Share

Bab 3

Author: Stary Dream
last update Last Updated: 2025-04-01 00:38:47

Adzan subuh berkumandang, Raina yang terus terjaga semalaman membangunkan dirinya pelan-pelan. Tulangnya remuk, badannya hancur. Sakit dirasakan disekujur tubuhnya.

Perlahan dia terduduk dan menoleh ke sisinya. Lelaki yang dicintainya itu tengah tertidur pulas dengan dengkuran halus yang terdengar dari mulutnya. Amar tertidur sambil menghadapnya.

Raina menatap lelaki itu dengan sedih.

Teman masa kecilnya, cinta pertamanya yang terkenal lembut dan penuh dengan kasih sayang kini telah berubah menjadi lelaki dewasa yang sangat kasar dan kejam.

Hanya butuh beberapa jam saja, mereka berdua sudah resmi berpisah karena hari ini adalah hari perceraian mereka.

Dengan tertatih Raina keluar dari rumah itu. Rumah yang sudah ditempatinya selama enam bulan. Rumah yang menyimpan banyak kenangan buruk.

Sambil menyusuri jalanan yang masih sepi dengan rasa dingin yang menusuk tulang. Raina melangkahkan kakinya tanpa tahu kemana dia akan pergi.

Air mata mengalir dari pelupuk matanya yang indah.

"Aku tidak ingin melihatmu lagi! Pergi dari sini pada hari perpisahan kita! Jangan sampai aku menemukanmu pada hari itu atau aku akan menghabisimu!" Kejamnya Amar padanya pada beberapa hari yang lalu.

Dan Raina menepati janjinya, dia pergi pada hari perpisahan mereka. Meninggalkan semua kenangannya dengan Amar.

Raina tak membawa apapun kecuali pakaian dan ponsel yang ia miliki, bahkan uangpun hanya sedikit. Amar tak pernah memberikannya nafkah.

Ia mendapatkan uang dari sisa uang belanja yang diberikan oleh Mbok Darti. Itupun ditabungnya, karena ia tahu bahwa hari ini akan datang padanya.

Dengan menahan nyeri, Raina menyusuri jalan raya. Tiba-tiba kepalanya begitu berat, pandangannya berubah menjadi gelap.. dan dia kehilangan kesadarannya..

____________

"Mana Raina?" Tanya Erina.

"Sudah pergi," jawab Amar.

"Jadi, kamu benar-benar mengusirnya????"

"Hmm.."

Amar sedang tak mau berdebat. Dia masih duduk terpekur di sofa.

"Kamu tega sekali, Amar!!" Pekik Erina sedih.

Amar hanya terdiam. Sesekali dia menarik nafasnya untuk mengontrol emosinya.

"Kamu tahu dia sudah tidak memiliki siapapun di dunia ini selain kita! Tapi kamu malah menceraikannya untuk alasan yang tidak jelas!"

Jika biasanya Amar mampu mendebat, kini dia hanya diam. Hatinya sedang galau, pikirannya juga masih melayang ke Raina. Kemana wanita itu sekarang berada.

Erina mendengus kesal.

"Mama kecewa sekali padamu, Amar! Kamu berubah!"

Erina pergi dari rumah anaknya itu tanpa berpamitan. Dia berencana untuk mencari Raina di sepanjang kota. 

Raina dan Amar boleh berpisah, tapi Raina akan tetap menjadi tanggung jawabnya sampai akhir. Sesuai dengan janjinya pada Ranti.

Baru saja, Erina akan masuk ke dalam mobilnya. Sebuah taksi berhenti di depan perkarangan rumah Amar.

Seorang gadis cantik dengan rambut sebahu, memakai kemeja putih ketat dan rok hitam pendek keluar dari taksi tersebut. Wajahnya sangat ceria hingga membuat Erina muak melihatnya.

"Selamat siang, tante.." sapa Ditha ramah kepada Erina.

Erina membalas sapaan ramah Ditha dengan tatapan tajam seakan menguliti Ditha.

