Share

Part 27

Penulis: Ricny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

MADU KUJADIKAN BABU

Part 27

Rahang si madu babu makin mengeras. Dan dia baru akan bicara lagi saat ibu mertua menarikku dan Mas Iwan keluar.

"Ayo Intan, Iwan. Perempuan seperti dia baiknya gak usah diladenin."

"Mas! Awas aja kamu, Mas! Kamu pasti nyesel karena udah perlakukan aku begini!" teriaknya lantang.

***

Esok harinya.

Aku bangun pagi dan gegas turun sambil membawa pakaian kotorku setelah aku mandi dan bersih-bersih. Sementara Mas Iwan juga sedang ada di kamar mandi ketika aku keluar dari kamar.

Kupikir si madu babu sudah ada di dapur seperti biasa. Tapi ternyata dapur masih sepi saat aku sampai.

"Kemana itu orang? Kebiasaan amat jam segini belum bangun, udah kayak nyonya aja."

Gegas aku pergi ke kamarnya setelah kutaruh kerinjang pakaian kotorku di dekat kamar mandi.

Dor dor dor!

"Niaaa!"

Agak lama sampai akhirnya dia membuka pintu.

"Apa sih? Perasaan ini rumah udah kayak di stasiun aja, berisik," dengusnya kesal.

"Kamu lihat itu jam, lihat. Jam berapa?" Aku berkacak pinggang.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Madu Kujadikan Babu   Part 28 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 28 A"Hallo, Nia. Kamu itu ngomong apa sih? Ngapain Ibu harus jelasin? Ada apa suara kamu serak gitu? Kamu lagi nangis ya?" respon Bi Kokom di jauh sana. Sengaja si madu babu meloudspeak panggilan teleponnya."Iya sekarang Nia lagi nangis, Bu. Gara-gara Ibu bawa si Aliandi ke dalam hidup Nia sekarang Mas Iwan salah paham. Ibu sekarang harus tanggung jawab, ceritain semuanya soal siapa dia sebenarnya dan gimana hubungan Nia sama dia supaya Mas Iwan dan ibu mertua Nia denger dengan jelas.""Oh kirain ada apa." Bi Kokom terdengar malas dan santai."Ya udah buru cerita sekarang, Bu.""Ogah. Ibu gak mau.""Ibu. Ayolah, Bu. Cerita sekarang, biar Mas Iwan dan mertua Intan percaya kalau Intan itu gak ada main apa-apa," paksa si madu babu lagi."Nggak. Udah sih biarin aja. Syukur-syukur kamu cerai biar kamu punya suami yang lebih baik dari si Iwan."Sontak saja Mas Iwan dan ibu mertua melotot. Si madu babu makin pias."Ibu! Kalau ngomong jangan sembarangan. Siapa juga

  • Madu Kujadikan Babu   Part 28 B

    MADU KUJADIKAN BABUPart 28 B"Gak. Gak apa-apa Tan," katanya pasrah, sambil mengembuskan napas panjang.Dia lalu kembali turun bersamaku meski dengan langkah berat. Dalam kondisinya yang sekarang, aku memang sengaja agar dia tetap berangkat kerja hari ini. Tentu saja supaya aku gak rugi dan kehilangan pundi-pundi uangku. Enak aja, dia pikir aku bakal nyuruh dia bolos kerja? Jangan harap.Kami baru saja duduk di kursi makan saat si madu babu datang menghampiri."Mas, kamu mau sarapan? Aku siapin ya." Buru-buru wanita itu membuka nasi uduk yang tengah dibawanya."Gak usah. Aku mau makan bubur," tolak Mas Iwan malas.Si madu babu tercekat dengan mata yang lagi-lagi berair dan merah. Sementara aku tertawa puas dalam hati."Ini Mas buburnya." Kusodorkan cepat bubur yang tadi kubeli padanya."Iya makasih Tan." Mas Iwan tersenyum padaku sebelum akhirnya dia mulai melahap bubur tersebut.Dada si madu babu kembang kempis. Tapi ia bisa apa? Selain memilih pergi dengan mata yang sudah mengembun

