Share

Part 33 B

Penulis: Ricny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

MADU KUJADIKAN BABU

Part 33 B

"Soal gimana bisa aku mencurigai mereka, karena aku pikir, siapa lagi yang paling banyak menyerangmu di pengadilan ini selain mereka?"

Aku manggut-manggut.

"Dan soal dari mana aku mendapatkan rekaman cctv itu. Sebetulnya seperti yang tadi aku bilang Tan, rekaman cctv itu aku dapatkan secara nggak sengaja. Tadi sebelum aku datang ke sini aku mampir ke cafe milikku sebentar karena di cafe katanya sedang ada masalah. Ada pegawai yang kehilangan barang berhargnya di loker. Jadi aku harus langsung turun tangan untuk mengurus masalah ini. Singkat ceritanya aku mengecek bagian cctv dua hari ini dan iseng terus mengecek hingga beberapa minggu ke belakang karena katanya kehilangan itu bukan yang pertama kalinya. Dan aku tentu langsung terkejut saat aku melihat wajah perempuan yang tak lain adalah madumu itu bersama ibunya sedang mengobrol di cafeku. Awalnya aku pikir mungkin mereka hanya sedang ngopi sambil ngobrol biasa. Tapi saat aku putar terus videonya ternya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Madu Kujadikan Babu   Part 34 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 34 APOV NIA"Pak, ini ruangan apa? Kenapa gelap banget? Terus kenapa saya dipisahkan sama ibu saya?""Ini adalah ruangan hukuman yang sesungguhnya. Jadi kalau kamu bersalah, sebaiknya jangan membuang waktu untuk mengaku supaya semuanya cepet beres. Paham?" tegasnya agak ngegas.Aku meringis. Menatap ngeri pada tiap sudut ruangan kecil yang kini ada di hadapanku. Sangat menyeramkan dan astaga, banyak tikus juga kecoa yang bahkan langsung menyambutku ketika pintu ruangan kecil itu dibuka."Ah iw iw iw." Aku bergidig geli dan berusaha menghindari kecoa-kecoa yang langsung berhamburan ke sana kemari ketika pintunya dibuka itu. "P-Pak, ini nggak salah? Ini ruang apa sebenarnya?" Aku bertanya lagi dengan perasaan yang sudah tak karuan."Ini Selti. Masuk kamu ke sana.""Saya? Sendirian?""Ya iya sendirian. Kalau banyakan di mall. Ngaco!" sentaknya."T-terus Ibu saya mana?""Di ruangan lainnya. Udah gak usah mikirin siapa-siapa di sini. Tugas kamu cuma satu, yaitu me

  • Madu Kujadikan Babu   Part 34 B

    MADU KUJADIKAN BABU Part 34 BSingkat cerita aku dan Mas Iwan dinikahkan secara siri. Walau kulihat Mas Iwan saat itu masih uring-uringan menikah denganku. Bahkan dia sempat membujuk agar aku membatalkan tuntutanku pada Mbak Intan."Tolong lah Nia, kita melakukannya atas dasar suka sama suka 'kan? Kamu harusnya gak perlu menuntut Mas tanggung jawab begini dong," bujuknya saat itu.Aku berdecak, "kamu itu kenapa sih, Mas? Apa susahnya sih nikah sama aku? Kan cuma nikah siri. Lagi pula kalau kita udah nikah, kita bisa berduaan terus 'kan? Kamu juga yang seneng.""Iya. Tapi Ibunya Mas gimana? Beliau bisa shock kalau tahu soal ini.""Ya nggak usah dikasih tahu lah. Gampang 'kan?""Kalau Intan ngasih tahu?""Ya kamu suruh lah supaya istrimu itu gak ngasih tahu. Ribet amat."Mas Iwan menggosok kepalanya."Aduh Nia. Sebetulnya apa sih yang kamu mau? Kamu itu gak akan mendapatkan apa-apa dari pernikahan kita. Apalagi kalau nanti hanya pernikahan siri. Sedangkan kalau kamu hanya jadi simpana

