Pangeran Edward dari Kailon, kini bersimpuh di hadapan si pelayan sambil memegang tangannya. Tatapannya memuja seolah tidak ada gadis lain di sana. Edward menanggalkan segala harga diri, gelar dan keangkuhannya saat ini. Ashley tersenyum pucat. Dia berada dalam masalah lagi. Kali ini, dia dikerumuni banyak orang. Lebih buruk lagi — mereka adalah para ningrat yang biasanya kerap memandang rendah pelayan sepertinya.
Ashley melihat ke arah Monalisa Winthrop yang juga balas menatapnya bingung. Dia merasa iri sekaligus dikhianati tapi Ashley merasakan simpati darinya. Walaupun badannya kurus karena tidak pernah olahraga—pangeran Edward punya paras tampan. Statusnya sebagai putra mahkota Kailon juga adalah magnet ribuan gadis di negara kecil yang bersahaja itu. Padahal Ashley sudah merasa betah bekerja pada keluarga Winthrop. Tapi kenapa kutukan itu sekali lagi memaksanya terlibat dalam situasi canggung ini? "Mona, bukankah dia pelayanmu?" Salah seorang gadis bertanya. Mereka jadi lupa dengan para werewolf tadi, karena menyaksikan pangeran mereka berubah seperti kehilangan akal karena cinta. Lawrence melihat dari sudut ruangan, menjauh dari drama yang tengah berlangsung. Dia mengamati semuanya sambil menutup hidungnya dengan lengannya. Dia bukan werewolf bodoh, dia sudah menduga alasan kenapa bau itu mengusik nalarnya dan dia menyadari ketika taringnya perlahan meruncing seraya dengan tubuh yang menghangat. Ini pertama kalinya terjadi pada dirinya sejak hampir tiga puluh tahun dia hidup di bumi. Tapi Lawrence tidak mau begitu saja menerimanya. "Yang mulia, saya tidak bisa menerima anda," Ashley menggeleng takut. "Aku tahu, aku bahkan tidak tahu namamu. Tapi aku mungkin akan melompat ke danau Seine jika aku tidak menjadikanmu istriku," pangeran Edward bicara lagi. "Dia aneh, Law. Semenit lalu dia berkoar tentang betapa dia akan meniduri para gadis. Tapi kini dia berubah menjadi kekasih setia yang buta akan cinta?" Dragomir bicara pada Lawrence. Sang Beta menyadari Lawrence pucat, matanya mulai bertransformasi. Padahal belum bulan purnama. "Hei, apa yang terjadi?" Dragomir bertanya. "Izinkan aku masuk ke pikiranmu, jelaskan padaku," kata Dragomir lagi. Lawrence menggeleng kuat. Dia tidak akan membiarkan siapapun tahu kalau dia mungkin sudah menemukan mate-nya. Termasuk Dragomir si tangan kanannya. Werewolf itu akan menggodanya selama bertahun-tahun ke depan. Karena Lawrence terbilang cukup lambat menemukan mate-nya. Kalau para werewolf lain tahu mate-nya adalah manusia — mereka mungkin menerimanya dengan reaksi beragam. "Kita harus pergi," Lawrence mengajak bawahannya menyingkir. "Tapi ini menarik, Law," Dragomir protes. Ashley kini membungkuk pada sang pangeran. "Saya tahu, ini akan sulit dipercaya. Tapi anda tidak benar-benar mencintai saya, yang mulia. Anda hanya terlalu banyak minum," Ashley mencoba meyakinkan mereka. "Aku tidak pernah merasa semabuk ini sebelumnya," pangeran Edward menanggapi dengan nada mendamba. "Saya—saya harus pergi," Ashley berbalik dan berjalan cepat meninggalkan ruang dansa. Para gadis tadi kini melihatnya dengan tatapan menghakimi. Ini bukan pertama kalinya. Jadi Ashley akan baik-baik saja. Mungkin sekali lagi dia akan mendengar seseorang meneriakinya sebagai penyihir, tukang tenung atau julukan jahat lainnya. Kenapa ini semua harus terjadi ketika dia sedang pakai gaun bagus dan berias? Karena itu terkesan kalau dia