Ditha tergesa-gesa masuk ke rumah Amar sambil mendorong Mbok Darti yang membukakan pintu untuknya.
"Ada apa ini?" Tanya Amar kepada Ditha yang sikapnya begitu kasar pada pembantunya. "Ada hubungan apa kamu dengan Aurel?" Tanya Ditha tajam. Kobaran api terlihat dari manik matanya. "Aurel? Aurel siapa??" Tanya Amar bingung. "Ada hubungan apa kamu dengan Aurel???!!" Tanya Ditha kembali dengan intonasi yang tinggi. "Kamu sudah gila, ya!!! Kamu datang kemari tiba-tiba dan bertanya mengenai Aurel!! Aurel siapaaa???!!" Balas Amar dengan nada tinggi yang sama. "Aurellie!! Rekan kerja kita dulu di perusahaan!!" Ucap Ditha tak sabar. Amar mengingat Aurellie mana yang dimaksud Ditha. "Oh, perempuan itu. Aku tidak ada hubungan dengannya." Jawab Amar santai. "Bohong kamu!! Terus foto itu apa maksudnya??" "Foto apalagi sih? Apa maksudmu?" Tanya Amar yang mulai lelah dengan sikap Ditha. "Foto kamu berciuman dengan dia di tempat tidur!! Ingat tidak ketika kita harus bekerja di Bali 5 bulan yang lalu?" Amar mengernyitkan dahinya dan mencoba mengingat-ingat kembali. Namun diingatannya kosong. "Maaf, Ditha. Aku tidak bisa berbicara dengan orang yang sedang emosi. Kamu pulanglah dulu dan tenangkan pikiranmu supaya tidak berbicara ngawur seperti ini!" Ucap Amar dingin. "Apa??" Ucap Ditha tak percaya. "Jadi, kau mengusirku?" "Iya. Pulanglah. Hari sudah malam. Aku mau istirahat!" "Amar!!!!" Bentak Ditha tak percaya. "Berani sekali kau padaku!!!! Ingat Amar, satu bulan lagi kita akan menikah. Aku tidak mau ada gangguan sedikitpun!" Ancam Ditha. Amar menatap datar wanita di hadapannya itu sampai akhirnya wanita itu berlalu. "Aurel? Bali? Tempat tidur?" Amar kembali mengingat kejadian 5 bulan yang lalu. Yang ia ingat waktu itu, dia bekerja disana dengan teman satu perusahaannya. Diantaranya ada Aurellie dan Ditha. Mereka pergi ke sebuah cafe dengan teman-teman pria dan ada Aurel disana. Lalu dia tak ingat lagi apa yang terjadi. Dan satu ingatan yang ia ingat, ada Raina juga disana. Dia menyusul Amar ke Bali karena mengkhawatirkannya. Karena memang saat itu tinggal 7 hari sebelum pernikahan mereka dan hubungan mereka sedang tidak baik karena Raina berselingkuh di belakangnya. *** "Kamu tidak menyimpan nomorku, ya?" Tanya Aurellie di ujung telpon. "Siapa ini? Saya tidak punya waktu untuk bermain-main." Jawab Amar tegas. Dia baru saja merebahkan dirinya di tempat tidur. "Sayang sekali.. padahal ada banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu," kata Aurellie khas dengan suara manja yang dibuat-buat. "Saya tutup." "Ini Aurel, apakah kamu sudah ingat?" "Aurel? Aurellie?" Tanya Amar. Dia ingat ketika Ditha tadi mengucapkan nama itu. Aurellie terkekeh. "Betul sekali. Aku rekan kerja sekantormu dulu.." "Ada apa?" Tanya Amar langsung ke intinya. "Aku ingin mengirimkan sesuatu kepadamu. Jadi, aku meyakinkan bahwa nomormu ini masih aktif.. Tunggu ya, aku kirim dulu sebentar." Aurellie lalu mematikan ponselnya dan mengirimkan beberapa foto ke ponsel Amar. Amar