Beranda / Romansa / Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar / Bab 2 : Gaun Pengantin Yang Dicuri

Share

Bab 2 : Gaun Pengantin Yang Dicuri

Penulis: Backin_parade
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-22 14:25:24

Satu bulan kemudian.

"Hai, Tante." Evelyn, sepupu Nayra datang berkunjung.

"Hai, Lyn. Mau ketemu Nayra?" Ibu Nayra balik menegur.

Evelyn mengangguk. "Nayra masih belum bangun, Tante?"

"Belum keluar dari kamar, sejak kemarin dia males-malesan di kamar."

"Ya udah, kalau gitu aku susulin ke kamar dulu."

Evelyn kemudian bergegas ke kamar Nayra. Saat masuk, Evelyn menemukan Nayra yang masih bergumul dengan selimut.

"Ya ampun," gumam Evelyn tak percaya.

"Nay, Nayra. Ini udah jam berapa? Kok belum bangun? Nayra!" Evelyn beberapa kali memukul kaki Nayra.

"Lyn? Ngapain ke sini?" tegur Nayra dengan malas.

"Jangan bilang kamu lupa. Gaun buat nikahan kamu udah selesai, kita udah janji mau ke sana hari ini."

"Kamu aja yang lihatin. Lagian ukurannya udah pas juga, kan."

"Acaranya itu bentar lagi. Masa kamu yang nikah tapi aku yang cobain gaun kamu. Buruan, kamu bangun sekarang. Aku tungguin. Apa perlu aku mandiin sekalian?"

Nayra mengangguk kepala dan bangkit. Tapi ia justru meraih bantal dan memeluk benda empuk itu.

"Aku lagi males ngapa-ngapain."

"Kamu sakit? Sakit apa?"

"Cuma lemes aja, mungkin kurang darah. Dibuat istirahat juga pasti nanti enakan."

"Ini aku udah janji loh sama orangnya. Masa mau dibatalin. Mereka pasti juga udah siap-siap."

"Ya udah, kalau gitu kamu yang ke sana buat cek bajunya. Kan ukurannya udah jelas, besok kalau agak enakan langsung ke sana."

Evelyn menghela napas. "Ya udah, kamu istirahat aja dulu. Tadi mamanya Mas Julian bilang kalau undangan buat nikahan kalian juga udah jadi."

Nayra mengangguk.

"Cepet sembuh, aku pergu dulu."

Satu bulan berlalu sejak insiden itu, Nayra tak bisa hidup dengan tenang. Ada sedikit trauma yang ia dapatkan dari pria asing yang masih kerap mengisi benaknya, siapa dan dari mana pria asing itu berasal masih menjadi teka-teki bagi Nayra. Namun, terlepas dari semua itu, Nayra memiliki masalah yang serius menyangkut masa depan rumah tangganya.

"Kalau Julian tahu aku udah nggak perawan, apa dia bakal batalin pernikahan ini?" Nayra bergumam, mengeluarkan apa yang selama ini membebani pikirannya.

"Harusnya aku nggak nurutin ucapan mereka. Gimana kalau sampai Julian tahu?"

•••••

Evelyn kini berada di butik tempat gaun untuk resepsi pernikahan Nayra dibuat. Berdiri di depan cermin, kimi Evelyn mengenakan gaun yang seharusnya dicoba oleh Nayra. Evelyn menghadap ke kanan lalu ke kiri untuk memastikan penampilannya.

"Udah, Pas."

"Dadanya kayak kekecilan ya?" Si perancang gaun pengantin itu menghampiri Evelyn.

"Di aku iya, tapi kalau punya Nayra kayaknya udah pas deh, Tante. Ukuran aku di atas Nayra soalnya."

"Cantik banget kamu, gaunnya juga cocok di kamu. Malah kamu kayak pengantinnya."

Evelyn tersenyum lebar saat pujian itu datang. "Masa sih, Tan?"

"Iya... udah, kamu cepat nyusul. Nanti tante kasih diskon buat kamu."

