Share

Bab 6

Penulis: Stary Dream
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-08 09:07:43

"Kenapa?" Tanya Aurellie kepada Amar yang terus memegang kepalanya.

Amar baru saja terbangun dari tidurnya. Kepalanya masih sangat berat bak dihantam batu.

"Kepalaku sakit, aku harus ke dokter.." ucap Amar sambil menahan nyeri.

Amar membuka selimutnya dan ia terkejut dengan tubuhnya yang polos tak memakai apapun. Tapi karena sakit kepala yang benar-benar dirasakannya. Dia tak perduli.

Pikirannya saat ini harus ke rumah sakit dan bertemu dokter.

"Bodoh!!" Kutuk Amar setelah ia mengingat semuanya.

"Kenapa aku sama sekali tidak mencurigai semuanya? 

Aku berada dalam satu kamar yang sama dengan Aurel malam itu.. tapi aku tak mengingat apapun! Yang aku ingat hanya sakit kepala saja!"

Amar merasa dirinya pasti sudah dijebak oleh wanita bersuara manja itu.

Selama ini ia teralihkan karena urusannya dengan Raina. Masalah itu tertutupi karena kebenciannya yang amat sangat dengan Raina.

Kini setelah Raina pergi..

Aurellie datang kembali..

Menyibakkan masa lalunya yang kelam dan mencoba menghancurkan kehidupannya.

***

Aurellie tidak main-main dengan ancamannya. Setelah memberikan waktu selama tiga hari kepada Amar, ia kehilangan kesabarannya.

"Apa yang terjadi, Amar? Apa benar tuduhan wanita itu?" Tanya Erina tak percaya.

"Pelecehan seksual? Apa itu benar?" Kini Wijaya yang ikut bertanya kepadanya.

"Entahlah. Aku rasa wanita itu berusaha menjebakku.." jawab Amar.

"Menjebakmu bagaimana? Apa maksudmu kau membenarkan semua tuduhan wanita itu???" Tanya Wijaya lagi.

"Aku tidak ingat apa-apa pada malam kejadian itu, pa. Yang aku ingat kami berada dalam satu kamar yang sama. Tapi karena saat itu kepalaku sangat sakit, jadi aku tak ingat untuk mengacuhkannya. Aku yakin aku sudah dijebak." Jelas Amar.

"Dijebak seperti apa maksudmu?"

"Aku rasa dia memberikan sesuatu di minumanku.. karena aku merasa tidak sadar setelah itu."

"Apa kamu punya bukti?" Kini Erina ikut bersuara.

"Itu masalahnya!" Ucap Amar kesal.

Erina hanya mengelus dadanya. Cobaan apalagi kini yang menimpanya.

"Siapkan pengacara terbaik kita! Mari kita lawan dia jika memang kamu merasa dijebak!" Tegas Wijaya.

Berbeda hal dengan Erina dan Wijaya yang mendukung Amar. Ditha malah sibuk menyalahkan Amar.

"Ternyata kamu tak sebaik yang aku kira, Amar!! Kamu sama bajingannya dengan lelaki lain di luar sana!"

Amar mendengus kesal.

"Ditha.. saat ini yang aku butuhkan adalah kepercayaan dan dukungan dari orang terdekatku! Tapi kamu malah ikut menyalahkanku!"

"Lalu aku harus bagaimana? Semua bukti mengarah kepadamu!!! Hasil visum wanita itu sudah keluar! Dia bahkan sudah memberikan bukti foto-foto kalian! Tak hanya itu, Amar.. dia juga sudah menyiapkan saksi. Dan saksinya adalah teman sekantor kita!!" Bentak Ditha.

"Dan kamu percaya?"

"Apa ada alasan untuk tidak percaya?"

"Baiklah! Kalau begitu kamu boleh pergi dari sini. Aku tidak membutuhkanmu.." ucap Amar kesal.

Dia lalu meninggalkan Ditha begitu saja.

Saat ini yang ia butuhkan hanya dukungan. Tapi yang ia dengar dari calon istrinya hanya bentakan dan umpatan.

