Share

Malam Pertama Di Hari Perpisahan
Malam Pertama Di Hari Perpisahan
Penulis: Stary Dream

Bab 1

Penulis: Stary Dream
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-31 05:10:27

"Selamat pagi, Pak Amar. Saya ingin mengabarkan bahwasanya persidangan baru saja selesai. Anda sudah resmi bercerai. Selamat.."

Amar menerima telpon dari pengacara perceraiannya. Dia baru saja terbangun dari tidur.

"Ya Tuhan.. sudah jam 10," 

Amar melirik jam yang ada di dinding kamarnya.

Dia lalu menaruh ponselnya kembali ke atas nakas.

"Persidangan? Bercerai?" 

Amar yang belum sadar secara penuh mencoba mengingat-ngingat semuanya.

"Astagaa!! Hari ini adalah harinya!!"

Hari ini adalah hari perceraian Amar dan Raina setelah menjalani biduk rumah tangga yang baru menginjak 6 bulan. Amar bertekad bulat untuk menceraikan Raina. Tak perlu mediasi. Cukup sidang satu kali saja dan tak ada pembagian harta gono gini.

Raina tak berhak atas harta yang Amar miliki.

Amar juga sudah mengutus pengacara perceraiannya untuk mengurus semuanya sehingga dia tidak perlu repot untuk hadir. Dia sudah muak dengan pernikahan ini!!

Setelah ingatannya terkumpul sempurna, sontak Amar menoleh ke arah samping.

Kosong.

Sudah tak ada lagi wanita itu berbaring disana.

Dia lalu menuju kamar mandi berharap wanita itu masih berada disana. Tapi, kosong.

Amar lalu keluar menuju keluar kamarnya, menyelusuri ruang tamu, ruang keluarga dan berakhir di dapur tempat wanita itu biasanya menyepikan diri.

Tapi raganya pun tak terlihat.

Amar kembali mencoba mencari ke halaman belakang, mungkin saja wanita itu sedang menjemur pakaian. Tapi hanya ada mbok Darti, asisten rumah tangganya yang sedang disana.

Dia lalu berlari ke halaman depan, berharap wanita itu sedang menyiram tanaman yang dirawatnya dengan sepenuh hati. Tapi, bunga-bunga tersebut tampaknya kering karena mulai dilumat sinar mentari.

Amar terduduk di sofanya dengan lesu. Kemanapun dia berkeliling di rumah besarnya ini, wanita itu tak ditemukan.

"Jadi, dia benar-benar sudah pergi..." ucap Amar lemah.

Dia lalu mengacak-acak rambutnya dan berakhir mengusap wajah tampannya.

Ingatannya kembali pada kejadian tadi malam...

***

"Sepertinya kau sangat bahagia," ketus Amar mengejutkan Raina yang sedang mengelap gelas dan piring di meja makan.

Padahal gelas dan piring itu sudah bersih. Tapi, Raina sangat suka mencuci dan mengelapnya kembali.

Raina menatap suaminya itu dengan tatapan kosong. Enggan menjawab.

"Aku sangat bahagia karena besok hari perceraian kita. Aku bisa bebas dari cengkramanmu!"

Tak ada jawaban. Hening. Seperti biasa, Raina tak pernah menanggapi gerutuan Amar.

Amar yang kesal dengan sikap Raina yang mengacuhkannya menjadi naik pitam. 

"Kau pasti juga merasa bahagia! Karena setelah ini kau akan kembali ke lelaki itu, kan?? Lelaki selingkuhanmu!!!" Geram Amar kepada Raina.

Raina menaruh gelas yang baru dilapnya di atas meja dengan cukup keras lalu memandang Amar sekilas. Tapi, dia tak mau berdebat. 

Raina lebih memilih menyusun gelas yang sudah dibersihkannya itu di tatakan.

Tak tahan dengan kesombongan Raina. Amar menarik tangan istrinya itu dengan kasar sampai gelas tersebut jatuh dari tangan Raina.