"Mau sih, Tan. Tapi calonnya yang belum datang aja."

"Kalau belum datang, ya kamu panggil."

Keduanya melempar tawa kecil.

"Oh iya, Tan. Sekalian aku mau coba baju yang buat aku nanti."

"Oh, sebentar. Tante ambilkan dulu."

Wanita itu pergi dan Evelyn sekali lagi melihat bayangannya dicermin. Tampak ia mengagumi gaun yang ia kenakan saat ini. Ia kemudian pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Tapi kala itu seorang pria tiba-tiba datang dari belakang dan memeluk Evelyn.

Batin Evelyn tersentak, tubuhnya langsung kaku ketika posisi kedua tangan pria itu mendarat pada dadanya.

"Kenapa buru-buru ganti? Aku belum liat kamu."

Julian, calon suami Nayra mengira bahwa yang ada di hadapannya saat ini adalah Nayra. Senyum melukis wajah Julian ketika berpikir bahwa Nayra tak keberatan dengan posisi tangannya. Mengambil kesempatan, Julian memberikan remasan kecil yang membuat Evelyn terkejut.

"Kok kayak beda ukurannya?"

"Mas," tegur Evelyn dengan ragu.

Julian yang kaget langsung saja mundur. "Kamu—"

Evelyn berbalik dengan canggung.

"Evelyn?"

Tersenyum canggung, Evelyn meraba tengkuknya sendiri. "Iya, Mas. Ini aku."

Julian mendadak panik. "K-kamu— maaf, tadi aku pikir kamu Nayra. Aku nggak punya maksud apa-apa. Serius, aku nggak ngenalin kamu tadi."

"Nggak apa-apa kok, Mas. Ini juga aku yang salah. Aku pakai gaun ini, jadinya Mas Julian kira kalau aku ini Nayra."

"Aku benar-benar minta maaf soal yang tadi."

Tangan Evelyn refleks menutupi bagian atas dadanya. "Mas Julian tenang aja, aku paham kalau itu tadi cuma salah paham. Aku nggak akan bilang soal ini ke Nayra. Aku juga nggak mau sampai disalahpahami."

Mendengar respon Evelyn, pria berpakaian kantoran itu menghela napas lega. Jika sampai Evelyn memperpanjang masalah ini, ia pasti akan dituduh berselingkuh dengan sepupu dari calon istrinya.

"Aku benar-benar minta maaf. Tapi Nayra mana? Kok justru kamu yang pakai gaun itu?"

"Jadi gini, Mas. Tadi pagi aku udah ke rumah Nayra, tapi dia kurang enak badan jadi Nayra yang nyuruh aku datang ke sini."

Julian tampak heran. "Dia nyuruh kamu coba gaun ini?"

Evelyn mengangguk. "Takutnya nanti ada yang kurang pas. Acaranya, kan juga sebentar lagi."

Julian sejenak memperhatikan Evelyn lalu berkomentar, "bagus, cocok di kamu."

Evelyn tersenyum tipis.

"Kamu tadi mau ganti baju, kan? Kalau begitu saya keluar dulu."

"Mas, sebentar." Evelyn menghampiri Julian.

"Berhubung aku udah pakai gaun ini, aku boleh foto bareng sama Mas?"

Dahi Julian sedikit mengernyit. "Sama aku?"

Evelyn mengangguk. "Aku nggak tahu kapan aku bisa pakai gaun kayak gini lagi, aku mau buat kenang-kenangan kalau Mas Julian nggak keberatan. Nggak akan aku sebarin kok, cuma aku simpen sendiri."

"Ya udah, ayo."

"Sebentar."

Evelyn keluar lebih dulu dan memanggil seorang pegawai butik untuk dimintai tolong memotret mereka menggunakan ponsel Evelyn. Saat Julian keluar, Evelyn langsung menarik tangan Julian dan mengatur posisi gaunnya.

"Boleh digandeng, kan, Mas?"

