Share

Bab 6 : Obsesi Sang Psikopat

Penulis: Backin_parade
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-04 20:20:13

Damian menghampiri Nayra dan langsung menarik tangan wanita itu.

"Sekali lagi, kamu yang datang ke tempat saya."

"Saya calon adik ipar kamu."

"Silakan kamu menikah dengan Julian, itu bukan urusan saya."

Ingin rasanya Nayra melakukan sesuatu pada wajah Damian yang arogan itu. Tapi kini tangannya justru gemetar karena ketakutan.

"Apa mau kamu sebenarnya? Kita tidak pernah saling kenal sebelumnya."

"Saya? Saya hanya ingin mengambil milik saya."

"Saya bukan milik kamu!" tandas Nayra.

"Tapi tubuh kamu milik saya."

"Psikopat gila!"

Nayra menepis kasar tangan Damian. Tangan Damian kemudian merogoh saku celana, mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang di hadapan Nayra. Nayra tak peduli, ia membuka pintu dengan kasar.

"Julian..."

Pergerakan Nayra terhenti, ia menoleh ke tempat Damian.

"Ini saya..."

Damian tersenyum tipis seolah tengah ingin mengejek Nayra.

"Saya hanya ingin bilang—"

Ucapan Damian terhenti ketika Nayra kembali menutup pintu dan mendekatinya. Damian kemudian mencondongkan tubuhnya, memposisikan wajahnya berhadapan langsung dengan wajah tertekan Nayra. Sekali lagi ia tersenyum, seolah tengah bermain teka-teki tentang apa yang ia inginkan.

Tangan Nayra yang gemetar terangkat, meraih tali yang mengikat bathrobe yang dikenakan oleh Damian. Ia tahu apa yang diinginkan oleh pria itu. Ia tahu ancaman itu tidak akan berakhir sampai di sana. Tapi Nayra tak ingin hancur seperti ini. Ia belum siap jika Julian harus tahu sekarang. Nayra menarik tali bathrobe itu hingga terbuka. Sebuah seringaian kemudian muncul di wajah Damian.

"Istri kamu..."

Nayra meraih wajah Damian, memejamkan matanya dan mencium bibir pria itu.

"Dia cantik."

Damian tersenyum, membuang ponselnya ke lantai dan menggunakan tangannya untuk menahan salah satu rahang Nayra. Ia mendorong tubuh Nayra hingga menempel pada pintu. Meraup bibirnya yang manis, memagutnya dengan rakus seolah-olah apa yang ada pada wanita itu adalah miliknya.

Ketika keduanya kembali bertemu pandang, Damian kembali tersenyum dan seolah berbicara dengan matanya hingga Nayra berjalan menuju ranjang. Damian memungut ponselnya, melihat sambungan telepon sudah berakhir. Ia menyusul Nayra sembari membuang bathrobe yang masih tersangkut di bahunya. Ponsel terlempar ke atas ranjang, Damian duduk di tepi ranjang dan menarik pinggang Nayra sehingga wanita itu duduk menyerong di atas pangkuannya.

"Mau bagaimana lagi. Kita sudah memulai, mustahil untuk diakhiri."

Damian menyingkirkan rambut yang menutupi leher Nayra. Ia kemudian menenggelamkan wajahnya pada leher Nayra. Menghirup aroma tubuh wanita itu yang terasa manis, menyapukan permukaan bibirnya pada kulit leher yang membuat Nayra bereaksi.

Tubuh Nayra tersentak ketika ia merasakan gigi Damian menyapa lehernya, menyematkan tanda kepemilikan di sana. Namun, ketika Damian lengah, Nayra meraih dasi pria itu yang tergeletak di tepi ranjang.

Damian kembali memandang Nayra dengan tatapan yang lebih lembut. "Hati saya sedang kacau, kamu harus menghibur saya."

Satu tangan Nayra menyentuh dada Damian, bergerak ke atas dengan lembut. Sedikit dorongan Nayra berikan hingga Damian dengan suka rela berbaring di ranjang. Tapi saat itulah Nayra tiba-tiba melilitkan dasi yang ia ambil pada leher Damian dan langsung mencekik pria itu. Nayra sengaja menduduki perut Damian untuk menghalangi pergerakan laki-laki itu.

