Home / Romansa / Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar / Bab 2 : Gaun Pengantin Yang Dicuri

Share

Bab 2 : Gaun Pengantin Yang Dicuri

Author: Backin_parade
last update Last Updated: 2024-12-22 14:25:24

Satu bulan kemudian.

"Hai, Tante." Evelyn, sepupu Nayra datang berkunjung.

"Hai, Lyn. Mau ketemu Nayra?" Ibu Nayra balik menegur.

Evelyn mengangguk. "Nayra masih belum bangun, Tante?"

"Belum keluar dari kamar, sejak kemarin dia males-malesan di kamar."

"Ya udah, kalau gitu aku susulin ke kamar dulu."

Evelyn kemudian bergegas ke kamar Nayra. Saat masuk, Evelyn menemukan Nayra yang masih bergumul dengan selimut.

"Ya ampun," gumam Evelyn tak percaya.

"Nay, Nayra. Ini udah jam berapa? Kok belum bangun? Nayra!" Evelyn beberapa kali memukul kaki Nayra.

"Lyn? Ngapain ke sini?" tegur Nayra dengan malas.

"Jangan bilang kamu lupa. Gaun buat nikahan kamu udah selesai, kita udah janji mau ke sana hari ini."

"Kamu aja yang lihatin. Lagian ukurannya udah pas juga, kan."

"Acaranya itu bentar lagi. Masa kamu yang nikah tapi aku yang cobain gaun kamu. Buruan, kamu bangun sekarang. Aku tungguin. Apa perlu aku mandiin sekalian?"

Nayra mengangguk kepala dan bangkit. Tapi ia justru meraih bantal dan memeluk benda empuk itu.

"Aku lagi males ngapa-ngapain."

"Kamu sakit? Sakit apa?"

"Cuma lemes aja, mungkin kurang darah. Dibuat istirahat juga pasti nanti enakan."

"Ini aku udah janji loh sama orangnya. Masa mau dibatalin. Mereka pasti juga udah siap-siap."

"Ya udah, kalau gitu kamu yang ke sana buat cek bajunya. Kan ukurannya udah jelas, besok kalau agak enakan langsung ke sana."

Evelyn menghela napas. "Ya udah, kamu istirahat aja dulu. Tadi mamanya Mas Julian bilang kalau undangan buat nikahan kalian juga udah jadi."

Nayra mengangguk.

"Cepet sembuh, aku pergu dulu."

Satu bulan berlalu sejak insiden itu, Nayra tak bisa hidup dengan tenang. Ada sedikit trauma yang ia dapatkan dari pria asing yang masih kerap mengisi benaknya, siapa dan dari mana pria asing itu berasal masih menjadi teka-teki bagi Nayra. Namun, terlepas dari semua itu, Nayra memiliki masalah yang serius menyangkut masa depan rumah tangganya.

"Kalau Julian tahu aku udah nggak perawan, apa dia bakal batalin pernikahan ini?" Nayra bergumam, mengeluarkan apa yang selama ini membebani pikirannya.

"Harusnya aku nggak nurutin ucapan mereka. Gimana kalau sampai Julian tahu?"

•••••

Evelyn kini berada di butik tempat gaun untuk resepsi pernikahan Nayra dibuat. Berdiri di depan cermin, kimi Evelyn mengenakan gaun yang seharusnya dicoba oleh Nayra. Evelyn menghadap ke kanan lalu ke kiri untuk memastikan penampilannya.

"Udah, Pas."

"Dadanya kayak kekecilan ya?" Si perancang gaun pengantin itu menghampiri Evelyn.

"Di aku iya, tapi kalau punya Nayra kayaknya udah pas deh, Tante. Ukuran aku di atas Nayra soalnya."

"Cantik banget kamu, gaunnya juga cocok di kamu. Malah kamu kayak pengantinnya."

Evelyn tersenyum lebar saat pujian itu datang. "Masa sih, Tan?"

"Iya... udah, kamu cepat nyusul. Nanti tante kasih diskon buat kamu."