Amar tak perduli gelas itu pecah atau tidak. Dia tetap menarik Raina dan menguncinya di dalam kamar. Kamar yang seharusnya menjadi kamar mereka tapi sayangnya Amar tak pernah mengizinkan Raina untuk masuk kedalamnya.

Dengan kasar, Amar mendorong Raina sesampainya mereka di kamar itu.

"Katakan padaku, Raina!! Apa kau senang sekarang??!!!!" Ucap Amar dingin.

Dia kembali mengambil Raina yang hampir terdorong jatuh dan mencengkram lengannya dengan kasar.

Raina menahan sakit karena cengkraman kuat dari Amar. Tapi dia tetap tak bersuara.

"Kau pasti sangat bahagia karena besok kau akan bebas, kan??" Dinginnya suara Amar mengoyak-ngoyakkan hati Raina. 

Dengan kasar Amar mencengkram kembali lengan Raina dan menghempaskannya begitu saja ke sudut tempat tidur. Kepala Raina hampir saja terbentur dengan sudut tempat tidur yang lancip itu.

"Wanita murahan!!!!" Hardik Amar.

"Harusnya dari awal aku sudah menceraikanmu!! Ah tidak! Seharusnya kita memang tidak perlu menikah!! Kau telah menghancurkan hidupku, Rainaa!!!!"

Air mata mulai jatuh dari pelupuk mata wanita malang itu. Dia lalu bangkit dan memandang suaminya.

"Cukup, mas.. tolong jangan menghinaku lagi! Besok kita akan berpisah.. aku ingin berpisah dengan baik-baik..," lirih Raina.

Amar terkekeh sinis.

"Baik-baik?? Bagaimana kita bisa berpisah baik-baik sedangkan kau bukan wanita yang baik!!"

Raina menatap sedih suaminya itu.

"Katakan padaku, Raina?? Sudah berapa kali kau melayani lelaki itu? Sudah berapa kali kau menyerahkan tubuhmu pada lelaki itu???

Kau memang jalang!!"

"Astaghfirullah..." 

Raina terpekik sedih. 

"Cukup, mas! Aku mohon jangan hina aku lagi!! Aku sudah tidak sanggup!" Pinta Raina.

Amar menggeleng dengan tatapan dinginnya.

"Kau memang sudah hina di mataku, Raina!!"

"Terserah apa katamu, mas..," jawab Raina yang batinnya sudah lelah.

"Apa yang aku katakan kamu pasti tidak akan percaya..,"

Raina lalu pergi melewati Amar namun lengan wanita itu kembali di tahan dan tubuhnya di hempaskan begitu saja di atas tempat tidur.

Amar lalu menelungkup di atas tubuh wanita yang masih menjadi istri sahnya itu. Kedua tangannya mencengkram tangan Raina.

"Aku sangat membencimu, Raina!!"

Amar menatap tajam Raina.. dengan amarah bercampur rasa jijik yang luar biasa. Raina meronta untuk dilepaskan tapi tangannya di cengkram dengan kuat.

"Lepaskan aku, mas!! Kamu menyakitiku..," pinta Raina memelas. Air mata kembali mengalir di wajahnya.. ikut membasahi hijab biru muda yang sedang dipakainya.

"Aku menyakitimu??" Tanya Amar sambil mengernyitkan dahinya.

"Kau yang menyakitiku, Raina!!! Sekarang coba ceritakan! Apakah kau menikmati saat berhubungan dengan lelaki itu??!! 

Kau kejam sekali padaku, Raina!! Apa kurangnya aku untukmu!!!" Hardik Amar tepat di depan wajah Raina.

Raina terperangah melihat kemarahan suaminya. Ia ingin membantah, tapi ia tau semua tidak akan gunanya. Amar tak akan mempercayainya.

"Dan malam ini.. malam terakhir kita.. aku ingin mengambil apa yang harusnya menjadi hakku!!" Ucap Amar dingin.

Raina terkejut dengan ucapan suaminya.

Amar ingin mengambil haknya dari Raina. Tepat di malam perpisahan mereka.

"Jangan, mas.." pinta Raina menahan tangis sambil mencegah Amar merobek bajunya.