terbelalak melihat isi pesan yang dikirim oleh Aurellie. Foto dirinya bersama wanita itu di atas tidur. Sama-sama topless dan beradegan mesra layaknya suami istri. "Apa-apaan ini???!!" Hardik Amar menelpon Aurellie. "Apa kamu sudah ingat semuanya? Bayangkan Amar sudah berapa lama aku menyimpan foto-foto ini!!" "Kau pasti mencoba memfitnahku, kan?? Foto ini pasti editan!!!" "Editan? Coba perhatikan baik-baik. Apa perlu aku menghubungi pakar telematika untuk mengecek keaslian foto ini?? Lihat saja, Amar. Kau yang mengambil foto-foto kita!!" Jawab Aurellie tenang. "Bohong!!!!" "Tak percaya? Ya sudah.. akan aku ceritakan semuanya supaya kau ingat bahwa malam itu kau telah merenggut kegadisanku!" Aurellie lalu mulai menceritakan kisah panjang pada malam itu. "Ingat saat kita baru saja menyelesaikan pekerjaan sore itu, kita berlima. Bersama tiga rekan pria. Hmm.. kau mengajakku dan mereka untuk melepaskan penat ke sebuah cafe.. apa kau ingat? Setelah itu kita makan dan minum bersama.. dan entah apa yang saat itu memasuki dirimu, kau tiba-tiba menciumku di depan umum. Tak hanya mencium, kau juga memelukku dengan mesra.. Aku yakin kau tak percaya padaku.. tapi kau bisa tanyakan sendiri pada tiga rekan kerja itu. Mereka masih hidup kok!" Tantang Aurellie. "Setelah menghabiskan waktu di cafe, kau mengajakku ke kamar hotel milikmu.. dan disanalah kau merampas kegadisanku!! Tak hanya itu, Amar! Kau juga memaksaku untuk berfoto-foto bersama selama kita bercinta di tempat tidur.. Apa sekarang kau sudah ingat????" Tanya Aurellie dingin. Amar mencoba mencerna situasi saat ini. Dia sama sekali belum mengingat apaapun. "Bagaimana, Amar?" "Jangan mencoba membohongiku, Aurel! Kau pasti sedang mengarang cerita!!" Aurellie kembali terkekeh geli. "Ternyata kau memang benar-benar brengsek! Setelah meniduriku kau lalu melupakanku begitu saja!!" "Apa kau masih ingat apa alasanmu mengajak kami bermain di cafe? Karena kau menghindari kehadiran Raina yang menyusulmu ke Bali, kan?" Deg! Perlahan Amar mengingat kejadian semuanya. "Jadi, apa yang kau inginkan sekarang?" Tanya Amar dingin. "Sederhana. Aku ingin kau bertanggung jawab atas perbuatanmu!" "Bertanggung jawab?" Ucap Amar setengah memekik. "Apa kau gila?" "Aku memang sudah gila, Amar. Aku gila karena dirimu! Harusnya kau membayangkan posisiku! Kau merenggut kegadisanku lalu meninggalkanku dengan menikahi Raina! Sekarang saat kau sudah berpisah dengan Raina, kau malah akan menikah dengan Ditha! Brengsek kamu, Amar!" "Cukup, Aurel! Lupakan semuanya. Anggap itu hanya kecelakaan. Lagipula aku yakin kau pasti menjebakku pada malam itu. Karena sampai sekarang aku belum bisa mengingat semuanya!" "Begitukah?? Baiklah, Amar.. Aku akan memberikan kesempatan padamu sekali lagi.. pilihannya ada satu, kau mau bertanggung jawab dengan menikahiku atau kau akan kulaporkan ke polisi atas kasus pemerkosaan.. Silahkan berpikir sendiri." Tut! Aurellie menutup sambungannya. Amar menarik nafas panjang beberapa kali untuk mengontrol