Benar-benar ya si Erlangga tak ada habisnya kalau urusan ranjang. Yuk lanjut baca dan jangan lupa sumbangkan Gems kak. Agar bisa tetap eksis di aplikasi, jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. KUNCI BRANGKAS RAHASIA SUAMIKU(tamat)
Maaf, Aku Pantang Cerai! (87)Tok ...tok ...tok ....Terdengar suara pintu di ketuk. Membuat Alea mendesah kesal, entah siapa lagi yang menganggu tidurnya. Dengan malas dia menggoyang tubuh Erlangga."Lang, lihat ada apa itu. Masih pagi tapi ada saja gangguan, aku pusing banget ini."Alea merengek manja, membuat sang suami langsung bangun walau dengan nyawa yang belum terkumpul sempurna. Dia membuka pintu, lalu melihat si bibi menatapnya dengan wajah pucat."Maaf tuan, itu di luar terjadi keributan. Nyonya besar datang mengamuk bersama banyak orang."Mendengar kata-kata pembantunya membuat Erlangga sedikit kesal, karena dia tau siapa orang yang di panggil nyonya besar."Kalau begitu tahan dulu. Jangan buka pintu gerbang, kalau ada yang macam-macam minta satpam menghubungi polisi. Aku akan turun setelah mandi."Dengan santai Erlangga kembali masuk dan menutup pintu. Dia melirik Alea yang masih bergelung dengan selimut, tanpa tau kalau jam sudah berada di angka 7 pagi."Aku harus segera
Maaf, Aku Pantang Cerai! (88)"Ini rupanya perempuan kotor itu. Janda miskin yang gatal mengoda suamiku, lalu suaminya yang bodoh itu mau saja melakukan perintahnya, untuk memfitnah pria yang gagal dia goda."Alea terkejut saat seorang wanita berdiri angkuh menghalangi langkahnya. Tidak hanya sendiri dia ternyata bersama teman-temannya."Mohon maaf sebelumnya. Apa anda sedang bicara dengan saya? Siapa yang anda sebut pengoda? Katakan siapa orang yang saya godain itu?"Dengan tanpa rasa takut Alea bertanya pada wanita angkuh itu. Entah kenapa dia merasa kalau wanita itu adalah istri tuan Arif, orang yang akhirnya berhasil di hancurkan Erlangga dan kini meringkuk di penjara, dengan tuduhan kepemilikan narkoba dan tertangkap tangan menyuap petugas kepolisian."Arif, kau pasti kenal dengan suamiku kan? Dasar jalang kurangajar."Wanita itu mengangkat tangan hendak menampar Alea. Tapi sebuah suara dingin menghentikan perbuatannya."Berani menyentuh dia, aku pastikan kau akan menyusul suamimu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (89)"Udah dong, manyun aja dari tadi."Erlangga mendekati istrinya. Sejak pulang dari belanja bulanan wanita itu jadi emosian, apalagi sejak para wanita mengikuti sang suami."Menyingkir sana, Lang. Aku mau istirahat, capek banget."Erlangga mengerutkan keningnya, karena tak biasanya sang istri tidur awal. Ini bahkan belum jam 9 bahkan tadi hanya sebentar dia melihat Aska anaknya."Yang, kau baik-baik saja kan? Apa perlu kita ke dokter? Aku rasa kau agak aneh hari ini."Erlangga menyentuh kening istrinya, namun suhu tubuhnya biasa saja. Dia masih bingung karena Alea terlihat begitu nyenyak tidurnya."Al, gak mau main bentar aja?"Tak ada jawaban dari sang istri, hanya dengkuran halus yang terdengar dari bibir mungil itu.Dreet ...dreet ....dreet .....Erlangga melirik ponselnya karena terdengar panggilan masuk. Agar tak menganggu Alea, dia memilih untuk pergi ke ruang kerjanya, ingin tau apa yang akan di laporkan Dani.(Rencana kedua sudah beres Bos. Besok ada
Maaf, Aku Pantang Cerai! (90)"Lang ada apa? Kenapa kau hancurkan kamar kita?"Alea terkejut begitu sampai kamar. Tadi mbak Dewi menghubunginya, memberitahu kalau di kamarnya terdengar benda di banting. Wanita itu juga bilang, kalau suaminya pulang awal dan langsung masuk ke kamar.Alea yang tadi pergi ke supermarket membeli bedak dan minyak kayu putih Aska segera pulang. Dia takut terjadi sesuatu pada Erlangga, ternyata ketakutannya terbukti benar."Lang tenang, katakan ada apa? Apa yang membuatmu marah seperti ini?"Alea meraih tangan Erlangga dan membawanya ke tempat tidur. Agar pria itu menjauh, dari serpihan barang-barang yang baru dia hancurkan.Alea menarik napas lega saat melihat Erlangga sudah duduk di tempat tidur. Perlahan dia juga duduk di samping suaminya, meraih tangannya untuk mengobati luka di tangan itu."Sudah tenang? Bisa katakan ada apa kau semarah ini?"Alea bertanya pelan sembari membalut tangan Erlangga dengan perban. Tersenyum saat melihat Erlangga menatapnya ta