  • Madu Kujadikan Babu   Part 35 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 35 A"Jangan sampelah Nia. Kamu juga harus berani. Kalau kamu gak segera singkirin si Intan, hidup kamu akan tetep begini. Mau kamu?"Aku menggeleng cepat, "nggak, Bu.""Ya udah makanya, lakukan rencana Ibu kalau kamu mau hidupmu enak seperti keinginanmu."Aku berpikir sebentar. Membalik dan menimbang sebelum akhirnya setuju juga dengan rencana ibuku."Oke, kalau gitu Nia akan coba, Bu.""Bukan coba. Tapi harus.""Iya. Ya udah balik yuk, Bu. Bahaya kalau Nia kelamaan di sini. Bisa-bisa mereka curiga.""Ah jauh-jauh nemuin kamu ke sini cuma mau ketemu bentar doang gini. Tapi ya udah ayo, Ibu juga mau ada arisan sama ibu-ibu."Kami lalu bangkit dan gegas keluar dari cafe."Bu, bagi duit dong. Buat ongkos angkot," kataku saat kami baru saja sampai di teras cafe."Ih apaan. Gak malu apa kamu? Udah kawin masih aja minta duit sama Ibu. Emang duit dar si Aliandi udah ludes semua?""Ya abislah. Makanya Nia minta. Mana sini, receh juga gak apa-apa.""Ah kamu nih." Ibu

  • Madu Kujadikan Babu   Part 35 B

    MADU KUJADIKAN BABU Part 35 BSetelah sekitar setengah jam aku menggerutu dan menahan kekesalan, aku pun naik ke atas. Tadi aku dengar Mas Iwan akan ngopi di balkon, mungkin aku bisa memanfaatkan situasi ini untuk bicara padanya. Supaya dia mau memaafkanku dan kembali bersikap seperti dulu."Mas."Dia menoleh dan langsung terlihat malas saat tahu aku yang datang.Aku tak menyerah. Meski wajahnya sudah tak bersahabat, aku tetap duduk di kursi kecil yang ada di sebelahnya."Mas, kamu masih ngambek sama aku?""Menurut kamu?" tanyanya balik."Ya menurut aku iya.""Ya itu tahu.""Mas, tapi 'kan aku udah minta maaf. Kenapa sih kamu gak kayak dulu, Mas? Kamu banyak berubah tahu gak?" cecarku.Dia menoleh dengan tatapan tajam."Mas berubah? Kamu pikir suami mana yang gak akan berubah dan kecewa saat kelakuan istrinya yang kayak kamu? Bela-belain Mas selingkuhin Intan, lalu nikahin kamu, tapi akhirnya cuma ini yang Mas dapatkan? Kamu mikir dong Nia, mikir," terangnya kesal."Tapi Mas, aku dek

  • Madu Kujadikan Babu   Part 36 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 36 AWanita tua itu lalu kudengar teriak-teriak memanggil Mbak Intan sambil menggedor pintu kamarnya.Tak butuh waktu lama, Mbak Intan keluar. Lalu cepat ditarik kasar oleh metuaku ke arah kami.Mbak Intan tentu saja kaget melihat kondisi suaminya sudah tak sadarkan diri. Sementara aku juga tak mau kalah, aku terus berpura-pura histeris sambil kemudian menyuruhnya untuk turun memanggil warga yang bisa membantu kami membawa Mas Iwan turun.Walau jujur, aku sebetulnya ingin pria itu lebih lama di rumah. Karena saat kuperiksa ternyata nadinya masih berdenyut walau sudah sangat lemah.Semoga gak ada orang di bawah. Semoga Mbak Intan gak berhasil manggil siapa pun. Aku terus merapalkan itu dalam hati sambil terus berpura-pura menangis di depan mertuaku."Bu, kira-kira Mas Iwan kenapa, Bu? Mas Iwan kenapa?""Gak tahu. Saya juga gak tahu," katanya dengan wajah cemas.Tak lama para tetangga datang. Sial, aku tak bisa melakukan apa-apa lagi selain menyingkir dan membia