"Mau sih, Tan. Tapi calonnya yang belum datang aja."

"Kalau belum datang, ya kamu panggil."

Keduanya melempar tawa kecil.

"Oh iya, Tan. Sekalian aku mau coba baju yang buat aku nanti."

"Oh, sebentar. Tante ambilkan dulu."

Wanita itu pergi dan Evelyn sekali lagi melihat bayangannya dicermin. Tampak ia mengagumi gaun yang ia kenakan saat ini. Ia kemudian pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Tapi kala itu seorang pria tiba-tiba datang dari belakang dan memeluk Evelyn.

Batin Evelyn tersentak, tubuhnya langsung kaku ketika posisi kedua tangan pria itu mendarat pada dadanya.

"Kenapa buru-buru ganti? Aku belum liat kamu."

Julian, calon suami Nayra mengira bahwa yang ada di hadapannya saat ini adalah Nayra. Senyum melukis wajah Julian ketika berpikir bahwa Nayra tak keberatan dengan posisi tangannya. Mengambil kesempatan, Julian memberikan remasan kecil yang membuat Evelyn terkejut.

"Kok kayak beda ukurannya?"

"Mas," tegur Evelyn dengan ragu.

Julian yang kaget langsung saja mundur. "Kamu—"

Evelyn berbalik dengan canggung.

"Evelyn?"

Tersenyum canggung, Evelyn meraba tengkuknya sendiri. "Iya, Mas. Ini aku."

Julian mendadak panik. "K-kamu— maaf, tadi aku pikir kamu Nayra. Aku nggak punya maksud apa-apa. Serius, aku nggak ngenalin kamu tadi."

"Nggak apa-apa kok, Mas. Ini juga aku yang salah. Aku pakai gaun ini, jadinya Mas Julian kira kalau aku ini Nayra."

"Aku benar-benar minta maaf soal yang tadi."

Tangan Evelyn refleks menutupi bagian atas dadanya. "Mas Julian tenang aja, aku paham kalau itu tadi cuma salah paham. Aku nggak akan bilang soal ini ke Nayra. Aku juga nggak mau sampai disalahpahami."

Mendengar respon Evelyn, pria berpakaian kantoran itu menghela napas lega. Jika sampai Evelyn memperpanjang masalah ini, ia pasti akan dituduh berselingkuh dengan sepupu dari calon istrinya.

"Aku benar-benar minta maaf. Tapi Nayra mana? Kok justru kamu yang pakai gaun itu?"

"Jadi gini, Mas. Tadi pagi aku udah ke rumah Nayra, tapi dia kurang enak badan jadi Nayra yang nyuruh aku datang ke sini."

Julian tampak heran. "Dia nyuruh kamu coba gaun ini?"

Evelyn mengangguk. "Takutnya nanti ada yang kurang pas. Acaranya, kan juga sebentar lagi."

Julian sejenak memperhatikan Evelyn lalu berkomentar, "bagus, cocok di kamu."

Evelyn tersenyum tipis.

"Kamu tadi mau ganti baju, kan? Kalau begitu saya keluar dulu."

"Mas, sebentar." Evelyn menghampiri Julian.

"Berhubung aku udah pakai gaun ini, aku boleh foto bareng sama Mas?"

Dahi Julian sedikit mengernyit. "Sama aku?"

Evelyn mengangguk. "Aku nggak tahu kapan aku bisa pakai gaun kayak gini lagi, aku mau buat kenang-kenangan kalau Mas Julian nggak keberatan. Nggak akan aku sebarin kok, cuma aku simpen sendiri."

"Ya udah, ayo."

"Sebentar."

Evelyn keluar lebih dulu dan memanggil seorang pegawai butik untuk dimintai tolong memotret mereka menggunakan ponsel Evelyn. Saat Julian keluar, Evelyn langsung menarik tangan Julian dan mengatur posisi gaunnya.

"Boleh digandeng, kan, Mas?"