emosinya. Dia lalu mencoba mengingat kembali seluruh kejadian hari itu. Tepatnya 7 hari sebelum ia menikah dengan Raina. Amar bersama rekan kerjanya diutus ke Bali selama dua hari. Mereka bekerja sampai sore saat itu dan Amar mendapat kabar bahwa Raina menyusulnya ke Bali. Amar yang kesal dengan Raina tak mau melihat gadis itu sehingga dia mengajak teman-temannya termasuk Aurellie untuk menghabiskan waktu di Cafe. Entah apa yang ia makan dan minum. Amar merasa ada getaran yang hebat dalam jiwanya, nafasnya diburu nafsu yang luar biasa. Apalagi melihat kemolekan tubuh Aurellie yang aduhai bak gitar spanyol. Sore itu, Aurellie hanya memakai kaos hitam ketat berbelahan dada rendah dengan jeans ketat. Yang Amar ingat malam itu ia tertidur sangat pulas di kamar hotelnya sampai ia bangun kesiangan. Namun, ia terkesiap melihat seorang wanita yang keluar dari kamar hotelnya. Berbalutkan handuk dengan rambut yang masih basah. Dan wanita itu adalah Aurellie. #Next"Kenapa?" Tanya Aurellie kepada Amar yang terus memegang kepalanya.Amar baru saja terbangun dari tidurnya. Kepalanya masih sangat berat bak dihantam batu."Kepalaku sakit, aku harus ke dokter.." ucap Amar sambil menahan nyeri.Amar membuka selimutnya dan ia terkejut dengan tubuhnya yang polos tak memakai apapun. Tapi karena sakit kepala yang benar-benar dirasakannya. Dia tak perduli.Pikirannya saat ini harus ke rumah sakit dan bertemu dokter."Bodoh!!" Kutuk Amar setelah ia mengingat semuanya."Kenapa aku sama sekali tidak mencurigai semuanya? Aku berada dalam satu kamar yang sama dengan Aurel malam itu.. tapi aku tak mengingat apapun! Yang aku ingat hanya sakit kepala saja!"Amar merasa dirinya pasti sudah dijebak oleh wanita bersuara manja itu.Selama ini ia teralihkan karena urusannya dengan Raina. Masalah itu tertutupi karena kebenciannya yang amat sangat dengan Raina.
Amar menatap pria yang didepannya ini dengan penuh pertanyaan, sedangkan Wira juga menatap tajam Amar seolah ingin menjawab pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh Amar."Jadi, anda pikir saya berselingkuh dengan Raina?"Amar kini tak menjawab. Matanya tetap lurus ke depan menatap pria ini tak percaya."Berarti anda sudah salah paham." Ucap Wira sambil tersenyum."Lalu sebenarnya ada hubungan apa antara anda dan Raina?" Tanya Amar penasaran.Wira terkekeh geli sebelum menjelaskan semuanya pada Amar. Kenyataan sebenarnya mengenai hubungan antara dia dan Raina."Raina sangat berjasa kepada kami, pak Amar. Dia adalah saksi yang membantu kami dalam memecahkan sebuah kasus.""Saksi?""Iya. Anda pasti ingat kasus pembunuhan enam bulan yang lalu di hotel Inara?" Amar tampak mengingat kasus yang dimaksud. Yang ia tahu ada pembunuhan di hotel tersebut dimana korbannya adal