Beberapa hari kemudian, Amar akhirnya memenuhi panggilan kepolisian. Dia di introgasi hampir 6 jam. Semua bukti mengarah kepadanya.

"Siapkan pengacara terbaikmu, Amar! Karena sekarang kau tidak bisa mengelak lagi!" Gertak Aurellie.

"Apa maumu, Aurel?" Sinis Amar.

"Sudah kubilang. Sederhana. Aku mau kau bertanggung jawab atas perbuatanmu kepadaku."

Amar menepis pandangannya ke arah lain.

"Tidak akan pernah!! Kau telah menjebakku, Aurel. Aku yakin itu.."

"Kalau begitu buktikanlah kalau aku yang menjebakmu!" Tantang Aurellie.

Ternyata melawan Aurellie tak semudah yang dibayangkan. Bukti-bukti yang ada sangat kuat hingga membuat status Amar naik menjadi tersangka kasus pelecehan seksual.

Amar akhirnya dipaksa untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan cara yang lain. 

Kedua orang tua dan pengacaranya sudah berusaha dengan keras melepaskan jeratan hukum yang mencengkram Amar. Tapi sia-sia, kehadiran ketiga saksi yang juga merupakan teman kerja Amar itu malah memberatkan Amar.

Mereka memberikan kesaksian jika Amar lah yang terlebih dahulu menggoda Aurellie.

Amar kembali dibawa ke sebuah ruangan tertutup. Amar sudah pasrah saja karena saat ini dia sudah resmi menjadi tahanan di tempat ini.

Pintu dibuka oleh seseorang.

Seorang pria yang menggunakan jaket kulit hitam dengan kaos hitam didalamnya.

Amar menyipitkan matanya saat melihat pria itu.

"Kau..." bisiknya pelan.

"Selamat siang, pak Amar." Kini pria berjaket kulit itu duduk di depannya. Sedangkan Amar masih tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Nama pria itu adalah Wira. Salah satu anggota kepolisian yang betugas di kantor tersebut.

Saat pertama kali menangani kasus Amar, Wira merasa ada yang janggal. Oleh karena itu dia bermaksud menggali lebih dalam pernyataan Amar jika memang lelaki itu terbukti tak bersalah.

"Tidak usah repot-repot membantu saya," tolak Amar sambil menatap tajam ke arah Wira.

"Bukannya anda mengatakan jika anda merasa dijebak? Oleh karena itu saya disini. Saya ingin mendengar kisah lengkapnya."

"Semuanya sudah saya ceritakan. Tapi, sepertinya tidak ada gunanya. Karena kalian lebih percaya wanita itu dibanding saya."

"Itu karena bukti-bukti sudah mengarah ke anda, pak Amar. Jika anda punya bukti yang lain dan bisa menguatkan posisi anda, saya bisa membantu."

"Membantu?" Desis Amar sinis kepada lelaki itu.

"Membantu seperti apa? Bukannya kalian semua sama saja! Seragam yang kalian pakai hanya untuk menutupi keburukan kinerja kalian."

Wira menghembuskan nafasnya dan menatap Amar dengan tatapan yang sulit di artikan.

Pria muda ini begitu keras kepala. Padahal niat hati Wira sangatlah baik.

"Saya sudah bertahun-tahun berkecimpung di urusan seperti ini, pak Amar..

Saya merasa ada yang janggal dari kasus yang sedang anda hadapi.

Saya bisa melihat ada batas yang tak kasat mata yang bisa menjadi benang merah dalam kasus Anda." Jelas Wira lagi.

"Memang kasus seperti apa yang sering anda hadapi?"

"Kasus-kasus seperti ini. Khususnya kasus pelecehan seksual."

"Bukan kasus perselingkuhan?" Tanya Amar sinis sampai membuat Wira menatapnya dengan bingung.

"Maksud anda?"

"Sebaiknya, sebelum anda menyelidiki kasus orang lain. Anda lihat saja diri anda terlebih dahulu.. dengan mudahnya anda membawa wanita ke dalam hotel dan mengurungnya selama berjam-jam disana."