Julian mengangguk. Keduanya berpose layaknya sepasang pengantin meski hanya berdiri berdampingan. Dan setelah selesai, Julian langsung kembali fokus pada ponselnya.

"Mas, aku ganti dulu ya."

Julian mengangguk dan mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Sayang, kamu sakit?" tegur Julian begitu Nayra mengangkat panggilan.

"Agak lemes aja. Kamu di mana?"

"Aku di butik, ini aku ketemu Evelyn. Aku kira kamu di sini."

"Kamu tahu dari mana kalau hari ini seharusnya aku ke sana?"

"Evelyn yang bilang."

"Evelyn." Suara Nayra terdengar keheranan.

"Kamu perlu ke dokter?"

"Nggak, aku istirahat aja."

"Ya udah, nanti aku mampir ke rumah."

"Evelyn sekarang mana?"

Julian sekilas memandang ruang ganti dan menemukan adanya sedikit celah di sana sehingga ia bisa melihat Evelyn yang membuka resleting yang terletak di bagian belakang gaun.

"Dia masih ganti baju. Tadi habis coba gaun kamu."

Julian mendekat dan merapatkan tirai agar tidak ada yang melihat Evelyn berganti baju.

"Evelyn coba gaun aku?"

Julian mengangguk. "Iya, tadi katanya kamu yang minta."

"Aku nyuruh dia ke sana buat liat gaunnya, bukan buat coba gaunnya." Suara Nayra terdengar sedikit kesal.

Dahi Julian mengernyit, ia refleks memandang ruang ganti yang ada di sampingnya.

"Bukan kamu yang nyuruh dia pakai gaun itu?"

Evelyn kemudian keluar, sedikit kaget karena Julian tiba-tiba berdiri di depan pintu tirai ruang ganti.

"Ya udah, nanti aku mampir-mampir. Kamu baik-baik."

Julian langsung mengakhiri panggilan, ia memandang Evelyn dengan cara yang berbeda setelah mendengar penuturan Nayra.

"Kenapa, Mas?"

"Gaun tadi buat kamu aja."

Evelyn kaget, tampak kebingungan. “Maksud, Mas Julian?”

Related chapters

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 3 : Tamu Tak Terduga

    "Gaun tadi buat kamu aja."Evelyn kaget. "Maksud, Mas Julian? Kan yang mau menikah sama Mas Julian itu Nayra. Kok gaunnya buat aku?""Nayra katanya nggak suka. Itu buat kamu aja, Nayra biar buat yang baru."Evelyn terperangah. Gaun itu adalah rancangan khusus yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tapi seorang Julian Wiratama membuang gaun berharga itu begitu saja hanya karena alasan yang menurut Evelyn cukup berlebihan meski pada nyatanya Nayra tidak mengatakan apapun tentang gaun itu. Itu hanya inisiatif Julian karena tidak ingin calon pengantinnya mengenakan gaun bekas orang lain.•••••Julian tiba di rumah Nayra. Ia menghampiri Nayra yang kala itu berada di ruang keluarga."Sayang, katanya kamu sakit?"Julian langsung duduk di samping Nayra. "Sekarang gimana keadaan kamu?""Aku nggak sakit kok, cuma agak kurang enak badan aja. Kerjaan kamu udah beres?"Julian mengangguk. "Soal yang di butik tadi, aku ngasih gaun itu ke Evelyn."Nayra yang mendengarnya kaget. Tentu saja ia tak

    Last Updated : 2024-12-27
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 4 : Anak Buangan

