin lebih tinggi dari Dragomir.

"Katya," Dragomir merentangkan tangannya untuk memeluknya.

Wanita itu mengelak dan menatapnya benci. Kemudian matanya beralih pada Ashley. Dia pun berbisik pada Dragomir geram.

"Bau manusia itu, masih menempel padamu," kata Katya.

"Aku terpaksa menggendongnya, karena hampir terlambat."

"Aku tahu, tapi aku tetap tidak suka," Katya membuang muka.

"Maafkan saya nona Katya! Saya tidak bermaksud tidak sopan—" Ashley menyadari situasi itu dan segera membungkuk meminta maafnya.

"Aku tahu, kau tidak bersalah. Karena kalau kau benar menggoda priaku, aku akan mencabikmu saat ini juga," kata Katya dengan sorot mata tajam sambil melipat tangannya.

"Ashley, dia Katya. Mate-ku, werewolf terseksi di Drakela. Dia sedikit pencemburu jadi maafkan dia kalau membuatmu takut,"

"Oh, saya mengerti." Ashley menunduk.

"Dia yang selama ini mengatur jadwal Lawrence. Bisa dibilang, dia asistennya. Kau bisa bertanya apa saja padanya, ya. Nah tugasku sudah selesai. Aku akan menunggumu di kamar, Katya," Dragomir memberikan seringai genit pada pasangannya.

Ashley memutar matanya. Sepeninggal Dragomir, Katya menggaruk lengannya yang pucat dan menggigit bibirnya sedikit. Wajahnya memerah karena rayuan mate-nya. Mereka pasangan yang menarik, Ashley tersenyum sendiri dalam hatinya.

Dia tahu kalau biasanya para werewolf memiliki soulmate yang dijodohkan oleh Dewi bulan Artemis. Para manusia seperti Monalisa dan gadis bangsawan lainnya menganggap itu takdir yang romantis. Mengetahui ada seseorang yang terobsesi dan terus menerus menginginkan sentuhan dari pasangannya—terdengar seperti hubungan yang sempurna.

Namun tidak begitu bagi Ashley. Dia punya kutukan dalam dirinya yang membuat banyak pangeran jatuh cinta sampai terobsesi dengannya. menurutnya itu mirip dengan konsep soulmate kaum werewolf. Mereka tersihir oleh mantra. Serupa dengan para werewolf yang akan memiliki ketertarikan luar biasa terhadap orang yang ditentukan oleh Dewi Artemis.

Dewi bulan mungkin bermaksud baik. Namun para werewolf itu mungkin tidak benar-benar saling mencintai. Mereka hanya menuruti nafsu dan ikatan yang sudah ditentukan oleh sang Dewi. Mereka tidak bisa lepas dari itu dan harus menerimanya seumur hidup.

Dalam beberapa kasus, Ashley pernah mendengar para werewolf yang bunuh diri ketika kehilangan kekasihnya. Itu adalah perasaan yang diciptakan oleh Dewi Artemis, bukan kenyataan. Sebenarnya para werewolf mungkin bisa membangun hubungan romansa yang normal tanpa harus memiliki seorang mate.

"Maaf karena kamu harus melihat yang tadi," sahut Katya dengan ekspresi malu.

"Tidak apa, saya merasa kalian pasangan yang serasi,"

"Benarkah? Aku selalu khawatir karena aku lebih tinggi darinya, benarkah kami terlihat serasi?" Katya menanggapi pelan, sambil mengajak Ashley mengikutinya.

"Tapi anda memiliki lekuk tubuh yang indah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Nona Katya,"

"Ehem," Katya kembali serius, dia tidak menyangka bisa bicara hal pribadi dengan orang yang baru ditemuinya selama beberapa menit.

"Raja memintamu untuk tinggal di kamar ini," kata Katya lagi.

Ashley sedikit ragu, dia sudah melihat beberapa bagian kapal dan sepertinya tidak ada yang aneh. Dia masih teringat dengan perasaan horor ketika dia tiba di markas kaum werewolf yang ada di Kailon kemarin. Ruangannya berantakan dan tidak terawat. Namun kapal ini sepertinya dibuat oleh manusia dan dia menebak ada beberapa orang yang bertugas merawat isinya.