benar sedang menggoda pangeran. Ashley tidak banyak bicara. Dia mengangkat gaunnya dan berlari menjauh dari si pangeran. Dia merasa punggungnya seakan berlubang karena orang-orang masih memandanginya pergi. Hanya pangeran yang berusaha mengejarnya. Dia melarikan diri. Tapi bukan karena kereta kuda mewahnya akan berubah kembali menjadi labu, atau karena kusir akan kembali menjadi wujud tikus dan kadal. Apalagi bukan karena ibu peri berpesan kalau Ashley harus pulang sebelum tengah malam. Ini bukan kisah dongeng. Kalaupun ini dongeng. Ashley menjamin dia tidak akan mendapat akhir bahagia. "Milady!" Pangeran Edward berseru. Ashley sudah lebih dari tujuh kali dicintai oleh pangeran yang berbeda. Tapi situasi kali ini mungkin lebih dari apa yang bisa dia tangani. Dia berada di bangunan megah. Dimana para bangsawan berpesta dan penjaga berdiam di setiap sudut bangunan. Dia pernah disekap oleh seorang pangeran selama beberapa bulan dan akhirnya berhasil kabur setelah Ashley berjanji akan menikahinya dan sang pangeran lengah karena bahagia. Padahal pangeran itu tidak terlalu berkuasa. Dia hanya berasal dari negara kecil di timur yang hidup dari menjual keju. Dia tidak punya cukup banyak pengawal. Tapi mereka tidak kesulitan menangkap gadis lemah sepertinya. Apalagi saat ini. Kailon adalah negara besar, walau tetap dikuasai kaum werewolf. Edward punya lusinan ksatria yang siap menghadangnya. Ashley hanya membuang waktunya. Dia menangis. Dia tidak mau sekali lagi menjadi obyek asmara tidak nyata yang obsesif dan penuh kepalsuan. "Tangkap gadis itu!" Edward berseru frustasi kepada pengawalnya. Ya, seharusnya memang seperti ini realitanya. Cinderella tidak mungkin bisa kabur jauh dari istana. Dia hanya gadis mungil yang sudah terlalu lelah membersihkan rumah keluarga tirinya seharian. Sama seperti Ashley, yang mungkin lebih bugar daripada Cinderella. Tapi dia tetap tidak bisa berlari lebih cepat dari para ksatria. Apalagi melompati pagar istana yang tertutup rapat. Dan dia tidak punya kereta kuda ajaib untuk membawanya lari. Ashley berhenti berlari dan menunduk sambil memegangi pahanya yang kelelahan. Bangunan itu bahkan bukan istana. Namun nafasnya hampir habis sebelum dia bisa membuka pintu ruangan depan. "Milady, aku tidak akan menyakitimu. Aku akan memanjakanmu dan memastikan keamananmu," Edward mengangkat lengannya dan memberikannya pelukan. Namun Ashley tahu kalau sorot matanya tidak benar-benar tulus. Jiwa Edward yang asli mungkin berteriak dan menyumpahinya saat ini. *** Pangeran Edward membawanya pulang ke istana. Dia tidak peduli bahkan seakan pura-pura tidak mendengar ketika Ashley menangis ingin pergi. Edward membawanya ke sebuah kamar dengan interior mewah. Ranjangnya dibalur seprai sutra bersulam emas. Gordennya dijahit oleh tangan dengan kain yang tidak kalah mahal. Ashley melihat ke luar jendela yang gelap dan dingin. Dia sendirian saat ini, tidak ada yang dia kenal di istana itu. Dia mungkin harus kembali melakukan triknya yaitu pura-pura jatuh cinta dengan Edward dan menunggu dia lengah untuk kabur. Tapi dia tidak tahu kapan itu bisa terjadi. Derap langkah berat para ksatria tampak mondar-mandir di depan kamarnya. Edward benar-benar menaikkan penjagaannya. Dia khawatir gadis tercintanya akan kabur. Ashley sudah hampir dipastikan tidak bisa lagi pulang ke rumah keluarga winthrop. Monalisa juga pasti sangat kecewa karena pada akhirnya