MADU KUJADIKAN BABUPart 28 B"Gak. Gak apa-apa Tan," katanya pasrah, sambil mengembuskan napas panjang.Dia lalu kembali turun bersamaku meski dengan langkah berat. Dalam kondisinya yang sekarang, aku memang sengaja agar dia tetap berangkat kerja hari ini. Tentu saja supaya aku gak rugi dan kehilangan pundi-pundi uangku. Enak aja, dia pikir aku bakal nyuruh dia bolos kerja? Jangan harap.Kami baru saja duduk di kursi makan saat si madu babu datang menghampiri."Mas, kamu mau sarapan? Aku siapin ya." Buru-buru wanita itu membuka nasi uduk yang tengah dibawanya."Gak usah. Aku mau makan bubur," tolak Mas Iwan malas.Si madu babu tercekat dengan mata yang lagi-lagi berair dan merah. Sementara aku tertawa puas dalam hati."Ini Mas buburnya." Kusodorkan cepat bubur yang tadi kubeli padanya."Iya makasih Tan." Mas Iwan tersenyum padaku sebelum akhirnya dia mulai melahap bubur tersebut.Dada si madu babu kembang kempis. Tapi ia bisa apa? Selain memilih pergi dengan mata yang sudah mengembun
MADU KUJADIKAN BABUPart 29 AWajah si madu babu pias seketika."Sana ke belakang. Males saya lihat wajah kamu yang sok polos itu," usir Ibu mertua.Si madu babu akhirnya melengos pergi meski dengan tatapan tajam dan tangan mengepal. Aku senyum lebar saja dalam hati. Puas rasanya aku seharian ini melihat wanita itu diomelin terus-terusan sama ibu mertua dan suaminya haha."Itu apa sih, Mas?" tanyaku penasaran. "Ini uang doorprize dari bos Tan. Katanya di pesta kemarin Mas menang doorprize tapi kita udah pulang duluan, jadi uang hadiahnya baru dikasih sekarang.""Hah? Masa sih? Emang ada doorprize segala?""Iya ada. Cuma Mas lupa ngasih tahu sama kamu. Nih uangnya." Mas Iwan meyerahkan uang itu padaku."Wah makasih ya, Mas.""Tuh 'kan, kalau kamu pergi sama orang bener, kamu juga ikutan beruntung Wan. Coba kalau kamu perginya sama perempuan lain, Ibu sih yakin, kamu gak akan seberuntung itu," ucap Ibu mertua. Matanya neleng ke arah si madu babu.Mendadak saja langkah pelan wanita itu
MADU KUJADIKAN BABU Part 29 B"Gak apa-apa. Buat kamu apa yang enggak. Apalagi sekarang di rumah ada Ibu, Mas jadi harus makin rajin kerja." Dia senyum lebar sambil mengelus pipiku.Hmm baguslah. Memang harusnya begitu. Batinku."Oh ya Mas, kalau gitu aku tidur duluan ya. Capek.""Iya. Nanti Mas nyusul," katanya.Buru-buru aku pergi ke kamar dan melelapkan diri.***"Intaaan! Intaaan!"Tok tok tok."Intaaan!"Aku terperanjat dan langsung mengucek-ngucek mata.Kudengar ibu mertua mengetuk-ngetuk pintu kamar sambil teriak-teriak memanggilku dengan suara yang tak santai.Ada apa sih?Cepat aku menyingkap selimut dan buru-buru turun dari ranjang."Iya Bu, sebentaaar.""Cepet buka pintunyaaa!"Astaga, ada apa sih? Pagi-pagi gini heboh amat."Ya, Bu. Kenapa?" tanyaku cepat setelah pintu kamar berhasil kubuka."Intan, Iwan Tan. Iwaaan." Ibu mertua terisak-isak sambil terus nunjuk-nunjuk ke belakangnya."Kenapa? Mas Iwan kenapa, Bu?"Tanpa menjawab pertanyaanku lagi, ibu mertua menarik tanga
MADU KUJADIKAN BABUPart 30"Iya, Bu. Katanya kemungkinan besar keracunan dari makanan yang dia konsumsi.""Makanan yang dia konsumsi? Bukannya terakhir Mas Iwan minum kopi buatanmu, Mbak?" tanya si madu babu."Iya. Semalam Mas Iwan emang minum kop-""Wah berarti jelas dong, Mas Iwan keracunan kopi buatanmu," potongnya cepat.Mulut terbuka, "ya nggak gitu Nia! Dokter 'kan belum observasi lebih lanjut, jadi kita belum tahu jelasnya dia keracunan jenis apa dan dari makanan atau minuman apa. Yang jelas kata dokter sekarang Mas Iwan kritis, jadi lebih baik kita banyak berdo'a aja dari pada ribut-ribut soal beginian," ujarku kesal.Dia itu, maen asal tuduh aja. Dasar nyebelin."Loh kenapa Mbak? Kamu kok kayak ketakutan gitu? Kalau kamu gak salah harusnya kamu gak usah takut dan alihin topik gini dong," kekeuhnya."Nia! Kamu itu bisa gak jangan asal nuduh dulu. Kamu pikir aku gila sampe harus ngeracun suamiku sendiri?" tampikku tak terima."Ya terus itu Mas Iwan bisa keracunan gitu gimana c
MADU KUJADIKAN BABUPart 31 A"Apa? Kenapa anak saya, Dok?" Ibu mertua tak sabar."Pasien tidak bisa diselamatkan," lanjut dokter itu."Apa?!" Ibu mertua terkejut. Pun dengan aku yang nyaris tak percaya.Mas Iwan meninggal? Ya ampun. Ini beneran?"An-an-anak saya meninggal maksudnya, Dok?" Ibu mertua tergagap dengan suara bergetar. Dokter itu mengangguk berat."Iwaaan!" Ibu mertua teriak kencang lantas menyerobot masuk ke dalam. Aku cepat berlari mengejar beliau, dan ikut berhambur ke dalam ruangan itu."Iwaaan! Apa-apaan ini, Nak? Kamu gak mungkin pergi secepat ini Iwan. Bangun Iwan, banguun!" Suara Ibu mertua memekik memenuhi ruangan itu. Dengan perasaan yang tiba-tiba tak karuan, cepat kuelus pundak beliau dan Kutenangkan juga di pundakku."Sabar Bu, sabar ... Ibu harus ikhlas."Brak!Seketika tanganku ditepisnya kasar. Dan ibu mertua langsung menarik kepalanya dari pundakku. Beliau lantas menatapku dengan mata melotot penuh."Apa maksud kamu? Iwan masih hidup, dia baik-baik saja.