  • Madu Kujadikan Babu   Part 29 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 29 AWajah si madu babu pias seketika."Sana ke belakang. Males saya lihat wajah kamu yang sok polos itu," usir Ibu mertua.Si madu babu akhirnya melengos pergi meski dengan tatapan tajam dan tangan mengepal. Aku senyum lebar saja dalam hati. Puas rasanya aku seharian ini melihat wanita itu diomelin terus-terusan sama ibu mertua dan suaminya haha."Itu apa sih, Mas?" tanyaku penasaran. "Ini uang doorprize dari bos Tan. Katanya di pesta kemarin Mas menang doorprize tapi kita udah pulang duluan, jadi uang hadiahnya baru dikasih sekarang.""Hah? Masa sih? Emang ada doorprize segala?""Iya ada. Cuma Mas lupa ngasih tahu sama kamu. Nih uangnya." Mas Iwan meyerahkan uang itu padaku."Wah makasih ya, Mas.""Tuh 'kan, kalau kamu pergi sama orang bener, kamu juga ikutan beruntung Wan. Coba kalau kamu perginya sama perempuan lain, Ibu sih yakin, kamu gak akan seberuntung itu," ucap Ibu mertua. Matanya neleng ke arah si madu babu.Mendadak saja langkah pelan wanita itu

  • Madu Kujadikan Babu   Part 29 B

    MADU KUJADIKAN BABU Part 29 B"Gak apa-apa. Buat kamu apa yang enggak. Apalagi sekarang di rumah ada Ibu, Mas jadi harus makin rajin kerja." Dia senyum lebar sambil mengelus pipiku.Hmm baguslah. Memang harusnya begitu. Batinku."Oh ya Mas, kalau gitu aku tidur duluan ya. Capek.""Iya. Nanti Mas nyusul," katanya.Buru-buru aku pergi ke kamar dan melelapkan diri.***"Intaaan! Intaaan!"Tok tok tok."Intaaan!"Aku terperanjat dan langsung mengucek-ngucek mata.Kudengar ibu mertua mengetuk-ngetuk pintu kamar sambil teriak-teriak memanggilku dengan suara yang tak santai.Ada apa sih?Cepat aku menyingkap selimut dan buru-buru turun dari ranjang."Iya Bu, sebentaaar.""Cepet buka pintunyaaa!"Astaga, ada apa sih? Pagi-pagi gini heboh amat."Ya, Bu. Kenapa?" tanyaku cepat setelah pintu kamar berhasil kubuka."Intan, Iwan Tan. Iwaaan." Ibu mertua terisak-isak sambil terus nunjuk-nunjuk ke belakangnya."Kenapa? Mas Iwan kenapa, Bu?"Tanpa menjawab pertanyaanku lagi, ibu mertua menarik tanga

  • Madu Kujadikan Babu   Part 30

    MADU KUJADIKAN BABUPart 30"Iya, Bu. Katanya kemungkinan besar keracunan dari makanan yang dia konsumsi.""Makanan yang dia konsumsi? Bukannya terakhir Mas Iwan minum kopi buatanmu, Mbak?" tanya si madu babu."Iya. Semalam Mas Iwan emang minum kop-""Wah berarti jelas dong, Mas Iwan keracunan kopi buatanmu," potongnya cepat.Mulut terbuka, "ya nggak gitu Nia! Dokter 'kan belum observasi lebih lanjut, jadi kita belum tahu jelasnya dia keracunan jenis apa dan dari makanan atau minuman apa. Yang jelas kata dokter sekarang Mas Iwan kritis, jadi lebih baik kita banyak berdo'a aja dari pada ribut-ribut soal beginian," ujarku kesal.Dia itu, maen asal tuduh aja. Dasar nyebelin."Loh kenapa Mbak? Kamu kok kayak ketakutan gitu? Kalau kamu gak salah harusnya kamu gak usah takut dan alihin topik gini dong," kekeuhnya."Nia! Kamu itu bisa gak jangan asal nuduh dulu. Kamu pikir aku gila sampe harus ngeracun suamiku sendiri?" tampikku tak terima."Ya terus itu Mas Iwan bisa keracunan gitu gimana c

