MADU KUJADIKAN BABU Part 29 B"Gak apa-apa. Buat kamu apa yang enggak. Apalagi sekarang di rumah ada Ibu, Mas jadi harus makin rajin kerja." Dia senyum lebar sambil mengelus pipiku.Hmm baguslah. Memang harusnya begitu. Batinku."Oh ya Mas, kalau gitu aku tidur duluan ya. Capek.""Iya. Nanti Mas nyusul," katanya.Buru-buru aku pergi ke kamar dan melelapkan diri.***"Intaaan! Intaaan!"Tok tok tok."Intaaan!"Aku terperanjat dan langsung mengucek-ngucek mata.Kudengar ibu mertua mengetuk-ngetuk pintu kamar sambil teriak-teriak memanggilku dengan suara yang tak santai.Ada apa sih?Cepat aku menyingkap selimut dan buru-buru turun dari ranjang."Iya Bu, sebentaaar.""Cepet buka pintunyaaa!"Astaga, ada apa sih? Pagi-pagi gini heboh amat."Ya, Bu. Kenapa?" tanyaku cepat setelah pintu kamar berhasil kubuka."Intan, Iwan Tan. Iwaaan." Ibu mertua terisak-isak sambil terus nunjuk-nunjuk ke belakangnya."Kenapa? Mas Iwan kenapa, Bu?"Tanpa menjawab pertanyaanku lagi, ibu mertua menarik tanga
MADU KUJADIKAN BABUPart 30"Iya, Bu. Katanya kemungkinan besar keracunan dari makanan yang dia konsumsi.""Makanan yang dia konsumsi? Bukannya terakhir Mas Iwan minum kopi buatanmu, Mbak?" tanya si madu babu."Iya. Semalam Mas Iwan emang minum kop-""Wah berarti jelas dong, Mas Iwan keracunan kopi buatanmu," potongnya cepat.Mulut terbuka, "ya nggak gitu Nia! Dokter 'kan belum observasi lebih lanjut, jadi kita belum tahu jelasnya dia keracunan jenis apa dan dari makanan atau minuman apa. Yang jelas kata dokter sekarang Mas Iwan kritis, jadi lebih baik kita banyak berdo'a aja dari pada ribut-ribut soal beginian," ujarku kesal.Dia itu, maen asal tuduh aja. Dasar nyebelin."Loh kenapa Mbak? Kamu kok kayak ketakutan gitu? Kalau kamu gak salah harusnya kamu gak usah takut dan alihin topik gini dong," kekeuhnya."Nia! Kamu itu bisa gak jangan asal nuduh dulu. Kamu pikir aku gila sampe harus ngeracun suamiku sendiri?" tampikku tak terima."Ya terus itu Mas Iwan bisa keracunan gitu gimana c
MADU KUJADIKAN BABUPart 31 A"Apa? Kenapa anak saya, Dok?" Ibu mertua tak sabar."Pasien tidak bisa diselamatkan," lanjut dokter itu."Apa?!" Ibu mertua terkejut. Pun dengan aku yang nyaris tak percaya.Mas Iwan meninggal? Ya ampun. Ini beneran?"An-an-anak saya meninggal maksudnya, Dok?" Ibu mertua tergagap dengan suara bergetar. Dokter itu mengangguk berat."Iwaaan!" Ibu mertua teriak kencang lantas menyerobot masuk ke dalam. Aku cepat berlari mengejar beliau, dan ikut berhambur ke dalam ruangan itu."Iwaaan! Apa-apaan ini, Nak? Kamu gak mungkin pergi secepat ini Iwan. Bangun Iwan, banguun!" Suara Ibu mertua memekik memenuhi ruangan itu. Dengan perasaan yang tiba-tiba tak karuan, cepat kuelus pundak beliau dan Kutenangkan juga di pundakku."Sabar Bu, sabar ... Ibu harus ikhlas."Brak!Seketika tanganku ditepisnya kasar. Dan ibu mertua langsung menarik kepalanya dari pundakku. Beliau lantas menatapku dengan mata melotot penuh."Apa maksud kamu? Iwan masih hidup, dia baik-baik saja.