"Kamu pikir saya perempuan murahan yang akan selalu melayani kamu setiap kamu butuh! Dasar psikopat gila!"

Nayra menarik dua ujung dasi itu ke arah berlawanan dengan kuat. Mulanya Damian melawan, tapi setelahnya ia justru tertawa meski lehernya sedang tercekik dan kesulitan untuk bernapas. Nayra berusaha tak peduli, justru menganggap itu sebagai kesempatan. Nayra terus mencekik Damian hingga Damian terbatuk karena kehabisan napas. Tapi tetap saja, meski seperti orang terkena asma, Damian tetap tertawa.

Nayra kemudian menghentikan aksinya, merasa heran dengan orang gila di hadapannya dan lilitan pada leher Damian otomatis melonggar. Pria itu memandang Nayra dengan sisa senyum tipis di wajahnya.

"Tidak jadi bunuh saya? Kalau saya tidak mati hari, kamu akan menyesal. Selagi ada kesempatan, silakan bunuh saya."

Tangan Nayra sedikit gemetar. Tak peduli seberapa besar keinginannya untuk menyingkirkan Damian, ia tidak berani untuk membunuh orang.

"Tolong biarkan saya pergi."

"Kalau kamu pergi seperti ini, saya akan menderita sendirian. Bunuh saya jika kamu mau."

Air mata tiba-tiba terjatuh dan membasahi dada Damian. Nayra tak menangis, hanya saja ia tengah putus asa dan ketakutan. Ia ingin membunuh pria itu tapi ia tak memiliki keberanian untuk melakukan hal itu. Ia ingin pria gila berhenti menjadi gila.

"Aneh, kamu justru terlihat cantik saat menangis."

Tangan Nayra yang gemetar terangkat dan menampar wajah Damian, bukan hanya sekali tapi tiga kali dengan tamparan yang keras seolah ia tengah berusaha untuk menyadarkan pria gila itu.

"Kalau Julian tahu, kamu akan mati," ujar Nayra dengan putus asa.

"Bukan saya, tapi Julian yang akan mati. Kamu pikir saya belum pernah membunuh orang?" Sudut bibir Damian tersungging.

"Keturunan terakhir keluarga Sylvester bukan orang suci."

Damian langsung bangkit, hampir membuat Nayra terjatuh ke belakang jika saja Damian tidak segera meraih pinggang wanita itu. Damian menarik dasi di lehernya dan membanting Nayra ke samping menggunakan satu tangannya. Ia kemudian mengangkat kedua tangan Nayra di atas kepala lalu mengingatnya.

"Kamu tidak sadar, saya tinggal lama di luar negeri."

Keduanya sempat terdiam dan saling pandang hingga getar ponsel Damian mengalihkan perhatian pria itu. Damian meraih ponselnya, tapi kala itu Nayra beringsut ke samping, mengambil vas bunga. Dan saat Damian kembali menghadap ke arahnya, Nayra langsung menghantamkan vas bunga itu pada kepala Damian. Membuat ponsel di tangan Damian terjatuh.

Nayra tampak kaget ketika vas bunga di tangannya hancur setelah mengenai kepala Damian. Ia tidak memiliki niat untuk mencelakai Damian, ia hanya ingin memberikan rasa sakit agar perhatian pria itu teralihkan. Darah segar tiba-tiba mengalir ke bagian samping wajah Damian, darah yang lumayan banyak dan pada akhirnya membuat Nayra panik.

"D-Damian?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 7 : Menghampiri Kehancuran Yang Sama