  • Madu Kujadikan Babu   Part 36 B

    MADU KUJADIKAN BABU Part 36 BDokter itu menarik napas panjang, "kami sedang berusaha memberinya pertolongan pertama Mbak, tapi sepertinya untuk sadar hari ini kemungkinannya sangat kecil. Mari saya permisi," jawabnya sambil kemudian pergi dengan terburu-buru.Aku mengembuskan napas lega. Aaah syukurlah kalau Mas Iwan gak akan sadar hari ini. Aku jadi punya waktu untuk menyusun rencana berikutnya.Aku kembali ke dekat ibu mertua dan Mbak Intan yang tengah duduk resah di kursi tunggu."Sabar Bu, semoga Mas Iwan baik-baik saja." Mbak Intan terus menerus menguatkan mertuanya.Tak heran jika hal itu membuatku makin tak menyukainya.Awas saja kau, Mbak. Setelah ini aku pastikan, ibu mertua sendiri yang akan menyeretmu ke dalam penjara. Batinku.--Beberapa saat setelah Mas Iwan ditangani. Seorang suster keluar menyuruh salah seorang keluarga Mas Iwan untuk masuk ke dalam. Dan aku baru akan masuk saat Mbak Intan dengan cepat menyerobot."Minggir. Aku lebih berhak," desisnya seraya gegas m

  • Madu Kujadikan Babu   Part 37 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 37 AAku bengong sebentar. Lalu melemparkan senyuman pada ibu sebelum akhirnya aku berhambur dan mulai memainkan akting terbaikku."Mas Iwaaan! Maaas, kamu kenapa, Mas? Kamu kenapa? Bangun, Mas. Maaas!""Tolong tenang ya Bu, saya mengerti perasaan Anda. Tapi ini rumah sakit takutnya menganggu yang lain," ucap seorang dokter yang baru saja masuk bersama seorang perawat."Suami saya kenapa ini, Dok? Suami saya kenapa gak gerak gini? Dia kenapa?" Aku mengguncang kedua lengan dokter tersebut sambil berpura-pura nangis histeris.Ah untungnya aku jago kalau hanya untuk akting nangis seperti ini."Maaf Bu, saya harap kalian bisa ikhlas dan menerima takdir Tuhan. Pasien sudah berpulang akibat racun yang masuk ke dalam tubuhnya sudah menyebar pada aliran darah," terang Dokter tersebut."Apa? Mas Iwaaan!" Aku teriak sekencang-kencangnya agar mereka semakin yakin bahwa aku benar-benar terpukul juga kehilangan.Proses pengurusan jenazah di rumah sakit pun selesai. Jenazah

  • Madu Kujadikan Babu   Part 37 B

    MADU KUJADIKAN BABU Part 37 BSebuah video rekaman cctv pun diputar di persidangan itu.Aku terkejut bukan main. Tentu saja, cafe itu? Cafe Alviar tempat aku dan ibu bertemu? Bagaimana bisa Ikram punya rekaman cctv di cafe itu? Tubuhku mendadak panas dingin saat Ikram mulai bicara menjelaskan soal keadaan yang ada di dalam rekaman tersebut. Berkali-kali kuremas tangan ibuku dengan telapak tangan yang sudah basah ini."Gimana ini, Bu? Mati kita. Kita pasti akan ditangkap, Bu," bisikku pada Ibu."Tenang Nia. Kamu harus tenang supaya gak ada yang curiga.""Tapi, B-""Keberatan Yang Mulia!" Aku terkejut saat ibu teriak sambil kontan bangkit dari kursinya. Dia mengajukan keberatan rupanya. Entah apa yang ibu ucapakan saat itu, aku sampai tak bisa mendengar dan menyimak dengan baik karena saking sudah ngeblank dan ketakutan kejahatan kami terbongkar.Yang jelas, saat Ikram meminta Hakim agar aku dan ibuku juga diperiksa aku refleks teriak, "nggak! Nggaaaak!" Setelah itu aku lari ke luar