MADU KUJADIKAN BABU Part 31 B"Hanya Tuhan yang tahu. Tapi cepat atau lambat kalian akan segera tahu siapa pelakunya," jawab si madu babu lagi. Lagi-lagi kedua bola matanya mengerling liar ke arahku.Jujur, ingin kuseret ke belakang saja rasanya dia sekarang. Tapi aku harus sabar. Menunjukan sikap benci dan tak suka takutnya malah menambah huru-hara di hari duka ini.Jadi sebisanya aku berusaha menahan diri. Aku tak merespon apalagi membalas ucapannya, biarlah waktu yang akan membuktikan bahwa tuduhannya itu adalah salah besar.Dari pada mendengar ocehannya yang tak berdasar, akhirnya aku memilih naik ke atas. Aku pikir menangkan diri sebentar sebelum jenazah dibawa ke tempat pemakaman akan jauh lebih baik dari pada harus duduk di sana dan menjadi sasaran mata jahat wanita itu.Sekitar setengah jam aku baringan di kasur sambil memijit kening. Aku kembali turun karena katanya jam tiga ini jenazah Mas Iwan akan dimakamkan."Itu dia orangnya Pak, tangkap dia. Dia yang udah meracun suami
MADU KUJADIKAN BABUPart 32 A--"Intan. Astaga ... kamu kenapa? Kok bisa begini?" Ikram datang ke sel dengan wajah panik. Aku yang tengah duduk memeluk lututku lekas bangkit."Kram, kamu ke sini? Dari mana kamu tahu aku di sini?""Tadi aku ke rumah kamu Tan, mau melayat. Pas aku tanya kamu di mana mereka bilang kamu udah dibawa polisi, kok bisa sih Taaan? Apa yang sebenernya terjadi?" cecarnya dengan tatapan serius.Aku tak bisa menahan air mata. Entah kenapa sesak ini tiba-tiba menyerang. Padahal sejak tadi aku bisa kuat. Tapi entah kenapa, takut, bingung dan shock tiba-tiba bergulung bagai ombak yang menyapu bibir pantai.Aku merasa terseret hanya dalam waktu yang singkat oleh ombak itu."Intan. Intan bicara Tan, kamu kenapa?" Ikram mengguncang kedua bahuku.Cepat kusapu air mata yang jatuh ini.Seorang polisi lalu mengeluarkanku dari dalam sel setelah Ikram memintanya. Kami lalu duduk berhadapan di sebuah meja sederhana yang sepertinya biasa digunakan untuk pertemuan singkat anta
MADU KUJADIKAN BABU Part 32 BPria itu mengangguk. Dia datang bersama pengacara rupanya."Beliau yang akan membantu kamu bebas dari sini Tan. Sekarang bersikap terbuka dan transparan lah sama beliau," kata Ikram. Aku mengangguk dan cepat menyalami pengacara itu.Ikram lalu membiarkan kami bicara berdua saja."Mbak Intan, seperti apa yang tadi sudah Mas Ikram bilang. Saya akan membantu Mbak keluar dari sini, tetapi andai pun Mbak terbukti bersalah dan tetap dihukum, maka saya akan tetap bantu agar hukuman Mbak ringan. Sekarang tugas Mbak hanya satu. Yaitu bersikap transparan dan terbuka sama saya. Ceritakan semuanya dengan detail dan jelas, akui salah kalau memang Mbak melakukannya, dan cerita sejujurnya kalau memang Mbak tidak melakukannya," ujar pengacara bernama Arman itu.Aku mengangguk. Kami lalu lanjut mengobrol banyak hal soal kasus ini."Kalau Mbak Intan sudah menyerah dan lemas sebelum bersidang, Mbak Intan gak akan bisa membuktikan pada mereka apa kebenarannya, Mbak.""Tapi