    Damian menunduk dan memegangi kepalanya. Darah yang mengalir di sela tangannya kemudian menetes pada kasur. Nayra kemudian memberanikan diri untuk menyentuh bahu pria itu."D-Damian?""Kamu benar-benar berniat membunuh saya?"Nayra menggeleng. "S-saya antar kamu ke rumah sakit."Nayra bangkit, sedikit ketakutan. Ia meraih kunci mobil di atas nakas dan kemeja di tepi ranjang yang kemudian ia gunakan untuk menutupi punggung Damian. Tiba-tiba menjadi linglung, Nayra melewatkan kesempatan untuk melarikan diri.••••Nayra berjalan beberapa langkah di belakang Damian. Tak ada luka yang serius, Damian memutuskan untuk pulang setelah menerima sedikit perawatan untuk kepalanya.Sekali lagi pandangan Nayra tertuju pada kaki Damian yang cacat. Karena tak sempat membawakan tongkat Damian, kini pria itu terlihat kesulitan untuk berjalan. Terlepas dari perbuatan jahat Damian, Nayra masih bisa merasa iba dengan calon kakak iparnya tersebut. Setelah mempertimbangkan dengan matang, Nayra kemudian mend

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 8 : Jejak Yang Tertinggal

    Nayra membuka matanya ketika dering ponsel terdengar. Dengan intensitas cahaya yang memenuhi ruangan itu membuat mata Nayra refleks memicing. Dengan mata setengah terbuka ia mencari letak ponselnya hingga pendengarannya menangkap pergerakan dari suara itu. Membelakangi cahaya, Nayra membuka matanya lebar-lebar dan tertegun ketika ia menemukan seseorang berbaring tepat di sampingnya. Namun, keterkejutan itu tak bertahan lama ketika ia mengingat semua hal gila yang terjadi semalam.Nayra bangkit, menarik selimut hingga menutupi bagian dadanya karena baik dirinya dan Damian masih dalam keadaan yang sama dengan semalam. Nayra hendak mengambil ponselnya, tapi Damian justru menjauhkan tangannya."Itu punya saya," ujar Nayra dengan dingin.Tersenyum kecil, Damian lantas menyerahkan ponsel itu pada sang pemilik. Sementara wajah Nayra terlihat frustasi ketika ia menemukan nama Julian sebagai sang pemanggil di layar ponselnya."Jangan dijawab, dia mungkin sudah ada di depan rumah kamu," ujar Da

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 9 : Berlindung Di Balik Kebohongan

    Nayra kembali ke Golden Sands Hotel, tepatnya di area parkir bawah tanah. Ia memarkirkan mobil Damian dan alih-alih mengantarkan kunci mobil ke kamar Damian, Nayra justru menaruh kunci tersebut di atas mobil dan pergi begitu saja, tak khawatir jika ada orang yang mencuri mobil mahal tersebut.Dari hotel, Nayra kembali ke rumah menggunakan taksi. Karena suasana hatinya terlalu buruk, Nayra tak menyadari jika ada mobil Julian di halaman. Tak bertemu dengan siapapun, Nayra langsung bergegas ke kamar. Tepat setelah membuka pintu, Nayra langsung melemparkan tasnya dengan kesal. Namun, ia dibuat kaget oleh keberadaan Julian di sana."Julian?"Sebelah alis Julian terangkat, sempat melihat tas yang baru saja terlempar di atas ranjang tepat di samping ia duduk. Ia kemudian berdiri dan Nayra segera menutup pintu lalu berjalan mendekat dengan gugup."K-kamu sejak kapan di sini? Udah lama?"Julian sejenak berdiam diri dan menambah kepanikan di wajah Nayra."Julian.""Kamu dari mana?" Julian balik

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 10 : Alasan Kepulangannya

    Julian kembali setelah jam makan siang berakhir. Karena memiliki janji lain yang mendadak, ia membatalkan janji makan siangnya dengan Nayra.Saat kembali ke ruang kerjanya, Julian dibuat kaget dengan keadaan meja kerjanya yang berantakan. Julian menutup pintu dan jauh lebih terkejut saat melihat siapa orang yang berdiri di dekat jendela kaca besar di ruangannya."Damian?"Terlihat marah, Julian mendatangi Damian."Apa-apaan ini? Apa yang kamu lakukan dengan ruangan saya?!"Damian menyahut dengan santai. "Anggap saja saya baru saja memberikan pelajaran pada seekor tikus kecil yang datang kemari."Julian menatap tak percaya dan berkacak pinggang. "Apa mau kamu? Tujuan kamu datang ke sini itu apa?"Damian tersenyum miring. "Dulu saat saya pergi, kamu masih setinggi ini." Damian mengangkat satu tangannya setinggi pinggang."Dulu saya berpikir, akan jadi seperti apa anak nakal ini jika sudah dewasa. Dan seperti inilah didikan dari wanita itu."Julian merasa terhina. "Keluar kamu dari ruan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 11 : Berakhir Dalam Semalam