"Langsung saja ke intinya, maksud anda apa?"

Punggung Amar yang direbahkan di kursi kini maju mendekatkan diri ke lelaki yang ada di depannya.

"Ada hubungan apa antara anda dan mantan istri saya, Raina??" Bisik Amar dingin dengan tatapan kebencian yang luar biasa.

Benar!

Lelaki ini adalah lelaki yang dilihatnya telah membawa Raina ke dalam kamar hotel dan mengurung wanita itu 2 jam lamanya.

"Raina???"

Wira mengernyitkan dahinya seolah bingung dengan pertanyaan Amar.

"Betul. Anda berselingkuh dengan mantan istri saya. Tepat dua minggu sebelum kami menikah."

Deg!

Kini Wira mengingat wanita yang bernama Raina itu. Dan ternyata lelaki yang didepannya ini adalah lelaki yang dicintai oleh Raina.

"Anda sudah salah paham, pak Amar..

Bagaimana bisa saya berselingkuh sedangkan saya sudah memiliki anak dan istri?" Ucap Wira dengan ketenangan yang luar biasa.

Kini giliran Amar yang bingung. Ternyata Wira sudah memiliki anak dan istri. Lalu untuk apa dia membawa Raina ke hotel sore itu?

Kedua lelaki yang terpaut usia itu kini saling bertatapan. Amar menatapnya dengan pertanyaan yang luar biasa banyaknya...

Dan Wira menatapnya dengan tatapan tajam, seolah ingin menjawab seluruh pertanyaan Amar..

#Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 7

    Amar menatap pria yang didepannya ini dengan penuh pertanyaan, sedangkan Wira juga menatap tajam Amar seolah ingin menjawab pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh Amar."Jadi, anda pikir saya berselingkuh dengan Raina?"Amar kini tak menjawab. Matanya tetap lurus ke depan menatap pria ini tak percaya."Berarti anda sudah salah paham." Ucap Wira sambil tersenyum."Lalu sebenarnya ada hubungan apa antara anda dan Raina?" Tanya Amar penasaran.Wira terkekeh geli sebelum menjelaskan semuanya pada Amar. Kenyataan sebenarnya mengenai hubungan antara dia dan Raina."Raina sangat berjasa kepada kami, pak Amar. Dia adalah saksi yang membantu kami dalam memecahkan sebuah kasus.""Saksi?""Iya. Anda pasti ingat kasus pembunuhan enam bulan yang lalu di hotel Inara?" Amar tampak mengingat kasus yang dimaksud. Yang ia tahu ada pembunuhan di hotel tersebut dimana korbannya adal

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 8

    Amar terduduk lesu di kursi pesakitannya. Dia sama sekali tak mau membalas tatapan mata tajam yang berada di sebrangnya.Tatapan mata puas dari seorang wanita yang sakit hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan.Aurellie duduk dengan sombongnya sambil menyilangkan tangannya di dada. Dia puas dengan keputusan hakim tempo lalu dengan menjerat lelaki itu dipenjara."Siapa suruh kau berani menolakku!" Gumam Aurellie sinis sambil menatap Amar.Sentuhan lembut beberapa kali dirasakan oleh Amar di bahunya. Erina yakin akan ada keadilan untuk anaknya, walaupun kemungkinan untuk lepas dari jeratan hukum sangatlah kecil.Namun, ia percaya bahwa kebenaran pasti akan menang.Persidangan ini kembali menampilkan saksi dari pihak Amar. Saksi kunci kejadian pada malam itu.Saksi yang ternyata dibawa langsung oleh Wira..Persidangan dimulai. Erina sangat tegang menantikan siapa saksi yang dimaksud oleh pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 9

