MADU KUJADIKAN BABUPart 19 B"Udah Bu, Ibu jangan begini terus, Intan jadi gak enak rasanya."Ibu melerai pelukannya, lalu menoleh ke arah Mas Iwan yang masih duduk di samping beliau."Kamu lihat itu Iwan, Intan bahkan menyuruh Ibu untuk nggak membahas kelakuan kamu dan perempuan hina itu, di saat harusnya dia justru yang paling berhak membahasnya. Tega kamu Iwan, tega kamu menyakiti istri sebaik Intan, apa kurangnya dia hah?! Apa?" Suara Ibu mertua kembali meninggi.Sementara Mas Iwan makin menunduk lesu dan tak berani mengucapkan sepatah katapun lagi hingga akhirnya hening menjeda agak lama di antara kami. "Pulang kamu ke rumah, Ibu gak butuh kamu." Ibu bicara lagi akhirnya.Mas Iwan yang sedang duduk tertunduk mengangkat wajah dengan mata yang sudah merah."Tapi Bu, Iwan mau jaga Ibu di sini," tampiknya."Pergi. Ibu bilang pergi," tegas Ibu mertua sambil membuang muka.Aku melirik pada Mas Iwan, memberinya kode agar pria itu menuruti perintah ibu mertua. Akhirnya, meski terlihat
MADU KUJADIKAN BABUPart 20"Cuih, kenapa buburnya jadi gak enak gini?" kata Ibu mertua.Hah? Aku bingung sendiri. Itu ibu beneran ngerasain buburnya gak enak apa cuma pura-pura ya? Perasaan tadi lancar-lancar aja makannya."Gak enak gimana sih? Kotor 'kan jadinya baju Nia." Wanita itu pun gegas pergi ke kamar mandi setelah menaruh mangkuk buburnya lagi di atas nakas."Dasar stress, gimana dong nih, ah basah 'kan bajuku," gerutu si madu babu di dalam.Aku cepat mendekat ibu mertua, "Bu, kenapa? Emang buburnya beneran gak enak?""Iya, gak enak Tan, pahit.""Tapi tadi perasaan Ibu lahap aja saat disuapi sama Intan.""Ya gak tahu, mungkin karena tangan pembantu itu kotor kali."Hah? Bisa gitu ya?"Udah gak usah dibahas, sekarang kamu istirahat gih, tidur di sofa ini udah malem.""Iya tapi Ibu? Intan suapin lagi aja ya buburnya.""Eh nggak usah, nanti biar pembantu itu yang nyuapin Ibu. Udah sana kamu istirahat," paksanya. Akhirnya aku bisa apa? Karena ibu mertua terus saja memaksa, aku
MADU KUJADIKAN BABUPart 21 A"Beli pake duit siapa? Bukannya kamu gak punya duit selain duit yang aku kasih sebesar 20 ribu sehari?"Dia berdecak sambil kembali memasukan satu suapan lagi."Pake duit siapa aja asal bukan duitmu, paham?" tegasnya sambil gegas bangkit, meremas kertas bekas makannya lalu membuangnya ke tong sampah.Aku pikir setelah sarapan dia akan melakukan pekerjaan lainnya ternyata dia kembali duduk lalu mengambil sesuatu lagi dari dalam plastik hitam itu.Kue-kue basah kesukaanku yang menggoda selera, ada sekitar 20 biji dia tampakan. Dan mulai melahapnya satu persatu."Kalau mau ambil aja, gak usah gengsi," celetuknya sambil menatapku risih. Aku memang masih berdiri di tempat yang tadi saat ia sedang sibuk melahap kue-kue basahnya."Beli di mana?" tanyaku lagi.Dia menghentikan aktivitasnya lalu melirik malas padaku."Kenapa Mbak Intan bawel banget sih? Ya beli di luarlah, banyak. Gak usah banyak nanya, kalau mau ambil kalau gak mau sana pergi. Ganggu selera makan
MADU KUJADIKAN BABUPart 21 B"Ya habis aku kesel, Mas. Ibumu ini gak bisa dibilangin. Aku tuh lagi sibuk nyuci piring sama beresin dapur, tapi dia malah minta dilap sama aku. Padahal Mbak Intan 'kan ada, apa susahnya nyuruh dia?" cerocos si madu babu."Tapi Ibu maunya dilap sama istri barumu Iwan, Ibu ingin lihat seberapa cekatan dan baktinya dia sama Ibu. Tapi ternyata baru sehari dua hari diakui jadi mantu aja dia udah songong dan kurang ajar begini," timpal Ibu mertua.Mas Iwan cepat mendekati ibunya dan mengusap-usap punggung beliau."Sabar Bu, sabaar. Si Nia emang salah, biar Iwan yang kasih dia pengertian nanti," katanya kesal.Kuakui walau kelakuannya gak bisa kumaafkan. Tapi kalau soal kasih sayang dan hormat sama ibunya Mas Iwan emang paling terbaik. Selama ini dia selalu memuliakan dan menjaga perasaan ibunya itu dengan sebaik mungkin."Loh kok jadi salah aku sih, Mas? Kamu beneran gak belain aku?" Si madu babu protes tak terima.Mas Iwan kembali menoleh dan menghampirinya.