dia tidak bisa berkenalan dengan para werewolf karena yang terjadi malah drama percintaan palsu antara dirinya dengan sang pangeran. Dia pun duduk di tepi ranjang, masih ragu untuk tidur atau melepas pakaiannya. Karena para pangeran yang terkena sihir cinta kepadanya, bisa menjadi sangat obsesif dan berusaha menyentuhnya. Ashley, tidak mau kehilangan kesuciannya karena kutukan. Dia akan melawan. Kalau perlu dia akan bunuh diri agar mereka hanya bisa menikmati mayatnya. Ashley menemukan patung Dewi Artemis alias Dewi bulan terletak di tepi ranjang. Rupanya keluarga kerajaan kailon menyembah Artemis. Gadis itu meraba patung cantik itu seolah berusaha berkomunikasi dengannya. "Dewi Artemis, cabutlah kutukanku," Ashley berdoa. "Biarkan aku hidup tenang, aku tidak mau lagi dicintai oleh para pangeran," Ashley terisak. Dia merasa sangat emosional. Dia tidak punya siapapun di dunia ini. Ayah ibunya sudah tiada dan dia sendiri anak tunggal. Kalau dia tidak menyayangi keluarganya — mungkin dia sudah bunuh diri ketika cinta pertamanya dulu gagal. Tapi dia berjanji memberikan cucu bagi ibunya. Tapi dia tidak mau menikah dengan sembarangan pangeran. "Kutukan katamu?" Seorang pria bicara. Dia di kamarnya. Apakah itu sang pangeran. Ashley mengambil patung itu, yang kini dia ubah menjadi senjata. Kalau pangeran itu menyentuhnya dia akan memecahkan kepalanya. Ashley sangat geram. "Aku di sini," kata suara itu lagi. Asalnya dari jendela. Ashley tersentak mundur. Sesosok pria— werewolf yang tadi dia temui di pesta— menatapnya tajam saat ini. Dia masuk melalui jendela? Di tengah penjagaan ketat seperti ini? "Siapa anda?" Ashley menodongnya. Pria itu mendekat dan menyentuh tangan Ashley untuk mengambil patung itu dengan hati-hati. "Kau harus memperlakukan Dewi Artemis secara hormat." Katanya dingin. "Anda belum menjawab pertanyaan saya," Ashley bergerak mundur menjauh darinya. "Kenapa kau minta Dewi Artemis mencabut kutukanmu? Apa maksudnya?" Pria itu bertanya lagi. "Itu—anda tidak akan mengerti," Ashley menggeleng. "Coba buat aku mengerti, ceritakan. Maka aku akan membawamu pergi dari sini. Kecuali kalau kau mau selamanya hidup di istana dan menjadi tawanan pangeran sakit jiwa itu," katanya dengan seulas senyum di akhir kalimatnya."Aku tidak bisa mengatakannya, seperti yang tadi kubilang. Tidak akan ada yang mempercayainya," Ashley tampak lebih santai. Dia sudah diculik, apa yang bisa lebih buruk dari itu? Pria di hadapannya saat ini— mungkin benar seorang werewolf. Tapi dia tidak akan melukainya di istana raja Kailon. Walaupun mereka werewolf yang sudah menjajah setengah benua—bukan berarti mereka bebas berbuat onar di kerajaan manusia.Lawrence menjaga jaraknya. Dia berdiri sambil menggaruk dagunya dan menatap gadis itu tajam. Ashley memiliki rambut pirang keperakan yang indah dengan kulit putih yang tidak terlalu pucat.Garis wajahnya jelita, mungkin melebihi manusia lain yang pernah lawrence temui dalam hidupnya. Dia mengenakan gaun yang sedikit kebesaran yang mungkin diberikan oleh seseorang. Dia tidak terlihat seperti gadis bangsawan, walau aura dan kecantikannya mengalahkan perempuan lain di pesta tadi.Tetap saja, pangeran yang jatuh cinta pada pandangan pertama dan melamar