Ketika mereka berdua membuka kamar—Ashley merasa lega. Tidak ada yang aneh. Mungkin sedikit terlalu mewah bagi Ashley yang pelayan namun terlalu sederhana bagi gadis ningrat. Dia punya sebuah ranjang yang dilapisi seprai putih, perabot kayu yang bersahaja, Tempat lilin dengan lilin lebah yang masih utuh belum di bakar di dekatnya, serta lemari pakaian yang menunggu untuk diisi.

"Lalu, apa tugas saya di sini, nona Katya?"

"Tugas? Aku tidak tahu. Kau bisa langsung bertanya pada raja Lawrence,"

"Langsung bertanya? Tapi dia itu raja,"

"Kaum kami tidak terlalu memikirkan itu. Ya, dia raja. Tapi kami tidak memanggilnya yang mulia atau apa. Hanya namanya. Asalkan dia sedang tidak sibuk, kau bisa bicara padanya."

"Baiklah, aku akan memikirkannya. Lalu, dimana aku bisa mandi?"

"Kamar ini punya satu kamar mandi, tidak ada air hangat tapi kau bisa menghangatkan diri di perapian setelahnya,"

"Perapian? Di mana?"

"Ashley, Lawrence bilang kalau kau adalah pelayan pribadinya. Kau boleh memakai fasilitas manapun di area ini. Artinya, kau boleh duduk di ruangan santai di depan kamarnya. Kau memiliki akses penuh, kecuali kamar raja."

"Yang benar? Tapi—"

Ini lompatan karir yang terlalu luar biasa. Menjadi pelayan pribadi raja werewolf dan tinggal di satu area kabin yang sama dengannya? Sepertinya itu terlalu berlebihan. Ashley mungkin akan minta Katya memindahkannya ke kamar lain. Tapi untuk saat ini, dia sangat butuh mandi.

"Istirahatlah Ashley, kau akan mulai bekerja besok," Katya menutup pintu kamarnya.

Ashley pun berkeliling ruangannya, dia membuka satu persatu lacinya dan meyakini kalau kamar ini tidak pernah dihuni oleh siapapun. Namun lemarinya penuh dengan pakaian.

Ashley melihat dan memilahnya. Dia takjub karena semua pakaian itu sesuai dengan ukuran tubuhnya. Apakah raja Lawrence yang memilihkannya? Dia pernah menggendongnya dan beberapa kali memeluk pinggangnya. Jadi dia bisa tahu ukuran tubuhnya.

Raja itu terlalu murah hati pada pelayan sepertinya. Pakaian itu sangat mahal, melebihi gaji Ashley di rumah winthrop. Tapi tidak ada gaun pesta di sana. Hanya gaun bergaya minimalis yang cocok dipakai di segala situasi.

Ashley pun memilih beberapa pakaian dan membawanya ke kamar mandi. Dia sudah sangat gerah saat ini. Ashley pun bersenandung riang dan membuka pintu kamar mandinya tanpa mengetuk pintu.

Dia pun terpaku mematung di lantai. Ketika dia melihat seseorang ternyata sudah berada di sana. Raja Lawrence sedang berada di bak mandi. Tidak ada busa di tubuhnya sehingga mata Ashley bisa melihat apapun itu yang berada di dalam air yang jernih.

Ashley ingin mengutuk matanya yang kurang ajar. Kenapa dia langsung melihat ke arah itu??

Lawrence menyeka rambutnya yang basah dan balas memandangi Ashley yang sudah terlanjur melepas pakaiannya dan menyisakan korset serta gaun tipis yang biasa digunakan di balik gaun.

Ashley antara takut, takjub dan kagum akan pemandangan di depan matanya pun segera tersadar akan realita. Dia harus melakukan sesuatu agar ini semua tidak menjadi terlalu canggung.

Dia pun membungkuk dan menunjukkan mimik serius di wajahnya.

"Maafkan saya, yang mulia. Saya pikir kamar mandi ini kosong. Saya permisi," kata Ashley dengan logat pelayan yang formal dan sempurna. Kemudian dia mundur kembali ke arah pintu.

"Tunggu, bukankah kau ini pelayan pribadiku?"

"Ya, yang mulia,"

"Jangan pergi, bantu aku menggosok punggungku." Lawrence memerintah.

Ashley tersenyum, batinnya berperang saat ini. Tidak ada yang pernah bilang padanya kalau menjadi pelayan pribadi artinya dia perlu menggosok punggung majikannya!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status