    Tubuh Raina bergetar hebat saat memasuki ruang persidangan. Dia berusaha mati-matian untuk tidak mengangkat wajahnya agar pandangannya tidak jatuh kepada lelaki itu.Lelaki yang menyiksanya dengan hebat. Mantan suaminya. Amar.Bukan Raina tak tahu jika Amar terus menerus memandanginya selama proses persidangan seakan-akan wanita itu adalah terdakwa yang sebenarnya.Semua ini karena Wira..Raina yang awalnya ragu untuk membantu Amar karena masih trauma akhirnya menjadi luluh mendengar cerita lelaki itu. Saat ini Amar tak berdaya. Ia difitnah. Tapi tak ada satupun bukti yang bisa menolongnya.Wira tidak sengaja bertemu dengan Raina sore itu di kala Raina sedang menjajakan dagangannya.Lepas dari kehidupan Amar, Raina kembali merajut hidupnya yang terkoyak.Mewarisi kepandaian memasak ibunya, Raina berjualan donat di sebuah taman rekreasi yang juga terdapat banyak pedagang kaki lima.D

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 10

    Berbagai bau khas mengguggah selera membelai para pecinta kuliner yang sedang menikmati waktu senja di taman rekreasi itu.Banyak jenis makanan di jajakan, termasuk juga Donat Raina.Raina berjaga di standnya yang kecil. Di hanya diberi tempat 1x1 meter untuk mendagangkan donatnya.Donat dengan aneka rasa. Beberapa anak kecil merengek kepada orang tua mereka untuk membeli Donat Raina.Hampir setiap sore Raina berdagang disini bersama dengan pedagang lainnya dan menjelang maghrib mereka akan kembali ke rumah."Pusing, dek?" Tanya salah satu ibu-ibu penjual rujak yang bersebelahan dengan stand Raina.Raina hanya tersenyum. Sedari tadi minyak kayu putih selalu bertengger di hidungnya.Aroma durian yang ada di sebrangnya membuatnya mual dan pusing setengah mati."Ini buat nyemil.." ucap ibu penjual rujak menyodorkan satu bungkus buah rujak."Tidak usah, bu.." tolak Raina halus.

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 1

    "Selamat pagi, Pak Amar. Saya ingin mengabarkan bahwasanya persidangan baru saja selesai. Anda sudah resmi bercerai. Selamat.."Amar menerima telpon dari pengacara perceraiannya. Dia baru saja terbangun dari tidur."Ya Tuhan.. sudah jam 10," Amar melirik jam yang ada di dinding kamarnya.Dia lalu menaruh ponselnya kembali ke atas nakas."Persidangan? Bercerai?" Amar yang belum sadar secara penuh mencoba mengingat-ngingat semuanya."Astagaa!! Hari ini adalah harinya!!"Hari ini adalah hari perceraian Amar dan Raina setelah menjalani biduk rumah tangga yang baru menginjak 6 bulan. Amar bertekad bulat untuk menceraikan Raina. Tak perlu mediasi. Cukup sidang satu kali saja dan tak ada pembagian harta gono gini.Raina tak berhak atas harta yang Amar miliki.Amar juga sudah mengutus pengacara perceraiannya untuk mengurus semuanya sehingga dia tidak perlu repot untuk hadir. Dia s

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-31
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 2

    Ponsel Amar terus berdering dari tadi. Amar yang sedang gundah menolak panggilan itu. Sampai akhirnya ponsel itu kembali bergetar tapi tak sehebat tadi.Sebuah notif muncul di jendela ponselnya.'Kamu kemana sih sayang?''Ngomong-ngomong tadi aku menghubungi pengacaramu.. selamat ya.. kamu sudah resmi bercerai..''Aku sudah tidak sabar lagi menanti hari pernikahan kita!!'Pesan berantai itu masuk ke ponsel Amar. Amar hanya membacanya dari jendela ponsel, sudah pasti pengirimnya dari Ditha.Wanita yang sudah menjalani hubungan kurang lebih tiga bulan dengannya. Amar mengatakan kepada Raina bahwa Ditha itu kekasihnya. Sebenarnya tujuan Amar mengencani Ditha hanya untuk melihat reaksi Raina saja. Tidak lebih.Tapi karena Ditha memang terobsesi kepadanya semenjak lama, mau tak mau Amar menyambut gayung cinta darinya. Walaupun hatinya ragu apakah dia benar-benar mencintai Ditha.. atau w