Bab terbaru

  • Madu Kujadikan Babu   Part 40 B End

    MADU KUJADIKAN BABU Part 40 B "Tadi tim kepolisian Tan, ngabarin kalau mereka baru aja dibawa ke rumah sakit. Kayaknya yang tadi didorong di atas hospital bed ke ruang IGD itu mereka. Makanya ayo kita lihat." Ikram pun memapahku menuju IGD. Sementara ibu yang melihat kami hendak pergi cepat menghampiri, "eh kalian mau pada kemana?" "Bibi sama si Nia, Bu. Mereka udah nggak ada katanya." Ibu terkejut. "Eh yang bener? Mereka meninggal maksudnya?" Aku mengangguk. "Ya ampun. Kok bisa?" tanya beliau sambil gegas mengekor kami menuju IGD. "Nggak tahu, Bu. Belum jelas kabarnya." "Astaga." Sesampainya kami di depan IGD kami diinformasikan bahwa jenazah si Nia dan Bi Kokom akan segera dipindah ke ruang jenazah setelah pemeriksaan selesai. Jadi kami baru bisa melihatnya saat mereka sudah ada di sana. "Maaf Pak, tapi ini gimana awalnya mereka bisa meninggal?" tanyaku pada petugas polisi yang masih berjaga di depan IGD. "Begini, Mbak. Menurut penuturan para Napi lainnya y

  • Madu Kujadikan Babu   Part 40 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 40 A"Apa sih Ikram. Bercanda ah.""Aku serius Intan." Dia menatapku lekat-lekat.Ya ampun. Ini orang kenapa? Apa dia beneran ngajakin aku nikah?"Tan. Jangan diem aja, jawab Tan," katanya lagi.Aku baru saja membuka mulut saat ibu mertua masuk."Terima saja Tan," katanya.Ikram terkesiap dan cepat membetulkan posisi duduknya. Aku juga sama."Ibu. Nggak jadi tebus obat?""Udah, dibantu sama suster tadi.""Oh."Ikram lalu bangkit dan Ibu mertua duduk di bangku yang tadi diduduki Ikram."Ikram beli minum dulu ya, Bu, Tan," izin pria itu.Aku mengangguk. Syukurlah dia memilih keluar, aku gak enak kalau dia di sini soalnya. "Tan ....""Ya, Bu?""Maaf ya, tadi Ibu dengar obrolan kamu sama Nak Ikram."Aku mengulas senyum kecil."Hehe gak apa-apa, Bu." Aku cengengesan, pura-pura biasa saja padahal malu banget aslinya."Tadi itu sebetulnya kamu kenapa kok nggak langsung jawab mau aja? Apa kamu masih ragu sama Nak Ikram?""Emm ... itu Bu, sebetulnya ... gini loh, Inta

  • Madu Kujadikan Babu   Part 39 B

    MADU KUJADIKAN BABUPart 39 B"Tan, aku mau nikah sama kamu.""What?" Lagi, aku terkejut sampai membuat langkah ibu mertua lagi-lagi terhenti di depan kami. Beliau lalu memutar badan ke arah kami."Kalian lagi pada ngapain sih? Lama amat jalannya. Ayo buruan, katanya takut keburu siang.""I-iya, Bu."Aku buru-buru melangkah mengejar ibu mertua. Ikram ikut di sampingku."Tan aku serius Tan, ucapanku tadi sama ibu mertuamu gak main-main. Aku emang mau nikah sama kamu," cecarnya sambil terus mengimbangi langkahku.Aku tak menjawab. Mendadak otakku ngeblank. Itu orang kenapa sih? Kesambet kali ah."Naik mobil Ikram aja ayo," ajak Ikram saat kami sampai di parkiran.Aku dan ibu mertua gegas naik ke mobilnya.Sampai resto yang tak jauh dari kantor Ikram, kami turun. Dan aku baru akan berputar menghampiri ibu mertua di pintu sebelah saat seseorang yang entah datang dari mana tiba-tiba menabrakku hingga ia sendiri jatuh ke dekat paving.Brak!"Eh ya ampun, hati-hati," ucapku sambil berjongkok