Maaf, Aku Pantang Cerai! (91)"Bu, dedek Aska kejang!"Alea terkejut setengah mati. Baru saja dia menidurkan anaknya yang rewel tiga hari ini, kini anaknya terserang kejang. Dengan cepat Alea membawa Aska ke rumah sakit terdekat.Dengan panik dia menuju ke IGD. Dia tak mau terjadi sesuatu pada anaknya. Wanita itu terduduk lemas sendirian di depan pintu IGD, menunggu sang anak di tangani oleh dokter.Airmatanya tumpah saat mengingat, sudah tiga hari Erlangga tak pulang. Pria itu bahkan tak ingat ada anak yang terikat batin dengannya, meski tak sedarah tapi sejak dalam kandungan pria itu yang dekat dengannya."Al, apa yang terjadi dengan Aska?"Alea tersentak saat mendengar suara Erlangga. Dia hendak menghambur dalam pelukan sang suami, namun matanya melihat seorang wanita berdiri di samping Erlangga. Sialnya lagi wanita itu ...Aino.Alea segera kembali duduk lalu menunjuk ke pintu ruang IGD. Setelah itu dia terduduk sembari menunduk, dia tak mau melihat sesuatu yang membuatnya sakit hat
Maaf, Aku Pantang Cerai! (92)"Maaf suster, anak saya masuk di ruang biasa saja tak perlu VIP."Alea segera bicara pada seorang perawat, karena dia terkejut saat mengetahui anaknya di bawa ke ruangan VIP. Dia sadar biaya yang harus dia keluarkan per malamnya."Kau tak perlu pikirkan biayanya, karena aku sudah melunasinya."Alea menarik napas panjang saat melihat Erlangga masuk. Ternyata pria itu yang mengatur agar Aska masuk ruang VIP, tentu saja itu membuat Alea semakin pusing."Apa kata dokter tentang Aska yang kejang tadi pagi? Kau sudah bicara dengan dokter kan?"Erlangga bertanya tapi Alea tak bersuara, dia hanya menganggukkan kepalanya. Dia cuma berharap pria itu segera pergi."Aku harap setelah ini menjauh dari Aska. Aku tak mau dia terlalu bergantung padamu, biarkan dia terbiasa tanpa orang lain selain ibunya."Alea beranjak menuju ke sofa lalu duduk sembari menatap layar ponselnya. Seolah menunggu seseorang menghubunginya, sesekali dia mengusap wajahnya, karena benda di tangan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (93)"Kau sudah bangun? Syukurlah."Alea memijit keningnya saat mendengar suara Erlangga. Entah karena apa pria itu kembali, tapi untung dia kembali kalau tidak mungkin dia akan pingsan hingga pagi."Bagaimana keadaanmu, apa perlu aku panggilkan dokter?""Tidak! Tidak perlu. Aku baik-baik saja hanya sedikit lelah. Kau bisa pulang sekarang karena aku ingin tidur lagi."Alea merebahkan tubuhnya lalu memejamkan mata. Dia berharap Erlangga segera pergi, tapi harapannya punah karena melihat pria itu justru berbaring di sofa."Apa yang dia lakukan? Seharusnya dia pulang. Bukankah besok dia harus ke kantor." Ucap Alea dalam hati.****"Lang, bangun sholat subuh."Alea menggoyang tubuh Erlangga agar segera bangun. Dia tak ingin pria itu terlambat sholat subuhnya."Iya sebentar."Setelah mendengar suara Erlangga, Alea segera membuka mukena yang dia pakai. Melihat itu Erlangga heran."Maaf, aku sudah sholat duluan. Tadi tidurmu nyenyak banget."Seolah mengerti apa yang s
Maaf, Aku Pantang Cerai! (94)"Selamat siang Bu, Alea."Alea tersenyum menerima salam pria penjaga rumahnya. Matanya melihat mobil suaminya ada di garasi, terdengar helaan napas panjangnya untuk menghilangkan resah di hatinya.Perlahan dia melangkah menuju ke pintu masuk. Aska terlihat senang, bibir mungilnya mengeluarkan suara-suara lucu yang mengemaskan."Pa ...pa ...pa ....""Papa ya, besok kita ke tempat papa ya?"Ceklek ....Tepat saat dia bicara dengan anaknya. Pintu terbuka menampakkan wajah Erlangga yang menatapnya tajam, Alea tak berani bersuara hanya mampu menelan ludah dengan kasar."La ...Lang," cicit Alea."Berikan Aska padaku. Kau bisa siapkan makan siang karena aku sudah lapar."Tanpa menunggu persetujuan istrinya. Erlangga langsung mengambil Aska, yang kemudian tertawa senang melihat ayah sambungnya. Alea hanya bisa menarik napas lagi melihat wajah lugu anaknya."Tunggu apa lagi Al? Ini sudah siang. Waktu makan siang sudah hampir tiba, kau tak ingin aku terlambat kembal