MADU KUJADIKAN BABUPart 22 A"Karena tadi pagi dia mau salim ke si Iwan Ibu larang. Terus si Iwannya juga melengos gitu aja cuekin dia. Haha puas Ibu."Aku senyum sambil geleng-geleng kepala."Intan kira ada apa. Pantesan itu dia manyun dan marah-marah kayak singa gitu."Ibu cekikikan lagi. Tampak puas rupanya.--"Assalamu'alaikum." "Waalaikumsalam," sahut aku dan ibu yang tengah menonton tv.Pukul 7 malam Mas Iwan baru pulang. "Wan, pesenan Ibu mana?""Nih, Bu." Mas Iwan memberikan plastik bening berisi martabak rupanya."Ya udah sana gih kalian makan berdua di meja makan," kata Ibu mertua lagi.Mas Iwan melirik ke arahku."Loh kok kami berdua? Kan Ibu yang nitip," tolakku halus."Ibu emang nitip tadi pagi, tapi buat dimakan kalian berdua, Ibu udah gak suka yang manis-manis gini takut diabetes Tan. Sana ke meja makan, makan martabaknya berdua, kamu bikinin Iwan kopi ya." Ibu sedikit mendorongku agar aku buru-buru ke dapur.Mau tak mau akhirnya aku melangkah ke sana. Sementara Ma
MADU KUJADIKAN BABU Part 22 BIdih apaan deh, dia mau nyindir aku kayaknya tuh. Akhirnya cepat saja aku menggamit tangan Mas Iwan, "ayo Mas, buruan udah siang. Meningan kamu berangkat sekarang aja. Oh ya, ini duit buat sarapan dan buat bensinnya aku kasih ya. Tapi inget, jangan dikasih ke orang lain lagi," ucapku sambil neleng juga ke arah wanita itu.Mas Iwan melempar senyum. Cepat kukecup punggung tangannya walau jujur aku malas."Makasih ya, kalau gitu Mas berangkat dulu," pamitnya sambil sekali lagi melempar senyuman lebar."Hati-hati."Mas Iwan baru saja akan melangkah keluar saat si madu babu itu ngomong."Loh Mas, sama aku gak pamit?" katanya "Gak usah," sahut Ibu mertua. Beliau baru saja keluar dari kamarnya. "Udah sana kamu berangkat aja, yang penting 'kan udah dapat restu dan do'a istri sah, jadi istri goib abaikan aja," timpal Ibu mertua lagi.Aku hampir terbahak. Istri goib katanya, astagfirullah. Haha.Mas Iwan yang kebetulan sedang kesal pada si madu babu akhirnya be
MADU KUJADIKAN BABUPart 23 A"Maaas! Mas turun kamu, Mas. Kamu gak bisa pergi tanpa ajak aku begini, Mas," paksanya kemudian sambil berusaha membuka pintu mobil.Mas Iwan yang sejak tadi berusaha menahan emosinya akhirnya teriak, "Nia! Bisa gak kamu jangan kayak anak-anak gini? Makan di rumah aja apa susahnya sih? Kamu udah masak 'kan? Mubazir kalau gak ada yang makan.Mulut si madu babu menganga tak percaya."T-tapi Mas, aku juga 'kan istri kamu. Kamu jangan gitu dong Mas, gak adil namanya.""Makanya kamu jangan nyebelin kalau mau Mas ajakin. Sana masuk, sekarang Mas mau pergi sama Intan dan ibu aja, kamu gak usah banyak protes," tegas Mas Iwan yang tampak makin habis kesabaran."Tapi, Mas.""Masuk!" sentak Mas Iwan.Wanita itu terperanjat dengan mata yang mendadak mengembun. Haha rasain kau Nia. Penderitaanmu yang lebih menyakitkan baru aja dimulai rupanya.Mas Iwan lalu menyalakan mesin mobil."Mas, tunggu sebentar.""Ada apa lagi Tan?" tanya Ibu mertua di belakang."Intan lupa se
