Share

Bab 4 - Seperti Cinderella

Pangeran Edward dari Kailon, kini bersimpuh di hadapan si pelayan sambil memegang tangannya. Tatapannya memuja seolah tidak ada gadis lain di sana. Edward menanggalkan segala harga diri, gelar dan keangkuhannya saat ini. Ashley tersenyum pucat. Dia berada dalam masalah lagi. Kali ini, dia dikerumuni banyak orang. Lebih buruk lagi — mereka adalah para ningrat yang biasanya kerap memandang rendah pelayan sepertinya.

Ashley melihat ke arah Monalisa Winthrop yang juga balas menatapnya bingung. Dia merasa iri sekaligus dikhianati tapi Ashley merasakan simpati darinya.

Walaupun badannya kurus karena tidak pernah olahraga—pangeran Edward punya paras tampan. Statusnya sebagai putra mahkota Kailon juga adalah magnet ribuan gadis di negara kecil yang bersahaja itu.

Padahal Ashley sudah merasa betah bekerja pada keluarga Winthrop. Tapi kenapa kutukan itu sekali lagi memaksanya terlibat dalam situasi canggung ini?

"Mona, bukankah dia pelayanmu?" Salah seorang gadis bertanya.

Mereka jadi lupa dengan para werewolf tadi, karena menyaksikan pangeran mereka berubah seperti kehilangan akal karena cinta.

Lawrence melihat dari sudut ruangan, menjauh dari drama yang tengah berlangsung. Dia mengamati semuanya sambil menutup hidungnya dengan lengannya. Dia bukan werewolf bodoh, dia sudah menduga alasan kenapa bau itu mengusik nalarnya dan dia menyadari ketika taringnya perlahan meruncing seraya dengan tubuh yang menghangat. Ini pertama kalinya terjadi pada dirinya sejak hampir tiga puluh tahun dia hidup di bumi. Tapi Lawrence tidak mau begitu saja menerimanya.

"Yang mulia, saya tidak bisa menerima anda," Ashley menggeleng takut.

"Aku tahu, aku bahkan tidak tahu namamu. Tapi aku mungkin akan melompat ke danau Seine jika aku tidak menjadikanmu istriku," pangeran Edward bicara lagi.

"Dia aneh, Law. Semenit lalu dia berkoar tentang betapa dia akan meniduri para gadis. Tapi kini dia berubah menjadi kekasih setia yang buta akan cinta?" Dragomir bicara pada Lawrence.

Sang Beta menyadari Lawrence pucat, matanya mulai bertransformasi. Padahal belum bulan purnama.

"Hei, apa yang terjadi?" Dragomir bertanya.

"Izinkan aku masuk ke pikiranmu, jelaskan padaku," kata Dragomir lagi.

Lawrence menggeleng kuat. Dia tidak akan membiarkan siapapun tahu kalau dia mungkin sudah menemukan mate-nya. Termasuk Dragomir si tangan kanannya. Werewolf itu akan menggodanya selama bertahun-tahun ke depan. Karena Lawrence terbilang cukup lambat menemukan mate-nya. Kalau para werewolf lain tahu mate-nya adalah manusia — mereka mungkin menerimanya dengan reaksi beragam.

"Kita harus pergi," Lawrence mengajak bawahannya menyingkir.

"Tapi ini menarik, Law," Dragomir protes.

Ashley kini membungkuk pada sang pangeran.

"Saya tahu, ini akan sulit dipercaya. Tapi anda tidak benar-benar mencintai saya, yang mulia. Anda hanya terlalu banyak minum," Ashley mencoba meyakinkan mereka.

"Aku tidak pernah merasa semabuk ini sebelumnya," pangeran Edward menanggapi dengan nada mendamba.

"Saya—saya harus pergi," Ashley berbalik dan berjalan cepat meninggalkan ruang dansa. Para gadis tadi kini melihatnya dengan tatapan menghakimi. Ini bukan pertama kalinya. Jadi Ashley akan baik-baik saja.

Mungkin sekali lagi dia akan mendengar seseorang meneriakinya sebagai penyihir, tukang tenung atau julukan jahat lainnya. Kenapa ini semua harus terjadi ketika dia sedang pakai gaun bagus dan berias? Karena itu terkesan kalau dia benar sedang menggoda pangeran.

Ashley tidak banyak bicara. Dia mengangkat gaunnya dan berlari menjauh dari si pangeran. Dia merasa punggungnya seakan berlubang karena orang-orang masih memandanginya pergi. Hanya pangeran yang berusaha mengejarnya.

Dia melarikan diri. Tapi bukan karena kereta kuda mewahnya akan berubah kembali menjadi labu, atau karena kusir akan kembali menjadi wujud tikus dan kadal. Apalagi bukan karena ibu peri berpesan kalau Ashley harus pulang sebelum tengah malam.

Ini bukan kisah dongeng. Kalaupun ini dongeng. Ashley menjamin dia tidak akan mendapat akhir bahagia.

"Milady!" Pangeran Edward berseru.

Ashley sudah lebih dari tujuh kali dicintai oleh pangeran yang berbeda. Tapi situasi kali ini mungkin lebih dari apa yang bisa dia tangani. Dia berada di bangunan megah. Dimana para bangsawan berpesta dan penjaga berdiam di setiap sudut bangunan.

Dia pernah disekap oleh seorang pangeran selama beberapa bulan dan akhirnya berhasil kabur setelah Ashley berjanji akan menikahinya dan sang pangeran lengah karena bahagia.