MADU KUJADIKAN BABUPart 33 AIkram lalu pergi ke bagian teknisi. Setelah itu memberikan benda kecil yang kuyakini adalah sebuah flashdisk pada mereka."Maaf kalau saya lancang Yang Mulia. Berikut saya akan tunjukan, beberapa orang yang patut kita curigai dalam kasus ini," kata Ikram. Kami semua menyimak serius. Pun dengan aku yang makin berdebar tak karuan. Bukti apa yang Ikram bawa? Bukankah pengacaranya sudah bilang kalau mereka tidak bisa menemukan bukti apa pun untuk menolongku bebas dari tuduhan?Layar mulai menyala. Menunjukan pantulan gambar dari sebuah rekaman cctv. "Astaga." Aku mendengar si madu babu terkejut ketika sebuah tempat ditunjukan di dalam layar itu.Kutengok sekali lagi. Wajahnya makin pias dan cemas. Dia juga mendadak meremas jari jemari ibunya."Ada dua orang yang bertemu di sebuah cafe. Namanya cafe Alviar yang beralamat di jalan Subroto 18." Aku kembali menoleh ke arah layar saat Ikram kembali bicara. Dan aku langsung dibuat terkejut saat melihat ada si m
MADU KUJADIKAN BABU Part 33 B"Soal gimana bisa aku mencurigai mereka, karena aku pikir, siapa lagi yang paling banyak menyerangmu di pengadilan ini selain mereka?"Aku manggut-manggut."Dan soal dari mana aku mendapatkan rekaman cctv itu. Sebetulnya seperti yang tadi aku bilang Tan, rekaman cctv itu aku dapatkan secara nggak sengaja. Tadi sebelum aku datang ke sini aku mampir ke cafe milikku sebentar karena di cafe katanya sedang ada masalah. Ada pegawai yang kehilangan barang berhargnya di loker. Jadi aku harus langsung turun tangan untuk mengurus masalah ini. Singkat ceritanya aku mengecek bagian cctv dua hari ini dan iseng terus mengecek hingga beberapa minggu ke belakang karena katanya kehilangan itu bukan yang pertama kalinya. Dan aku tentu langsung terkejut saat aku melihat wajah perempuan yang tak lain adalah madumu itu bersama ibunya sedang mengobrol di cafeku. Awalnya aku pikir mungkin mereka hanya sedang ngopi sambil ngobrol biasa. Tapi saat aku putar terus videonya ternya
MADU KUJADIKAN BABU Part 40 B "Tadi tim kepolisian Tan, ngabarin kalau mereka baru aja dibawa ke rumah sakit. Kayaknya yang tadi didorong di atas hospital bed ke ruang IGD itu mereka. Makanya ayo kita lihat." Ikram pun memapahku menuju IGD. Sementara ibu yang melihat kami hendak pergi cepat menghampiri, "eh kalian mau pada kemana?" "Bibi sama si Nia, Bu. Mereka udah nggak ada katanya." Ibu terkejut. "Eh yang bener? Mereka meninggal maksudnya?" Aku mengangguk. "Ya ampun. Kok bisa?" tanya beliau sambil gegas mengekor kami menuju IGD. "Nggak tahu, Bu. Belum jelas kabarnya." "Astaga." Sesampainya kami di depan IGD kami diinformasikan bahwa jenazah si Nia dan Bi Kokom akan segera dipindah ke ruang jenazah setelah pemeriksaan selesai. Jadi kami baru bisa melihatnya saat mereka sudah ada di sana. "Maaf Pak, tapi ini gimana awalnya mereka bisa meninggal?" tanyaku pada petugas polisi yang masih berjaga di depan IGD. "Begini, Mbak. Menurut penuturan para Napi lainnya y
MADU KUJADIKAN BABUPart 40 A"Apa sih Ikram. Bercanda ah.""Aku serius Intan." Dia menatapku lekat-lekat.Ya ampun. Ini orang kenapa? Apa dia beneran ngajakin aku nikah?"Tan. Jangan diem aja, jawab Tan," katanya lagi.Aku baru saja membuka mulut saat ibu mertua masuk."Terima saja Tan," katanya.Ikram terkesiap dan cepat membetulkan posisi duduknya. Aku juga sama."Ibu. Nggak jadi tebus obat?""Udah, dibantu sama suster tadi.""Oh."Ikram lalu bangkit dan Ibu mertua duduk di bangku yang tadi diduduki Ikram."Ikram beli minum dulu ya, Bu, Tan," izin pria itu.Aku mengangguk. Syukurlah dia memilih keluar, aku gak enak kalau dia di sini soalnya. "Tan ....""Ya, Bu?""Maaf ya, tadi Ibu dengar obrolan kamu sama Nak Ikram."Aku mengulas senyum kecil."Hehe gak apa-apa, Bu." Aku cengengesan, pura-pura biasa saja padahal malu banget aslinya."Tadi itu sebetulnya kamu kenapa kok nggak langsung jawab mau aja? Apa kamu masih ragu sama Nak Ikram?""Emm ... itu Bu, sebetulnya ... gini loh, Inta