MADU KUJADIKAN BABU Part 31 B"Hanya Tuhan yang tahu. Tapi cepat atau lambat kalian akan segera tahu siapa pelakunya," jawab si madu babu lagi. Lagi-lagi kedua bola matanya mengerling liar ke arahku.Jujur, ingin kuseret ke belakang saja rasanya dia sekarang. Tapi aku harus sabar. Menunjukan sikap benci dan tak suka takutnya malah menambah huru-hara di hari duka ini.Jadi sebisanya aku berusaha menahan diri. Aku tak merespon apalagi membalas ucapannya, biarlah waktu yang akan membuktikan bahwa tuduhannya itu adalah salah besar.Dari pada mendengar ocehannya yang tak berdasar, akhirnya aku memilih naik ke atas. Aku pikir menangkan diri sebentar sebelum jenazah dibawa ke tempat pemakaman akan jauh lebih baik dari pada harus duduk di sana dan menjadi sasaran mata jahat wanita itu.Sekitar setengah jam aku baringan di kasur sambil memijit kening. Aku kembali turun karena katanya jam tiga ini jenazah Mas Iwan akan dimakamkan."Itu dia orangnya Pak, tangkap dia. Dia yang udah meracun suami
MADU KUJADIKAN BABUPart 32 A--"Intan. Astaga ... kamu kenapa? Kok bisa begini?" Ikram datang ke sel dengan wajah panik. Aku yang tengah duduk memeluk lututku lekas bangkit."Kram, kamu ke sini? Dari mana kamu tahu aku di sini?""Tadi aku ke rumah kamu Tan, mau melayat. Pas aku tanya kamu di mana mereka bilang kamu udah dibawa polisi, kok bisa sih Taaan? Apa yang sebenernya terjadi?" cecarnya dengan tatapan serius.Aku tak bisa menahan air mata. Entah kenapa sesak ini tiba-tiba menyerang. Padahal sejak tadi aku bisa kuat. Tapi entah kenapa, takut, bingung dan shock tiba-tiba bergulung bagai ombak yang menyapu bibir pantai.Aku merasa terseret hanya dalam waktu yang singkat oleh ombak itu."Intan. Intan bicara Tan, kamu kenapa?" Ikram mengguncang kedua bahuku.Cepat kusapu air mata yang jatuh ini.Seorang polisi lalu mengeluarkanku dari dalam sel setelah Ikram memintanya. Kami lalu duduk berhadapan di sebuah meja sederhana yang sepertinya biasa digunakan untuk pertemuan singkat anta
MADU KUJADIKAN BABU Part 32 BPria itu mengangguk. Dia datang bersama pengacara rupanya."Beliau yang akan membantu kamu bebas dari sini Tan. Sekarang bersikap terbuka dan transparan lah sama beliau," kata Ikram. Aku mengangguk dan cepat menyalami pengacara itu.Ikram lalu membiarkan kami bicara berdua saja."Mbak Intan, seperti apa yang tadi sudah Mas Ikram bilang. Saya akan membantu Mbak keluar dari sini, tetapi andai pun Mbak terbukti bersalah dan tetap dihukum, maka saya akan tetap bantu agar hukuman Mbak ringan. Sekarang tugas Mbak hanya satu. Yaitu bersikap transparan dan terbuka sama saya. Ceritakan semuanya dengan detail dan jelas, akui salah kalau memang Mbak melakukannya, dan cerita sejujurnya kalau memang Mbak tidak melakukannya," ujar pengacara bernama Arman itu.Aku mengangguk. Kami lalu lanjut mengobrol banyak hal soal kasus ini."Kalau Mbak Intan sudah menyerah dan lemas sebelum bersidang, Mbak Intan gak akan bisa membuktikan pada mereka apa kebenarannya, Mbak.""Tapi