    "Damian?"Semua orang serempak memandang pria yang baru saja tiba, tapi Nayra langsung memandang Julian dengan tatapan kaget."Damian?" gumam Nayra dalam hati. "Julian kenal orang ini?"Ayah dan ibu Julian pun langsung berdiri dengan tatapan kaget."Damian?" tegur Suganda. "Kamu ada di sini?"Laki-laki pincang bernama Damian itu berjalan mendekat dengan senyum tipisnya."Saya dengar keluarga Wiratama mengadakan makan malam di sini, saya hanya datang untuk menyapa. Bagaimana kabar, Papa?"Nayra dan keluarganya tampak kaget, Evelyn dan ibu Nayra pun ikut berdiri."Papa?" gumam Nayra tak percaya, ia kemudian bertemu pandang dengan Damian.Suganda terlihat bingung ketika melihat putra sulungnya tiba-tiba muncul di sana setelah bertahun-tahun tak ada kabar karena sejak kecil Damian tinggal di Australia bersama kakek dari pihak ibu dan sejak itu Suganda tak menerima kabar apapun dari putra sulungnya."Mas Suganda, Julian masih punya saudara?" tegur ibu Nayra."Benar, ini putra sulung saya,

    Last Updated : 2024-12-27
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 5 : Pertemuan Kedua

    "Lyn, kamu antar mama pulang ya," ujar Nayra setelah keluarga Julian pergi."Memangnya kamu mau ke mana?""Aku ada janji sama orang."Sebelah alis Evelyn terangkat. "Siapa?""Ada, kamu nggak kenal. Titip mama ya."Evelyn mengangguk meski ia cukup penasaran. "Ya udah, kamu hati-hati. Aku sama tante balik duluan."Setelah Evelyn dan ibunya pergi, Nayra menghela napas berat. Ia berbalik, kembali ke dalam hotel. Dari mobil yang belum jauh, Evelyn melihat Nayra memasuki hotel melalui spion mobilnya."Ngapain dia balik ke hotel?" tanya Evelyn dalam hati.Nayra sampai di lantai 21, ia berjalan di lorong depan kamar sembari mencari kamar yang ia tuju. Kamar 2079, Nayra menemukan kamar yang ia cari. Sedikit ragu, Nayra kemudian membuka kunci kamar menggunakan kartu yang sebelumnya diberikan oleh Damian.Kunci terbuka, Nayra mendorong pintu dan berjalan masuk. Kala itu Damian duduk menyilangkan kaki di tepi ranjang dengan tangan yang memegang gelas kaca berisi air berwarna gelap. Laki-laki itu

    Last Updated : 2024-12-27
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 6 : Obsesi Sang Psikopat

    Damian menghampiri Nayra dan langsung menarik tangan wanita itu."Sekali lagi, kamu yang datang ke tempat saya.""Saya calon adik ipar kamu.""Silakan kamu menikah dengan Julian, itu bukan urusan saya."Ingin rasanya Nayra melakukan sesuatu pada wajah Damian yang arogan itu. Tapi kini tangannya justru gemetar karena ketakutan."Apa mau kamu sebenarnya? Kita tidak pernah saling kenal sebelumnya.""Saya? Saya hanya ingin mengambil milik saya.""Saya bukan milik kamu!" tandas Nayra."Tapi tubuh kamu milik saya.""Psikopat gila!"Nayra menepis kasar tangan Damian. Tangan Damian kemudian merogoh saku celana, mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang di hadapan Nayra. Nayra tak peduli, ia membuka pintu dengan kasar."Julian..."Pergerakan Nayra terhenti, ia menoleh ke tempat Damian."Ini saya..."Damian tersenyum tipis seolah tengah ingin mengejek Nayra. "Saya hanya ingin bilang—"Ucapan Damian terhenti ketika Nayra kembali menutup pintu dan mendekatinya. Damian kemudian mencondongkan

    Last Updated : 2025-02-04
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 7 : Menghampiri Kehancuran Yang Sama

