MADU KUJADIKAN BABU Part 23 BAku mengangguk. Dia senyum lebar."Makasih Tan. Makasih. Mas bener-bener gak nyangka kamu mau kasih Mas kesempatan lagi. Makasih Tan. Mas janji akan berusaha jadi suami yang baik buat kamu. Meski sekarang ada si Nia, tapi Mas akan pastikan kasih sayang Mas akan lebih besar sama kamu. Karena sekarang Mas juga udah lihat, siapa yang paling tulus mengurus dan ikhlas merawat Ibu," cecarnya sambil terus menerus menciumi punggung tanganku.Hoek! Sejujurnya aku jijik. Andai bukan karena sakit hati yang menganga di dalam sini, aku tentu sudah membuangnya sejak dulu."Oh ya, aku ngantuk, Mas. Capek. Aku tidur duluan ya. Kalau kamu mau tidur di sini tidur aja di kasur, gak usah di lantai lagi," ucapku lagi.Dan lagi, matanya berbinar dengan senyuman mengembang."Serius? Mas boleh tidur di kasur sekarang?" tanyanya tak percaya.Aku mengangguk sambil menyunggingkan senyuman manis yang dipaksakan."Terimakasih, Sayang, terimakasih," katanya lagi sambil dengan spontan
MADU KUJADIKAN BABUPart 24 ASetelah sarapan Mas Iwan berangkat. "Tan, temenin jalan pagi yuk ke taman. Biar enakan badan Ibu," ajak Ibu mertua."Siap, Bu. Sebentar Intan ganti baju dulu ya."Gegas aku naik. Dan kembali turun saat selesai bersiap. "Kalian mau pada kemana?" tanya si madu babu saat kami papasan di teras. Dia baru pulang dari pasar rupanya."Mau jalan pagi. Kenapa nanya-nanya? Kepo," ketus Ibu mertua."Wah Ibu mau jalan pagi, Bu? Nia ikut dong. Atau Nia aja yang temenin Ibu, boleh gak? Biar Mbak Intan yang masak," cecarnya bersemangat.Dih, tumben itu orang. Sejak kapan dia mau nemenin ibu mertua? Apa dia lagi carmuk kali ya? Alias cari muka."Apaan sih, gak usah. Ibu maunya pergi sama Intan. Kamu di sini aja beresin tuh rumah, masih berantakan dan pada berdebu gitu lantainya. Males amat sih," ketus Ibu mertua lagi.Sontak saja rahang si madu kembali mengeras. Tapi dia bisa apa? Sampai akhirnya kami pergi meninggalkannya.--Sepulang dari taman kami terkejut karena k
MADU KUJADIKAN BABU Part 24 B"Ya jelas Ibu tahu, tadi kami ketemu sama orang-orangnya."Si madu babu diam sebentar sebelum akhirnya dia kembali bicara."Ya udahlah ya gak usah diperpanjang. Yang penting 'kan ini rumah sekarang udah bersih," katanya sambil akan melengos pergi. Tapi dengan cepat ibu mertua menahannya."Gak usah diperpanjang gimana maksud kamu hah? Asal kamu tahu ya, beres-beres nyewa orang-orang seperti mereka itu pemborosan namanya tahu gak? Mana sampe juta-juta pula upahnya."Si madu babu mengerling malas, "ya biarin aja sih. Duit Nia ini 'kan? Bukan duit Ibu apalagi duit Mbak Intan?" songongnya.Ibu sontak melotot. Beliau baru akan bicara lagi saat aku dengan cepat menyentak si madu babu."Nia! Kamu itu bisa gak kalau ngomong sama Ibu yang sopan sedikit? Gak usah kebanyakan ngeyel! Ibu tuh cuma ngingetin kamu, kalau nyewa home cleaning begitu bayarnya pasti mahal. Terus kamu juga punya duit dari mana bisa sewa mereka, hah?"Kedua bola matanya berputar ke arahku."P