"Law membawa perempuan!""Benarkah? Dari klan mana?""Bukan, dia-manusia!"Lawrence tidak bisa menutup kupingnya dari obrolan antusias para werewolf. Bahkan walaupun dia tidak menggunakan kemampuan membaca pikiran-dia sudah paham akan apa yang mereka pikirkan tentang dirinya. Tapi dia tidak punya waktu untuk marah. Dia sedang sibuk mengurusi mate yang baru ditemukannya.Ashley kini duduk di hadapannya membuang wajahnya ke kiri dengan sedikit menunduk. Dia membiarkan beberapa helai rambutnya jatuh untuk menutupi wajah cantiknya yang riasannya mulai luntur. Dia berantakan saat ini serta tidak berdaya.Lawrence, menggendongnya sambil berlari. Ya, berlari. Ashley tidak salah. Kaum werewolf dibenci oleh para herbivora, mereka tidak bisa menunggang kuda dengan gagah layaknya bangsa vampir. Pria di hadapannya membawanya seakan dia seringan kapas di lengannya tanpa bicara apapun selama beberapa jam.Dia tidak menanggapi apapun protes dan pertanyaan yang Ashley lontarkan. Sesekali gadis itu me
Dragomir adalah Alpha di klannya, namun dalam tatanan kekaisaran Drakela-negara yang dibentuk oleh kaum werewolf-dia adalah seorang Beta yang selalu berada di sisi Lawrence sang raja. Sistem pemerintahan Drakela saat ini belum terlalu berbeda dengan lima puluh tahun lalu - yaitu ketika kaum werewolf masih tersebar di banyak negara dan cenderung enggan berbaur.Revolusi yang dilakukan Seorang Alpha yang memimpin Crimson Claw Pack-kelompok serigala terbesar kala itu-telah memaksa para werewolf untuk meninggalkan kenyamanan mereka dan bersatu. Tidak ada lagi pertempuran antar pack, atau perselisihan perebutan wilayah.Bangsa werewolf yang dikenal buas dan tidak suka diatur kini mulai bergerak dan membuat takut setiap negara. Namun mereka masih pemula dan menjalankan kerajaan dengan amatir. Tidak butuh waktu lama-sejak revolusi kaum werewolf-bangsa mereka menguasai hampir setengah benua. Kebanyakan adalah negara yang sengaja menentang mereka.Werewolf mahir berkelahi dan memiliki kekuatan
Ashley merasa ingin segera merendam tubuhnya dalam bak mandi air hangat untuk merontokkan segala debu yang menempel, keringat yang mengering serta tubuh yang pegal. Dia merasa kalau dia lebih lama lagi seperti ini—dia akan berubah selezat dendeng daging rusa yang diawetkan oleh garam.Ditambah lagi, mereka berada di dermaga saat ini dimana angin kencang membawa garam dan membuat seluruh tubuhnya semakin lengket. Dia tidak tahu, apakah dia bisa mendapatkan kemewahan itu. Karena di kediaman Winthrop — asal mereka menyiapkannya sendiri— pelayan sepertinya pun bisa mandi air hangat.Tapi ini adalah sebuah kapal. Kapal yang sangat besar dan masih baru, karena Ashley melihat catnya belum terkelupas dan tidak ada lumut terlihat menempel memakan kayunya secara perlahan. Rasa risihnya bertambah karena pada akhirnya Dragomir terpaksa harus menggendongnya karena hari mulai gelap.Ashley memeluk lehernya dari belakang dan Dragomir membawanya seakan dia seringan bantal bulu angsa. Dia berlari sang
Rambutnya kusut dan lembab. Noda bekas makanan dan air mata juga mengotori gaun putihnya, membuatnya lusuh dan sedikit kecokelatan. Dia tidak berpikir untuk menyisiri rambutnya atau mengganti pakaiannya. Ashley berada di titik terburuk dalam hidupnya. Dia akan diadili untuk sesuatu yang tidak dia lakukan. Matanya nanar, bibirnya kering dan gemetar. Hidungnya merah dengan pipi yang sedikit cekung karena terlalu banyak menangis. Dia kini berlutut di hadapan Lawrence suaminya yang duduk di atas singgasananya yang terhormat.Dia merasa tidak berharga dan dipermalukan. Padahal sebelumnya dia dielu-elukan sebagai Luna yang dicintai oleh rakyatnya. Ashley memberanikan diri menatap wajah suaminya yang tidak kalah berduka darinya. Dia marah, sangat marah. Namun kemarahan itu tidak membuatnya bertransformasi menjadi wujud setengah serigalanya. Dia menelan semua kesedihan itu sampai membuat tubuhnya kian melemah.Ashley menangis memandangnya tanpa bicara apapun. Sementara Lawrence memandangnya