    Damian menunduk dan memegangi kepalanya. Darah yang mengalir di sela tangannya kemudian menetes pada kasur. Nayra kemudian memberanikan diri untuk menyentuh bahu pria itu."D-Damian?""Kamu benar-benar berniat membunuh saya?"Nayra menggeleng. "S-saya antar kamu ke rumah sakit."Nayra bangkit, sedikit ketakutan. Ia meraih kunci mobil di atas nakas dan kemeja di tepi ranjang yang kemudian ia gunakan untuk menutupi punggung Damian. Tiba-tiba menjadi linglung, Nayra melewatkan kesempatan untuk melarikan diri.••••Nayra berjalan beberapa langkah di belakang Damian. Tak ada luka yang serius, Damian memutuskan untuk pulang setelah menerima sedikit perawatan untuk kepalanya.Sekali lagi pandangan Nayra tertuju pada kaki Damian yang cacat. Karena tak sempat membawakan tongkat Damian, kini pria itu terlihat kesulitan untuk berjalan. Terlepas dari perbuatan jahat Damian, Nayra masih bisa merasa iba dengan calon kakak iparnya tersebut. Setelah mempertimbangkan dengan matang, Nayra kemudian mend

    Last Updated : 2025-02-04
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 8 : Jejak Yang Tertinggal

    Nayra membuka matanya ketika dering ponsel terdengar. Dengan intensitas cahaya yang memenuhi ruangan itu membuat mata Nayra refleks memicing. Dengan mata setengah terbuka ia mencari letak ponselnya hingga pendengarannya menangkap pergerakan dari suara itu. Membelakangi cahaya, Nayra membuka matanya lebar-lebar dan tertegun ketika ia menemukan seseorang berbaring tepat di sampingnya. Namun, keterkejutan itu tak bertahan lama ketika ia mengingat semua hal gila yang terjadi semalam.Nayra bangkit, menarik selimut hingga menutupi bagian dadanya karena baik dirinya dan Damian masih dalam keadaan yang sama dengan semalam. Nayra hendak mengambil ponselnya, tapi Damian justru menjauhkan tangannya."Itu punya saya," ujar Nayra dengan dingin.Tersenyum kecil, Damian lantas menyerahkan ponsel itu pada sang pemilik. Sementara wajah Nayra terlihat frustasi ketika ia menemukan nama Julian sebagai sang pemanggil di layar ponselnya."Jangan dijawab, dia mungkin sudah ada di depan rumah kamu," ujar Da

    Last Updated : 2025-02-07
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 9 : Berlindung Di Balik Kebohongan

    Nayra kembali ke Golden Sands Hotel, tepatnya di area parkir bawah tanah. Ia memarkirkan mobil Damian dan alih-alih mengantarkan kunci mobil ke kamar Damian, Nayra justru menaruh kunci tersebut di atas mobil dan pergi begitu saja, tak khawatir jika ada orang yang mencuri mobil mahal tersebut.Dari hotel, Nayra kembali ke rumah menggunakan taksi. Karena suasana hatinya terlalu buruk, Nayra tak menyadari jika ada mobil Julian di halaman. Tak bertemu dengan siapapun, Nayra langsung bergegas ke kamar. Tepat setelah membuka pintu, Nayra langsung melemparkan tasnya dengan kesal. Namun, ia dibuat kaget oleh keberadaan Julian di sana."Julian?"Sebelah alis Julian terangkat, sempat melihat tas yang baru saja terlempar di atas ranjang tepat di samping ia duduk. Ia kemudian berdiri dan Nayra segera menutup pintu lalu berjalan mendekat dengan gugup."K-kamu sejak kapan di sini? Udah lama?"Julian sejenak berdiam diri dan menambah kepanikan di wajah Nayra."Julian.""Kamu dari mana?" Julian balik

    Last Updated : 2025-02-12
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 10 : Alasan Kepulangannya

    Julian kembali setelah jam makan siang berakhir. Karena memiliki janji lain yang mendadak, ia membatalkan janji makan siangnya dengan Nayra.Saat kembali ke ruang kerjanya, Julian dibuat kaget dengan keadaan meja kerjanya yang berantakan. Julian menutup pintu dan jauh lebih terkejut saat melihat siapa orang yang berdiri di dekat jendela kaca besar di ruangannya."Damian?"Terlihat marah, Julian mendatangi Damian."Apa-apaan ini? Apa yang kamu lakukan dengan ruangan saya?!"Damian menyahut dengan santai. "Anggap saja saya baru saja memberikan pelajaran pada seekor tikus kecil yang datang kemari."Julian menatap tak percaya dan berkacak pinggang. "Apa mau kamu? Tujuan kamu datang ke sini itu apa?"Damian tersenyum miring. "Dulu saat saya pergi, kamu masih setinggi ini." Damian mengangkat satu tangannya setinggi pinggang."Dulu saya berpikir, akan jadi seperti apa anak nakal ini jika sudah dewasa. Dan seperti inilah didikan dari wanita itu."Julian merasa terhina. "Keluar kamu dari ruan