MADU KUJADIKAN BABUPart 25 ASetelah membuntuti sampai setengah jam lamanya. Aku yang begitu yakin dia akan pergi ke sebuah tempat untuk menemui seseorang, malah dibuat heran saat ternyata si madu babu itu pergi ke tempat kerjanya Mas Iwan."Hah jadi dia keluar cuma mau nemuin Mas Iwan? Astaga pantesan dia tadi berhenti dulu di warung makan, mungkin itu orang mau caper nganterin makan siang buat suaminya," gerutuku.Buru-buru aku juga mengambil ponsel dan menelepon Mas Iwan."Hallo, Mas.""Iya Tan. Kenapa? Tumben telepon. Kangen yaa?" katanya.Idiiih apaan sih. Kegeeran banget itu orang. "Mas, kamu udah makan siang belum?""Belum Tan, ini baru selesai ngerjain berkas.""Oh kebetulan kalau gitu. Aku tadi anterin kamu makanan, si Nia sekarang lagi ke sana. Nanti kamu terima ya.""Wah yang bener? Oke Sayang. Makasih ya Mas seneng banget.""Iya. Ya udah ya, Mas. Intan lagi sibuk nemenin Ibu nih.""Iya Tan. Jagain Ibu ya.""Hmm."Tut. Kumatikan sambungan telepon. Males aku ngomong sama
MADU KUJADIKAN BABU Part 25 BMas Iwan menggosok kepala. Tampak moodnya kembali buruk saat istri mudanya itu nyerocos terus."Ya ya terserah kamu aja Nia. Mas pusing," ucapnya."Udah Mas gak usah diladenin. Si madu babu eh si Nia emang kayaknya masih sirik sama aku. Jelas-jelas makanannya aku bikin terus aku yang suruh dia anter ke tempat kerjamu. Tanya aja sama Ibu kalau kamu gak percaya," timpalku cepat."Iya Sayang. Makasih ya, kamu emang paling sabar dan-""Mbak! Apa-apaan ini? Kamu kok jadi ngaku-ngaku makanan yang aku anterin sih?!" teriak si madu babu, memotong ucapan Mas Iwan.Aku senyum miring saja tanpa meladeninya."Oh ya Mas, besok aku bawain kamu makan siang lagi, ya. Mau gak?" ucapku pada Mas Iwan alih-alih meladeni wanita itu.Si madu babu melotot kesal. Dia baru akan bicara lagi saat Mas Iwan lebih dulu merespon ucapanku."Gak usah Tan. Besok soalnya kerja libur, semua karyawan cuma disuruh hadir doang ke acara syukuran ulang tahun bos.""Oh ya? Mau ada pesta, Mas? Su
MADU KUJADIKAN BABUPart 26 ASampai di tempat acara. Kami langsung turun. Dan Mas Iwan baru akan menggandeng tanganku saat aku dengan cepat menolaknya."Mas, aku jalan sendiri aja ya, aku pakai heels, takut jatuh," kilahku. Padahal alesannya karena aku malas digandeng sama dia. Toh di tempat ini si madu babu juga udah gak bisa lihat kami kan? Jadi buat apa aku terlalu nempel sama Mas Iwan, hh."Oh ya udah," katanya pendek.Aku lalu jalan lebih dulu ke dalam."Hei Intan." Ikram temanku, yang tak lain adalah bosnya Mas Iwan langsung menyapaku ketika aku datang."Heii, selamat menua ya Pak Bos. Hebat nih, gak nyangka udah jadi CEO aja nih Pak Bos."Dia terkekeh, "bisa aja. Suamimu mana?""Itu di belakang.""Loh, nggak bareng?""Nggak ah. Males. Ngapain?""Lah suamimu itu."Aku senyum kuda, "bentar lagi juga jadi mantan.""Eitsss."Aku terkekeh."Eh btw, kapan nih undangannya disebar? Mode silent aja, heran deh." Aku basa-basi walau kelewat basi."Undangan apa?" Dia nanya balik."Benci d
MADU KUJADIKAN BABU Part 26 B"Lah emang kamu gak lihat ini muka dari tadi juga serius?" tanyanya balik sambil menyuruhku mengamati raut wajahnya.Aku mengecap bibir, "ck bener-bener ya kamu Ikram. Parah Lo, CEO masa doyannya istri orang, issshh."Dia terkekeh melihatku geleng-geleng kepala sambil bergidig."Eh btw, dari jaman sekolah kamu gak berubah ya Tan. Kuat, tegar dan berprinsip kuat. Aku suka perempuan kayak kamu," kata Ikram lagi."Apaan sih lebay. Jelas aja aku gak berubah, kamu pikir aku Saras 88 bisa berubah?"Dia terbahak."Nanti kabar-kabari ya Tan kalau misal kamu cerai sama suami kamu," celetuknya lagi.Keningku mengerut, "isssh apa sih, bikin kesel aja.""Eh aku serius. Katanya bentar lagi dia bakal jadi mantan, itu artinya kalian mau cerai 'kan?"Aku mengecap bibir, "ya iya siih, tapi males ah ngomongin dia mulu. Di rumah udah sumpek karena lihat dia terus, masa iya di tempat pesta kayak gini juga aku harus bahas dia lagi."Ikram terkekeh, "iya iya deh maaf."Kami l