'Beginilah selera Amar sekarang.. jauh sekali dari Raina yang anggun dengan gamis dan hijab panjangnya..' ucap Erina dalam hatinya.

Melihat tatapan tak enak dari calon mertuanya, Ditha tetap memamerkan senyum manisnya.

"Tante mau pulang?" Tanya Ditha mencoba ramah lagi.

"Hmm."

Tanpa ba-bi-bu, Erina lalu masuk ke mobilnya dan meninggalkan Ditha. Membuat yang ditinggalkan menggerutu kesal.

"Sombong sekali!! Lihat saja jika aku sudah menikah dengan Amar, aku tak akan pernah mengizinkannya untuk bertemu denganmu lagi!!"

Ditha lalu masuk ke rumah tersebut dan meluapkan kebahagiaannya kepada Amar yang masih terpekur sedih.

Dia memeluk Amar dengan erat sampai Amar harus menepis tangan wanita itu.

"Kita harus merayakan hari ini, sayang! Ayo kita jalan-jalan!!" Ucap Ditha bersemangat karena sekarang tak ada lagi saingan untuk mendapatkan hati Amar.

"Maaf Ditha, aku sedang tidak mau pergi," jawab Amar lesu.

"Kenapa??? Apa karena ibumu tadi kemari?? Pasti dia marah-marah padamu, kan??"

Amar tak menjawab. Dia memilih bangkit dari duduknya dan menuju kamar.

"Sayang.." panggil Ditha lagi mencoba menyadarkan Amar.

Amar menoleh. "Aku ingin istirahat, Dit. Kamu pulanglah dulu. Nanti aku hubungi lagi."

Ditha menatap tak percaya ke arah Amar yang sudah masuk ke kamarnya. Tak seperti biasanya.

Amar paling suka melarikan diri dari rumah ini untuk bersenang-senang dengannya. Tapi kali ini dia tampak murung sekali.

"Ini pasti karena wanita tua itu!!" Gerutu Ditha kesal.

Ditha dan Amar.

Keduanya saling kenal semenjak menjadi rekan kerja di perusahaan yang sama. Ditha juga mengetahui bahwa saat itu Amar sudah memiliki calon istri. Tapi, ia tak perduli. Dia tetap mendekati Amar walaupun Amar seringkali menolaknya.

Karena saat itu rasa cinta Amar kepada Raina masih menggebu-gebu.

Namun setelah menikahi Raina, Ditha bisa mengendus hubungan yang tak baik antara kedua orang itu sehingga akhirnya dia mengambil kesempatan itu. Kembali mendekati Amar, memberikan seluruh perhatiannya. Tak perduli dia di cap sebagai pelarian ataupun selingkuhan.

Hubungan mereka akhirnya berlanjut selama 3 bulan ini. Amar sering mengajaknya datang ke rumah untuk bermesraan di depan Raina.

Dengan senang hati Ditha menunjukkannya. Bahkan dia tak segan ikut memperlakukan Raina seperti pembantu. Singkatnya, Ditha sangat suka sekali melihat Amar menyiksa wanita itu.

Sebagai contoh sore itu, ketika keduanya sedang bermesraan sambil menonton televisi. Ditha pura-pura mengaduh bahwa makanan yang dibawakan Ditha sangat pedas. Seolah-olah ingin mengerjai Raina. Hingga akhirnya Raina harus mendapatkan tamparan di pipinya.

Perlakuan Amar kepada Ditha membuat wanita itu seperti sedang bermain-main di surga cinta. Tak hanya itu, Amar juga berjanji akan menikahinya 3 bulan setelah ia berpisah dari Raina.

Dan saat ini, Ditha menagih janji Amar..

Ia tak sabar lagi menjadi Nyonya Amar, walaupun ia tahu saat ini masih ada satu orang lagi yang menjadi penghalang.

Yaitu, ibunya Amar.

***

Erina menyelusuri setiap sudut kota berharap mantan menantunya itu ditemukan. 

Erina merasa bersalah sekali terutama kepada Ranti.