Julian mengangguk. Keduanya berpose layaknya sepasang pengantin meski hanya berdiri berdampingan. Dan setelah selesai, Julian langsung kembali fokus pada ponselnya.

"Mas, aku ganti dulu ya."

Julian mengangguk dan mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Sayang, kamu sakit?" tegur Julian begitu Nayra mengangkat panggilan.

"Agak lemes aja. Kamu di mana?"

"Aku di butik, ini aku ketemu Evelyn. Aku kira kamu di sini."

"Kamu tahu dari mana kalau hari ini seharusnya aku ke sana?"

"Evelyn yang bilang."

"Evelyn." Suara Nayra terdengar keheranan.

"Kamu perlu ke dokter?"

"Nggak, aku istirahat aja."

"Ya udah, nanti aku mampir ke rumah."

"Evelyn sekarang mana?"

Julian sekilas memandang ruang ganti dan menemukan adanya sedikit celah di sana sehingga ia bisa melihat Evelyn yang membuka resleting yang terletak di bagian belakang gaun.

"Dia masih ganti baju. Tadi habis coba gaun kamu."

Julian mendekat dan merapatkan tirai agar tidak ada yang melihat Evelyn berganti baju.

"Evelyn coba gaun aku?"

Julian mengangguk. "Iya, tadi katanya kamu yang minta."

"Aku nyuruh dia ke sana buat liat gaunnya, bukan buat coba gaunnya." Suara Nayra terdengar sedikit kesal.

Dahi Julian mengernyit, ia refleks memandang ruang ganti yang ada di sampingnya.

"Bukan kamu yang nyuruh dia pakai gaun itu?"

Evelyn kemudian keluar, sedikit kaget karena Julian tiba-tiba berdiri di depan pintu tirai ruang ganti.

"Ya udah, nanti aku mampir-mampir. Kamu baik-baik."

Julian langsung mengakhiri panggilan, ia memandang Evelyn dengan cara yang berbeda setelah mendengar penuturan Nayra.

"Kenapa, Mas?"

"Gaun tadi buat kamu aja."

Evelyn kaget, tampak kebingungan. “Maksud, Mas Julian?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 3 : Tamu Tak Terduga

    "Gaun tadi buat kamu aja."Evelyn kaget. "Maksud, Mas Julian? Kan yang mau menikah sama Mas Julian itu Nayra. Kok gaunnya buat aku?""Nayra katanya nggak suka. Itu buat kamu aja, Nayra biar buat yang baru."Evelyn terperangah. Gaun itu adalah rancangan khusus yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tapi seorang Julian Wiratama membuang gaun berharga itu begitu saja hanya karena alasan yang menurut Evelyn cukup berlebihan meski pada nyatanya Nayra tidak mengatakan apapun tentang gaun itu. Itu hanya inisiatif Julian karena tidak ingin calon pengantinnya mengenakan gaun bekas orang lain.•••••Julian tiba di rumah Nayra. Ia menghampiri Nayra yang kala itu berada di ruang keluarga."Sayang, katanya kamu sakit?"Julian langsung duduk di samping Nayra. "Sekarang gimana keadaan kamu?""Aku nggak sakit kok, cuma agak kurang enak badan aja. Kerjaan kamu udah beres?"Julian mengangguk. "Soal yang di butik tadi, aku ngasih gaun itu ke Evelyn."Nayra yang mendengarnya kaget. Tentu saja ia tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 4 : Anak Buangan