Amar mendesis dingin. "Kenapa? Kau lebih suka disentuh oleh selingkuhanmu itu dibanding aku?!"

Amar menepis tangan Raina dengan kasar. Dia mengambil haknya dengan kejam. Setiap Raina meronta untuk melawan, Amar akan memukulinya.

Tidak ada kelembutan.

Raina menangis tersedu-sedu karena perlakuan yang ia dapatkan. Ia tak menyangka malam pertama melayani suaminya menjadi seperti ini.

Amar begitu kasar padanya. Entah berapa ratus kali cacian dilontarkan pada wanita itu.

Dia merasa sudah diperkosa oleh suaminya sendiri, walaupun di pertengahan ia merasa Amar mulai melunak kepadanya.

Raina lalu memiringkan tubuhnya ketika semua selesai. Ia menutup matanya sambil menangis dengan lirih.. badannya terasa remuk. Entah luka seperti apa lagi yang muncul ditubuhnya.

Rasanya tamparan Amar waktu itu masih ada bekasnya. Dan dia yakin, tubuhnya saat ini pasti banyak lebam. Karena barusan Amar menyiksanya seperti seekor binatang.

Raina menutup matanya dengan rapat.. berharap waktu cepat berjalan.. agar ia bisa terpisah dari lelaki ini..

Lelaki yang dulu sangat mencintainya, tapi kini berubah menjadi monster yang mengerikan karena kesalahan yang tak pernah Raina lakukan..

#Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 2

    Ponsel Amar terus berdering dari tadi. Amar yang sedang gundah menolak panggilan itu. Sampai akhirnya ponsel itu kembali bergetar tapi tak sehebat tadi.Sebuah notif muncul di jendela ponselnya.'Kamu kemana sih sayang?''Ngomong-ngomong tadi aku menghubungi pengacaramu.. selamat ya.. kamu sudah resmi bercerai..''Aku sudah tidak sabar lagi menanti hari pernikahan kita!!'Pesan berantai itu masuk ke ponsel Amar. Amar hanya membacanya dari jendela ponsel, sudah pasti pengirimnya dari Ditha.Wanita yang sudah menjalani hubungan kurang lebih tiga bulan dengannya. Amar mengatakan kepada Raina bahwa Ditha itu kekasihnya. Sebenarnya tujuan Amar mengencani Ditha hanya untuk melihat reaksi Raina saja. Tidak lebih.Tapi karena Ditha memang terobsesi kepadanya semenjak lama, mau tak mau Amar menyambut gayung cinta darinya. Walaupun hatinya ragu apakah dia benar-benar mencintai Ditha.. atau w

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-31
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 3

    Adzan subuh berkumandang, Raina yang terus terjaga semalaman membangunkan dirinya pelan-pelan. Tulangnya remuk, badannya hancur. Sakit dirasakan disekujur tubuhnya.Perlahan dia terduduk dan menoleh ke sisinya. Lelaki yang dicintainya itu tengah tertidur pulas dengan dengkuran halus yang terdengar dari mulutnya. Amar tertidur sambil menghadapnya.Raina menatap lelaki itu dengan sedih.Teman masa kecilnya, cinta pertamanya yang terkenal lembut dan penuh dengan kasih sayang kini telah berubah menjadi lelaki dewasa yang sangat kasar dan kejam.Hanya butuh beberapa jam saja, mereka berdua sudah resmi berpisah karena hari ini adalah hari perceraian mereka.Dengan tertatih Raina keluar dari rumah itu. Rumah yang sudah ditempatinya selama enam bulan. Rumah yang menyimpan banyak kenangan buruk.Sambil menyusuri jalanan yang masih sepi dengan rasa dingin yang menusuk tulang. Raina melangkahkan kakinya tanpa tahu kemana dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 4