  • Madu Kujadikan Babu   Part 39 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 39 APoV Intan"Saya benar-benar berterimakasih karena Nak Ikram sudah membantu menantu saya bebas dari tuduhan waktu itu. Sekaligus saya juga ingin menyampaikan terimakasih karena selama ini Nak Ikram sudah jadi bos yang baik untuk almarhum anak saya. Dan maaf karena saya baru bisa menemui Nak Iwan sekarang, kemarin-kemarin saya langsung ngedrop dan harus dirawat beberapa hari," ujar Ibu mertua pada Ikram. Hari ini beliau sengaja mengajakku mendatangi kantornya Ikram untuk mengucapkan rasa terimakasihnya. "Tidak apa-apa, Bu. Sudah jadi kewajiban saya memang membela orang yang tak bersalah. Intan ini teman SMA saya dulu, jadi saya tahu betul Intan nggak mungkin melakukan itu," jawab Ikram penuh wibawa."Oh ya? Jadi kalian ini temen lama toh? Wah saya baru tahu.""Iya, Bu. Intan ini teman dekat saya sejak lama. Dan dulunya menantu Ibu ini cewek populer seantero sekolah loh Bu, pokoknya siapa pun yang dapatkan dia, waaah beruntung banget deh pokoknya. Termasuk

  • Madu Kujadikan Babu   Part 38 B

    MADU KUJADIKAN BABU Part 38 BMbak Intan, dia datang dengan wajah puas dan senyuman miring. Cepat saja, aku yang tengah terisak-isak itu bangkit."Mbak Intan, Mbak aku gak bersalah Mbak. Tolong bebaskan aku, Mbak. Aku bersumpah, ide racun itu bukan ideku Mbak.""Ya ya ya aku udah tahu Nia. Lupa kamu kalau tadi kita sidang semuanya dibuka dengan jelas? Racun itu bukan idemu, tapi ide ibumu 'kan?""Mbak aku mohon Mbak, tolong bebasin aku, Mbak. Aku gak salah. Aku janji kalau aku dibebaskan kamu boleh menjadikanku apa saja. Bahkan aku siap kalau harus jadi pembantu selamanya. Aku janji Mbak, aku janji," cecarku.Mbak Intan menyipit, "bebaskan? Lalu kalau kamu dibebaskan siapa yang akan menanggung hukumanmu Nia?""Ibu. Ibu adalah satu-satunya orang yang pantas dihukum, Mbak," jawabku asal.Sontak saja hal itu membuat ibuku geram. Lalu bangkit menarikku menjauh dari besi sel."Nia cukup! Apa-apaan ini? Kamu gila apa? Buat apa kamu memohon sama perempuan itu sampai harus bicara begitu soal

  • Madu Kujadikan Babu   Part 38 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 38 A"Kau mau mengakui sekarang atau nggak?""Ng-ngaku apa, Pak?""Ya ngaku kalau kamu pelakunya. Kamu 'kan yang meracun suamimu sendiri?""Nggak, Pak. Sumpah saya bukan pelakunya. Yang meracun suami saya itu istri pertamanya.""Bohong kamu! Mengaku atau saya tambah hukumannya," ancamnya."T-tapi saya memang gak melakukan apa-apa, Pak.""Ah bohong!"Brak!Dia menggebrak meja dengan mengangkat satu kakinya ke atas meja tersebut. Aku sampai terperanjat. Tubuhku jangan ditanya, bergetar hebat sudah bagai orang yang menggigil kedinginan."Ngaku sekarang juga!""Saya nggak mau mengakui apa-apa, Pak. Saya gak salah!" ***Hari berlalu. Untunglah aku bisa lewati walau hampir gila dan menyerah. Hampir saja aku mengakui semuanya, karena mereka yang terus menerus mendesakku untuk mengakui semuanya.Untunglah ada ibu yang tak pernah berhenti mengingatkanku, seberat apapun mereka menyiksa kami, jangan sampai pengakuan itu terucap. Sidang pun digelar kembali. "Keberatan