  • Madu Kujadikan Babu   Part 31 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 31 A"Apa? Kenapa anak saya, Dok?" Ibu mertua tak sabar."Pasien tidak bisa diselamatkan," lanjut dokter itu."Apa?!" Ibu mertua terkejut. Pun dengan aku yang nyaris tak percaya.Mas Iwan meninggal? Ya ampun. Ini beneran?"An-an-anak saya meninggal maksudnya, Dok?" Ibu mertua tergagap dengan suara bergetar. Dokter itu mengangguk berat."Iwaaan!" Ibu mertua teriak kencang lantas menyerobot masuk ke dalam. Aku cepat berlari mengejar beliau, dan ikut berhambur ke dalam ruangan itu."Iwaaan! Apa-apaan ini, Nak? Kamu gak mungkin pergi secepat ini Iwan. Bangun Iwan, banguun!" Suara Ibu mertua memekik memenuhi ruangan itu. Dengan perasaan yang tiba-tiba tak karuan, cepat kuelus pundak beliau dan Kutenangkan juga di pundakku."Sabar Bu, sabar ... Ibu harus ikhlas."Brak!Seketika tanganku ditepisnya kasar. Dan ibu mertua langsung menarik kepalanya dari pundakku. Beliau lantas menatapku dengan mata melotot penuh."Apa maksud kamu? Iwan masih hidup, dia baik-baik saja.

  • Madu Kujadikan Babu   Part 31 B

    MADU KUJADIKAN BABU Part 31 B"Hanya Tuhan yang tahu. Tapi cepat atau lambat kalian akan segera tahu siapa pelakunya," jawab si madu babu lagi. Lagi-lagi kedua bola matanya mengerling liar ke arahku.Jujur, ingin kuseret ke belakang saja rasanya dia sekarang. Tapi aku harus sabar. Menunjukan sikap benci dan tak suka takutnya malah menambah huru-hara di hari duka ini.Jadi sebisanya aku berusaha menahan diri. Aku tak merespon apalagi membalas ucapannya, biarlah waktu yang akan membuktikan bahwa tuduhannya itu adalah salah besar.Dari pada mendengar ocehannya yang tak berdasar, akhirnya aku memilih naik ke atas. Aku pikir menangkan diri sebentar sebelum jenazah dibawa ke tempat pemakaman akan jauh lebih baik dari pada harus duduk di sana dan menjadi sasaran mata jahat wanita itu.Sekitar setengah jam aku baringan di kasur sambil memijit kening. Aku kembali turun karena katanya jam tiga ini jenazah Mas Iwan akan dimakamkan."Itu dia orangnya Pak, tangkap dia. Dia yang udah meracun suami

  • Madu Kujadikan Babu   Part 32 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 32 A--"Intan. Astaga ... kamu kenapa? Kok bisa begini?" Ikram datang ke sel dengan wajah panik. Aku yang tengah duduk memeluk lututku lekas bangkit."Kram, kamu ke sini? Dari mana kamu tahu aku di sini?""Tadi aku ke rumah kamu Tan, mau melayat. Pas aku tanya kamu di mana mereka bilang kamu udah dibawa polisi, kok bisa sih Taaan? Apa yang sebenernya terjadi?" cecarnya dengan tatapan serius.Aku tak bisa menahan air mata. Entah kenapa sesak ini tiba-tiba menyerang. Padahal sejak tadi aku bisa kuat. Tapi entah kenapa, takut, bingung dan shock tiba-tiba bergulung bagai ombak yang menyapu bibir pantai.Aku merasa terseret hanya dalam waktu yang singkat oleh ombak itu."Intan. Intan bicara Tan, kamu kenapa?" Ikram mengguncang kedua bahuku.Cepat kusapu air mata yang jatuh ini.Seorang polisi lalu mengeluarkanku dari dalam sel setelah Ikram memintanya. Kami lalu duduk berhadapan di sebuah meja sederhana yang sepertinya biasa digunakan untuk pertemuan singkat anta