MADU KUJADIKAN BABU Part 23 BAku mengangguk. Dia senyum lebar."Makasih Tan. Makasih. Mas bener-bener gak nyangka kamu mau kasih Mas kesempatan lagi. Makasih Tan. Mas janji akan berusaha jadi suami yang baik buat kamu. Meski sekarang ada si Nia, tapi Mas akan pastikan kasih sayang Mas akan lebih besar sama kamu. Karena sekarang Mas juga udah lihat, siapa yang paling tulus mengurus dan ikhlas merawat Ibu," cecarnya sambil terus menerus menciumi punggung tanganku.Hoek! Sejujurnya aku jijik. Andai bukan karena sakit hati yang menganga di dalam sini, aku tentu sudah membuangnya sejak dulu."Oh ya, aku ngantuk, Mas. Capek. Aku tidur duluan ya. Kalau kamu mau tidur di sini tidur aja di kasur, gak usah di lantai lagi," ucapku lagi.Dan lagi, matanya berbinar dengan senyuman mengembang."Serius? Mas boleh tidur di kasur sekarang?" tanyanya tak percaya.Aku mengangguk sambil menyunggingkan senyuman manis yang dipaksakan."Terimakasih, Sayang, terimakasih," katanya lagi sambil dengan spontan
MADU KUJADIKAN BABU Part 40 B "Tadi tim kepolisian Tan, ngabarin kalau mereka baru aja dibawa ke rumah sakit. Kayaknya yang tadi didorong di atas hospital bed ke ruang IGD itu mereka. Makanya ayo kita lihat." Ikram pun memapahku menuju IGD. Sementara ibu yang melihat kami hendak pergi cepat menghampiri, "eh kalian mau pada kemana?" "Bibi sama si Nia, Bu. Mereka udah nggak ada katanya." Ibu terkejut. "Eh yang bener? Mereka meninggal maksudnya?" Aku mengangguk. "Ya ampun. Kok bisa?" tanya beliau sambil gegas mengekor kami menuju IGD. "Nggak tahu, Bu. Belum jelas kabarnya." "Astaga." Sesampainya kami di depan IGD kami diinformasikan bahwa jenazah si Nia dan Bi Kokom akan segera dipindah ke ruang jenazah setelah pemeriksaan selesai. Jadi kami baru bisa melihatnya saat mereka sudah ada di sana. "Maaf Pak, tapi ini gimana awalnya mereka bisa meninggal?" tanyaku pada petugas polisi yang masih berjaga di depan IGD. "Begini, Mbak. Menurut penuturan para Napi lainnya y
MADU KUJADIKAN BABUPart 40 A"Apa sih Ikram. Bercanda ah.""Aku serius Intan." Dia menatapku lekat-lekat.Ya ampun. Ini orang kenapa? Apa dia beneran ngajakin aku nikah?"Tan. Jangan diem aja, jawab Tan," katanya lagi.Aku baru saja membuka mulut saat ibu mertua masuk."Terima saja Tan," katanya.Ikram terkesiap dan cepat membetulkan posisi duduknya. Aku juga sama."Ibu. Nggak jadi tebus obat?""Udah, dibantu sama suster tadi.""Oh."Ikram lalu bangkit dan Ibu mertua duduk di bangku yang tadi diduduki Ikram."Ikram beli minum dulu ya, Bu, Tan," izin pria itu.Aku mengangguk. Syukurlah dia memilih keluar, aku gak enak kalau dia di sini soalnya. "Tan ....""Ya, Bu?""Maaf ya, tadi Ibu dengar obrolan kamu sama Nak Ikram."Aku mengulas senyum kecil."Hehe gak apa-apa, Bu." Aku cengengesan, pura-pura biasa saja padahal malu banget aslinya."Tadi itu sebetulnya kamu kenapa kok nggak langsung jawab mau aja? Apa kamu masih ragu sama Nak Ikram?""Emm ... itu Bu, sebetulnya ... gini loh, Inta
MADU KUJADIKAN BABUPart 39 B"Tan, aku mau nikah sama kamu.""What?" Lagi, aku terkejut sampai membuat langkah ibu mertua lagi-lagi terhenti di depan kami. Beliau lalu memutar badan ke arah kami."Kalian lagi pada ngapain sih? Lama amat jalannya. Ayo buruan, katanya takut keburu siang.""I-iya, Bu."Aku buru-buru melangkah mengejar ibu mertua. Ikram ikut di sampingku."Tan aku serius Tan, ucapanku tadi sama ibu mertuamu gak main-main. Aku emang mau nikah sama kamu," cecarnya sambil terus mengimbangi langkahku.Aku tak menjawab. Mendadak otakku ngeblank. Itu orang kenapa sih? Kesambet kali ah."Naik mobil Ikram aja ayo," ajak Ikram saat kami sampai di parkiran.Aku dan ibu mertua gegas naik ke mobilnya.Sampai resto yang tak jauh dari kantor Ikram, kami turun. Dan aku baru akan berputar menghampiri ibu mertua di pintu sebelah saat seseorang yang entah datang dari mana tiba-tiba menabrakku hingga ia sendiri jatuh ke dekat paving.Brak!"Eh ya ampun, hati-hati," ucapku sambil berjongkok