"Apakah kamu tahu dimana tiaraku?" Itu suara Monalisa yang kini seperti biasa sedang membuka lemari luasnya lebar-lebar dan menggeledahnya panik. Dia selalu melakukannya setiap Jumat malam karena itu jadwalnya berpesta dengan para gadis bangsawan. "Apa anda tidak ingat milady? Kau menggantungnya di sini kemarin malam, anda bilang takut lupa jadi menaruhnya di sana," Ashley memberitahu sambil menyibak tirai jendela kamar luas sang putri Marquis itu- menunjukkan sebuah Tiara digantung di dekat teralisnya. "Oh ya ampun, kukira aku menghilangkannya. Pagi tadi hawanya cukup dingin jadi aku tidak membuka jendela. Kau tahu kan aku takut melihat pemandangan gelap. Seakan-akan monster atau mimpi buruk apapun bisa keluar dari sana dan menyergapku," Monalisa tampak bersyukur. "Milady, tidak ada monster di sana." Ashley menggeleng. "Ah iya, maksudnya hantu. Atau arwah gentayangan. Kalau monster sih, jika dia seorang werewolf aku bersedia saja diculik," Monalisa tertawa nakal. "Milady, hati-h
"Anda tidak diizinkan masuk, nona. Pelayan harus datang bersama tuannya," seorang ksatria penjaga pintu menggeleng menyesal menolak Ashley masuk. Dia berada di sebuah bangunan besar, pusat komunitas kelas atas negara bagian Kailon. Dia bisa mendengar musik mengalun merdu dengan irama bersemangat dari beberapa daun jendela yang setengah terbuka. Selain itu ada para pelayan berpakaian formal yang mondar-mandir membawa nampan berisi minuman. Monalisa memang berpesta setiap Minggu. Tapi sepertinya level pesta hari ini sedikit lebih spesial dari hari lainnya. Karena biasanya penjagaannya tidak terlalu ketat. Ashley menggigit bibirnya ragu. Apakah itu artinya ada pangeran di sana? Dia tidak ingin ada kericuhan yang tidak perlu. Bukan berarti dia merasa percaya diri atau apa. Masalahnya adalah kutukan yang dibawanya—selalu berusaha membuatnya bertemu dengan pangeran. Tapi Ashley sudah dua puluh dua tahun hidup dengan kutukan itu dan terbiasa mengatasinya. Dia cukup menghindar dan tida
Lawrence mengetukkan jarinya setengah sabar sambil memegang gelas bergagang tingginya gelisah. Sepertinya rekan-rekan werewolfnya juga merasakan hal yang serupa. Terlalu banyak manusia, dia mungkin tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Tapi dia tahu kalau harus beradaptasi dan merelakan beberapa hal demi kepentingan negaranya. Di hadapannya ada beberapa orang manusia yang masih berbincang dengannya. Dia salah satu orang penting di Kailon yang punya kuasa untuk menentukan apakah mereka bersedia atau tidak bersumbangsih untuk kerajaan para werewolf. Cakar dan pedang sudah jarang digunakan. Itu hanya akan membuat para manusia takut dan balik melawan mereka. Bangsa werewolf mungkin kuat dan cukup cerdas tapi tidak cukup banyak untuk mengontrol manusia. Mereka pun mencoba mengalah dan mendekati para manusia dengan cara yang mereka sukai: bernegosiasi. Sudah berabad-abad bangsa werewolf hidup dalam keterasingan di pegunungan dan menghindari manusia. Akibatnya tidak banyak pencapaian y