"Selanjutnya, kita mau kemana lagi bu?" Tanya Sopir Erina.

"Kita ke rumah lama Ranti saja, pak." Perintah Erina.

"Baik, bu.."

Sang sopir pun memutar mobilnya dan menuju tempat yang dulu di kediami oleh Ranti dan Raina. Tapi sayang sekali, rumah itu sekarang sudah rata dengan tanah.

Rumah itu menjadi korban pelebaran jalan raya.

"Ya Allah kemana putriku berada?" Isak Erina sedih.

Raina yang malang. Kini tak ada yang tahu dimana rimbanya. Rumah kecilnya dulu sudah rata dengan tanah. Dia hidup sebatang kara di dunia ini.

Erina menyesali keputusan Amar menceraikan wanita malang itu.

Erina sangat yakin, Raina tak pernah berselingkuh seperti dugaan Amar.

Erina mengenal wanita itu dengan baik semenjak ia masih kecil.

Wanita yang pemalu, lembut dan juga sholehah.

"Semoga Allah selalu melindungimu, nak.." do'a kasih teruntai dari mulut Erina.

#Next

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 4

    Samar-samar Raina membuka matanya. Bau khas alkohol dan antiseptik bercampur membelai hidungnya.Tirai putih, suara berisik dari luar menyadarkan dirinya."Mbak, sudah sadar?" Tanya seorang wanita yang memakai jas dokter.Raina menatap wanita itu dengan nanar. Dimana sekarang dia berada?"Mbak berada di igd rumah sakit. Tadi ada warga yang menemukan mbak pingsan di pinggir jalan.Sesuai kartu identitas, apakah benar nama anda Raina Afifah?" Tanya dokter wanita itu."Benar dok..," jawab Raina lemah."Saya sudah memeriksa anda. Tensi anda dan kadar gula darah anda tadi sangat rendah. Oleh karena itu kami memasang infus di tangan anda. Sekarang apakah ada keluhan lainnya?"Raina tampak berpikir sebentar. "Kepala saya sakit sekali dok..,""Baik.. lalu apa lagi?""Sepertinya itu saja dok.." jawab Raina masih lemah."Apa saya boleh berta

    Last Updated : 2025-04-02
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 5

    Ditha tergesa-gesa masuk ke rumah Amar sambil mendorong Mbok Darti yang membukakan pintu untuknya."Ada apa ini?" Tanya Amar kepada Ditha yang sikapnya begitu kasar pada pembantunya."Ada hubungan apa kamu dengan Aurel?" Tanya Ditha tajam. Kobaran api terlihat dari manik matanya."Aurel? Aurel siapa??" Tanya Amar bingung."Ada hubungan apa kamu dengan Aurel???!!" Tanya Ditha kembali dengan intonasi yang tinggi."Kamu sudah gila, ya!!! Kamu datang kemari tiba-tiba dan bertanya mengenai Aurel!! Aurel siapaaa???!!" Balas Amar dengan nada tinggi yang sama."Aurellie!! Rekan kerja kita dulu di perusahaan!!" Ucap Ditha tak sabar.Amar mengingat Aurellie mana yang dimaksud Ditha."Oh, perempuan itu. Aku tidak ada hubungan dengannya." Jawab Amar santai."Bohong kamu!! Terus foto itu apa maksudnya??""Foto apalagi sih? Apa maksudmu?" Tanya Amar yang mulai lel

    Last Updated : 2025-04-04
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 6

    "Kenapa?" Tanya Aurellie kepada Amar yang terus memegang kepalanya.Amar baru saja terbangun dari tidurnya. Kepalanya masih sangat berat bak dihantam batu."Kepalaku sakit, aku harus ke dokter.." ucap Amar sambil menahan nyeri.Amar membuka selimutnya dan ia terkejut dengan tubuhnya yang polos tak memakai apapun. Tapi karena sakit kepala yang benar-benar dirasakannya. Dia tak perduli.Pikirannya saat ini harus ke rumah sakit dan bertemu dokter."Bodoh!!" Kutuk Amar setelah ia mengingat semuanya."Kenapa aku sama sekali tidak mencurigai semuanya? Aku berada dalam satu kamar yang sama dengan Aurel malam itu.. tapi aku tak mengingat apapun! Yang aku ingat hanya sakit kepala saja!"Amar merasa dirinya pasti sudah dijebak oleh wanita bersuara manja itu.Selama ini ia teralihkan karena urusannya dengan Raina. Masalah itu tertutupi karena kebenciannya yang amat sangat dengan Raina.