    Samar-samar Raina membuka matanya. Bau khas alkohol dan antiseptik bercampur membelai hidungnya.Tirai putih, suara berisik dari luar menyadarkan dirinya."Mbak, sudah sadar?" Tanya seorang wanita yang memakai jas dokter.Raina menatap wanita itu dengan nanar. Dimana sekarang dia berada?"Mbak berada di igd rumah sakit. Tadi ada warga yang menemukan mbak pingsan di pinggir jalan.Sesuai kartu identitas, apakah benar nama anda Raina Afifah?" Tanya dokter wanita itu."Benar dok..," jawab Raina lemah."Saya sudah memeriksa anda. Tensi anda dan kadar gula darah anda tadi sangat rendah. Oleh karena itu kami memasang infus di tangan anda. Sekarang apakah ada keluhan lainnya?"Raina tampak berpikir sebentar. "Kepala saya sakit sekali dok..,""Baik.. lalu apa lagi?""Sepertinya itu saja dok.." jawab Raina masih lemah."Apa saya boleh berta

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 5

    Ditha tergesa-gesa masuk ke rumah Amar sambil mendorong Mbok Darti yang membukakan pintu untuknya."Ada apa ini?" Tanya Amar kepada Ditha yang sikapnya begitu kasar pada pembantunya."Ada hubungan apa kamu dengan Aurel?" Tanya Ditha tajam. Kobaran api terlihat dari manik matanya."Aurel? Aurel siapa??" Tanya Amar bingung."Ada hubungan apa kamu dengan Aurel???!!" Tanya Ditha kembali dengan intonasi yang tinggi."Kamu sudah gila, ya!!! Kamu datang kemari tiba-tiba dan bertanya mengenai Aurel!! Aurel siapaaa???!!" Balas Amar dengan nada tinggi yang sama."Aurellie!! Rekan kerja kita dulu di perusahaan!!" Ucap Ditha tak sabar.Amar mengingat Aurellie mana yang dimaksud Ditha."Oh, perempuan itu. Aku tidak ada hubungan dengannya." Jawab Amar santai."Bohong kamu!! Terus foto itu apa maksudnya??""Foto apalagi sih? Apa maksudmu?" Tanya Amar yang mulai lel

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 6

    "Kenapa?" Tanya Aurellie kepada Amar yang terus memegang kepalanya.Amar baru saja terbangun dari tidurnya. Kepalanya masih sangat berat bak dihantam batu."Kepalaku sakit, aku harus ke dokter.." ucap Amar sambil menahan nyeri.Amar membuka selimutnya dan ia terkejut dengan tubuhnya yang polos tak memakai apapun. Tapi karena sakit kepala yang benar-benar dirasakannya. Dia tak perduli.Pikirannya saat ini harus ke rumah sakit dan bertemu dokter."Bodoh!!" Kutuk Amar setelah ia mengingat semuanya."Kenapa aku sama sekali tidak mencurigai semuanya? Aku berada dalam satu kamar yang sama dengan Aurel malam itu.. tapi aku tak mengingat apapun! Yang aku ingat hanya sakit kepala saja!"Amar merasa dirinya pasti sudah dijebak oleh wanita bersuara manja itu.Selama ini ia teralihkan karena urusannya dengan Raina. Masalah itu tertutupi karena kebenciannya yang amat sangat dengan Raina.

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 7

    Amar menatap pria yang didepannya ini dengan penuh pertanyaan, sedangkan Wira juga menatap tajam Amar seolah ingin menjawab pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh Amar."Jadi, anda pikir saya berselingkuh dengan Raina?"Amar kini tak menjawab. Matanya tetap lurus ke depan menatap pria ini tak percaya."Berarti anda sudah salah paham." Ucap Wira sambil tersenyum."Lalu sebenarnya ada hubungan apa antara anda dan Raina?" Tanya Amar penasaran.Wira terkekeh geli sebelum menjelaskan semuanya pada Amar. Kenyataan sebenarnya mengenai hubungan antara dia dan Raina."Raina sangat berjasa kepada kami, pak Amar. Dia adalah saksi yang membantu kami dalam memecahkan sebuah kasus.""Saksi?""Iya. Anda pasti ingat kasus pembunuhan enam bulan yang lalu di hotel Inara?" Amar tampak mengingat kasus yang dimaksud. Yang ia tahu ada pembunuhan di hotel tersebut dimana korbannya adal