    "Damian?"Semua orang serempak memandang pria yang baru saja tiba, tapi Nayra langsung memandang Julian dengan tatapan kaget."Damian?" gumam Nayra dalam hati. "Julian kenal orang ini?"Ayah dan ibu Julian pun langsung berdiri dengan tatapan kaget."Damian?" tegur Suganda. "Kamu ada di sini?"Laki-laki pincang bernama Damian itu berjalan mendekat dengan senyum tipisnya."Saya dengar keluarga Wiratama mengadakan makan malam di sini, saya hanya datang untuk menyapa. Bagaimana kabar, Papa?"Nayra dan keluarganya tampak kaget, Evelyn dan ibu Nayra pun ikut berdiri."Papa?" gumam Nayra tak percaya, ia kemudian bertemu pandang dengan Damian.Suganda terlihat bingung ketika melihat putra sulungnya tiba-tiba muncul di sana setelah bertahun-tahun tak ada kabar karena sejak kecil Damian tinggal di Australia bersama kakek dari pihak ibu dan sejak itu Suganda tak menerima kabar apapun dari putra sulungnya."Mas Suganda, Julian masih punya saudara?" tegur ibu Nayra."Benar, ini putra sulung saya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 5 : Pertemuan Kedua

    "Lyn, kamu antar mama pulang ya," ujar Nayra setelah keluarga Julian pergi."Memangnya kamu mau ke mana?""Aku ada janji sama orang."Sebelah alis Evelyn terangkat. "Siapa?""Ada, kamu nggak kenal. Titip mama ya."Evelyn mengangguk meski ia cukup penasaran. "Ya udah, kamu hati-hati. Aku sama tante balik duluan."Setelah Evelyn dan ibunya pergi, Nayra menghela napas berat. Ia berbalik, kembali ke dalam hotel. Dari mobil yang belum jauh, Evelyn melihat Nayra memasuki hotel melalui spion mobilnya."Ngapain dia balik ke hotel?" tanya Evelyn dalam hati.Nayra sampai di lantai 21, ia berjalan di lorong depan kamar sembari mencari kamar yang ia tuju. Kamar 2079, Nayra menemukan kamar yang ia cari. Sedikit ragu, Nayra kemudian membuka kunci kamar menggunakan kartu yang sebelumnya diberikan oleh Damian.Kunci terbuka, Nayra mendorong pintu dan berjalan masuk. Kala itu Damian duduk menyilangkan kaki di tepi ranjang dengan tangan yang memegang gelas kaca berisi air berwarna gelap. Laki-laki itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 6 : Obsesi Sang Psikopat

    Damian menghampiri Nayra dan langsung menarik tangan wanita itu."Sekali lagi, kamu yang datang ke tempat saya.""Saya calon adik ipar kamu.""Silakan kamu menikah dengan Julian, itu bukan urusan saya."Ingin rasanya Nayra melakukan sesuatu pada wajah Damian yang arogan itu. Tapi kini tangannya justru gemetar karena ketakutan."Apa mau kamu sebenarnya? Kita tidak pernah saling kenal sebelumnya.""Saya? Saya hanya ingin mengambil milik saya.""Saya bukan milik kamu!" tandas Nayra."Tapi tubuh kamu milik saya.""Psikopat gila!"Nayra menepis kasar tangan Damian. Tangan Damian kemudian merogoh saku celana, mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang di hadapan Nayra. Nayra tak peduli, ia membuka pintu dengan kasar."Julian..."Pergerakan Nayra terhenti, ia menoleh ke tempat Damian."Ini saya..."Damian tersenyum tipis seolah tengah ingin mengejek Nayra. "Saya hanya ingin bilang—"Ucapan Damian terhenti ketika Nayra kembali menutup pintu dan mendekatinya. Damian kemudian mencondongkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 7 : Menghampiri Kehancuran Yang Sama

    Damian menunduk dan memegangi kepalanya. Darah yang mengalir di sela tangannya kemudian menetes pada kasur. Nayra kemudian memberanikan diri untuk menyentuh bahu pria itu."D-Damian?""Kamu benar-benar berniat membunuh saya?"Nayra menggeleng. "S-saya antar kamu ke rumah sakit."Nayra bangkit, sedikit ketakutan. Ia meraih kunci mobil di atas nakas dan kemeja di tepi ranjang yang kemudian ia gunakan untuk menutupi punggung Damian. Tiba-tiba menjadi linglung, Nayra melewatkan kesempatan untuk melarikan diri.••••Nayra berjalan beberapa langkah di belakang Damian. Tak ada luka yang serius, Damian memutuskan untuk pulang setelah menerima sedikit perawatan untuk kepalanya.Sekali lagi pandangan Nayra tertuju pada kaki Damian yang cacat. Karena tak sempat membawakan tongkat Damian, kini pria itu terlihat kesulitan untuk berjalan. Terlepas dari perbuatan jahat Damian, Nayra masih bisa merasa iba dengan calon kakak iparnya tersebut. Setelah mempertimbangkan dengan matang, Nayra kemudian mend