Bab terbaru

  • Madu Kujadikan Babu   Part 40 B End

    MADU KUJADIKAN BABU Part 40 B "Tadi tim kepolisian Tan, ngabarin kalau mereka baru aja dibawa ke rumah sakit. Kayaknya yang tadi didorong di atas hospital bed ke ruang IGD itu mereka. Makanya ayo kita lihat." Ikram pun memapahku menuju IGD. Sementara ibu yang melihat kami hendak pergi cepat menghampiri, "eh kalian mau pada kemana?" "Bibi sama si Nia, Bu. Mereka udah nggak ada katanya." Ibu terkejut. "Eh yang bener? Mereka meninggal maksudnya?" Aku mengangguk. "Ya ampun. Kok bisa?" tanya beliau sambil gegas mengekor kami menuju IGD. "Nggak tahu, Bu. Belum jelas kabarnya." "Astaga." Sesampainya kami di depan IGD kami diinformasikan bahwa jenazah si Nia dan Bi Kokom akan segera dipindah ke ruang jenazah setelah pemeriksaan selesai. Jadi kami baru bisa melihatnya saat mereka sudah ada di sana. "Maaf Pak, tapi ini gimana awalnya mereka bisa meninggal?" tanyaku pada petugas polisi yang masih berjaga di depan IGD. "Begini, Mbak. Menurut penuturan para Napi lainnya y

  • Madu Kujadikan Babu   Part 40 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 40 A"Apa sih Ikram. Bercanda ah.""Aku serius Intan." Dia menatapku lekat-lekat.Ya ampun. Ini orang kenapa? Apa dia beneran ngajakin aku nikah?"Tan. Jangan diem aja, jawab Tan," katanya lagi.Aku baru saja membuka mulut saat ibu mertua masuk."Terima saja Tan," katanya.Ikram terkesiap dan cepat membetulkan posisi duduknya. Aku juga sama."Ibu. Nggak jadi tebus obat?""Udah, dibantu sama suster tadi.""Oh."Ikram lalu bangkit dan Ibu mertua duduk di bangku yang tadi diduduki Ikram."Ikram beli minum dulu ya, Bu, Tan," izin pria itu.Aku mengangguk. Syukurlah dia memilih keluar, aku gak enak kalau dia di sini soalnya. "Tan ....""Ya, Bu?""Maaf ya, tadi Ibu dengar obrolan kamu sama Nak Ikram."Aku mengulas senyum kecil."Hehe gak apa-apa, Bu." Aku cengengesan, pura-pura biasa saja padahal malu banget aslinya."Tadi itu sebetulnya kamu kenapa kok nggak langsung jawab mau aja? Apa kamu masih ragu sama Nak Ikram?""Emm ... itu Bu, sebetulnya ... gini loh, Inta

  • Madu Kujadikan Babu   Part 39 B

    MADU KUJADIKAN BABUPart 39 B"Tan, aku mau nikah sama kamu.""What?" Lagi, aku terkejut sampai membuat langkah ibu mertua lagi-lagi terhenti di depan kami. Beliau lalu memutar badan ke arah kami."Kalian lagi pada ngapain sih? Lama amat jalannya. Ayo buruan, katanya takut keburu siang.""I-iya, Bu."Aku buru-buru melangkah mengejar ibu mertua. Ikram ikut di sampingku."Tan aku serius Tan, ucapanku tadi sama ibu mertuamu gak main-main. Aku emang mau nikah sama kamu," cecarnya sambil terus mengimbangi langkahku.Aku tak menjawab. Mendadak otakku ngeblank. Itu orang kenapa sih? Kesambet kali ah."Naik mobil Ikram aja ayo," ajak Ikram saat kami sampai di parkiran.Aku dan ibu mertua gegas naik ke mobilnya.Sampai resto yang tak jauh dari kantor Ikram, kami turun. Dan aku baru akan berputar menghampiri ibu mertua di pintu sebelah saat seseorang yang entah datang dari mana tiba-tiba menabrakku hingga ia sendiri jatuh ke dekat paving.Brak!"Eh ya ampun, hati-hati," ucapku sambil berjongkok