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 8

    Amar terduduk lesu di kursi pesakitannya. Dia sama sekali tak mau membalas tatapan mata tajam yang berada di sebrangnya.Tatapan mata puas dari seorang wanita yang sakit hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan.Aurellie duduk dengan sombongnya sambil menyilangkan tangannya di dada. Dia puas dengan keputusan hakim tempo lalu dengan menjerat lelaki itu dipenjara."Siapa suruh kau berani menolakku!" Gumam Aurellie sinis sambil menatap Amar.Sentuhan lembut beberapa kali dirasakan oleh Amar di bahunya. Erina yakin akan ada keadilan untuk anaknya, walaupun kemungkinan untuk lepas dari jeratan hukum sangatlah kecil.Namun, ia percaya bahwa kebenaran pasti akan menang.Persidangan ini kembali menampilkan saksi dari pihak Amar. Saksi kunci kejadian pada malam itu.Saksi yang ternyata dibawa langsung oleh Wira..Persidangan dimulai. Erina sangat tegang menantikan siapa saksi yang dimaksud oleh pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 9

    Tubuh Raina bergetar hebat saat memasuki ruang persidangan. Dia berusaha mati-matian untuk tidak mengangkat wajahnya agar pandangannya tidak jatuh kepada lelaki itu.Lelaki yang menyiksanya dengan hebat. Mantan suaminya. Amar.Bukan Raina tak tahu jika Amar terus menerus memandanginya selama proses persidangan seakan-akan wanita itu adalah terdakwa yang sebenarnya.Semua ini karena Wira..Raina yang awalnya ragu untuk membantu Amar karena masih trauma akhirnya menjadi luluh mendengar cerita lelaki itu. Saat ini Amar tak berdaya. Ia difitnah. Tapi tak ada satupun bukti yang bisa menolongnya.Wira tidak sengaja bertemu dengan Raina sore itu di kala Raina sedang menjajakan dagangannya.Lepas dari kehidupan Amar, Raina kembali merajut hidupnya yang terkoyak.Mewarisi kepandaian memasak ibunya, Raina berjualan donat di sebuah taman rekreasi yang juga terdapat banyak pedagang kaki lima.D

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20

Bab terbaru

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 10

    Berbagai bau khas mengguggah selera membelai para pecinta kuliner yang sedang menikmati waktu senja di taman rekreasi itu.Banyak jenis makanan di jajakan, termasuk juga Donat Raina.Raina berjaga di standnya yang kecil. Di hanya diberi tempat 1x1 meter untuk mendagangkan donatnya.Donat dengan aneka rasa. Beberapa anak kecil merengek kepada orang tua mereka untuk membeli Donat Raina.Hampir setiap sore Raina berdagang disini bersama dengan pedagang lainnya dan menjelang maghrib mereka akan kembali ke rumah."Pusing, dek?" Tanya salah satu ibu-ibu penjual rujak yang bersebelahan dengan stand Raina.Raina hanya tersenyum. Sedari tadi minyak kayu putih selalu bertengger di hidungnya.Aroma durian yang ada di sebrangnya membuatnya mual dan pusing setengah mati."Ini buat nyemil.." ucap ibu penjual rujak menyodorkan satu bungkus buah rujak."Tidak usah, bu.." tolak Raina halus.

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 9

    Tubuh Raina bergetar hebat saat memasuki ruang persidangan. Dia berusaha mati-matian untuk tidak mengangkat wajahnya agar pandangannya tidak jatuh kepada lelaki itu.Lelaki yang menyiksanya dengan hebat. Mantan suaminya. Amar.Bukan Raina tak tahu jika Amar terus menerus memandanginya selama proses persidangan seakan-akan wanita itu adalah terdakwa yang sebenarnya.Semua ini karena Wira..Raina yang awalnya ragu untuk membantu Amar karena masih trauma akhirnya menjadi luluh mendengar cerita lelaki itu. Saat ini Amar tak berdaya. Ia difitnah. Tapi tak ada satupun bukti yang bisa menolongnya.Wira tidak sengaja bertemu dengan Raina sore itu di kala Raina sedang menjajakan dagangannya.Lepas dari kehidupan Amar, Raina kembali merajut hidupnya yang terkoyak.Mewarisi kepandaian memasak ibunya, Raina berjualan donat di sebuah taman rekreasi yang juga terdapat banyak pedagang kaki lima.D