    Last Updated : 2025-04-08
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 7

    Amar menatap pria yang didepannya ini dengan penuh pertanyaan, sedangkan Wira juga menatap tajam Amar seolah ingin menjawab pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh Amar."Jadi, anda pikir saya berselingkuh dengan Raina?"Amar kini tak menjawab. Matanya tetap lurus ke depan menatap pria ini tak percaya."Berarti anda sudah salah paham." Ucap Wira sambil tersenyum."Lalu sebenarnya ada hubungan apa antara anda dan Raina?" Tanya Amar penasaran.Wira terkekeh geli sebelum menjelaskan semuanya pada Amar. Kenyataan sebenarnya mengenai hubungan antara dia dan Raina."Raina sangat berjasa kepada kami, pak Amar. Dia adalah saksi yang membantu kami dalam memecahkan sebuah kasus.""Saksi?""Iya. Anda pasti ingat kasus pembunuhan enam bulan yang lalu di hotel Inara?" Amar tampak mengingat kasus yang dimaksud. Yang ia tahu ada pembunuhan di hotel tersebut dimana korbannya adal

    Last Updated : 2025-04-12
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 8

    Amar terduduk lesu di kursi pesakitannya. Dia sama sekali tak mau membalas tatapan mata tajam yang berada di sebrangnya.Tatapan mata puas dari seorang wanita yang sakit hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan.Aurellie duduk dengan sombongnya sambil menyilangkan tangannya di dada. Dia puas dengan keputusan hakim tempo lalu dengan menjerat lelaki itu dipenjara."Siapa suruh kau berani menolakku!" Gumam Aurellie sinis sambil menatap Amar.Sentuhan lembut beberapa kali dirasakan oleh Amar di bahunya. Erina yakin akan ada keadilan untuk anaknya, walaupun kemungkinan untuk lepas dari jeratan hukum sangatlah kecil.Namun, ia percaya bahwa kebenaran pasti akan menang.Persidangan ini kembali menampilkan saksi dari pihak Amar. Saksi kunci kejadian pada malam itu.Saksi yang ternyata dibawa langsung oleh Wira..Persidangan dimulai. Erina sangat tegang menantikan siapa saksi yang dimaksud oleh pe

    Last Updated : 2025-04-17
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 9

    Tubuh Raina bergetar hebat saat memasuki ruang persidangan. Dia berusaha mati-matian untuk tidak mengangkat wajahnya agar pandangannya tidak jatuh kepada lelaki itu.Lelaki yang menyiksanya dengan hebat. Mantan suaminya. Amar.Bukan Raina tak tahu jika Amar terus menerus memandanginya selama proses persidangan seakan-akan wanita itu adalah terdakwa yang sebenarnya.Semua ini karena Wira..Raina yang awalnya ragu untuk membantu Amar karena masih trauma akhirnya menjadi luluh mendengar cerita lelaki itu. Saat ini Amar tak berdaya. Ia difitnah. Tapi tak ada satupun bukti yang bisa menolongnya.Wira tidak sengaja bertemu dengan Raina sore itu di kala Raina sedang menjajakan dagangannya.Lepas dari kehidupan Amar, Raina kembali merajut hidupnya yang terkoyak.Mewarisi kepandaian memasak ibunya, Raina berjualan donat di sebuah taman rekreasi yang juga terdapat banyak pedagang kaki lima.D

    Last Updated : 2025-04-20
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 10