MADU KUJADIKAN BABUPart 27Rahang si madu babu makin mengeras. Dan dia baru akan bicara lagi saat ibu mertua menarikku dan Mas Iwan keluar."Ayo Intan, Iwan. Perempuan seperti dia baiknya gak usah diladenin.""Mas! Awas aja kamu, Mas! Kamu pasti nyesel karena udah perlakukan aku begini!" teriaknya lantang.***Esok harinya.Aku bangun pagi dan gegas turun sambil membawa pakaian kotorku setelah aku mandi dan bersih-bersih. Sementara Mas Iwan juga sedang ada di kamar mandi ketika aku keluar dari kamar.Kupikir si madu babu sudah ada di dapur seperti biasa. Tapi ternyata dapur masih sepi saat aku sampai."Kemana itu orang? Kebiasaan amat jam segini belum bangun, udah kayak nyonya aja."Gegas aku pergi ke kamarnya setelah kutaruh kerinjang pakaian kotorku di dekat kamar mandi.Dor dor dor!"Niaaa!"Agak lama sampai akhirnya dia membuka pintu."Apa sih? Perasaan ini rumah udah kayak di stasiun aja, berisik," dengusnya kesal."Kamu lihat itu jam, lihat. Jam berapa?" Aku berkacak pinggang.
MADU KUJADIKAN BABU Part 40 B "Tadi tim kepolisian Tan, ngabarin kalau mereka baru aja dibawa ke rumah sakit. Kayaknya yang tadi didorong di atas hospital bed ke ruang IGD itu mereka. Makanya ayo kita lihat." Ikram pun memapahku menuju IGD. Sementara ibu yang melihat kami hendak pergi cepat menghampiri, "eh kalian mau pada kemana?" "Bibi sama si Nia, Bu. Mereka udah nggak ada katanya." Ibu terkejut. "Eh yang bener? Mereka meninggal maksudnya?" Aku mengangguk. "Ya ampun. Kok bisa?" tanya beliau sambil gegas mengekor kami menuju IGD. "Nggak tahu, Bu. Belum jelas kabarnya." "Astaga." Sesampainya kami di depan IGD kami diinformasikan bahwa jenazah si Nia dan Bi Kokom akan segera dipindah ke ruang jenazah setelah pemeriksaan selesai. Jadi kami baru bisa melihatnya saat mereka sudah ada di sana. "Maaf Pak, tapi ini gimana awalnya mereka bisa meninggal?" tanyaku pada petugas polisi yang masih berjaga di depan IGD. "Begini, Mbak. Menurut penuturan para Napi lainnya y
MADU KUJADIKAN BABUPart 40 A"Apa sih Ikram. Bercanda ah.""Aku serius Intan." Dia menatapku lekat-lekat.Ya ampun. Ini orang kenapa? Apa dia beneran ngajakin aku nikah?"Tan. Jangan diem aja, jawab Tan," katanya lagi.Aku baru saja membuka mulut saat ibu mertua masuk."Terima saja Tan," katanya.Ikram terkesiap dan cepat membetulkan posisi duduknya. Aku juga sama."Ibu. Nggak jadi tebus obat?""Udah, dibantu sama suster tadi.""Oh."Ikram lalu bangkit dan Ibu mertua duduk di bangku yang tadi diduduki Ikram."Ikram beli minum dulu ya, Bu, Tan," izin pria itu.Aku mengangguk. Syukurlah dia memilih keluar, aku gak enak kalau dia di sini soalnya. "Tan ....""Ya, Bu?""Maaf ya, tadi Ibu dengar obrolan kamu sama Nak Ikram."Aku mengulas senyum kecil."Hehe gak apa-apa, Bu." Aku cengengesan, pura-pura biasa saja padahal malu banget aslinya."Tadi itu sebetulnya kamu kenapa kok nggak langsung jawab mau aja? Apa kamu masih ragu sama Nak Ikram?""Emm ... itu Bu, sebetulnya ... gini loh, Inta