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 8

    Amar terduduk lesu di kursi pesakitannya. Dia sama sekali tak mau membalas tatapan mata tajam yang berada di sebrangnya.Tatapan mata puas dari seorang wanita yang sakit hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan.Aurellie duduk dengan sombongnya sambil menyilangkan tangannya di dada. Dia puas dengan keputusan hakim tempo lalu dengan menjerat lelaki itu dipenjara."Siapa suruh kau berani menolakku!" Gumam Aurellie sinis sambil menatap Amar.Sentuhan lembut beberapa kali dirasakan oleh Amar di bahunya. Erina yakin akan ada keadilan untuk anaknya, walaupun kemungkinan untuk lepas dari jeratan hukum sangatlah kecil.Namun, ia percaya bahwa kebenaran pasti akan menang.Persidangan ini kembali menampilkan saksi dari pihak Amar. Saksi kunci kejadian pada malam itu.Saksi yang ternyata dibawa langsung oleh Wira..Persidangan dimulai. Erina sangat tegang menantikan siapa saksi yang dimaksud oleh pe

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 7

    Amar menatap pria yang didepannya ini dengan penuh pertanyaan, sedangkan Wira juga menatap tajam Amar seolah ingin menjawab pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh Amar."Jadi, anda pikir saya berselingkuh dengan Raina?"Amar kini tak menjawab. Matanya tetap lurus ke depan menatap pria ini tak percaya."Berarti anda sudah salah paham." Ucap Wira sambil tersenyum."Lalu sebenarnya ada hubungan apa antara anda dan Raina?" Tanya Amar penasaran.Wira terkekeh geli sebelum menjelaskan semuanya pada Amar. Kenyataan sebenarnya mengenai hubungan antara dia dan Raina."Raina sangat berjasa kepada kami, pak Amar. Dia adalah saksi yang membantu kami dalam memecahkan sebuah kasus.""Saksi?""Iya. Anda pasti ingat kasus pembunuhan enam bulan yang lalu di hotel Inara?" Amar tampak mengingat kasus yang dimaksud. Yang ia tahu ada pembunuhan di hotel tersebut dimana korbannya adal

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 6

    "Kenapa?" Tanya Aurellie kepada Amar yang terus memegang kepalanya.Amar baru saja terbangun dari tidurnya. Kepalanya masih sangat berat bak dihantam batu."Kepalaku sakit, aku harus ke dokter.." ucap Amar sambil menahan nyeri.Amar membuka selimutnya dan ia terkejut dengan tubuhnya yang polos tak memakai apapun. Tapi karena sakit kepala yang benar-benar dirasakannya. Dia tak perduli.Pikirannya saat ini harus ke rumah sakit dan bertemu dokter."Bodoh!!" Kutuk Amar setelah ia mengingat semuanya."Kenapa aku sama sekali tidak mencurigai semuanya? Aku berada dalam satu kamar yang sama dengan Aurel malam itu.. tapi aku tak mengingat apapun! Yang aku ingat hanya sakit kepala saja!"Amar merasa dirinya pasti sudah dijebak oleh wanita bersuara manja itu.Selama ini ia teralihkan karena urusannya dengan Raina. Masalah itu tertutupi karena kebenciannya yang amat sangat dengan Raina.