Amar terduduk lesu di kursi pesakitannya. Dia sama sekali tak mau membalas tatapan mata tajam yang berada di sebrangnya.Tatapan mata puas dari seorang wanita yang sakit hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan.Aurellie duduk dengan sombongnya sambil menyilangkan tangannya di dada. Dia puas dengan keputusan hakim tempo lalu dengan menjerat lelaki itu dipenjara."Siapa suruh kau berani menolakku!" Gumam Aurellie sinis sambil menatap Amar.Sentuhan lembut beberapa kali dirasakan oleh Amar di bahunya. Erina yakin akan ada keadilan untuk anaknya, walaupun kemungkinan untuk lepas dari jeratan hukum sangatlah kecil.Namun, ia percaya bahwa kebenaran pasti akan menang.Persidangan ini kembali menampilkan saksi dari pihak Amar. Saksi kunci kejadian pada malam itu.Saksi yang ternyata dibawa langsung oleh Wira..Persidangan dimulai. Erina sangat tegang menantikan siapa saksi yang dimaksud oleh pe
Tubuh Raina bergetar hebat saat memasuki ruang persidangan. Dia berusaha mati-matian untuk tidak mengangkat wajahnya agar pandangannya tidak jatuh kepada lelaki itu.Lelaki yang menyiksanya dengan hebat. Mantan suaminya. Amar.Bukan Raina tak tahu jika Amar terus menerus memandanginya selama proses persidangan seakan-akan wanita itu adalah terdakwa yang sebenarnya.Semua ini karena Wira..Raina yang awalnya ragu untuk membantu Amar karena masih trauma akhirnya menjadi luluh mendengar cerita lelaki itu. Saat ini Amar tak berdaya. Ia difitnah. Tapi tak ada satupun bukti yang bisa menolongnya.Wira tidak sengaja bertemu dengan Raina sore itu di kala Raina sedang menjajakan dagangannya.Lepas dari kehidupan Amar, Raina kembali merajut hidupnya yang terkoyak.Mewarisi kepandaian memasak ibunya, Raina berjualan donat di sebuah taman rekreasi yang juga terdapat banyak pedagang kaki lima.D
Berbagai bau khas mengguggah selera membelai para pecinta kuliner yang sedang menikmati waktu senja di taman rekreasi itu.Banyak jenis makanan di jajakan, termasuk juga Donat Raina.Raina berjaga di standnya yang kecil. Di hanya diberi tempat 1x1 meter untuk mendagangkan donatnya.Donat dengan aneka rasa. Beberapa anak kecil merengek kepada orang tua mereka untuk membeli Donat Raina.Hampir setiap sore Raina berdagang disini bersama dengan pedagang lainnya dan menjelang maghrib mereka akan kembali ke rumah."Pusing, dek?" Tanya salah satu ibu-ibu penjual rujak yang bersebelahan dengan stand Raina.Raina hanya tersenyum. Sedari tadi minyak kayu putih selalu bertengger di hidungnya.Aroma durian yang ada di sebrangnya membuatnya mual dan pusing setengah mati."Ini buat nyemil.." ucap ibu penjual rujak menyodorkan satu bungkus buah rujak."Tidak usah, bu.." tolak Raina halus.
"Selamat pagi, Pak Amar. Saya ingin mengabarkan bahwasanya persidangan baru saja selesai. Anda sudah resmi bercerai. Selamat.."Amar menerima telpon dari pengacara perceraiannya. Dia baru saja terbangun dari tidur."Ya Tuhan.. sudah jam 10," Amar melirik jam yang ada di dinding kamarnya.Dia lalu menaruh ponselnya kembali ke atas nakas."Persidangan? Bercerai?" Amar yang belum sadar secara penuh mencoba mengingat-ngingat semuanya."Astagaa!! Hari ini adalah harinya!!"Hari ini adalah hari perceraian Amar dan Raina setelah menjalani biduk rumah tangga yang baru menginjak 6 bulan. Amar bertekad bulat untuk menceraikan Raina. Tak perlu mediasi. Cukup sidang satu kali saja dan tak ada pembagian harta gono gini.Raina tak berhak atas harta yang Amar miliki.Amar juga sudah mengutus pengacara perceraiannya untuk mengurus semuanya sehingga dia tidak perlu repot untuk hadir. Dia s