    Julian buru-buru memasuki rumah Nayra. Sepulang dari kantor ia langsung bergegas ke sana."Ma," tegur Julian pada ibu Nayra."Julian, kamu datang?""Nayra gimana, Ma?"Ibu Nayra menggeleng. "Dia masih belum mau keluar dari kamar, dia juga nggak mau makan dari pagi.""Ya udah, aku coba lihat Nayra dulu."Julian bergegas ke kamar Nayra. Beberapa hari terakhir Nayra bersikap aneh dan Julian menyadari perubahan itu. Bahkan beberapa hari terakhir mereka jarang berkomunikasi. Nayra juga lebih sering mengurung diri di dalam kamar.Julian membuka pintu, menemukan Nayra duduk tertelungkup di atas ranjang."Sayang."Julian langsung menghampiri Nayra. Duduk di tepi ranjang, Julian langsung memegang kedua kedua pundak Nayra."Kamu nggak sakit, kan? Nggak apa-apa, kan? Aku denger dari mama katanya kamu nggak mau keluar kamar. Kamu ada masalah apa?"Dengan wajah yang terlihat sedikit pucat, Nayra terdiam memandang Julian. Sorot matanya tak lagi menunjukkan minat. Kepercayaan dirinya sudah hilang, i

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 12 : Pengkhianatan Yang Tersembunyi

    "Saya adalah orang yang menghamili wanita ini!"Ucapan Damian menjadi babak terakhir dari kejutan di malam resepsi pernikahan pengantin baru itu sekaligus kehancuran bagi Nayra yang sebenarnya."Damian, apa maksud kamu?" tegur Suganda, menyampaikan pertanyaan semua orang.Damian sejenak memandang Nayra lalu berbicara. "Jika wanita ini memang hamil, maka bayi yang berada di perutnya sudah pasti anak saya.""Bajingan," gumam Veronica tak percaya. "Bagaimana kalian bisa—"Veronica tak bisa melanjutkan, semua orang pasti terkejut. Kapan tepatnya mereka bertemu dan semua ini terjadi.Tawa kecil Julian kemudian menarik seluruh perhatian. Tampak sangat jelas di wajahnya bahwa dia adalah orang yang tersakiti di tempat itu."Dia..." Julian berbicara pada Nayra sembari menunjuk Damian."Bajingan ini yang menghamili kamu? Orang pincang ini... orang cacat ini!" Suara Julian meninggi, menunjukkan seberapa besar kemarahannya saat ini.Ibu Nayra sempat memegangi kepalanya. Tak lagi mampu mendengarka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 13 : Hanya Dua Ilihan

    Damian keluar dari kamar mandi, menemukan Nayra yang masih duduk di lantai, tepatnya di dekat ranjang. Sejak tiba di sana, seperti itulah posisi Nayra. Tangisnya sudah berhenti sejak Damian membawanya, tapi kini hanya ada penyesalan dalam sorot matanya yang sayu.Seseorang mengetuk pintu, Damian bergegas menuju pintu dan sempat berbicara dengan seseorang sebelum menutup pintu kembali dengan membawa kotak kecil di tangannya. Damian mendekati Nayra dan melemparkan kotak yang ia bawa ke lantai tepat di hadapan Nayra. Menunjukkan perhatiannya yang setengah hati dengan memberikan kotak obat agar Nayra mengobati luka goresan di wajah serta sudut bibirnya. Akan tetapi, Nayra tetap bergeming.Sempat berdiam diri, Damian menarik kursi ke hadapan Nayra dan duduk di sana. Mungkin karena kondisi kakinya ia tak ingin duduk di lantai atau mungkin harga dirinya yang terlalu tinggi untuk mengerti situasi.Damian kemudian meraih kotak obat itu dan menarik dagu Nayra agar wanita itu mengangkat wajah.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 14 : Pelarian Yang Gagal