Padahal pangeran itu tidak terlalu berkuasa. Dia hanya berasal dari negara kecil di timur yang hidup dari menjual keju. Dia tidak punya cukup banyak pengawal.  Tapi mereka tidak kesulitan menangkap gadis lemah sepertinya.

Apalagi saat ini. Kailon adalah negara besar, walau tetap dikuasai kaum werewolf. Edward punya lusinan ksatria yang siap menghadangnya. Ashley hanya membuang waktunya. Dia menangis. Dia tidak mau sekali lagi menjadi obyek asmara tidak nyata yang obsesif dan penuh kepalsuan.

"Tangkap gadis itu!" Edward berseru frustasi kepada pengawalnya.

Ya, seharusnya memang seperti ini realitanya. Cinderella tidak mungkin bisa kabur jauh dari istana. Dia hanya gadis mungil yang sudah terlalu lelah membersihkan rumah keluarga tirinya seharian. Sama seperti Ashley, yang mungkin lebih bugar daripada Cinderella. Tapi dia tetap tidak bisa berlari lebih cepat dari para ksatria. Apalagi melompati pagar istana yang tertutup rapat. Dan dia tidak punya kereta kuda ajaib untuk membawanya lari.

Ashley berhenti berlari dan menunduk sambil memegangi pahanya yang kelelahan. Bangunan itu bahkan bukan istana. Namun nafasnya hampir habis sebelum dia bisa membuka pintu ruangan depan.

"Milady, aku tidak akan menyakitimu. Aku akan memanjakanmu dan memastikan keamananmu," Edward mengangkat lengannya dan memberikannya pelukan. Namun Ashley tahu kalau sorot matanya tidak benar-benar tulus. Jiwa Edward yang asli mungkin berteriak dan menyumpahinya saat ini.

***

Pangeran Edward membawanya pulang ke istana. Dia tidak peduli bahkan seakan pura-pura tidak mendengar ketika Ashley menangis ingin pergi. Edward membawanya ke sebuah kamar dengan interior mewah. Ranjangnya dibalur seprai sutra bersulam emas. Gordennya dijahit oleh tangan dengan kain yang tidak kalah mahal.

Ashley melihat ke luar jendela yang gelap dan dingin. Dia sendirian saat ini, tidak ada yang dia kenal di istana itu. Dia mungkin harus kembali melakukan triknya yaitu pura-pura jatuh cinta dengan Edward dan menunggu dia lengah untuk kabur. Tapi dia tidak tahu kapan itu bisa terjadi.

Derap langkah berat para ksatria tampak mondar-mandir di depan kamarnya. Edward benar-benar menaikkan penjagaannya. Dia khawatir gadis tercintanya akan kabur.

Ashley sudah hampir dipastikan tidak bisa lagi pulang ke rumah keluarga winthrop. Monalisa juga pasti sangat kecewa karena pada akhirnya dia tidak bisa berkenalan dengan para werewolf karena yang terjadi malah drama percintaan palsu antara dirinya dengan sang pangeran.

Dia pun duduk di tepi ranjang, masih ragu untuk tidur atau melepas pakaiannya. Karena para pangeran yang terkena sihir cinta kepadanya, bisa menjadi sangat obsesif dan berusaha menyentuhnya. Ashley, tidak mau kehilangan kesuciannya karena kutukan. Dia akan melawan. Kalau perlu dia akan bunuh diri agar mereka hanya bisa menikmati mayatnya.

Ashley menemukan patung Dewi Artemis alias Dewi bulan terletak di tepi ranjang. Rupanya keluarga kerajaan kailon menyembah Artemis. Gadis itu meraba patung cantik itu seolah berusaha berkomunikasi dengannya.

"Dewi Artemis, cabutlah kutukanku," Ashley berdoa.

"Biarkan aku hidup tenang, aku tidak mau lagi dicintai oleh para pangeran," Ashley terisak. Dia merasa sangat emosional.

Dia tidak punya siapapun di dunia ini. Ayah ibunya sudah tiada dan dia sendiri anak tunggal. Kalau dia tidak menyayangi keluarganya — mungkin dia sudah bunuh diri ketika cinta pertamanya dulu gagal. Tapi dia berjanji memberikan cucu bagi ibunya. Tapi dia tidak mau menikah dengan sembarangan pangeran.

"Kutukan katamu?" Seorang pria bicara. Dia di kamarnya. Apakah itu sang pangeran.

Ashley mengambil patung itu, yang kini dia ubah menjadi senjata. Kalau pangeran itu menyentuhnya dia akan memecahkan kepalanya. Ashley sangat geram.

"Aku di sini," kata suara itu lagi.

Asalnya dari jendela. Ashley tersentak mundur. Sesosok pria— werewolf yang tadi dia temui di pesta— menatapnya tajam saat ini. Dia masuk melalui jendela? Di tengah penjagaan ketat seperti ini?

"Siapa anda?" Ashley menodongnya.

Pria itu mendekat dan menyentuh tangan Ashley untuk mengambil patung itu dengan hati-hati.

"Kau harus memperlakukan Dewi Artemis secara hormat." Katanya dingin.

"Anda belum menjawab pertanyaan saya," Ashley bergerak mundur menjauh darinya.

"Kenapa kau minta Dewi Artemis mencabut kutukanmu? Apa maksudnya?" Pria itu bertanya lagi.

"Itu—anda tidak akan mengerti," Ashley menggeleng.

"Coba buat aku mengerti, ceritakan. Maka aku akan membawamu pergi dari sini. Kecuali kalau kau mau selamanya hidup di istana dan menjadi tawanan pangeran sakit jiwa itu," katanya dengan seulas senyum di akhir kalimatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status