Ponsel Amar terus berdering dari tadi. Amar yang sedang gundah menolak panggilan itu. Sampai akhirnya ponsel itu kembali bergetar tapi tak sehebat tadi.Sebuah notif muncul di jendela ponselnya.'Kamu kemana sih sayang?''Ngomong-ngomong tadi aku menghubungi pengacaramu.. selamat ya.. kamu sudah resmi bercerai..''Aku sudah tidak sabar lagi menanti hari pernikahan kita!!'Pesan berantai itu masuk ke ponsel Amar. Amar hanya membacanya dari jendela ponsel, sudah pasti pengirimnya dari Ditha.Wanita yang sudah menjalani hubungan kurang lebih tiga bulan dengannya. Amar mengatakan kepada Raina bahwa Ditha itu kekasihnya. Sebenarnya tujuan Amar mengencani Ditha hanya untuk melihat reaksi Raina saja. Tidak lebih.Tapi karena Ditha memang terobsesi kepadanya semenjak lama, mau tak mau Amar menyambut gayung cinta darinya. Walaupun hatinya ragu apakah dia benar-benar mencintai Ditha.. atau w
Adzan subuh berkumandang, Raina yang terus terjaga semalaman membangunkan dirinya pelan-pelan. Tulangnya remuk, badannya hancur. Sakit dirasakan disekujur tubuhnya.Perlahan dia terduduk dan menoleh ke sisinya. Lelaki yang dicintainya itu tengah tertidur pulas dengan dengkuran halus yang terdengar dari mulutnya. Amar tertidur sambil menghadapnya.Raina menatap lelaki itu dengan sedih.Teman masa kecilnya, cinta pertamanya yang terkenal lembut dan penuh dengan kasih sayang kini telah berubah menjadi lelaki dewasa yang sangat kasar dan kejam.Hanya butuh beberapa jam saja, mereka berdua sudah resmi berpisah karena hari ini adalah hari perceraian mereka.Dengan tertatih Raina keluar dari rumah itu. Rumah yang sudah ditempatinya selama enam bulan. Rumah yang menyimpan banyak kenangan buruk.Sambil menyusuri jalanan yang masih sepi dengan rasa dingin yang menusuk tulang. Raina melangkahkan kakinya tanpa tahu kemana dia
Berbagai bau khas mengguggah selera membelai para pecinta kuliner yang sedang menikmati waktu senja di taman rekreasi itu.Banyak jenis makanan di jajakan, termasuk juga Donat Raina.Raina berjaga di standnya yang kecil. Di hanya diberi tempat 1x1 meter untuk mendagangkan donatnya.Donat dengan aneka rasa. Beberapa anak kecil merengek kepada orang tua mereka untuk membeli Donat Raina.Hampir setiap sore Raina berdagang disini bersama dengan pedagang lainnya dan menjelang maghrib mereka akan kembali ke rumah."Pusing, dek?" Tanya salah satu ibu-ibu penjual rujak yang bersebelahan dengan stand Raina.Raina hanya tersenyum. Sedari tadi minyak kayu putih selalu bertengger di hidungnya.Aroma durian yang ada di sebrangnya membuatnya mual dan pusing setengah mati."Ini buat nyemil.." ucap ibu penjual rujak menyodorkan satu bungkus buah rujak."Tidak usah, bu.." tolak Raina halus.