  • Madu Kujadikan Babu   Part 37 B

    MADU KUJADIKAN BABU Part 37 BSebuah video rekaman cctv pun diputar di persidangan itu.Aku terkejut bukan main. Tentu saja, cafe itu? Cafe Alviar tempat aku dan ibu bertemu? Bagaimana bisa Ikram punya rekaman cctv di cafe itu? Tubuhku mendadak panas dingin saat Ikram mulai bicara menjelaskan soal keadaan yang ada di dalam rekaman tersebut. Berkali-kali kuremas tangan ibuku dengan telapak tangan yang sudah basah ini."Gimana ini, Bu? Mati kita. Kita pasti akan ditangkap, Bu," bisikku pada Ibu."Tenang Nia. Kamu harus tenang supaya gak ada yang curiga.""Tapi, B-""Keberatan Yang Mulia!" Aku terkejut saat ibu teriak sambil kontan bangkit dari kursinya. Dia mengajukan keberatan rupanya. Entah apa yang ibu ucapakan saat itu, aku sampai tak bisa mendengar dan menyimak dengan baik karena saking sudah ngeblank dan ketakutan kejahatan kami terbongkar.Yang jelas, saat Ikram meminta Hakim agar aku dan ibuku juga diperiksa aku refleks teriak, "nggak! Nggaaaak!" Setelah itu aku lari ke luar

  • Madu Kujadikan Babu   Part 37 A

    MADU KUJADIKAN BABUPart 37 AAku bengong sebentar. Lalu melemparkan senyuman pada ibu sebelum akhirnya aku berhambur dan mulai memainkan akting terbaikku."Mas Iwaaan! Maaas, kamu kenapa, Mas? Kamu kenapa? Bangun, Mas. Maaas!""Tolong tenang ya Bu, saya mengerti perasaan Anda. Tapi ini rumah sakit takutnya menganggu yang lain," ucap seorang dokter yang baru saja masuk bersama seorang perawat."Suami saya kenapa ini, Dok? Suami saya kenapa gak gerak gini? Dia kenapa?" Aku mengguncang kedua lengan dokter tersebut sambil berpura-pura nangis histeris.Ah untungnya aku jago kalau hanya untuk akting nangis seperti ini."Maaf Bu, saya harap kalian bisa ikhlas dan menerima takdir Tuhan. Pasien sudah berpulang akibat racun yang masuk ke dalam tubuhnya sudah menyebar pada aliran darah," terang Dokter tersebut."Apa? Mas Iwaaan!" Aku teriak sekencang-kencangnya agar mereka semakin yakin bahwa aku benar-benar terpukul juga kehilangan.Proses pengurusan jenazah di rumah sakit pun selesai. Jenazah

  • Madu Kujadikan Babu   Part 36 B

    MADU KUJADIKAN BABU Part 36 BDokter itu menarik napas panjang, "kami sedang berusaha memberinya pertolongan pertama Mbak, tapi sepertinya untuk sadar hari ini kemungkinannya sangat kecil. Mari saya permisi," jawabnya sambil kemudian pergi dengan terburu-buru.Aku mengembuskan napas lega. Aaah syukurlah kalau Mas Iwan gak akan sadar hari ini. Aku jadi punya waktu untuk menyusun rencana berikutnya.Aku kembali ke dekat ibu mertua dan Mbak Intan yang tengah duduk resah di kursi tunggu."Sabar Bu, semoga Mas Iwan baik-baik saja." Mbak Intan terus menerus menguatkan mertuanya.Tak heran jika hal itu membuatku makin tak menyukainya.Awas saja kau, Mbak. Setelah ini aku pastikan, ibu mertua sendiri yang akan menyeretmu ke dalam penjara. Batinku.--Beberapa saat setelah Mas Iwan ditangani. Seorang suster keluar menyuruh salah seorang keluarga Mas Iwan untuk masuk ke dalam. Dan aku baru akan masuk saat Mbak Intan dengan cepat menyerobot."Minggir. Aku lebih berhak," desisnya seraya gegas m

DMCA.com Protection Status