Share

DUA PULUH ENAM

Merasa bersalah, Ruby mengulurkan tangannya untuk menyentuhnya, tetapi justru tangannya diraih oleh pria itu dan berakhir di mulut pria itu.

Attar mengecup telapak tangannya, dengan cara yang tidak biasa.

“Mencium aroma tubuhmu, kurasa sudah membuatku kenyang, Ruby,” bisik pria itu parau.

Bisikan yang menggoda itu sekonyong-konyong menyadarkan Ruby. Ia segera menarik tangannya dari bibir pria itu. Sedikit tak enak ketika Attar cemberut melihat respons dirinya.

“Tidak boleh.” Begitu alasan Ruby. “Bagaimana kalau dilihat Kakek? Kita akan dihukum, seperti…”

“Kakekmu suka menghukum?” potong Attar ragu. “Ia memiliki wajah yang wise. Sepertinya hukuman bukan caranya untuk menyadarkan kita dari kesalahan. Lagipula, kita kan bukan anak remaja lagi.”

“Siapa yang bilang?” Ya, siapa yang bilang? Attar kan tidak pernah tinggal dengan kakeknya! “Waktu pertama ka

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status