MADU KUJADIKAN BABUPart 39 B"Tan, aku mau nikah sama kamu.""What?" Lagi, aku terkejut sampai membuat langkah ibu mertua lagi-lagi terhenti di depan kami. Beliau lalu memutar badan ke arah kami."Kalian lagi pada ngapain sih? Lama amat jalannya. Ayo buruan, katanya takut keburu siang.""I-iya, Bu."Aku buru-buru melangkah mengejar ibu mertua. Ikram ikut di sampingku."Tan aku serius Tan, ucapanku tadi sama ibu mertuamu gak main-main. Aku emang mau nikah sama kamu," cecarnya sambil terus mengimbangi langkahku.Aku tak menjawab. Mendadak otakku ngeblank. Itu orang kenapa sih? Kesambet kali ah."Naik mobil Ikram aja ayo," ajak Ikram saat kami sampai di parkiran.Aku dan ibu mertua gegas naik ke mobilnya.Sampai resto yang tak jauh dari kantor Ikram, kami turun. Dan aku baru akan berputar menghampiri ibu mertua di pintu sebelah saat seseorang yang entah datang dari mana tiba-tiba menabrakku hingga ia sendiri jatuh ke dekat paving.Brak!"Eh ya ampun, hati-hati," ucapku sambil berjongkok
MADU KUJADIKAN BABUPart 39 APoV Intan"Saya benar-benar berterimakasih karena Nak Ikram sudah membantu menantu saya bebas dari tuduhan waktu itu. Sekaligus saya juga ingin menyampaikan terimakasih karena selama ini Nak Ikram sudah jadi bos yang baik untuk almarhum anak saya. Dan maaf karena saya baru bisa menemui Nak Iwan sekarang, kemarin-kemarin saya langsung ngedrop dan harus dirawat beberapa hari," ujar Ibu mertua pada Ikram. Hari ini beliau sengaja mengajakku mendatangi kantornya Ikram untuk mengucapkan rasa terimakasihnya. "Tidak apa-apa, Bu. Sudah jadi kewajiban saya memang membela orang yang tak bersalah. Intan ini teman SMA saya dulu, jadi saya tahu betul Intan nggak mungkin melakukan itu," jawab Ikram penuh wibawa."Oh ya? Jadi kalian ini temen lama toh? Wah saya baru tahu.""Iya, Bu. Intan ini teman dekat saya sejak lama. Dan dulunya menantu Ibu ini cewek populer seantero sekolah loh Bu, pokoknya siapa pun yang dapatkan dia, waaah beruntung banget deh pokoknya. Termasuk
MADU KUJADIKAN BABU Part 38 BMbak Intan, dia datang dengan wajah puas dan senyuman miring. Cepat saja, aku yang tengah terisak-isak itu bangkit."Mbak Intan, Mbak aku gak bersalah Mbak. Tolong bebaskan aku, Mbak. Aku bersumpah, ide racun itu bukan ideku Mbak.""Ya ya ya aku udah tahu Nia. Lupa kamu kalau tadi kita sidang semuanya dibuka dengan jelas? Racun itu bukan idemu, tapi ide ibumu 'kan?""Mbak aku mohon Mbak, tolong bebasin aku, Mbak. Aku gak salah. Aku janji kalau aku dibebaskan kamu boleh menjadikanku apa saja. Bahkan aku siap kalau harus jadi pembantu selamanya. Aku janji Mbak, aku janji," cecarku.Mbak Intan menyipit, "bebaskan? Lalu kalau kamu dibebaskan siapa yang akan menanggung hukumanmu Nia?""Ibu. Ibu adalah satu-satunya orang yang pantas dihukum, Mbak," jawabku asal.Sontak saja hal itu membuat ibuku geram. Lalu bangkit menarikku menjauh dari besi sel."Nia cukup! Apa-apaan ini? Kamu gila apa? Buat apa kamu memohon sama perempuan itu sampai harus bicara begitu soal
MADU KUJADIKAN BABUPart 38 A"Kau mau mengakui sekarang atau nggak?""Ng-ngaku apa, Pak?""Ya ngaku kalau kamu pelakunya. Kamu 'kan yang meracun suamimu sendiri?""Nggak, Pak. Sumpah saya bukan pelakunya. Yang meracun suami saya itu istri pertamanya.""Bohong kamu! Mengaku atau saya tambah hukumannya," ancamnya."T-tapi saya memang gak melakukan apa-apa, Pak.""Ah bohong!"Brak!Dia menggebrak meja dengan mengangkat satu kakinya ke atas meja tersebut. Aku sampai terperanjat. Tubuhku jangan ditanya, bergetar hebat sudah bagai orang yang menggigil kedinginan."Ngaku sekarang juga!""Saya nggak mau mengakui apa-apa, Pak. Saya gak salah!" ***Hari berlalu. Untunglah aku bisa lewati walau hampir gila dan menyerah. Hampir saja aku mengakui semuanya, karena mereka yang terus menerus mendesakku untuk mengakui semuanya.Untunglah ada ibu yang tak pernah berhenti mengingatkanku, seberat apapun mereka menyiksa kami, jangan sampai pengakuan itu terucap. Sidang pun digelar kembali. "Keberatan