    "Berikan saya uang dan kamu tidak perlu bertanggungjawab atas apapun yang terjadi pada saya," ujar Nayra dengan tegas ketika keduanya berdiri berhadapan di dalam kamar hotel.Seulas senyum tipis tersungging di bibir Damian. "Sepertinya kamu belum paham.Satu tangan Damian yang terbebas terangkat menyentuh perut Nayra. Refleks Nayra melangkah mundur. Namun, kakinya menabrak ranjang hingga ia jatuh terduduk di atas ranjang.Damian mendekat, satu kakinya terangkat ke ranjang hingga Nayra refleks mencondongkan tubuhnya ke belakang dengan kedua tangan yang bertumpu pada ranjang.Pandangan Damian turun ke perut Nayra, ia kembali memegang perut wanita itu tanpa ada perlawanan dan barulah ia kembali memandang Nayra."Apa yang hidup di sini, adalah milik saya."Nayra mengambil napas dalam. Ia selalu merasa kesulitan untuk bernapas setiap kali Damian mengintimidasinya seperti ini.Tangan Damian kemudian beralih memegang dagu Nayra, laki-laki itu kembali memberikan peringatan."Akan lebih baik j

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22

Bab terbaru

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 54 :

    Sagara membuka pintu kamar dan menemukan Sahira masih terjaga."Belum tidur?""Aku nunggu kamu, Pa."Sebelah alis Sagara terangkat. "Mau bicara sesuatu?"Sahira mengangguk. "Kamu mandi dulu, aku tunggu. Aku udah siapin baju ganti di kamar mandi."Merasa cukup penasaran, Sagara pun bergegas mandi. Kurang dari sepuluh menit Sagara sudah keluar dan sudah mengenakan baju tidur."Kamu mau bicara apa?" Sagara naik ke ranjang menyusul Sahira."Soal Rasya.""Kenapa sama Rasya? Dia mau tanggal pernikahan diundur.""Bukan itu. Valerie, kan liburan ke Batam.""Terus?""Dia ketemu Lira... staycation dengan laki-laki lain."Dahi Sagara mengernyit. "Lira? Lira ada di Batam dengan laki-laki lain? Bukan anak kita?""Kayaknya Valerie sempat berantem sama Lira di Batam. Tadi dia itu datang langsung ngamuk-ngamuk.""Kok bisa-bisanya Lira liburan sama laki-laki lain padahal sebentar lagi akan menikah. Sebentar, handphone papa mana. Biar papa labrak bapaknya!"Sagara bangkit, buru-buru mencari ponselnya u

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 53 : Penyesalan Untuk Kembali

    Tengah malam itu Veronica menginjakkan kaki di ruang tamu, berniat pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Tapi ia justru melihat Damian tengah duduk di ruang tamu sendirian. Awalnya Veronica berniat mengabaikan Damian, tapi saat kembali, ia justru mendatangi Damian. "Kamu bisa menganggap ini sebagai rumah kamu, tapi kamu juga harus mempedulikan kenyamanan orang lain yang tinggal di sini," tegur Veronica. Damian mengarahkan pandangannya pada Veronica dan menyahut dengan santai. "Orang yang tinggal di sini seharusnya lebih tahu diri dan menghormati pemilik rumah." Veronica menatap tak percaya. "Sampai kapan kamu akan menganggap bahwa kamu berkuasa di sini? Rumah ini bukan apa-apa. Ini hanya rumah tua yang tidak ada nilainya." "Jika begitu kenapa begitu sulit bagi anda untuk angkat kaki dari sini?" sarkas Damian yang sejenak berhasil membungkam Veronica. "Masa jabatan anda sebagai nyonya di rumah ini sudah berakhir, seharusnya anda cukup tahu malu untuk tetap bertahan di sini." V