Tubuh Raina bergetar hebat saat memasuki ruang persidangan. Dia berusaha mati-matian untuk tidak mengangkat wajahnya agar pandangannya tidak jatuh kepada lelaki itu.Lelaki yang menyiksanya dengan hebat. Mantan suaminya. Amar.Bukan Raina tak tahu jika Amar terus menerus memandanginya selama proses persidangan seakan-akan wanita itu adalah terdakwa yang sebenarnya.Semua ini karena Wira..Raina yang awalnya ragu untuk membantu Amar karena masih trauma akhirnya menjadi luluh mendengar cerita lelaki itu. Saat ini Amar tak berdaya. Ia difitnah. Tapi tak ada satupun bukti yang bisa menolongnya.Wira tidak sengaja bertemu dengan Raina sore itu di kala Raina sedang menjajakan dagangannya.Lepas dari kehidupan Amar, Raina kembali merajut hidupnya yang terkoyak.Mewarisi kepandaian memasak ibunya, Raina berjualan donat di sebuah taman rekreasi yang juga terdapat banyak pedagang kaki lima.D
Amar terduduk lesu di kursi pesakitannya. Dia sama sekali tak mau membalas tatapan mata tajam yang berada di sebrangnya.Tatapan mata puas dari seorang wanita yang sakit hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan.Aurellie duduk dengan sombongnya sambil menyilangkan tangannya di dada. Dia puas dengan keputusan hakim tempo lalu dengan menjerat lelaki itu dipenjara."Siapa suruh kau berani menolakku!" Gumam Aurellie sinis sambil menatap Amar.Sentuhan lembut beberapa kali dirasakan oleh Amar di bahunya. Erina yakin akan ada keadilan untuk anaknya, walaupun kemungkinan untuk lepas dari jeratan hukum sangatlah kecil.Namun, ia percaya bahwa kebenaran pasti akan menang.Persidangan ini kembali menampilkan saksi dari pihak Amar. Saksi kunci kejadian pada malam itu.Saksi yang ternyata dibawa langsung oleh Wira..Persidangan dimulai. Erina sangat tegang menantikan siapa saksi yang dimaksud oleh pe
Amar menatap pria yang didepannya ini dengan penuh pertanyaan, sedangkan Wira juga menatap tajam Amar seolah ingin menjawab pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh Amar."Jadi, anda pikir saya berselingkuh dengan Raina?"Amar kini tak menjawab. Matanya tetap lurus ke depan menatap pria ini tak percaya."Berarti anda sudah salah paham." Ucap Wira sambil tersenyum."Lalu sebenarnya ada hubungan apa antara anda dan Raina?" Tanya Amar penasaran.Wira terkekeh geli sebelum menjelaskan semuanya pada Amar. Kenyataan sebenarnya mengenai hubungan antara dia dan Raina."Raina sangat berjasa kepada kami, pak Amar. Dia adalah saksi yang membantu kami dalam memecahkan sebuah kasus.""Saksi?""Iya. Anda pasti ingat kasus pembunuhan enam bulan yang lalu di hotel Inara?" Amar tampak mengingat kasus yang dimaksud. Yang ia tahu ada pembunuhan di hotel tersebut dimana korbannya adal
"Kenapa?" Tanya Aurellie kepada Amar yang terus memegang kepalanya.Amar baru saja terbangun dari tidurnya. Kepalanya masih sangat berat bak dihantam batu."Kepalaku sakit, aku harus ke dokter.." ucap Amar sambil menahan nyeri.Amar membuka selimutnya dan ia terkejut dengan tubuhnya yang polos tak memakai apapun. Tapi karena sakit kepala yang benar-benar dirasakannya. Dia tak perduli.Pikirannya saat ini harus ke rumah sakit dan bertemu dokter."Bodoh!!" Kutuk Amar setelah ia mengingat semuanya."Kenapa aku sama sekali tidak mencurigai semuanya? Aku berada dalam satu kamar yang sama dengan Aurel malam itu.. tapi aku tak mengingat apapun! Yang aku ingat hanya sakit kepala saja!"Amar merasa dirinya pasti sudah dijebak oleh wanita bersuara manja itu.Selama ini ia teralihkan karena urusannya dengan Raina. Masalah itu tertutupi karena kebenciannya yang amat sangat dengan Raina.