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 8 : Jejak Yang Tertinggal

    Nayra membuka matanya ketika dering ponsel terdengar. Dengan intensitas cahaya yang memenuhi ruangan itu membuat mata Nayra refleks memicing. Dengan mata setengah terbuka ia mencari letak ponselnya hingga pendengarannya menangkap pergerakan dari suara itu. Membelakangi cahaya, Nayra membuka matanya lebar-lebar dan tertegun ketika ia menemukan seseorang berbaring tepat di sampingnya. Namun, keterkejutan itu tak bertahan lama ketika ia mengingat semua hal gila yang terjadi semalam.Nayra bangkit, menarik selimut hingga menutupi bagian dadanya karena baik dirinya dan Damian masih dalam keadaan yang sama dengan semalam. Nayra hendak mengambil ponselnya, tapi Damian justru menjauhkan tangannya."Itu punya saya," ujar Nayra dengan dingin.Tersenyum kecil, Damian lantas menyerahkan ponsel itu pada sang pemilik. Sementara wajah Nayra terlihat frustasi ketika ia menemukan nama Julian sebagai sang pemanggil di layar ponselnya."Jangan dijawab, dia mungkin sudah ada di depan rumah kamu," ujar Da

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 9 : Berlindung Di Balik Kebohongan

    Nayra kembali ke Golden Sands Hotel, tepatnya di area parkir bawah tanah. Ia memarkirkan mobil Damian dan alih-alih mengantarkan kunci mobil ke kamar Damian, Nayra justru menaruh kunci tersebut di atas mobil dan pergi begitu saja, tak khawatir jika ada orang yang mencuri mobil mahal tersebut.Dari hotel, Nayra kembali ke rumah menggunakan taksi. Karena suasana hatinya terlalu buruk, Nayra tak menyadari jika ada mobil Julian di halaman. Tak bertemu dengan siapapun, Nayra langsung bergegas ke kamar. Tepat setelah membuka pintu, Nayra langsung melemparkan tasnya dengan kesal. Namun, ia dibuat kaget oleh keberadaan Julian di sana."Julian?"Sebelah alis Julian terangkat, sempat melihat tas yang baru saja terlempar di atas ranjang tepat di samping ia duduk. Ia kemudian berdiri dan Nayra segera menutup pintu lalu berjalan mendekat dengan gugup."K-kamu sejak kapan di sini? Udah lama?"Julian sejenak berdiam diri dan menambah kepanikan di wajah Nayra."Julian.""Kamu dari mana?" Julian balik

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 10 : Alasan Kepulangannya

    Julian kembali setelah jam makan siang berakhir. Karena memiliki janji lain yang mendadak, ia membatalkan janji makan siangnya dengan Nayra.Saat kembali ke ruang kerjanya, Julian dibuat kaget dengan keadaan meja kerjanya yang berantakan. Julian menutup pintu dan jauh lebih terkejut saat melihat siapa orang yang berdiri di dekat jendela kaca besar di ruangannya."Damian?"Terlihat marah, Julian mendatangi Damian."Apa-apaan ini? Apa yang kamu lakukan dengan ruangan saya?!"Damian menyahut dengan santai. "Anggap saja saya baru saja memberikan pelajaran pada seekor tikus kecil yang datang kemari."Julian menatap tak percaya dan berkacak pinggang. "Apa mau kamu? Tujuan kamu datang ke sini itu apa?"Damian tersenyum miring. "Dulu saat saya pergi, kamu masih setinggi ini." Damian mengangkat satu tangannya setinggi pinggang."Dulu saya berpikir, akan jadi seperti apa anak nakal ini jika sudah dewasa. Dan seperti inilah didikan dari wanita itu."Julian merasa terhina. "Keluar kamu dari ruan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13