    Berbagai bau khas mengguggah selera membelai para pecinta kuliner yang sedang menikmati waktu senja di taman rekreasi itu.Banyak jenis makanan di jajakan, termasuk juga Donat Raina.Raina berjaga di standnya yang kecil. Di hanya diberi tempat 1x1 meter untuk mendagangkan donatnya.Donat dengan aneka rasa. Beberapa anak kecil merengek kepada orang tua mereka untuk membeli Donat Raina.Hampir setiap sore Raina berdagang disini bersama dengan pedagang lainnya dan menjelang maghrib mereka akan kembali ke rumah."Pusing, dek?" Tanya salah satu ibu-ibu penjual rujak yang bersebelahan dengan stand Raina.Raina hanya tersenyum. Sedari tadi minyak kayu putih selalu bertengger di hidungnya.Aroma durian yang ada di sebrangnya membuatnya mual dan pusing setengah mati."Ini buat nyemil.." ucap ibu penjual rujak menyodorkan satu bungkus buah rujak."Tidak usah, bu.." tolak Raina halus.

    Last Updated : 2025-04-24
  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 1

    "Selamat pagi, Pak Amar. Saya ingin mengabarkan bahwasanya persidangan baru saja selesai. Anda sudah resmi bercerai. Selamat.."Amar menerima telpon dari pengacara perceraiannya. Dia baru saja terbangun dari tidur."Ya Tuhan.. sudah jam 10," Amar melirik jam yang ada di dinding kamarnya.Dia lalu menaruh ponselnya kembali ke atas nakas."Persidangan? Bercerai?" Amar yang belum sadar secara penuh mencoba mengingat-ngingat semuanya."Astagaa!! Hari ini adalah harinya!!"Hari ini adalah hari perceraian Amar dan Raina setelah menjalani biduk rumah tangga yang baru menginjak 6 bulan. Amar bertekad bulat untuk menceraikan Raina. Tak perlu mediasi. Cukup sidang satu kali saja dan tak ada pembagian harta gono gini.Raina tak berhak atas harta yang Amar miliki.Amar juga sudah mengutus pengacara perceraiannya untuk mengurus semuanya sehingga dia tidak perlu repot untuk hadir. Dia s

    Last Updated : 2025-03-31

Latest chapter

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 10

    Berbagai bau khas mengguggah selera membelai para pecinta kuliner yang sedang menikmati waktu senja di taman rekreasi itu.Banyak jenis makanan di jajakan, termasuk juga Donat Raina.Raina berjaga di standnya yang kecil. Di hanya diberi tempat 1x1 meter untuk mendagangkan donatnya.Donat dengan aneka rasa. Beberapa anak kecil merengek kepada orang tua mereka untuk membeli Donat Raina.Hampir setiap sore Raina berdagang disini bersama dengan pedagang lainnya dan menjelang maghrib mereka akan kembali ke rumah."Pusing, dek?" Tanya salah satu ibu-ibu penjual rujak yang bersebelahan dengan stand Raina.Raina hanya tersenyum. Sedari tadi minyak kayu putih selalu bertengger di hidungnya.Aroma durian yang ada di sebrangnya membuatnya mual dan pusing setengah mati."Ini buat nyemil.." ucap ibu penjual rujak menyodorkan satu bungkus buah rujak."Tidak usah, bu.." tolak Raina halus.

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 9

    Tubuh Raina bergetar hebat saat memasuki ruang persidangan. Dia berusaha mati-matian untuk tidak mengangkat wajahnya agar pandangannya tidak jatuh kepada lelaki itu.Lelaki yang menyiksanya dengan hebat. Mantan suaminya. Amar.Bukan Raina tak tahu jika Amar terus menerus memandanginya selama proses persidangan seakan-akan wanita itu adalah terdakwa yang sebenarnya.Semua ini karena Wira..Raina yang awalnya ragu untuk membantu Amar karena masih trauma akhirnya menjadi luluh mendengar cerita lelaki itu. Saat ini Amar tak berdaya. Ia difitnah. Tapi tak ada satupun bukti yang bisa menolongnya.Wira tidak sengaja bertemu dengan Raina sore itu di kala Raina sedang menjajakan dagangannya.Lepas dari kehidupan Amar, Raina kembali merajut hidupnya yang terkoyak.Mewarisi kepandaian memasak ibunya, Raina berjualan donat di sebuah taman rekreasi yang juga terdapat banyak pedagang kaki lima.D