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 52

    Xander meninggalkan ruang kerja Athena untuk bermain kala ibunya tengah bekerja. Dengan sebuah balon yang diikat pada tali, Xander berlari mengelilingi lantai dua dari bangunan galeri seni tersebut. Karena pada hari-hari biasa seperti ini tidak banyak orang yang berkunjung, Xander bisa bermain dengan bebas. Meski usianya baru dua tahun, Xander termasuk anak yang patuh. Ia dilarang menyentuh barang-barang yang dipajang di sana dan bocah itu menuruti ucapan ibunya. Bocah itu pun hanya akan berputar-putar di lantai dua. Saat tengah berlari, Xander tersandung kakinya sendiri dan jatuh. Balon yang ia bawa pun terlepas dari tangannya dan terbang. "Balon..." ujar Xander. Xander bangkit dan mengejar balonnya yang terbang. Tapi karena terlalu fokus, ia tak sengaja menabrak kaki seseorang yang tengah melihat salah satu lukisan. Xander menatap dengan takut-takut, ia meremas tangannya sendiri dengan kaki yang bergerak kecil. Sedangkan Devan, pria yang baru saja ditabrak oleh Xander meman

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 51 : Penangkapan Evelyn

    "Psikopat," celetuk Nayra, mengambil alih perhatian si Agen 1 yang terlihat sedikit resah meski ia tampak tenang. "Lo pikir lo jadi orang yang penting di sini?" ujar pria itu. "Jelas bukan, sejak awal kalian berniat menghancurkan suami saya. Sekarang atau bahkan dua puluh satu yang lalu, tujuan kalian sama. Segitu besarnya keinginan kalian untuk mengambil alih Wiratama Group sampai-sampai nyawa orang lain tidak ada harganya lagi." "Jalang ini pinter ngomong juga," gumam pria itu. "Wiratama Group... sepertinya itu menjadi impian kalian. Jadi kamu dengarkan baik-baik. Mulai dari sekarang, saya akan menghancurkan impian kalian. Saya pastikan, Wiratama Group akan menjadi penebusan dari pengorbanan suami saya." "Nyonya Muda itu ternyata keren juga ya, Bos," celetuk si Agen 2. Si Agen 1 tak menyahut, ia tak mengalihkan pandangannya dari Nayra, tak pernah sedetik pun seolah menjaga keselamatan Nayra adalah prioritas utamanya saat ini. "Anda memanggil saya ke sini, itu berarti an

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 50 : Melindungi Dia Yang Mulai Berharga

    Pagi itu Nayra mengunjungi ibunya di kantor. Menjalani harinya tanpa Damian, kini Nayra menjadi wanita yang lebih mandiri. Ia mulai bersikap tegas pada lingkungan tempat ia berada. "Mama sudah dengar." Nadine membuka pembicaraan begitu keduanya duduk berhadapan. "Suami kamu diberhentikan dari jabatannya," lanjut Nadine. Nayra mengangguk. "Kamu menerima begitu saja?" "Memangnya aku harus gimana, Ma. Aku cuma seorang menantu. Damian juga belum siuman. Aku rasa ini juga bukan kemauan papa. Aku pikir Julian juga menekan papa." "Mama mendengar itu dari Pak Raymond, jika suami kamu nggak akrab dengan keluarganya." Nayra kembali mengangguk. "Itu sebabnya grandpa melarang mereka jenguk Damian." "Kamu yang sabar, kamu harus lebih kuat. Mama yakin Damian pasti akan segera siuman. Kamu nggak perlu memikirkan tentang pemecatan suami kamu. Setelah suami kamu pulih, bawa dia ke Salim Group. Sejak awal perusahaan ini adalah milik kamu, Nayra. Kamu sudah cukup ukur dan memiliki suami. Sudah wa

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Ban 49 : Sebuah Bencana

    Sebuah tangan meraih ponsel yang berada di dalam laci. Sejenak jarinya bergerak di atas layar, menelusuri daftar kontak hingga ia menemukan kontak bernama 'Administrator'. Sebuah panggilan dilakukan. Tangannya terangkat, mendekatkan ponsel itu ke telinga. Tiga minggu sejak insiden kecelakaan, kini Nayra sudah bisa beraktivitas dengan normal. Tapi Damian justru masih berbaring di ranjang dalam keadaan tak sadarkan diri. Setelah bertanya pada John dan mengetahui sedikit identitas dari sang administrator, Nayra mencoba untuk menghubungi orang itu. Ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi meski saat ini sang sopir truk tengah menjadi buronan polisi. Nayra tak bisa sepenuhnya percaya pada polisi terlebih mereka terkesan tak acuh pada kasusnya. Telepon tersambung dan orang di seberang langsung menyahut. "Masih hidup?" Sebuah pertanyaan yang terdengar sarkas, suara orang itu terdengar masih muda. "Mari kita bertemu," ujar Nayra tanpa basi-basi. "Siapa?" "Istri Damian Sylvester. Saya