Bab terbaru

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 54 :

    Sagara membuka pintu kamar dan menemukan Sahira masih terjaga."Belum tidur?""Aku nunggu kamu, Pa."Sebelah alis Sagara terangkat. "Mau bicara sesuatu?"Sahira mengangguk. "Kamu mandi dulu, aku tunggu. Aku udah siapin baju ganti di kamar mandi."Merasa cukup penasaran, Sagara pun bergegas mandi. Kurang dari sepuluh menit Sagara sudah keluar dan sudah mengenakan baju tidur."Kamu mau bicara apa?" Sagara naik ke ranjang menyusul Sahira."Soal Rasya.""Kenapa sama Rasya? Dia mau tanggal pernikahan diundur.""Bukan itu. Valerie, kan liburan ke Batam.""Terus?""Dia ketemu Lira... staycation dengan laki-laki lain."Dahi Sagara mengernyit. "Lira? Lira ada di Batam dengan laki-laki lain? Bukan anak kita?""Kayaknya Valerie sempat berantem sama Lira di Batam. Tadi dia itu datang langsung ngamuk-ngamuk.""Kok bisa-bisanya Lira liburan sama laki-laki lain padahal sebentar lagi akan menikah. Sebentar, handphone papa mana. Biar papa labrak bapaknya!"Sagara bangkit, buru-buru mencari ponselnya u

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 53 : Penyesalan Untuk Kembali

    Tengah malam itu Veronica menginjakkan kaki di ruang tamu, berniat pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Tapi ia justru melihat Damian tengah duduk di ruang tamu sendirian. Awalnya Veronica berniat mengabaikan Damian, tapi saat kembali, ia justru mendatangi Damian. "Kamu bisa menganggap ini sebagai rumah kamu, tapi kamu juga harus mempedulikan kenyamanan orang lain yang tinggal di sini," tegur Veronica. Damian mengarahkan pandangannya pada Veronica dan menyahut dengan santai. "Orang yang tinggal di sini seharusnya lebih tahu diri dan menghormati pemilik rumah." Veronica menatap tak percaya. "Sampai kapan kamu akan menganggap bahwa kamu berkuasa di sini? Rumah ini bukan apa-apa. Ini hanya rumah tua yang tidak ada nilainya." "Jika begitu kenapa begitu sulit bagi anda untuk angkat kaki dari sini?" sarkas Damian yang sejenak berhasil membungkam Veronica. "Masa jabatan anda sebagai nyonya di rumah ini sudah berakhir, seharusnya anda cukup tahu malu untuk tetap bertahan di sini." V

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 52

    Xander meninggalkan ruang kerja Athena untuk bermain kala ibunya tengah bekerja. Dengan sebuah balon yang diikat pada tali, Xander berlari mengelilingi lantai dua dari bangunan galeri seni tersebut. Karena pada hari-hari biasa seperti ini tidak banyak orang yang berkunjung, Xander bisa bermain dengan bebas. Meski usianya baru dua tahun, Xander termasuk anak yang patuh. Ia dilarang menyentuh barang-barang yang dipajang di sana dan bocah itu menuruti ucapan ibunya. Bocah itu pun hanya akan berputar-putar di lantai dua. Saat tengah berlari, Xander tersandung kakinya sendiri dan jatuh. Balon yang ia bawa pun terlepas dari tangannya dan terbang. "Balon..." ujar Xander. Xander bangkit dan mengejar balonnya yang terbang. Tapi karena terlalu fokus, ia tak sengaja menabrak kaki seseorang yang tengah melihat salah satu lukisan. Xander menatap dengan takut-takut, ia meremas tangannya sendiri dengan kaki yang bergerak kecil. Sedangkan Devan, pria yang baru saja ditabrak oleh Xander meman