Ditha tergesa-gesa masuk ke rumah Amar sambil mendorong Mbok Darti yang membukakan pintu untuknya."Ada apa ini?" Tanya Amar kepada Ditha yang sikapnya begitu kasar pada pembantunya."Ada hubungan apa kamu dengan Aurel?" Tanya Ditha tajam. Kobaran api terlihat dari manik matanya."Aurel? Aurel siapa??" Tanya Amar bingung."Ada hubungan apa kamu dengan Aurel???!!" Tanya Ditha kembali dengan intonasi yang tinggi."Kamu sudah gila, ya!!! Kamu datang kemari tiba-tiba dan bertanya mengenai Aurel!! Aurel siapaaa???!!" Balas Amar dengan nada tinggi yang sama."Aurellie!! Rekan kerja kita dulu di perusahaan!!" Ucap Ditha tak sabar.Amar mengingat Aurellie mana yang dimaksud Ditha."Oh, perempuan itu. Aku tidak ada hubungan dengannya." Jawab Amar santai."Bohong kamu!! Terus foto itu apa maksudnya??""Foto apalagi sih? Apa maksudmu?" Tanya Amar yang mulai lel
Samar-samar Raina membuka matanya. Bau khas alkohol dan antiseptik bercampur membelai hidungnya.Tirai putih, suara berisik dari luar menyadarkan dirinya."Mbak, sudah sadar?" Tanya seorang wanita yang memakai jas dokter.Raina menatap wanita itu dengan nanar. Dimana sekarang dia berada?"Mbak berada di igd rumah sakit. Tadi ada warga yang menemukan mbak pingsan di pinggir jalan.Sesuai kartu identitas, apakah benar nama anda Raina Afifah?" Tanya dokter wanita itu."Benar dok..," jawab Raina lemah."Saya sudah memeriksa anda. Tensi anda dan kadar gula darah anda tadi sangat rendah. Oleh karena itu kami memasang infus di tangan anda. Sekarang apakah ada keluhan lainnya?"Raina tampak berpikir sebentar. "Kepala saya sakit sekali dok..,""Baik.. lalu apa lagi?""Sepertinya itu saja dok.." jawab Raina masih lemah."Apa saya boleh berta
Adzan subuh berkumandang, Raina yang terus terjaga semalaman membangunkan dirinya pelan-pelan. Tulangnya remuk, badannya hancur. Sakit dirasakan disekujur tubuhnya.Perlahan dia terduduk dan menoleh ke sisinya. Lelaki yang dicintainya itu tengah tertidur pulas dengan dengkuran halus yang terdengar dari mulutnya. Amar tertidur sambil menghadapnya.Raina menatap lelaki itu dengan sedih.Teman masa kecilnya, cinta pertamanya yang terkenal lembut dan penuh dengan kasih sayang kini telah berubah menjadi lelaki dewasa yang sangat kasar dan kejam.Hanya butuh beberapa jam saja, mereka berdua sudah resmi berpisah karena hari ini adalah hari perceraian mereka.Dengan tertatih Raina keluar dari rumah itu. Rumah yang sudah ditempatinya selama enam bulan. Rumah yang menyimpan banyak kenangan buruk.Sambil menyusuri jalanan yang masih sepi dengan rasa dingin yang menusuk tulang. Raina melangkahkan kakinya tanpa tahu kemana dia
Ponsel Amar terus berdering dari tadi. Amar yang sedang gundah menolak panggilan itu. Sampai akhirnya ponsel itu kembali bergetar tapi tak sehebat tadi.Sebuah notif muncul di jendela ponselnya.'Kamu kemana sih sayang?''Ngomong-ngomong tadi aku menghubungi pengacaramu.. selamat ya.. kamu sudah resmi bercerai..''Aku sudah tidak sabar lagi menanti hari pernikahan kita!!'Pesan berantai itu masuk ke ponsel Amar. Amar hanya membacanya dari jendela ponsel, sudah pasti pengirimnya dari Ditha.Wanita yang sudah menjalani hubungan kurang lebih tiga bulan dengannya. Amar mengatakan kepada Raina bahwa Ditha itu kekasihnya. Sebenarnya tujuan Amar mengencani Ditha hanya untuk melihat reaksi Raina saja. Tidak lebih.Tapi karena Ditha memang terobsesi kepadanya semenjak lama, mau tak mau Amar menyambut gayung cinta darinya. Walaupun hatinya ragu apakah dia benar-benar mencintai Ditha.. atau w