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 47 : Bujukan Untuk Kembali

    Nayra turun kala langit sore mulai membentang. Akan tetapi langkahnya terhenti ketika ia melihat Julian berjalan naik. Tak ingin menghindar, Nayra tetap berdiri di tempatnya, membiarkan Julian yang melewatinya. Tapi Julian justru berhenti tepat di sampingnya. "Gimana kabar kamu, Nayra?" tegur Julian, terlihat sangat suram. Nayra mengangguk. "Baik." "Kamu bahagia? Dengan pernikahan kamu?" Nayra kembali mengangguk. Julian tersenyum tipis. "Sepertinya memang cuma aku yang nggak bisa bahagia. Aku pikir bisa membalas kamu setelah menikahi Evelyn. Tapi ternyata Evelyn justru penipu. Jujur, aku menyesal usah melepaskan kamu." "Kamu bisa berhenti bicara tentang masa lalu," sahut Nayra. "Aku tahu aku salah. Tapi kesalahan yang aku perbuat itu karena aku putus asa. Setiap hari, penyesalan ini semakin menyiksa. Aku sadar kalau aku belum siap untuk melepaskan kamu." Nayra bungkam, merasa ucapan Julian konyol. Tapi jika saja ia tidak tahu keburukan Julian sebelumnya, ia pasti akan

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 46 : Mulai Berkuasa

    Julian duduk termenung di dekat kolam sembari menikmati sebatang rokok. Sebenarnya ia bukan perokok, tapi situasi ini membuatnya frustasi sehingga membutuhkan pelampiasan. Julian tiba-tiba tersenyum tak percaya ketika memikirkan situasi yang terjadi saat ini. "Bajingan itu," gumam Julian. Julian mengedarkan pandangannya dan tak sengaja menemukan Nayra yang berjalan seorang diri. Dari balik kaca transparan, Julian memperhatikan Nayra dengan intens. Tentu saja masih ada sedikit penyesalan di hatinya untuk wanita itu. Bertahun-tahun ia menjaga Nayra, tapi wanitanya justru dirusak oleh orang lain. "Sial, dia masih terlihat cantik," gumam Julian. Nayra berjalan menjauh. Seolah masih belum cukup untuk memandangi Nayra, Julian justru melangkahkan kakinya mengikuti arah yang dituju oleh Nayra. Julian tiba di ambang pintu dapur. Satu langkah ia ambil dan ia bisa melihat Nayra berdiri di balik meja. Tak begitu lama memandangi mantan istrinya yang kini sudah berstatus sebagai kakak iparnya,

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 45 : Aturan Tetap, Tuan Rumah Berkuasa

    "Mama! Mama!!!" Julian berteriak saat memasuki rumah, membuat Veronica datang dengan langkah terburu-buru. "Julian, ada apa?" "Papa benar-benar keterlaluan, Ma! Keterlaluan!" Julian kembali berteriak melampiaskan amarahnya. "Ceritakan ke mama, ada apa sebenarnya?" "Di kantor, Ma. Papa tadi mengumumkan kalau Damian naik jabatan menjadi Wakil Presdir!" Veronica terperangah. "Gila, kan, Ma! Setelah rumah, sekarang perusahaan. Sekalian aja kasih semuanya ke orang cacat itu. Aku jadi kayak nggak guna. Padahal aku yang udah bantuin papa selama ini. Tapi aku nggak dianggap sama sekali." "Itu hanya pemikiran kamu," Suganda menyahut dari belakang. Ia menghampiri anak serta istrinya. "Mas, kamu jangan keterlaluan. Dulu kamu menelantarkan Damian, tapi kenapa sekarang justru kamu sanjung-sanjung seolah-olah kamu hanya punya satu anak." "Itu tidak benar. Papa punya alasan atas tindakan papa." "Alasan apa, Pa? Alasan karena Papa kasihan dengan anak Papa itu?" sarkas Julian. "Jika papa t

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status