    Last Updated : 2025-02-13

Latest chapter

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 13 : Hanya Dua Ilihan

    Damian keluar dari kamar mandi, menemukan Nayra yang masih duduk di lantai, tepatnya di dekat ranjang. Sejak tiba di sana, seperti itulah posisi Nayra. Tangisnya sudah berhenti sejak Damian membawanya, tapi kini hanya ada penyesalan dalam sorot matanya yang sayu.Seseorang mengetuk pintu, Damian bergegas menuju pintu dan sempat berbicara dengan seseorang sebelum menutup pintu kembali dengan membawa kotak kecil di tangannya. Damian mendekati Nayra dan melemparkan kotak yang ia bawa ke lantai tepat di hadapan Nayra. Menunjukkan perhatiannya yang setengah hati dengan memberikan kotak obat agar Nayra mengobati luka goresan di wajah serta sudut bibirnya. Akan tetapi, Nayra tetap bergeming.Sempat berdiam diri, Damian menarik kursi ke hadapan Nayra dan duduk di sana. Mungkin karena kondisi kakinya ia tak ingin duduk di lantai atau mungkin harga dirinya yang terlalu tinggi untuk mengerti situasi.Damian kemudian meraih kotak obat itu dan menarik dagu Nayra agar wanita itu mengangkat wajah.

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 12 : Pengkhianatan Yang Tersembunyi

    "Saya adalah orang yang menghamili wanita ini!"Ucapan Damian menjadi babak terakhir dari kejutan di malam resepsi pernikahan pengantin baru itu sekaligus kehancuran bagi Nayra yang sebenarnya."Damian, apa maksud kamu?" tegur Suganda, menyampaikan pertanyaan semua orang.Damian sejenak memandang Nayra lalu berbicara. "Jika wanita ini memang hamil, maka bayi yang berada di perutnya sudah pasti anak saya.""Bajingan," gumam Veronica tak percaya. "Bagaimana kalian bisa—"Veronica tak bisa melanjutkan, semua orang pasti terkejut. Kapan tepatnya mereka bertemu dan semua ini terjadi.Tawa kecil Julian kemudian menarik seluruh perhatian. Tampak sangat jelas di wajahnya bahwa dia adalah orang yang tersakiti di tempat itu."Dia..." Julian berbicara pada Nayra sembari menunjuk Damian."Bajingan ini yang menghamili kamu? Orang pincang ini... orang cacat ini!" Suara Julian meninggi, menunjukkan seberapa besar kemarahannya saat ini.Ibu Nayra sempat memegangi kepalanya. Tak lagi mampu mendengarka

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 11 : Berakhir Dalam Semalam

    Julian buru-buru memasuki rumah Nayra. Sepulang dari kantor ia langsung bergegas ke sana."Ma," tegur Julian pada ibu Nayra."Julian, kamu datang?""Nayra gimana, Ma?"Ibu Nayra menggeleng. "Dia masih belum mau keluar dari kamar, dia juga nggak mau makan dari pagi.""Ya udah, aku coba lihat Nayra dulu."Julian bergegas ke kamar Nayra. Beberapa hari terakhir Nayra bersikap aneh dan Julian menyadari perubahan itu. Bahkan beberapa hari terakhir mereka jarang berkomunikasi. Nayra juga lebih sering mengurung diri di dalam kamar.Julian membuka pintu, menemukan Nayra duduk tertelungkup di atas ranjang."Sayang."Julian langsung menghampiri Nayra. Duduk di tepi ranjang, Julian langsung memegang kedua kedua pundak Nayra."Kamu nggak sakit, kan? Nggak apa-apa, kan? Aku denger dari mama katanya kamu nggak mau keluar kamar. Kamu ada masalah apa?"Dengan wajah yang terlihat sedikit pucat, Nayra terdiam memandang Julian. Sorot matanya tak lagi menunjukkan minat. Kepercayaan dirinya sudah hilang, i