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 8

    Amar terduduk lesu di kursi pesakitannya. Dia sama sekali tak mau membalas tatapan mata tajam yang berada di sebrangnya.Tatapan mata puas dari seorang wanita yang sakit hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan.Aurellie duduk dengan sombongnya sambil menyilangkan tangannya di dada. Dia puas dengan keputusan hakim tempo lalu dengan menjerat lelaki itu dipenjara."Siapa suruh kau berani menolakku!" Gumam Aurellie sinis sambil menatap Amar.Sentuhan lembut beberapa kali dirasakan oleh Amar di bahunya. Erina yakin akan ada keadilan untuk anaknya, walaupun kemungkinan untuk lepas dari jeratan hukum sangatlah kecil.Namun, ia percaya bahwa kebenaran pasti akan menang.Persidangan ini kembali menampilkan saksi dari pihak Amar. Saksi kunci kejadian pada malam itu.Saksi yang ternyata dibawa langsung oleh Wira..Persidangan dimulai. Erina sangat tegang menantikan siapa saksi yang dimaksud oleh pe

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 7

    Amar menatap pria yang didepannya ini dengan penuh pertanyaan, sedangkan Wira juga menatap tajam Amar seolah ingin menjawab pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh Amar."Jadi, anda pikir saya berselingkuh dengan Raina?"Amar kini tak menjawab. Matanya tetap lurus ke depan menatap pria ini tak percaya."Berarti anda sudah salah paham." Ucap Wira sambil tersenyum."Lalu sebenarnya ada hubungan apa antara anda dan Raina?" Tanya Amar penasaran.Wira terkekeh geli sebelum menjelaskan semuanya pada Amar. Kenyataan sebenarnya mengenai hubungan antara dia dan Raina."Raina sangat berjasa kepada kami, pak Amar. Dia adalah saksi yang membantu kami dalam memecahkan sebuah kasus.""Saksi?""Iya. Anda pasti ingat kasus pembunuhan enam bulan yang lalu di hotel Inara?" Amar tampak mengingat kasus yang dimaksud. Yang ia tahu ada pembunuhan di hotel tersebut dimana korbannya adal

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 6

    "Kenapa?" Tanya Aurellie kepada Amar yang terus memegang kepalanya.Amar baru saja terbangun dari tidurnya. Kepalanya masih sangat berat bak dihantam batu."Kepalaku sakit, aku harus ke dokter.." ucap Amar sambil menahan nyeri.Amar membuka selimutnya dan ia terkejut dengan tubuhnya yang polos tak memakai apapun. Tapi karena sakit kepala yang benar-benar dirasakannya. Dia tak perduli.Pikirannya saat ini harus ke rumah sakit dan bertemu dokter."Bodoh!!" Kutuk Amar setelah ia mengingat semuanya."Kenapa aku sama sekali tidak mencurigai semuanya? Aku berada dalam satu kamar yang sama dengan Aurel malam itu.. tapi aku tak mengingat apapun! Yang aku ingat hanya sakit kepala saja!"Amar merasa dirinya pasti sudah dijebak oleh wanita bersuara manja itu.Selama ini ia teralihkan karena urusannya dengan Raina. Masalah itu tertutupi karena kebenciannya yang amat sangat dengan Raina.