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 51 : Penangkapan Evelyn

    "Psikopat," celetuk Nayra, mengambil alih perhatian si Agen 1 yang terlihat sedikit resah meski ia tampak tenang. "Lo pikir lo jadi orang yang penting di sini?" ujar pria itu. "Jelas bukan, sejak awal kalian berniat menghancurkan suami saya. Sekarang atau bahkan dua puluh satu yang lalu, tujuan kalian sama. Segitu besarnya keinginan kalian untuk mengambil alih Wiratama Group sampai-sampai nyawa orang lain tidak ada harganya lagi." "Jalang ini pinter ngomong juga," gumam pria itu. "Wiratama Group... sepertinya itu menjadi impian kalian. Jadi kamu dengarkan baik-baik. Mulai dari sekarang, saya akan menghancurkan impian kalian. Saya pastikan, Wiratama Group akan menjadi penebusan dari pengorbanan suami saya." "Nyonya Muda itu ternyata keren juga ya, Bos," celetuk si Agen 2. Si Agen 1 tak menyahut, ia tak mengalihkan pandangannya dari Nayra, tak pernah sedetik pun seolah menjaga keselamatan Nayra adalah prioritas utamanya saat ini. "Anda memanggil saya ke sini, itu berarti an

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 50 : Melindungi Dia Yang Mulai Berharga

    Pagi itu Nayra mengunjungi ibunya di kantor. Menjalani harinya tanpa Damian, kini Nayra menjadi wanita yang lebih mandiri. Ia mulai bersikap tegas pada lingkungan tempat ia berada. "Mama sudah dengar." Nadine membuka pembicaraan begitu keduanya duduk berhadapan. "Suami kamu diberhentikan dari jabatannya," lanjut Nadine. Nayra mengangguk. "Kamu menerima begitu saja?" "Memangnya aku harus gimana, Ma. Aku cuma seorang menantu. Damian juga belum siuman. Aku rasa ini juga bukan kemauan papa. Aku pikir Julian juga menekan papa." "Mama mendengar itu dari Pak Raymond, jika suami kamu nggak akrab dengan keluarganya." Nayra kembali mengangguk. "Itu sebabnya grandpa melarang mereka jenguk Damian." "Kamu yang sabar, kamu harus lebih kuat. Mama yakin Damian pasti akan segera siuman. Kamu nggak perlu memikirkan tentang pemecatan suami kamu. Setelah suami kamu pulih, bawa dia ke Salim Group. Sejak awal perusahaan ini adalah milik kamu, Nayra. Kamu sudah cukup ukur dan memiliki suami. Sudah wa

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Ban 49 : Sebuah Bencana

    Sebuah tangan meraih ponsel yang berada di dalam laci. Sejenak jarinya bergerak di atas layar, menelusuri daftar kontak hingga ia menemukan kontak bernama 'Administrator'. Sebuah panggilan dilakukan. Tangannya terangkat, mendekatkan ponsel itu ke telinga. Tiga minggu sejak insiden kecelakaan, kini Nayra sudah bisa beraktivitas dengan normal. Tapi Damian justru masih berbaring di ranjang dalam keadaan tak sadarkan diri. Setelah bertanya pada John dan mengetahui sedikit identitas dari sang administrator, Nayra mencoba untuk menghubungi orang itu. Ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi meski saat ini sang sopir truk tengah menjadi buronan polisi. Nayra tak bisa sepenuhnya percaya pada polisi terlebih mereka terkesan tak acuh pada kasusnya. Telepon tersambung dan orang di seberang langsung menyahut. "Masih hidup?" Sebuah pertanyaan yang terdengar sarkas, suara orang itu terdengar masih muda. "Mari kita bertemu," ujar Nayra tanpa basi-basi. "Siapa?" "Istri Damian Sylvester. Saya

