Share

Part 18 B

MADU KUJADIKAN BABU

Part 18 B

"Antre, Neng."

Aih, akhirnya aku duduk lagi sambil menunggu antrian. Warung nasinya memang ramai pengunjung sekali, maklum letaknya strategis, dan menunya juga banyak, jadi orang-orang pada demen banget makan di sini.

Sambil menunggu dengan resah, kulihat si madu babu dan seorang lelaki yang memboncengnya tadi masuk ke dalam. Eh tunggu, ngomong-ngomong lelaki itu siapa ya? Kok ikut masuk. Kalau dia tukang ojek harusnya nggak masuk dong ya, hmm. Jadi penasaran.

"Ini, Neng. 20 ribu."

Aku bangkit dan buru-buru memberikan uang untuk membayar nasi bungkusku pada pemilik warteg.

"Terimakasih, Bu."

Setelah itu aku nyebrang.

Tapi saat sampai di depan pintu ruangan ibu mertua, kulihat si madu babu hanya sendirian.

Loh kemana laki-laki yang tadi sama si Nia? Kok gak ikut masuk? tanyaku dalam hati. Kutengok kanan kiri, mencari pria berjaket hitam itu. Tapi nihil.

"Pergi kamu, saya nggak sudi melihat wajahmu di sini," usir Ibu pada si madu babu di dalam. Aku menole
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status