MADU KUJADIKAN BABUPart 21 A"Beli pake duit siapa? Bukannya kamu gak punya duit selain duit yang aku kasih sebesar 20 ribu sehari?"Dia berdecak sambil kembali memasukan satu suapan lagi."Pake duit siapa aja asal bukan duitmu, paham?" tegasnya sambil gegas bangkit, meremas kertas bekas makannya lalu membuangnya ke tong sampah.Aku pikir setelah sarapan dia akan melakukan pekerjaan lainnya ternyata dia kembali duduk lalu mengambil sesuatu lagi dari dalam plastik hitam itu.Kue-kue basah kesukaanku yang menggoda selera, ada sekitar 20 biji dia tampakan. Dan mulai melahapnya satu persatu."Kalau mau ambil aja, gak usah gengsi," celetuknya sambil menatapku risih. Aku memang masih berdiri di tempat yang tadi saat ia sedang sibuk melahap kue-kue basahnya."Beli di mana?" tanyaku lagi.Dia menghentikan aktivitasnya lalu melirik malas padaku."Kenapa Mbak Intan bawel banget sih? Ya beli di luarlah, banyak. Gak usah banyak nanya, kalau mau ambil kalau gak mau sana pergi. Ganggu selera makan
MADU KUJADIKAN BABUPart 21 B"Ya habis aku kesel, Mas. Ibumu ini gak bisa dibilangin. Aku tuh lagi sibuk nyuci piring sama beresin dapur, tapi dia malah minta dilap sama aku. Padahal Mbak Intan 'kan ada, apa susahnya nyuruh dia?" cerocos si madu babu."Tapi Ibu maunya dilap sama istri barumu Iwan, Ibu ingin lihat seberapa cekatan dan baktinya dia sama Ibu. Tapi ternyata baru sehari dua hari diakui jadi mantu aja dia udah songong dan kurang ajar begini," timpal Ibu mertua.Mas Iwan cepat mendekati ibunya dan mengusap-usap punggung beliau."Sabar Bu, sabaar. Si Nia emang salah, biar Iwan yang kasih dia pengertian nanti," katanya kesal.Kuakui walau kelakuannya gak bisa kumaafkan. Tapi kalau soal kasih sayang dan hormat sama ibunya Mas Iwan emang paling terbaik. Selama ini dia selalu memuliakan dan menjaga perasaan ibunya itu dengan sebaik mungkin."Loh kok jadi salah aku sih, Mas? Kamu beneran gak belain aku?" Si madu babu protes tak terima.Mas Iwan kembali menoleh dan menghampirinya.
MADU KUJADIKAN BABUPart 22 A"Karena tadi pagi dia mau salim ke si Iwan Ibu larang. Terus si Iwannya juga melengos gitu aja cuekin dia. Haha puas Ibu."Aku senyum sambil geleng-geleng kepala."Intan kira ada apa. Pantesan itu dia manyun dan marah-marah kayak singa gitu."Ibu cekikikan lagi. Tampak puas rupanya.--"Assalamu'alaikum." "Waalaikumsalam," sahut aku dan ibu yang tengah menonton tv.Pukul 7 malam Mas Iwan baru pulang. "Wan, pesenan Ibu mana?""Nih, Bu." Mas Iwan memberikan plastik bening berisi martabak rupanya."Ya udah sana gih kalian makan berdua di meja makan," kata Ibu mertua lagi.Mas Iwan melirik ke arahku."Loh kok kami berdua? Kan Ibu yang nitip," tolakku halus."Ibu emang nitip tadi pagi, tapi buat dimakan kalian berdua, Ibu udah gak suka yang manis-manis gini takut diabetes Tan. Sana ke meja makan, makan martabaknya berdua, kamu bikinin Iwan kopi ya." Ibu sedikit mendorongku agar aku buru-buru ke dapur.Mau tak mau akhirnya aku melangkah ke sana. Sementara Ma
MADU KUJADIKAN BABU Part 22 BIdih apaan deh, dia mau nyindir aku kayaknya tuh. Akhirnya cepat saja aku menggamit tangan Mas Iwan, "ayo Mas, buruan udah siang. Meningan kamu berangkat sekarang aja. Oh ya, ini duit buat sarapan dan buat bensinnya aku kasih ya. Tapi inget, jangan dikasih ke orang lain lagi," ucapku sambil neleng juga ke arah wanita itu.Mas Iwan melempar senyum. Cepat kukecup punggung tangannya walau jujur aku malas."Makasih ya, kalau gitu Mas berangkat dulu," pamitnya sambil sekali lagi melempar senyuman lebar."Hati-hati."Mas Iwan baru saja akan melangkah keluar saat si madu babu itu ngomong."Loh Mas, sama aku gak pamit?" katanya "Gak usah," sahut Ibu mertua. Beliau baru saja keluar dari kamarnya. "Udah sana kamu berangkat aja, yang penting 'kan udah dapat restu dan do'a istri sah, jadi istri goib abaikan aja," timpal Ibu mertua lagi.Aku hampir terbahak. Istri goib katanya, astagfirullah. Haha.Mas Iwan yang kebetulan sedang kesal pada si madu babu akhirnya be