  • Madu Kujadikan Babu   Part 39 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 39 APoV Intan"Saya benar-benar berterimakasih karena Nak Ikram sudah membantu menantu saya bebas dari tuduhan waktu itu. Sekaligus saya juga ingin menyampaikan terimakasih karena selama ini Nak Ikram sudah jadi bos yang baik untuk almarhum anak saya. Dan maaf karena saya baru bisa menemui Nak Iwan sekarang, kemarin-kemarin saya langsung ngedrop dan harus dirawat beberapa hari," ujar Ibu mertua pada Ikram. Hari ini beliau sengaja mengajakku mendatangi kantornya Ikram untuk mengucapkan rasa terimakasihnya. "Tidak apa-apa, Bu. Sudah jadi kewajiban saya memang membela orang yang tak bersalah. Intan ini teman SMA saya dulu, jadi saya tahu betul Intan nggak mungkin melakukan itu," jawab Ikram penuh wibawa."Oh ya? Jadi kalian ini temen lama toh? Wah saya baru tahu.""Iya, Bu. Intan ini teman dekat saya sejak lama. Dan dulunya menantu Ibu ini cewek populer seantero sekolah loh Bu, pokoknya siapa pun yang dapatkan dia, waaah beruntung banget deh pokoknya. Termasuk

  • Madu Kujadikan Babu   Part 38 B

    MADU KUJADIKAN BABU Part 38 BMbak Intan, dia datang dengan wajah puas dan senyuman miring. Cepat saja, aku yang tengah terisak-isak itu bangkit."Mbak Intan, Mbak aku gak bersalah Mbak. Tolong bebaskan aku, Mbak. Aku bersumpah, ide racun itu bukan ideku Mbak.""Ya ya ya aku udah tahu Nia. Lupa kamu kalau tadi kita sidang semuanya dibuka dengan jelas? Racun itu bukan idemu, tapi ide ibumu 'kan?""Mbak aku mohon Mbak, tolong bebasin aku, Mbak. Aku gak salah. Aku janji kalau aku dibebaskan kamu boleh menjadikanku apa saja. Bahkan aku siap kalau harus jadi pembantu selamanya. Aku janji Mbak, aku janji," cecarku.Mbak Intan menyipit, "bebaskan? Lalu kalau kamu dibebaskan siapa yang akan menanggung hukumanmu Nia?""Ibu. Ibu adalah satu-satunya orang yang pantas dihukum, Mbak," jawabku asal.Sontak saja hal itu membuat ibuku geram. Lalu bangkit menarikku menjauh dari besi sel."Nia cukup! Apa-apaan ini? Kamu gila apa? Buat apa kamu memohon sama perempuan itu sampai harus bicara begitu soal

  • Madu Kujadikan Babu   Part 38 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 38 A"Kau mau mengakui sekarang atau nggak?""Ng-ngaku apa, Pak?""Ya ngaku kalau kamu pelakunya. Kamu 'kan yang meracun suamimu sendiri?""Nggak, Pak. Sumpah saya bukan pelakunya. Yang meracun suami saya itu istri pertamanya.""Bohong kamu! Mengaku atau saya tambah hukumannya," ancamnya."T-tapi saya memang gak melakukan apa-apa, Pak.""Ah bohong!"Brak!Dia menggebrak meja dengan mengangkat satu kakinya ke atas meja tersebut. Aku sampai terperanjat. Tubuhku jangan ditanya, bergetar hebat sudah bagai orang yang menggigil kedinginan."Ngaku sekarang juga!""Saya nggak mau mengakui apa-apa, Pak. Saya gak salah!" ***Hari berlalu. Untunglah aku bisa lewati walau hampir gila dan menyerah. Hampir saja aku mengakui semuanya, karena mereka yang terus menerus mendesakku untuk mengakui semuanya.Untunglah ada ibu yang tak pernah berhenti mengingatkanku, seberat apapun mereka menyiksa kami, jangan sampai pengakuan itu terucap. Sidang pun digelar kembali. "Keberatan