MADU KUJADIKAN BABU Part 37 BSebuah video rekaman cctv pun diputar di persidangan itu.Aku terkejut bukan main. Tentu saja, cafe itu? Cafe Alviar tempat aku dan ibu bertemu? Bagaimana bisa Ikram punya rekaman cctv di cafe itu? Tubuhku mendadak panas dingin saat Ikram mulai bicara menjelaskan soal keadaan yang ada di dalam rekaman tersebut. Berkali-kali kuremas tangan ibuku dengan telapak tangan yang sudah basah ini."Gimana ini, Bu? Mati kita. Kita pasti akan ditangkap, Bu," bisikku pada Ibu."Tenang Nia. Kamu harus tenang supaya gak ada yang curiga.""Tapi, B-""Keberatan Yang Mulia!" Aku terkejut saat ibu teriak sambil kontan bangkit dari kursinya. Dia mengajukan keberatan rupanya. Entah apa yang ibu ucapakan saat itu, aku sampai tak bisa mendengar dan menyimak dengan baik karena saking sudah ngeblank dan ketakutan kejahatan kami terbongkar.Yang jelas, saat Ikram meminta Hakim agar aku dan ibuku juga diperiksa aku refleks teriak, "nggak! Nggaaaak!" Setelah itu aku lari ke luar
MADU KUJADIKAN BABUPart 37 AAku bengong sebentar. Lalu melemparkan senyuman pada ibu sebelum akhirnya aku berhambur dan mulai memainkan akting terbaikku."Mas Iwaaan! Maaas, kamu kenapa, Mas? Kamu kenapa? Bangun, Mas. Maaas!""Tolong tenang ya Bu, saya mengerti perasaan Anda. Tapi ini rumah sakit takutnya menganggu yang lain," ucap seorang dokter yang baru saja masuk bersama seorang perawat."Suami saya kenapa ini, Dok? Suami saya kenapa gak gerak gini? Dia kenapa?" Aku mengguncang kedua lengan dokter tersebut sambil berpura-pura nangis histeris.Ah untungnya aku jago kalau hanya untuk akting nangis seperti ini."Maaf Bu, saya harap kalian bisa ikhlas dan menerima takdir Tuhan. Pasien sudah berpulang akibat racun yang masuk ke dalam tubuhnya sudah menyebar pada aliran darah," terang Dokter tersebut."Apa? Mas Iwaaan!" Aku teriak sekencang-kencangnya agar mereka semakin yakin bahwa aku benar-benar terpukul juga kehilangan.Proses pengurusan jenazah di rumah sakit pun selesai. Jenazah
MADU KUJADIKAN BABU Part 36 BDokter itu menarik napas panjang, "kami sedang berusaha memberinya pertolongan pertama Mbak, tapi sepertinya untuk sadar hari ini kemungkinannya sangat kecil. Mari saya permisi," jawabnya sambil kemudian pergi dengan terburu-buru.Aku mengembuskan napas lega. Aaah syukurlah kalau Mas Iwan gak akan sadar hari ini. Aku jadi punya waktu untuk menyusun rencana berikutnya.Aku kembali ke dekat ibu mertua dan Mbak Intan yang tengah duduk resah di kursi tunggu."Sabar Bu, semoga Mas Iwan baik-baik saja." Mbak Intan terus menerus menguatkan mertuanya.Tak heran jika hal itu membuatku makin tak menyukainya.Awas saja kau, Mbak. Setelah ini aku pastikan, ibu mertua sendiri yang akan menyeretmu ke dalam penjara. Batinku.--Beberapa saat setelah Mas Iwan ditangani. Seorang suster keluar menyuruh salah seorang keluarga Mas Iwan untuk masuk ke dalam. Dan aku baru akan masuk saat Mbak Intan dengan cepat menyerobot."Minggir. Aku lebih berhak," desisnya seraya gegas m