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-31
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 3

    Adzan subuh berkumandang, Raina yang terus terjaga semalaman membangunkan dirinya pelan-pelan. Tulangnya remuk, badannya hancur. Sakit dirasakan disekujur tubuhnya.Perlahan dia terduduk dan menoleh ke sisinya. Lelaki yang dicintainya itu tengah tertidur pulas dengan dengkuran halus yang terdengar dari mulutnya. Amar tertidur sambil menghadapnya.Raina menatap lelaki itu dengan sedih.Teman masa kecilnya, cinta pertamanya yang terkenal lembut dan penuh dengan kasih sayang kini telah berubah menjadi lelaki dewasa yang sangat kasar dan kejam.Hanya butuh beberapa jam saja, mereka berdua sudah resmi berpisah karena hari ini adalah hari perceraian mereka.Dengan tertatih Raina keluar dari rumah itu. Rumah yang sudah ditempatinya selama enam bulan. Rumah yang menyimpan banyak kenangan buruk.Sambil menyusuri jalanan yang masih sepi dengan rasa dingin yang menusuk tulang. Raina melangkahkan kakinya tanpa tahu kemana dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 4

    Samar-samar Raina membuka matanya. Bau khas alkohol dan antiseptik bercampur membelai hidungnya.Tirai putih, suara berisik dari luar menyadarkan dirinya."Mbak, sudah sadar?" Tanya seorang wanita yang memakai jas dokter.Raina menatap wanita itu dengan nanar. Dimana sekarang dia berada?"Mbak berada di igd rumah sakit. Tadi ada warga yang menemukan mbak pingsan di pinggir jalan.Sesuai kartu identitas, apakah benar nama anda Raina Afifah?" Tanya dokter wanita itu."Benar dok..," jawab Raina lemah."Saya sudah memeriksa anda. Tensi anda dan kadar gula darah anda tadi sangat rendah. Oleh karena itu kami memasang infus di tangan anda. Sekarang apakah ada keluhan lainnya?"Raina tampak berpikir sebentar. "Kepala saya sakit sekali dok..,""Baik.. lalu apa lagi?""Sepertinya itu saja dok.." jawab Raina masih lemah."Apa saya boleh berta

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02

Bab terbaru

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 10

    Berbagai bau khas mengguggah selera membelai para pecinta kuliner yang sedang menikmati waktu senja di taman rekreasi itu.Banyak jenis makanan di jajakan, termasuk juga Donat Raina.Raina berjaga di standnya yang kecil. Di hanya diberi tempat 1x1 meter untuk mendagangkan donatnya.Donat dengan aneka rasa. Beberapa anak kecil merengek kepada orang tua mereka untuk membeli Donat Raina.Hampir setiap sore Raina berdagang disini bersama dengan pedagang lainnya dan menjelang maghrib mereka akan kembali ke rumah."Pusing, dek?" Tanya salah satu ibu-ibu penjual rujak yang bersebelahan dengan stand Raina.Raina hanya tersenyum. Sedari tadi minyak kayu putih selalu bertengger di hidungnya.Aroma durian yang ada di sebrangnya membuatnya mual dan pusing setengah mati."Ini buat nyemil.." ucap ibu penjual rujak menyodorkan satu bungkus buah rujak."Tidak usah, bu.." tolak Raina halus.

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 9

    Tubuh Raina bergetar hebat saat memasuki ruang persidangan. Dia berusaha mati-matian untuk tidak mengangkat wajahnya agar pandangannya tidak jatuh kepada lelaki itu.Lelaki yang menyiksanya dengan hebat. Mantan suaminya. Amar.Bukan Raina tak tahu jika Amar terus menerus memandanginya selama proses persidangan seakan-akan wanita itu adalah terdakwa yang sebenarnya.Semua ini karena Wira..Raina yang awalnya ragu untuk membantu Amar karena masih trauma akhirnya menjadi luluh mendengar cerita lelaki itu. Saat ini Amar tak berdaya. Ia difitnah. Tapi tak ada satupun bukti yang bisa menolongnya.Wira tidak sengaja bertemu dengan Raina sore itu di kala Raina sedang menjajakan dagangannya.Lepas dari kehidupan Amar, Raina kembali merajut hidupnya yang terkoyak.Mewarisi kepandaian memasak ibunya, Raina berjualan donat di sebuah taman rekreasi yang juga terdapat banyak pedagang kaki lima.D