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 5

    Ditha tergesa-gesa masuk ke rumah Amar sambil mendorong Mbok Darti yang membukakan pintu untuknya."Ada apa ini?" Tanya Amar kepada Ditha yang sikapnya begitu kasar pada pembantunya."Ada hubungan apa kamu dengan Aurel?" Tanya Ditha tajam. Kobaran api terlihat dari manik matanya."Aurel? Aurel siapa??" Tanya Amar bingung."Ada hubungan apa kamu dengan Aurel???!!" Tanya Ditha kembali dengan intonasi yang tinggi."Kamu sudah gila, ya!!! Kamu datang kemari tiba-tiba dan bertanya mengenai Aurel!! Aurel siapaaa???!!" Balas Amar dengan nada tinggi yang sama."Aurellie!! Rekan kerja kita dulu di perusahaan!!" Ucap Ditha tak sabar.Amar mengingat Aurellie mana yang dimaksud Ditha."Oh, perempuan itu. Aku tidak ada hubungan dengannya." Jawab Amar santai."Bohong kamu!! Terus foto itu apa maksudnya??""Foto apalagi sih? Apa maksudmu?" Tanya Amar yang mulai lel

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 4

    Samar-samar Raina membuka matanya. Bau khas alkohol dan antiseptik bercampur membelai hidungnya.Tirai putih, suara berisik dari luar menyadarkan dirinya."Mbak, sudah sadar?" Tanya seorang wanita yang memakai jas dokter.Raina menatap wanita itu dengan nanar. Dimana sekarang dia berada?"Mbak berada di igd rumah sakit. Tadi ada warga yang menemukan mbak pingsan di pinggir jalan.Sesuai kartu identitas, apakah benar nama anda Raina Afifah?" Tanya dokter wanita itu."Benar dok..," jawab Raina lemah."Saya sudah memeriksa anda. Tensi anda dan kadar gula darah anda tadi sangat rendah. Oleh karena itu kami memasang infus di tangan anda. Sekarang apakah ada keluhan lainnya?"Raina tampak berpikir sebentar. "Kepala saya sakit sekali dok..,""Baik.. lalu apa lagi?""Sepertinya itu saja dok.." jawab Raina masih lemah."Apa saya boleh berta

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 3

    Adzan subuh berkumandang, Raina yang terus terjaga semalaman membangunkan dirinya pelan-pelan. Tulangnya remuk, badannya hancur. Sakit dirasakan disekujur tubuhnya.Perlahan dia terduduk dan menoleh ke sisinya. Lelaki yang dicintainya itu tengah tertidur pulas dengan dengkuran halus yang terdengar dari mulutnya. Amar tertidur sambil menghadapnya.Raina menatap lelaki itu dengan sedih.Teman masa kecilnya, cinta pertamanya yang terkenal lembut dan penuh dengan kasih sayang kini telah berubah menjadi lelaki dewasa yang sangat kasar dan kejam.Hanya butuh beberapa jam saja, mereka berdua sudah resmi berpisah karena hari ini adalah hari perceraian mereka.Dengan tertatih Raina keluar dari rumah itu. Rumah yang sudah ditempatinya selama enam bulan. Rumah yang menyimpan banyak kenangan buruk.Sambil menyusuri jalanan yang masih sepi dengan rasa dingin yang menusuk tulang. Raina melangkahkan kakinya tanpa tahu kemana dia

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 2

    Ponsel Amar terus berdering dari tadi. Amar yang sedang gundah menolak panggilan itu. Sampai akhirnya ponsel itu kembali bergetar tapi tak sehebat tadi.Sebuah notif muncul di jendela ponselnya.'Kamu kemana sih sayang?''Ngomong-ngomong tadi aku menghubungi pengacaramu.. selamat ya.. kamu sudah resmi bercerai..''Aku sudah tidak sabar lagi menanti hari pernikahan kita!!'Pesan berantai itu masuk ke ponsel Amar. Amar hanya membacanya dari jendela ponsel, sudah pasti pengirimnya dari Ditha.Wanita yang sudah menjalani hubungan kurang lebih tiga bulan dengannya. Amar mengatakan kepada Raina bahwa Ditha itu kekasihnya. Sebenarnya tujuan Amar mengencani Ditha hanya untuk melihat reaksi Raina saja. Tidak lebih.Tapi karena Ditha memang terobsesi kepadanya semenjak lama, mau tak mau Amar menyambut gayung cinta darinya. Walaupun hatinya ragu apakah dia benar-benar mencintai Ditha.. atau w

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status