MADU KUJADIKAN BABUPart 39 APoV Intan"Saya benar-benar berterimakasih karena Nak Ikram sudah membantu menantu saya bebas dari tuduhan waktu itu. Sekaligus saya juga ingin menyampaikan terimakasih karena selama ini Nak Ikram sudah jadi bos yang baik untuk almarhum anak saya. Dan maaf karena saya baru bisa menemui Nak Iwan sekarang, kemarin-kemarin saya langsung ngedrop dan harus dirawat beberapa hari," ujar Ibu mertua pada Ikram. Hari ini beliau sengaja mengajakku mendatangi kantornya Ikram untuk mengucapkan rasa terimakasihnya. "Tidak apa-apa, Bu. Sudah jadi kewajiban saya memang membela orang yang tak bersalah. Intan ini teman SMA saya dulu, jadi saya tahu betul Intan nggak mungkin melakukan itu," jawab Ikram penuh wibawa."Oh ya? Jadi kalian ini temen lama toh? Wah saya baru tahu.""Iya, Bu. Intan ini teman dekat saya sejak lama. Dan dulunya menantu Ibu ini cewek populer seantero sekolah loh Bu, pokoknya siapa pun yang dapatkan dia, waaah beruntung banget deh pokoknya. Termasuk
MADU KUJADIKAN BABU Part 38 BMbak Intan, dia datang dengan wajah puas dan senyuman miring. Cepat saja, aku yang tengah terisak-isak itu bangkit."Mbak Intan, Mbak aku gak bersalah Mbak. Tolong bebaskan aku, Mbak. Aku bersumpah, ide racun itu bukan ideku Mbak.""Ya ya ya aku udah tahu Nia. Lupa kamu kalau tadi kita sidang semuanya dibuka dengan jelas? Racun itu bukan idemu, tapi ide ibumu 'kan?""Mbak aku mohon Mbak, tolong bebasin aku, Mbak. Aku gak salah. Aku janji kalau aku dibebaskan kamu boleh menjadikanku apa saja. Bahkan aku siap kalau harus jadi pembantu selamanya. Aku janji Mbak, aku janji," cecarku.Mbak Intan menyipit, "bebaskan? Lalu kalau kamu dibebaskan siapa yang akan menanggung hukumanmu Nia?""Ibu. Ibu adalah satu-satunya orang yang pantas dihukum, Mbak," jawabku asal.Sontak saja hal itu membuat ibuku geram. Lalu bangkit menarikku menjauh dari besi sel."Nia cukup! Apa-apaan ini? Kamu gila apa? Buat apa kamu memohon sama perempuan itu sampai harus bicara begitu soal
MADU KUJADIKAN BABUPart 38 A"Kau mau mengakui sekarang atau nggak?""Ng-ngaku apa, Pak?""Ya ngaku kalau kamu pelakunya. Kamu 'kan yang meracun suamimu sendiri?""Nggak, Pak. Sumpah saya bukan pelakunya. Yang meracun suami saya itu istri pertamanya.""Bohong kamu! Mengaku atau saya tambah hukumannya," ancamnya."T-tapi saya memang gak melakukan apa-apa, Pak.""Ah bohong!"Brak!Dia menggebrak meja dengan mengangkat satu kakinya ke atas meja tersebut. Aku sampai terperanjat. Tubuhku jangan ditanya, bergetar hebat sudah bagai orang yang menggigil kedinginan."Ngaku sekarang juga!""Saya nggak mau mengakui apa-apa, Pak. Saya gak salah!" ***Hari berlalu. Untunglah aku bisa lewati walau hampir gila dan menyerah. Hampir saja aku mengakui semuanya, karena mereka yang terus menerus mendesakku untuk mengakui semuanya.Untunglah ada ibu yang tak pernah berhenti mengingatkanku, seberat apapun mereka menyiksa kami, jangan sampai pengakuan itu terucap. Sidang pun digelar kembali. "Keberatan
