Dua bulan kemudian
Attar sudah siap dengan pakaian kerjanya dan tatanan rambutnya yang rapi menunjukkan sikap percaya dirinya yang sudah lama hilang.
Ia turun ke ruang makan untuk sarapan. Mbok Tum sudah menghidangkan roti isi dengan tuna dan sayur serta susu putih di meja makan. Dibacanya koran sebelum menyantap sarapannya.
Berita utama di koran itu cukup menyenangi hatinya;
HAVE YOUR PRECIOUS MOMENTS IN CIBUBUR HARDANA WORLD.
Koran itu menampilkan foto-foto Hardana World yang dipenuhi dengan masyarakat dari berbagai kalangan. Dari masyarakat biasa, selebriti, dan bahkan masyarakat dari negara lain pun ikut mengunjungi tempat hiburan itu. Mereka menyebutnya, Disneyland in Indonesia. Attar sangat tersanjung melihat hasil kerja kerasnya.
Dilipatnya koran dan ia mulai menghabiskan makan paginya. Seseorang menciumnya dari belakang dan memeluknya dari belakang.
“Had a good dream, babe?”
Bibi dan Mbok menyambut kedatangannya dengan hati gembira. Setelah memeluk dan mencium pipi mereka satu per satu, Ruby beranjak ke lantai atas. Namun Mbok Tum menahannya.“Jangan, Bu,” katanya.“Saya masih kuat naik tangga kok, Bi. Kenapa memangnya?”“Nggg… Bapak lagi sibuk, Bu,” kata Bi Minah. “Tidak mau diganggu.”“Apakah wanita bernama Kristi itu sedang bersama Bapak?”Bibi dan Mbok serentak menatapnya dengan kaget. Heran pada majikannya yang santai saja menyebutkan nama simpanan Bapak.“Tidak usah khawatir. Sekarang, Bibi dan Mbok siapkan saya sarapan saja. Tadi saya belum makan.”“Ibu akan tinggal di sini lagi?” tanya Bibi.“Segera.” Setelah aku mengusir wanita jalang itu dari rumah ini. Bagaimana pun, ia sudah bernasibkan menjadi istri Attar selamanya. Jika Attar menduakannya, suaminya tak boleh melarangnya untu
“Oh ya, sekarang kamu menjadi desainer di perusahaan abangmu yang didirikan dengan uangku..”“Aku berterima kasih kamu telah menolong kakakku selama ini,” potong Ruby. “Dan mengenai uang itu, aku masih bisa mengembalikannya. Kakekku menyimpan uang yang kamu berikan padanya saat menandatangani kontrak menikah denganku seumur hidup.”“Lalu bagaimana dengan uang yang kupinjamkan pada Edo?”“Aku akan mengurusnya. Kamu tidak perlu terikat denganku. Setelah uangnya kuberikan padamu, kamu bisa membatalkan perjanjian itu.”“Begitu, ya?” Attar mengangguk dengan rahang keras. “Lalu bagaimana dengan kebebasan yang selama ini kamu renggut dariku? Delapan tahun bukanlah waktu yang singkat. Bagaimana kamu bisa menebus delapan tahun yang kulalui dengan wanita yang sama sekali tidak kucintai?” Bahkan yang kubenci karena rupanya kamu cucu kakekku, Cantik.Ruby tidak percaya
“Apa?” tanya Ruby kaget. “Ya, Tante menyayangkan perceraian itu, Sayang. Apalagi Lucy baru saja keguguran.” “Lucy keguguran?” “Iya, Sayang, tiga bukan lalu. Lucy mengaku berselingkuh dengan mantan suaminya hingga tega mengenyahkan anak itu dengan bertingkah ceroboh.” Kemudian Anna menampilkan senyum tegar, enggan menceritakan lebih lanjut. “Tapi, itu sudah berlalu. Bagaimana dengan hidupmu? Maaf, tadi Tante melihat di infotaiment.” “Saat ini selain Indonesia yang makin krisis rumah tangga saya juga begitu, Tante. Kita wanita bisa apa? Apalagi suami yang menghidupi kita selama ini.” “Menikah dengan bagian keluarga Hardana tidak menyenangkan, ya?” komentar Anna, teringat pada kisahnya sendiri. “Ayah Adam menerima Tante dengan hati lapang, tetapi masalah selalu saja datang pada keluarga kami. Selain itu, Lucy bilang pada Tante bahwa ia tidak pernah bahagia menikah dengan Adam yang selalu di kantor. Sekalinya Adam cuti panjang, Lucy menga
“Lalu bagaimana, Tante?” “Kami tinggal di sebuah kontrakan. Tante tidak sanggup hidup melarat begitu, pernah terpikir untuk berselingkuh dengan pria yang dikenalkan kakek Adam, tapi tidak pernah Tante lakukan. Tante tak sampai hati mengkhianati Rudy yang tengah sakit dan tidak ada bantuan sama sekali. Untung saja Adam mendapat beasiswa, dan hasil pekerjaan paruh waktunya sebagai kasir minimarket selalu dikirimkan di Jakarta. Pekerjaan Tante sebagai koki waktu itu tidak cukup menghidupi kami semua.” Ruby mengangguk. Terang dia masih ingat tentang Adam. Dari dulu pria itu memang pekerja keras dan hidup untuk keluarganya. Menyesal sekali Ruby pernah benci pada pria itu lantaran menelantarkannya untuk keluarganya. Hidup Adam dan keluarganya sangat menderita. Bagaimana bisa Ruby memutuskan untuk menyelesaikan hubungan mereka saat Adam sedang merintis? Bagaimana bisa ia meninggalkan pria itu untuk pria yang sudah mapan karena jabatan yang diberikan oleh kakeknya?