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 10 : Alasan Kepulangannya

    Julian kembali setelah jam makan siang berakhir. Karena memiliki janji lain yang mendadak, ia membatalkan janji makan siangnya dengan Nayra.Saat kembali ke ruang kerjanya, Julian dibuat kaget dengan keadaan meja kerjanya yang berantakan. Julian menutup pintu dan jauh lebih terkejut saat melihat siapa orang yang berdiri di dekat jendela kaca besar di ruangannya."Damian?"Terlihat marah, Julian mendatangi Damian."Apa-apaan ini? Apa yang kamu lakukan dengan ruangan saya?!"Damian menyahut dengan santai. "Anggap saja saya baru saja memberikan pelajaran pada seekor tikus kecil yang datang kemari."Julian menatap tak percaya dan berkacak pinggang. "Apa mau kamu? Tujuan kamu datang ke sini itu apa?"Damian tersenyum miring. "Dulu saat saya pergi, kamu masih setinggi ini." Damian mengangkat satu tangannya setinggi pinggang."Dulu saya berpikir, akan jadi seperti apa anak nakal ini jika sudah dewasa. Dan seperti inilah didikan dari wanita itu."Julian merasa terhina. "Keluar kamu dari ruan

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 9 : Berlindung Di Balik Kebohongan

    Nayra kembali ke Golden Sands Hotel, tepatnya di area parkir bawah tanah. Ia memarkirkan mobil Damian dan alih-alih mengantarkan kunci mobil ke kamar Damian, Nayra justru menaruh kunci tersebut di atas mobil dan pergi begitu saja, tak khawatir jika ada orang yang mencuri mobil mahal tersebut.Dari hotel, Nayra kembali ke rumah menggunakan taksi. Karena suasana hatinya terlalu buruk, Nayra tak menyadari jika ada mobil Julian di halaman. Tak bertemu dengan siapapun, Nayra langsung bergegas ke kamar. Tepat setelah membuka pintu, Nayra langsung melemparkan tasnya dengan kesal. Namun, ia dibuat kaget oleh keberadaan Julian di sana."Julian?"Sebelah alis Julian terangkat, sempat melihat tas yang baru saja terlempar di atas ranjang tepat di samping ia duduk. Ia kemudian berdiri dan Nayra segera menutup pintu lalu berjalan mendekat dengan gugup."K-kamu sejak kapan di sini? Udah lama?"Julian sejenak berdiam diri dan menambah kepanikan di wajah Nayra."Julian.""Kamu dari mana?" Julian balik

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 8 : Jejak Yang Tertinggal

    Nayra membuka matanya ketika dering ponsel terdengar. Dengan intensitas cahaya yang memenuhi ruangan itu membuat mata Nayra refleks memicing. Dengan mata setengah terbuka ia mencari letak ponselnya hingga pendengarannya menangkap pergerakan dari suara itu. Membelakangi cahaya, Nayra membuka matanya lebar-lebar dan tertegun ketika ia menemukan seseorang berbaring tepat di sampingnya. Namun, keterkejutan itu tak bertahan lama ketika ia mengingat semua hal gila yang terjadi semalam.Nayra bangkit, menarik selimut hingga menutupi bagian dadanya karena baik dirinya dan Damian masih dalam keadaan yang sama dengan semalam. Nayra hendak mengambil ponselnya, tapi Damian justru menjauhkan tangannya."Itu punya saya," ujar Nayra dengan dingin.Tersenyum kecil, Damian lantas menyerahkan ponsel itu pada sang pemilik. Sementara wajah Nayra terlihat frustasi ketika ia menemukan nama Julian sebagai sang pemanggil di layar ponselnya."Jangan dijawab, dia mungkin sudah ada di depan rumah kamu," ujar Da