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 8

    Amar terduduk lesu di kursi pesakitannya. Dia sama sekali tak mau membalas tatapan mata tajam yang berada di sebrangnya.Tatapan mata puas dari seorang wanita yang sakit hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan.Aurellie duduk dengan sombongnya sambil menyilangkan tangannya di dada. Dia puas dengan keputusan hakim tempo lalu dengan menjerat lelaki itu dipenjara."Siapa suruh kau berani menolakku!" Gumam Aurellie sinis sambil menatap Amar.Sentuhan lembut beberapa kali dirasakan oleh Amar di bahunya. Erina yakin akan ada keadilan untuk anaknya, walaupun kemungkinan untuk lepas dari jeratan hukum sangatlah kecil.Namun, ia percaya bahwa kebenaran pasti akan menang.Persidangan ini kembali menampilkan saksi dari pihak Amar. Saksi kunci kejadian pada malam itu.Saksi yang ternyata dibawa langsung oleh Wira..Persidangan dimulai. Erina sangat tegang menantikan siapa saksi yang dimaksud oleh pe

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 7

    Amar menatap pria yang didepannya ini dengan penuh pertanyaan, sedangkan Wira juga menatap tajam Amar seolah ingin menjawab pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh Amar."Jadi, anda pikir saya berselingkuh dengan Raina?"Amar kini tak menjawab. Matanya tetap lurus ke depan menatap pria ini tak percaya."Berarti anda sudah salah paham." Ucap Wira sambil tersenyum."Lalu sebenarnya ada hubungan apa antara anda dan Raina?" Tanya Amar penasaran.Wira terkekeh geli sebelum menjelaskan semuanya pada Amar. Kenyataan sebenarnya mengenai hubungan antara dia dan Raina."Raina sangat berjasa kepada kami, pak Amar. Dia adalah saksi yang membantu kami dalam memecahkan sebuah kasus.""Saksi?""Iya. Anda pasti ingat kasus pembunuhan enam bulan yang lalu di hotel Inara?" Amar tampak mengingat kasus yang dimaksud. Yang ia tahu ada pembunuhan di hotel tersebut dimana korbannya adal

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 6

    "Kenapa?" Tanya Aurellie kepada Amar yang terus memegang kepalanya.Amar baru saja terbangun dari tidurnya. Kepalanya masih sangat berat bak dihantam batu."Kepalaku sakit, aku harus ke dokter.." ucap Amar sambil menahan nyeri.Amar membuka selimutnya dan ia terkejut dengan tubuhnya yang polos tak memakai apapun. Tapi karena sakit kepala yang benar-benar dirasakannya. Dia tak perduli.Pikirannya saat ini harus ke rumah sakit dan bertemu dokter."Bodoh!!" Kutuk Amar setelah ia mengingat semuanya."Kenapa aku sama sekali tidak mencurigai semuanya? Aku berada dalam satu kamar yang sama dengan Aurel malam itu.. tapi aku tak mengingat apapun! Yang aku ingat hanya sakit kepala saja!"Amar merasa dirinya pasti sudah dijebak oleh wanita bersuara manja itu.Selama ini ia teralihkan karena urusannya dengan Raina. Masalah itu tertutupi karena kebenciannya yang amat sangat dengan Raina.