“Lalu apa yang kamu inginkan?” “Aku ingin pergi dari rumah ini. Aku ingin kita menganggap perjanjian itu tidak pernah ada.” “Apakah kamu perlu uang untuk pergi?” Mata Kristi menyipit. “Bukan uang yang menjadi alasanku selama ini, kan? Aku ke sini untuk menghabiskan waktuku sembari menunggu suamiku bulan madu dengan kekasihnya di Eropa.” Jawaban itu tidak mempengaruhi Attar yang mengambil ceknya dan disodorkannya pada Kristi. “You deserve this money. Bagaimana pun kamu sudah menemaniku, merawatku dan meladeni mimpi burukku.” Kristi menerima cek itu dengan ragu. “Kamu tidak perlu melakukannya sebenarnya. Kamu hanya perlu pendamping.” “Bohong jika kamu tidak memerlukannya. Semua wanita itu berpikir sama; uang adalah dewa yang bisa membuat mereka cantik dengan barang-barang mereka yang mewah.” Tersinggung Kristi mendengarnya. Tapi dia tidak mau berlama-lama di kamar pria itu. “Baiklah, terserah padamu saja.” Ia menarik kop
“Adam.” Ruby menatap mantan kekasihnya dengan air mata yang menggenangi matanya. “Kamu pernah bilang kamu selalu siap ketika aku datang padamu.” “Kamu juga pernah bilang bukanlah masalah terikat denganku, Ruby,” Adam balik mengingatkan. “Tapi apa yang kita lihat sekarang? Kamu sudah menikah dengan pria pilihanmu, dan kembali lagi padaku setelah tahu semuanya. Padahal aku sudah memperingatkanmu, tapi apa yang kamu lakukan? Kamu menolakku, Ruby.” Ia bangkit dari duduknya. Tangan Ruby menahan tangannya. “Jangan, jangan tinggalkan aku,” pintanya. “Maafkan aku, maafkan aku, Adam. Aku telah mengkhianati cinta kita untuk pria yang kukira lebih baik darimu. Kalau aku bisa mengulang waktu, aku akan memilihmu.” Adam menarik tangannya. “Sudah terlambat, kan? Selain itu aku tidak sudi menerima bekasan Attar lagi.” Kemudian pria itu meninggalkannya, keluar dari rumah makan itu setelah salam dengan ibunya. Ibu Adam menatapnya dengan prihatin, tetapi tidak bisa mela
“Itu bukan sifat jelek, aku salah menilaimu.” Ruby membisu sesaat. “Kamu hanya ingin membahagiakan ibu dan adikmu dengan tanganmu sendiri.” “Sudahlah,” kata Adam. “Sebaiknya kita lihat saja ke depan. Jujur aku lebih suka menganggapmu sebagai istri kakak sepupuku daripada mantan kekasih.” “Benarkah?” “Serius. Sudah berapa lama kita berpisah? Hampir sembilan tahun, bukan? Aku tidak mungkin menghendakimu sebagai milikku lagi. Itu mustahil, Ru, walaupun aku sangat ingin memperolehmu.” “Sekarang, aku sudah bisa masak.” Adam menoleh padanya sekilas dan tersenyum masam, terbawa pada kenangan ketika ia mengelak untuk menikah dengan wanita itu. “Maafkan aku, saat itu aku hanya ingin menusukmu agar tidak banyak berharap dariku.” “Aku tahu.” “Tapi aku rasa Lucy salah menilai jika aku masih mencintaimu. Buktinya, sampai sekarang aku masih takut dengan risiko yang kuterima jika aku merebutmu dari Attar.” “Bisa kamu sebutkan contohny
Ruby tidak menggubris mereka yang berkenalan di kala ada orang yang sedang mencoba untuk melompat dari gedung yang punya tiga puluh lima lantai ini. Yongki tidak terlihat sungguh-sungguh ingin lompat. Sekujur tubuhnya gemetaran. “Dulu suamimu suka mengajak Emilia dengan helikopternya dari gedung ini,” kata Yongki. Tangannya membelai-belai pelatuk. “Dia menawarkan dunia pada anakku. Ha. Bukan, Emilia bukan anakku… Dia sudah dinodai oleh kakeknya sendiri…” Yongki menangis. “Aku menyayangi dia seperti anakku sendiri!” “Pak Yongki, apa Bapak tidak memikirkan perasaan Sandra jika kehilangan Bapak?” Sialan. Selama ini mana aku peduli perasaan wanita yang telah merebut suamiku? Tapi, bagaimana pun, kehilangan seorang ayah bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. “Aku telah memfitnah menantuku sendiri,” sambung Yongki. Ia terus mundur, mendekati pagar besi yang hanya setinggi perutnya. “Suamimu tidak menodai kedua putriku!” Begitu melihat Ruby mendekat, Yongki menodong