MADU KUJADIKAN BABU Part 37 BSebuah video rekaman cctv pun diputar di persidangan itu.Aku terkejut bukan main. Tentu saja, cafe itu? Cafe Alviar tempat aku dan ibu bertemu? Bagaimana bisa Ikram punya rekaman cctv di cafe itu? Tubuhku mendadak panas dingin saat Ikram mulai bicara menjelaskan soal keadaan yang ada di dalam rekaman tersebut. Berkali-kali kuremas tangan ibuku dengan telapak tangan yang sudah basah ini."Gimana ini, Bu? Mati kita. Kita pasti akan ditangkap, Bu," bisikku pada Ibu."Tenang Nia. Kamu harus tenang supaya gak ada yang curiga.""Tapi, B-""Keberatan Yang Mulia!" Aku terkejut saat ibu teriak sambil kontan bangkit dari kursinya. Dia mengajukan keberatan rupanya. Entah apa yang ibu ucapakan saat itu, aku sampai tak bisa mendengar dan menyimak dengan baik karena saking sudah ngeblank dan ketakutan kejahatan kami terbongkar.Yang jelas, saat Ikram meminta Hakim agar aku dan ibuku juga diperiksa aku refleks teriak, "nggak! Nggaaaak!" Setelah itu aku lari ke luar
MADU KUJADIKAN BABUPart 37 AAku bengong sebentar. Lalu melemparkan senyuman pada ibu sebelum akhirnya aku berhambur dan mulai memainkan akting terbaikku."Mas Iwaaan! Maaas, kamu kenapa, Mas? Kamu kenapa? Bangun, Mas. Maaas!""Tolong tenang ya Bu, saya mengerti perasaan Anda. Tapi ini rumah sakit takutnya menganggu yang lain," ucap seorang dokter yang baru saja masuk bersama seorang perawat."Suami saya kenapa ini, Dok? Suami saya kenapa gak gerak gini? Dia kenapa?" Aku mengguncang kedua lengan dokter tersebut sambil berpura-pura nangis histeris.Ah untungnya aku jago kalau hanya untuk akting nangis seperti ini."Maaf Bu, saya harap kalian bisa ikhlas dan menerima takdir Tuhan. Pasien sudah berpulang akibat racun yang masuk ke dalam tubuhnya sudah menyebar pada aliran darah," terang Dokter tersebut."Apa? Mas Iwaaan!" Aku teriak sekencang-kencangnya agar mereka semakin yakin bahwa aku benar-benar terpukul juga kehilangan.Proses pengurusan jenazah di rumah sakit pun selesai. Jenazah
MADU KUJADIKAN BABU Part 36 BDokter itu menarik napas panjang, "kami sedang berusaha memberinya pertolongan pertama Mbak, tapi sepertinya untuk sadar hari ini kemungkinannya sangat kecil. Mari saya permisi," jawabnya sambil kemudian pergi dengan terburu-buru.Aku mengembuskan napas lega. Aaah syukurlah kalau Mas Iwan gak akan sadar hari ini. Aku jadi punya waktu untuk menyusun rencana berikutnya.Aku kembali ke dekat ibu mertua dan Mbak Intan yang tengah duduk resah di kursi tunggu."Sabar Bu, semoga Mas Iwan baik-baik saja." Mbak Intan terus menerus menguatkan mertuanya.Tak heran jika hal itu membuatku makin tak menyukainya.Awas saja kau, Mbak. Setelah ini aku pastikan, ibu mertua sendiri yang akan menyeretmu ke dalam penjara. Batinku.--Beberapa saat setelah Mas Iwan ditangani. Seorang suster keluar menyuruh salah seorang keluarga Mas Iwan untuk masuk ke dalam. Dan aku baru akan masuk saat Mbak Intan dengan cepat menyerobot."Minggir. Aku lebih berhak," desisnya seraya gegas m