MADU KUJADIKAN BABUPart 23 A"Maaas! Mas turun kamu, Mas. Kamu gak bisa pergi tanpa ajak aku begini, Mas," paksanya kemudian sambil berusaha membuka pintu mobil.Mas Iwan yang sejak tadi berusaha menahan emosinya akhirnya teriak, "Nia! Bisa gak kamu jangan kayak anak-anak gini? Makan di rumah aja apa susahnya sih? Kamu udah masak 'kan? Mubazir kalau gak ada yang makan.Mulut si madu babu menganga tak percaya."T-tapi Mas, aku juga 'kan istri kamu. Kamu jangan gitu dong Mas, gak adil namanya.""Makanya kamu jangan nyebelin kalau mau Mas ajakin. Sana masuk, sekarang Mas mau pergi sama Intan dan ibu aja, kamu gak usah banyak protes," tegas Mas Iwan yang tampak makin habis kesabaran."Tapi, Mas.""Masuk!" sentak Mas Iwan.Wanita itu terperanjat dengan mata yang mendadak mengembun. Haha rasain kau Nia. Penderitaanmu yang lebih menyakitkan baru aja dimulai rupanya.Mas Iwan lalu menyalakan mesin mobil."Mas, tunggu sebentar.""Ada apa lagi Tan?" tanya Ibu mertua di belakang."Intan lupa se
MADU KUJADIKAN BABU Part 23 BAku mengangguk. Dia senyum lebar."Makasih Tan. Makasih. Mas bener-bener gak nyangka kamu mau kasih Mas kesempatan lagi. Makasih Tan. Mas janji akan berusaha jadi suami yang baik buat kamu. Meski sekarang ada si Nia, tapi Mas akan pastikan kasih sayang Mas akan lebih besar sama kamu. Karena sekarang Mas juga udah lihat, siapa yang paling tulus mengurus dan ikhlas merawat Ibu," cecarnya sambil terus menerus menciumi punggung tanganku.Hoek! Sejujurnya aku jijik. Andai bukan karena sakit hati yang menganga di dalam sini, aku tentu sudah membuangnya sejak dulu."Oh ya, aku ngantuk, Mas. Capek. Aku tidur duluan ya. Kalau kamu mau tidur di sini tidur aja di kasur, gak usah di lantai lagi," ucapku lagi.Dan lagi, matanya berbinar dengan senyuman mengembang."Serius? Mas boleh tidur di kasur sekarang?" tanyanya tak percaya.Aku mengangguk sambil menyunggingkan senyuman manis yang dipaksakan."Terimakasih, Sayang, terimakasih," katanya lagi sambil dengan spontan
MADU KUJADIKAN BABUPart 24 ASetelah sarapan Mas Iwan berangkat. "Tan, temenin jalan pagi yuk ke taman. Biar enakan badan Ibu," ajak Ibu mertua."Siap, Bu. Sebentar Intan ganti baju dulu ya."Gegas aku naik. Dan kembali turun saat selesai bersiap. "Kalian mau pada kemana?" tanya si madu babu saat kami papasan di teras. Dia baru pulang dari pasar rupanya."Mau jalan pagi. Kenapa nanya-nanya? Kepo," ketus Ibu mertua."Wah Ibu mau jalan pagi, Bu? Nia ikut dong. Atau Nia aja yang temenin Ibu, boleh gak? Biar Mbak Intan yang masak," cecarnya bersemangat.Dih, tumben itu orang. Sejak kapan dia mau nemenin ibu mertua? Apa dia lagi carmuk kali ya? Alias cari muka."Apaan sih, gak usah. Ibu maunya pergi sama Intan. Kamu di sini aja beresin tuh rumah, masih berantakan dan pada berdebu gitu lantainya. Males amat sih," ketus Ibu mertua lagi.Sontak saja rahang si madu kembali mengeras. Tapi dia bisa apa? Sampai akhirnya kami pergi meninggalkannya.--Sepulang dari taman kami terkejut karena k
MADU KUJADIKAN BABU Part 24 B"Ya jelas Ibu tahu, tadi kami ketemu sama orang-orangnya."Si madu babu diam sebentar sebelum akhirnya dia kembali bicara."Ya udahlah ya gak usah diperpanjang. Yang penting 'kan ini rumah sekarang udah bersih," katanya sambil akan melengos pergi. Tapi dengan cepat ibu mertua menahannya."Gak usah diperpanjang gimana maksud kamu hah? Asal kamu tahu ya, beres-beres nyewa orang-orang seperti mereka itu pemborosan namanya tahu gak? Mana sampe juta-juta pula upahnya."Si madu babu mengerling malas, "ya biarin aja sih. Duit Nia ini 'kan? Bukan duit Ibu apalagi duit Mbak Intan?" songongnya.Ibu sontak melotot. Beliau baru akan bicara lagi saat aku dengan cepat menyentak si madu babu."Nia! Kamu itu bisa gak kalau ngomong sama Ibu yang sopan sedikit? Gak usah kebanyakan ngeyel! Ibu tuh cuma ngingetin kamu, kalau nyewa home cleaning begitu bayarnya pasti mahal. Terus kamu juga punya duit dari mana bisa sewa mereka, hah?"Kedua bola matanya berputar ke arahku."P