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 7 : Menghampiri Kehancuran Yang Sama

    Damian menunduk dan memegangi kepalanya. Darah yang mengalir di sela tangannya kemudian menetes pada kasur. Nayra kemudian memberanikan diri untuk menyentuh bahu pria itu."D-Damian?""Kamu benar-benar berniat membunuh saya?"Nayra menggeleng. "S-saya antar kamu ke rumah sakit."Nayra bangkit, sedikit ketakutan. Ia meraih kunci mobil di atas nakas dan kemeja di tepi ranjang yang kemudian ia gunakan untuk menutupi punggung Damian. Tiba-tiba menjadi linglung, Nayra melewatkan kesempatan untuk melarikan diri.••••Nayra berjalan beberapa langkah di belakang Damian. Tak ada luka yang serius, Damian memutuskan untuk pulang setelah menerima sedikit perawatan untuk kepalanya.Sekali lagi pandangan Nayra tertuju pada kaki Damian yang cacat. Karena tak sempat membawakan tongkat Damian, kini pria itu terlihat kesulitan untuk berjalan. Terlepas dari perbuatan jahat Damian, Nayra masih bisa merasa iba dengan calon kakak iparnya tersebut. Setelah mempertimbangkan dengan matang, Nayra kemudian mend

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 6 : Obsesi Sang Psikopat

    Damian menghampiri Nayra dan langsung menarik tangan wanita itu."Sekali lagi, kamu yang datang ke tempat saya.""Saya calon adik ipar kamu.""Silakan kamu menikah dengan Julian, itu bukan urusan saya."Ingin rasanya Nayra melakukan sesuatu pada wajah Damian yang arogan itu. Tapi kini tangannya justru gemetar karena ketakutan."Apa mau kamu sebenarnya? Kita tidak pernah saling kenal sebelumnya.""Saya? Saya hanya ingin mengambil milik saya.""Saya bukan milik kamu!" tandas Nayra."Tapi tubuh kamu milik saya.""Psikopat gila!"Nayra menepis kasar tangan Damian. Tangan Damian kemudian merogoh saku celana, mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang di hadapan Nayra. Nayra tak peduli, ia membuka pintu dengan kasar."Julian..."Pergerakan Nayra terhenti, ia menoleh ke tempat Damian."Ini saya..."Damian tersenyum tipis seolah tengah ingin mengejek Nayra. "Saya hanya ingin bilang—"Ucapan Damian terhenti ketika Nayra kembali menutup pintu dan mendekatinya. Damian kemudian mencondongkan

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 5 : Pertemuan Kedua

    "Lyn, kamu antar mama pulang ya," ujar Nayra setelah keluarga Julian pergi."Memangnya kamu mau ke mana?""Aku ada janji sama orang."Sebelah alis Evelyn terangkat. "Siapa?""Ada, kamu nggak kenal. Titip mama ya."Evelyn mengangguk meski ia cukup penasaran. "Ya udah, kamu hati-hati. Aku sama tante balik duluan."Setelah Evelyn dan ibunya pergi, Nayra menghela napas berat. Ia berbalik, kembali ke dalam hotel. Dari mobil yang belum jauh, Evelyn melihat Nayra memasuki hotel melalui spion mobilnya."Ngapain dia balik ke hotel?" tanya Evelyn dalam hati.Nayra sampai di lantai 21, ia berjalan di lorong depan kamar sembari mencari kamar yang ia tuju. Kamar 2079, Nayra menemukan kamar yang ia cari. Sedikit ragu, Nayra kemudian membuka kunci kamar menggunakan kartu yang sebelumnya diberikan oleh Damian.Kunci terbuka, Nayra mendorong pintu dan berjalan masuk. Kala itu Damian duduk menyilangkan kaki di tepi ranjang dengan tangan yang memegang gelas kaca berisi air berwarna gelap. Laki-laki itu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status