  • Madu Kujadikan Babu   Part 37 B

    MADU KUJADIKAN BABU Part 37 BSebuah video rekaman cctv pun diputar di persidangan itu.Aku terkejut bukan main. Tentu saja, cafe itu? Cafe Alviar tempat aku dan ibu bertemu? Bagaimana bisa Ikram punya rekaman cctv di cafe itu? Tubuhku mendadak panas dingin saat Ikram mulai bicara menjelaskan soal keadaan yang ada di dalam rekaman tersebut. Berkali-kali kuremas tangan ibuku dengan telapak tangan yang sudah basah ini."Gimana ini, Bu? Mati kita. Kita pasti akan ditangkap, Bu," bisikku pada Ibu."Tenang Nia. Kamu harus tenang supaya gak ada yang curiga.""Tapi, B-""Keberatan Yang Mulia!" Aku terkejut saat ibu teriak sambil kontan bangkit dari kursinya. Dia mengajukan keberatan rupanya. Entah apa yang ibu ucapakan saat itu, aku sampai tak bisa mendengar dan menyimak dengan baik karena saking sudah ngeblank dan ketakutan kejahatan kami terbongkar.Yang jelas, saat Ikram meminta Hakim agar aku dan ibuku juga diperiksa aku refleks teriak, "nggak! Nggaaaak!" Setelah itu aku lari ke luar

  • Madu Kujadikan Babu   Part 37 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 37 AAku bengong sebentar. Lalu melemparkan senyuman pada ibu sebelum akhirnya aku berhambur dan mulai memainkan akting terbaikku."Mas Iwaaan! Maaas, kamu kenapa, Mas? Kamu kenapa? Bangun, Mas. Maaas!""Tolong tenang ya Bu, saya mengerti perasaan Anda. Tapi ini rumah sakit takutnya menganggu yang lain," ucap seorang dokter yang baru saja masuk bersama seorang perawat."Suami saya kenapa ini, Dok? Suami saya kenapa gak gerak gini? Dia kenapa?" Aku mengguncang kedua lengan dokter tersebut sambil berpura-pura nangis histeris.Ah untungnya aku jago kalau hanya untuk akting nangis seperti ini."Maaf Bu, saya harap kalian bisa ikhlas dan menerima takdir Tuhan. Pasien sudah berpulang akibat racun yang masuk ke dalam tubuhnya sudah menyebar pada aliran darah," terang Dokter tersebut."Apa? Mas Iwaaan!" Aku teriak sekencang-kencangnya agar mereka semakin yakin bahwa aku benar-benar terpukul juga kehilangan.Proses pengurusan jenazah di rumah sakit pun selesai. Jenazah

  • Madu Kujadikan Babu   Part 36 B

    MADU KUJADIKAN BABU Part 36 BDokter itu menarik napas panjang, "kami sedang berusaha memberinya pertolongan pertama Mbak, tapi sepertinya untuk sadar hari ini kemungkinannya sangat kecil. Mari saya permisi," jawabnya sambil kemudian pergi dengan terburu-buru.Aku mengembuskan napas lega. Aaah syukurlah kalau Mas Iwan gak akan sadar hari ini. Aku jadi punya waktu untuk menyusun rencana berikutnya.Aku kembali ke dekat ibu mertua dan Mbak Intan yang tengah duduk resah di kursi tunggu."Sabar Bu, semoga Mas Iwan baik-baik saja." Mbak Intan terus menerus menguatkan mertuanya.Tak heran jika hal itu membuatku makin tak menyukainya.Awas saja kau, Mbak. Setelah ini aku pastikan, ibu mertua sendiri yang akan menyeretmu ke dalam penjara. Batinku.--Beberapa saat setelah Mas Iwan ditangani. Seorang suster keluar menyuruh salah seorang keluarga Mas Iwan untuk masuk ke dalam. Dan aku baru akan masuk saat Mbak Intan dengan cepat menyerobot."Minggir. Aku lebih berhak," desisnya seraya gegas m

DMCA.com Protection Status