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 47 : Bujukan Untuk Kembali

    Nayra turun kala langit sore mulai membentang. Akan tetapi langkahnya terhenti ketika ia melihat Julian berjalan naik. Tak ingin menghindar, Nayra tetap berdiri di tempatnya, membiarkan Julian yang melewatinya. Tapi Julian justru berhenti tepat di sampingnya. "Gimana kabar kamu, Nayra?" tegur Julian, terlihat sangat suram. Nayra mengangguk. "Baik." "Kamu bahagia? Dengan pernikahan kamu?" Nayra kembali mengangguk. Julian tersenyum tipis. "Sepertinya memang cuma aku yang nggak bisa bahagia. Aku pikir bisa membalas kamu setelah menikahi Evelyn. Tapi ternyata Evelyn justru penipu. Jujur, aku menyesal usah melepaskan kamu." "Kamu bisa berhenti bicara tentang masa lalu," sahut Nayra. "Aku tahu aku salah. Tapi kesalahan yang aku perbuat itu karena aku putus asa. Setiap hari, penyesalan ini semakin menyiksa. Aku sadar kalau aku belum siap untuk melepaskan kamu." Nayra bungkam, merasa ucapan Julian konyol. Tapi jika saja ia tidak tahu keburukan Julian sebelumnya, ia pasti akan

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 46 : Mulai Berkuasa

    Julian duduk termenung di dekat kolam sembari menikmati sebatang rokok. Sebenarnya ia bukan perokok, tapi situasi ini membuatnya frustasi sehingga membutuhkan pelampiasan. Julian tiba-tiba tersenyum tak percaya ketika memikirkan situasi yang terjadi saat ini. "Bajingan itu," gumam Julian. Julian mengedarkan pandangannya dan tak sengaja menemukan Nayra yang berjalan seorang diri. Dari balik kaca transparan, Julian memperhatikan Nayra dengan intens. Tentu saja masih ada sedikit penyesalan di hatinya untuk wanita itu. Bertahun-tahun ia menjaga Nayra, tapi wanitanya justru dirusak oleh orang lain. "Sial, dia masih terlihat cantik," gumam Julian. Nayra berjalan menjauh. Seolah masih belum cukup untuk memandangi Nayra, Julian justru melangkahkan kakinya mengikuti arah yang dituju oleh Nayra. Julian tiba di ambang pintu dapur. Satu langkah ia ambil dan ia bisa melihat Nayra berdiri di balik meja. Tak begitu lama memandangi mantan istrinya yang kini sudah berstatus sebagai kakak iparnya,

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 45 : Aturan Tetap, Tuan Rumah Berkuasa

    "Mama! Mama!!!" Julian berteriak saat memasuki rumah, membuat Veronica datang dengan langkah terburu-buru. "Julian, ada apa?" "Papa benar-benar keterlaluan, Ma! Keterlaluan!" Julian kembali berteriak melampiaskan amarahnya. "Ceritakan ke mama, ada apa sebenarnya?" "Di kantor, Ma. Papa tadi mengumumkan kalau Damian naik jabatan menjadi Wakil Presdir!" Veronica terperangah. "Gila, kan, Ma! Setelah rumah, sekarang perusahaan. Sekalian aja kasih semuanya ke orang cacat itu. Aku jadi kayak nggak guna. Padahal aku yang udah bantuin papa selama ini. Tapi aku nggak dianggap sama sekali." "Itu hanya pemikiran kamu," Suganda menyahut dari belakang. Ia menghampiri anak serta istrinya. "Mas, kamu jangan keterlaluan. Dulu kamu menelantarkan Damian, tapi kenapa sekarang justru kamu sanjung-sanjung seolah-olah kamu hanya punya satu anak." "Itu tidak benar. Papa punya alasan atas tindakan papa." "Alasan apa, Pa? Alasan karena Papa kasihan dengan anak Papa itu?" sarkas Julian. "Jika papa t

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status