MADU KUJADIKAN BABUPart 39 B"Tan, aku mau nikah sama kamu.""What?" Lagi, aku terkejut sampai membuat langkah ibu mertua lagi-lagi terhenti di depan kami. Beliau lalu memutar badan ke arah kami."Kalian lagi pada ngapain sih? Lama amat jalannya. Ayo buruan, katanya takut keburu siang.""I-iya, Bu."Aku buru-buru melangkah mengejar ibu mertua. Ikram ikut di sampingku."Tan aku serius Tan, ucapanku tadi sama ibu mertuamu gak main-main. Aku emang mau nikah sama kamu," cecarnya sambil terus mengimbangi langkahku.Aku tak menjawab. Mendadak otakku ngeblank. Itu orang kenapa sih? Kesambet kali ah."Naik mobil Ikram aja ayo," ajak Ikram saat kami sampai di parkiran.Aku dan ibu mertua gegas naik ke mobilnya.Sampai resto yang tak jauh dari kantor Ikram, kami turun. Dan aku baru akan berputar menghampiri ibu mertua di pintu sebelah saat seseorang yang entah datang dari mana tiba-tiba menabrakku hingga ia sendiri jatuh ke dekat paving.Brak!"Eh ya ampun, hati-hati," ucapku sambil berjongkok
MADU KUJADIKAN BABUPart 39 APoV Intan"Saya benar-benar berterimakasih karena Nak Ikram sudah membantu menantu saya bebas dari tuduhan waktu itu. Sekaligus saya juga ingin menyampaikan terimakasih karena selama ini Nak Ikram sudah jadi bos yang baik untuk almarhum anak saya. Dan maaf karena saya baru bisa menemui Nak Iwan sekarang, kemarin-kemarin saya langsung ngedrop dan harus dirawat beberapa hari," ujar Ibu mertua pada Ikram. Hari ini beliau sengaja mengajakku mendatangi kantornya Ikram untuk mengucapkan rasa terimakasihnya. "Tidak apa-apa, Bu. Sudah jadi kewajiban saya memang membela orang yang tak bersalah. Intan ini teman SMA saya dulu, jadi saya tahu betul Intan nggak mungkin melakukan itu," jawab Ikram penuh wibawa."Oh ya? Jadi kalian ini temen lama toh? Wah saya baru tahu.""Iya, Bu. Intan ini teman dekat saya sejak lama. Dan dulunya menantu Ibu ini cewek populer seantero sekolah loh Bu, pokoknya siapa pun yang dapatkan dia, waaah beruntung banget deh pokoknya. Termasuk
MADU KUJADIKAN BABU Part 38 BMbak Intan, dia datang dengan wajah puas dan senyuman miring. Cepat saja, aku yang tengah terisak-isak itu bangkit."Mbak Intan, Mbak aku gak bersalah Mbak. Tolong bebaskan aku, Mbak. Aku bersumpah, ide racun itu bukan ideku Mbak.""Ya ya ya aku udah tahu Nia. Lupa kamu kalau tadi kita sidang semuanya dibuka dengan jelas? Racun itu bukan idemu, tapi ide ibumu 'kan?""Mbak aku mohon Mbak, tolong bebasin aku, Mbak. Aku gak salah. Aku janji kalau aku dibebaskan kamu boleh menjadikanku apa saja. Bahkan aku siap kalau harus jadi pembantu selamanya. Aku janji Mbak, aku janji," cecarku.Mbak Intan menyipit, "bebaskan? Lalu kalau kamu dibebaskan siapa yang akan menanggung hukumanmu Nia?""Ibu. Ibu adalah satu-satunya orang yang pantas dihukum, Mbak," jawabku asal.Sontak saja hal itu membuat ibuku geram. Lalu bangkit menarikku menjauh dari besi sel."Nia cukup! Apa-apaan ini? Kamu gila apa? Buat apa kamu memohon sama perempuan itu sampai harus bicara begitu soal
MADU KUJADIKAN BABUPart 38 A"Kau mau mengakui sekarang atau nggak?""Ng-ngaku apa, Pak?""Ya ngaku kalau kamu pelakunya. Kamu 'kan yang meracun suamimu sendiri?""Nggak, Pak. Sumpah saya bukan pelakunya. Yang meracun suami saya itu istri pertamanya.""Bohong kamu! Mengaku atau saya tambah hukumannya," ancamnya."T-tapi saya memang gak melakukan apa-apa, Pak.""Ah bohong!"Brak!Dia menggebrak meja dengan mengangkat satu kakinya ke atas meja tersebut. Aku sampai terperanjat. Tubuhku jangan ditanya, bergetar hebat sudah bagai orang yang menggigil kedinginan."Ngaku sekarang juga!""Saya nggak mau mengakui apa-apa, Pak. Saya gak salah!" ***Hari berlalu. Untunglah aku bisa lewati walau hampir gila dan menyerah. Hampir saja aku mengakui semuanya, karena mereka yang terus menerus mendesakku untuk mengakui semuanya.Untunglah ada ibu yang tak pernah berhenti mengingatkanku, seberat apapun mereka menyiksa kami, jangan sampai pengakuan itu terucap. Sidang pun digelar kembali. "Keberatan