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 5

    Ditha tergesa-gesa masuk ke rumah Amar sambil mendorong Mbok Darti yang membukakan pintu untuknya."Ada apa ini?" Tanya Amar kepada Ditha yang sikapnya begitu kasar pada pembantunya."Ada hubungan apa kamu dengan Aurel?" Tanya Ditha tajam. Kobaran api terlihat dari manik matanya."Aurel? Aurel siapa??" Tanya Amar bingung."Ada hubungan apa kamu dengan Aurel???!!" Tanya Ditha kembali dengan intonasi yang tinggi."Kamu sudah gila, ya!!! Kamu datang kemari tiba-tiba dan bertanya mengenai Aurel!! Aurel siapaaa???!!" Balas Amar dengan nada tinggi yang sama."Aurellie!! Rekan kerja kita dulu di perusahaan!!" Ucap Ditha tak sabar.Amar mengingat Aurellie mana yang dimaksud Ditha."Oh, perempuan itu. Aku tidak ada hubungan dengannya." Jawab Amar santai."Bohong kamu!! Terus foto itu apa maksudnya??""Foto apalagi sih? Apa maksudmu?" Tanya Amar yang mulai lel

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 4

    Samar-samar Raina membuka matanya. Bau khas alkohol dan antiseptik bercampur membelai hidungnya.Tirai putih, suara berisik dari luar menyadarkan dirinya."Mbak, sudah sadar?" Tanya seorang wanita yang memakai jas dokter.Raina menatap wanita itu dengan nanar. Dimana sekarang dia berada?"Mbak berada di igd rumah sakit. Tadi ada warga yang menemukan mbak pingsan di pinggir jalan.Sesuai kartu identitas, apakah benar nama anda Raina Afifah?" Tanya dokter wanita itu."Benar dok..," jawab Raina lemah."Saya sudah memeriksa anda. Tensi anda dan kadar gula darah anda tadi sangat rendah. Oleh karena itu kami memasang infus di tangan anda. Sekarang apakah ada keluhan lainnya?"Raina tampak berpikir sebentar. "Kepala saya sakit sekali dok..,""Baik.. lalu apa lagi?""Sepertinya itu saja dok.." jawab Raina masih lemah."Apa saya boleh berta

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 3

    Adzan subuh berkumandang, Raina yang terus terjaga semalaman membangunkan dirinya pelan-pelan. Tulangnya remuk, badannya hancur. Sakit dirasakan disekujur tubuhnya.Perlahan dia terduduk dan menoleh ke sisinya. Lelaki yang dicintainya itu tengah tertidur pulas dengan dengkuran halus yang terdengar dari mulutnya. Amar tertidur sambil menghadapnya.Raina menatap lelaki itu dengan sedih.Teman masa kecilnya, cinta pertamanya yang terkenal lembut dan penuh dengan kasih sayang kini telah berubah menjadi lelaki dewasa yang sangat kasar dan kejam.Hanya butuh beberapa jam saja, mereka berdua sudah resmi berpisah karena hari ini adalah hari perceraian mereka.Dengan tertatih Raina keluar dari rumah itu. Rumah yang sudah ditempatinya selama enam bulan. Rumah yang menyimpan banyak kenangan buruk.Sambil menyusuri jalanan yang masih sepi dengan rasa dingin yang menusuk tulang. Raina melangkahkan kakinya tanpa tahu kemana dia

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 2

    Ponsel Amar terus berdering dari tadi. Amar yang sedang gundah menolak panggilan itu. Sampai akhirnya ponsel itu kembali bergetar tapi tak sehebat tadi.Sebuah notif muncul di jendela ponselnya.'Kamu kemana sih sayang?''Ngomong-ngomong tadi aku menghubungi pengacaramu.. selamat ya.. kamu sudah resmi bercerai..''Aku sudah tidak sabar lagi menanti hari pernikahan kita!!'Pesan berantai itu masuk ke ponsel Amar. Amar hanya membacanya dari jendela ponsel, sudah pasti pengirimnya dari Ditha.Wanita yang sudah menjalani hubungan kurang lebih tiga bulan dengannya. Amar mengatakan kepada Raina bahwa Ditha itu kekasihnya. Sebenarnya tujuan Amar mengencani Ditha hanya untuk melihat reaksi Raina saja. Tidak lebih.Tapi karena Ditha memang terobsesi kepadanya semenjak lama, mau tak mau Amar menyambut gayung cinta darinya. Walaupun hatinya ragu apakah dia benar-benar mencintai Ditha.. atau w

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status