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 5

    Ditha tergesa-gesa masuk ke rumah Amar sambil mendorong Mbok Darti yang membukakan pintu untuknya."Ada apa ini?" Tanya Amar kepada Ditha yang sikapnya begitu kasar pada pembantunya."Ada hubungan apa kamu dengan Aurel?" Tanya Ditha tajam. Kobaran api terlihat dari manik matanya."Aurel? Aurel siapa??" Tanya Amar bingung."Ada hubungan apa kamu dengan Aurel???!!" Tanya Ditha kembali dengan intonasi yang tinggi."Kamu sudah gila, ya!!! Kamu datang kemari tiba-tiba dan bertanya mengenai Aurel!! Aurel siapaaa???!!" Balas Amar dengan nada tinggi yang sama."Aurellie!! Rekan kerja kita dulu di perusahaan!!" Ucap Ditha tak sabar.Amar mengingat Aurellie mana yang dimaksud Ditha."Oh, perempuan itu. Aku tidak ada hubungan dengannya." Jawab Amar santai."Bohong kamu!! Terus foto itu apa maksudnya??""Foto apalagi sih? Apa maksudmu?" Tanya Amar yang mulai lel

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 4

    Samar-samar Raina membuka matanya. Bau khas alkohol dan antiseptik bercampur membelai hidungnya.Tirai putih, suara berisik dari luar menyadarkan dirinya."Mbak, sudah sadar?" Tanya seorang wanita yang memakai jas dokter.Raina menatap wanita itu dengan nanar. Dimana sekarang dia berada?"Mbak berada di igd rumah sakit. Tadi ada warga yang menemukan mbak pingsan di pinggir jalan.Sesuai kartu identitas, apakah benar nama anda Raina Afifah?" Tanya dokter wanita itu."Benar dok..," jawab Raina lemah."Saya sudah memeriksa anda. Tensi anda dan kadar gula darah anda tadi sangat rendah. Oleh karena itu kami memasang infus di tangan anda. Sekarang apakah ada keluhan lainnya?"Raina tampak berpikir sebentar. "Kepala saya sakit sekali dok..,""Baik.. lalu apa lagi?""Sepertinya itu saja dok.." jawab Raina masih lemah."Apa saya boleh berta

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 3

    Adzan subuh berkumandang, Raina yang terus terjaga semalaman membangunkan dirinya pelan-pelan. Tulangnya remuk, badannya hancur. Sakit dirasakan disekujur tubuhnya.Perlahan dia terduduk dan menoleh ke sisinya. Lelaki yang dicintainya itu tengah tertidur pulas dengan dengkuran halus yang terdengar dari mulutnya. Amar tertidur sambil menghadapnya.Raina menatap lelaki itu dengan sedih.Teman masa kecilnya, cinta pertamanya yang terkenal lembut dan penuh dengan kasih sayang kini telah berubah menjadi lelaki dewasa yang sangat kasar dan kejam.Hanya butuh beberapa jam saja, mereka berdua sudah resmi berpisah karena hari ini adalah hari perceraian mereka.Dengan tertatih Raina keluar dari rumah itu. Rumah yang sudah ditempatinya selama enam bulan. Rumah yang menyimpan banyak kenangan buruk.Sambil menyusuri jalanan yang masih sepi dengan rasa dingin yang menusuk tulang. Raina melangkahkan kakinya tanpa tahu kemana dia

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 2

    Ponsel Amar terus berdering dari tadi. Amar yang sedang gundah menolak panggilan itu. Sampai akhirnya ponsel itu kembali bergetar tapi tak sehebat tadi.Sebuah notif muncul di jendela ponselnya.'Kamu kemana sih sayang?''Ngomong-ngomong tadi aku menghubungi pengacaramu.. selamat ya.. kamu sudah resmi bercerai..''Aku sudah tidak sabar lagi menanti hari pernikahan kita!!'Pesan berantai itu masuk ke ponsel Amar. Amar hanya membacanya dari jendela ponsel, sudah pasti pengirimnya dari Ditha.Wanita yang sudah menjalani hubungan kurang lebih tiga bulan dengannya. Amar mengatakan kepada Raina bahwa Ditha itu kekasihnya. Sebenarnya tujuan Amar mengencani Ditha hanya untuk melihat reaksi Raina saja. Tidak lebih.Tapi karena Ditha memang terobsesi kepadanya semenjak lama, mau tak mau Amar menyambut gayung cinta darinya. Walaupun hatinya ragu apakah dia benar-benar mencintai Ditha.. atau w

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status