MADU KUJADIKAN BABU Part 37 BSebuah video rekaman cctv pun diputar di persidangan itu.Aku terkejut bukan main. Tentu saja, cafe itu? Cafe Alviar tempat aku dan ibu bertemu? Bagaimana bisa Ikram punya rekaman cctv di cafe itu? Tubuhku mendadak panas dingin saat Ikram mulai bicara menjelaskan soal keadaan yang ada di dalam rekaman tersebut. Berkali-kali kuremas tangan ibuku dengan telapak tangan yang sudah basah ini."Gimana ini, Bu? Mati kita. Kita pasti akan ditangkap, Bu," bisikku pada Ibu."Tenang Nia. Kamu harus tenang supaya gak ada yang curiga.""Tapi, B-""Keberatan Yang Mulia!" Aku terkejut saat ibu teriak sambil kontan bangkit dari kursinya. Dia mengajukan keberatan rupanya. Entah apa yang ibu ucapakan saat itu, aku sampai tak bisa mendengar dan menyimak dengan baik karena saking sudah ngeblank dan ketakutan kejahatan kami terbongkar.Yang jelas, saat Ikram meminta Hakim agar aku dan ibuku juga diperiksa aku refleks teriak, "nggak! Nggaaaak!" Setelah itu aku lari ke luar
MADU KUJADIKAN BABUPart 37 AAku bengong sebentar. Lalu melemparkan senyuman pada ibu sebelum akhirnya aku berhambur dan mulai memainkan akting terbaikku."Mas Iwaaan! Maaas, kamu kenapa, Mas? Kamu kenapa? Bangun, Mas. Maaas!""Tolong tenang ya Bu, saya mengerti perasaan Anda. Tapi ini rumah sakit takutnya menganggu yang lain," ucap seorang dokter yang baru saja masuk bersama seorang perawat."Suami saya kenapa ini, Dok? Suami saya kenapa gak gerak gini? Dia kenapa?" Aku mengguncang kedua lengan dokter tersebut sambil berpura-pura nangis histeris.Ah untungnya aku jago kalau hanya untuk akting nangis seperti ini."Maaf Bu, saya harap kalian bisa ikhlas dan menerima takdir Tuhan. Pasien sudah berpulang akibat racun yang masuk ke dalam tubuhnya sudah menyebar pada aliran darah," terang Dokter tersebut."Apa? Mas Iwaaan!" Aku teriak sekencang-kencangnya agar mereka semakin yakin bahwa aku benar-benar terpukul juga kehilangan.Proses pengurusan jenazah di rumah sakit pun selesai. Jenazah
MADU KUJADIKAN BABU Part 36 BDokter itu menarik napas panjang, "kami sedang berusaha memberinya pertolongan pertama Mbak, tapi sepertinya untuk sadar hari ini kemungkinannya sangat kecil. Mari saya permisi," jawabnya sambil kemudian pergi dengan terburu-buru.Aku mengembuskan napas lega. Aaah syukurlah kalau Mas Iwan gak akan sadar hari ini. Aku jadi punya waktu untuk menyusun rencana berikutnya.Aku kembali ke dekat ibu mertua dan Mbak Intan yang tengah duduk resah di kursi tunggu."Sabar Bu, semoga Mas Iwan baik-baik saja." Mbak Intan terus menerus menguatkan mertuanya.Tak heran jika hal itu membuatku makin tak menyukainya.Awas saja kau, Mbak. Setelah ini aku pastikan, ibu mertua sendiri yang akan menyeretmu ke dalam penjara. Batinku.--Beberapa saat setelah Mas Iwan ditangani. Seorang suster keluar menyuruh salah seorang keluarga Mas Iwan untuk masuk ke dalam. Dan aku baru akan masuk saat Mbak Intan dengan cepat menyerobot."Minggir. Aku lebih berhak," desisnya seraya gegas m