Maaf, Aku Pantang Cerai! (156)"Mama pasti tidak lupa di mana tempat itu? Lihat kain yang di kenakan Aino. Mama tidak lupa kan dengan hadiah istimewa itu?"Erlangga tertawa puas hingga menangis. Alea semakin mengeratkan pegangan tangannya, dia tau Erlangga tengah kembali ke masa paling menyedihkan dalam hidupnya."Siapa jalang yang sebenarnya, Ma. Aku kasihan melihatmu tapi kau sendiri yang menginginkannya, gadis yang kau puja setinggi langit justru wanita mainan suamimu. Dia di puaskan sebelum memuaskan dirimu, mereka bahkan bercinta di tempat tidur yang kau persiapkan untuk acara ulang tahun mu, bahkan mengunakan baju yang sama seperti milikmu. Saat kau mengerang di atas tubuh pria ini, dia tengah membayangkan bercinta dengan Aino buka dengan wanita tua sepertimu."Erlangga menuding jarinya pada sang mama. Terlihat kurang ajar jadi Alea menarik tangan itu dan mengecupnya, membuat Erlangga segera mengusap wajahnya dengan kasar."Rekaman ini yang suamimu minta sebelum mengirim ku ke pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (155)"Apa yang kau lakukan perempuan sialan? Kau menghancurkan perusahaan papaku!"Jennie berteriak seperti orang gila. Dia berusaha menyerang Alea, namun di saat yang tepat seseorang mendekap erat Alea."Jangan berani menyentuh istriku. Kalau tidak kau akan bernasib sama seperti perusahaan papamu, coba saja jika kau ingin membuktikannya."Jennie terkejut mendengar suara dingin di depannya. Dia tak menyangka Erlangga akan datang tepat waktu, dia sudah merencanakan penyerangan pada Alea, tapi tetap saja ketahuan."Dia hanya seorang janda beranak satu, Angga. Kenapa kau begitu mencintainya bahkan mengabaikan aku dan Aino."Jennie benar-benar tak habis pikir pada otak Erlangga. Dia sudah begitu lama berada di sisi Aino, tapi tak membuatnya ingat pada dirinya yang selalu ada ketika Erlangga bertemu Aino."Kau pasti tak bisa melihatnya karena matamu sudah buta. Wanita itu tak hanya cantik wajahnya tapi juga hatinya, sesuatu yang tak kau miliki begitu juga dengan Ai
Maaf, Aku Pantang Cerai! (154)"Selamat siang Bu Alea, bisakah kita bicara sebentar. Saya ada hal penting untuk dibicarakan dengan Bu Alea."Alea menatap wanita yang ada di depannya. Wanita yang baru-baru ini membuatnya pusing, sekarang dengan berani dia mengajak bicara. Apakah pelakor memang tak takut lagi dengan kuasa istri sah."Apa yang ingin anda katakan? Silakan saya akan mendengarkan."Alea memberi kesempatan pada Jennie untuk bicara. Dia ingin tau apa yang wanita ini inginkan, dia juga ingin tau sampai mana kebohongan Erlangga."Sebelumnya saya minta maaf, karena telah membuat Bu Alea dan pak Erlangga menjadi salah paham. Sebenarnya saya memang tak mengenal pak Erlangga sebelum saya pergi ke kantornya, kebetulan saat itu kami bertemu dan satu lift."Alea tersenyum tak menyela penjelasan Jennie. Jari tangannya mengetuk pelan meja, membuat Jennie sedikit gelisah. Ketukan jari Alea berhenti saat pelayan kafe datang membawa pesanan mereka."Silakan nikmati dulu minuman yang anda pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (153)Erlangga mendesah kesal, sembari menatap ruangan sang istri yang terlihat kosong. Wanita itu benar-benar marah hingga tak mau bicara dengannya, bahkan dia rela pindah ke kantor agar ayah dan ibunya tak curiga. Kalau anak dan menantunya sedang ribut, tapi begitu di kantor dia menutup ruangannya dan menghabiskan waktu dengan kedua anaknya. Pintu semua terkunci, jadilah Erlangga tak bisa masuk. Kalau Erlangga tidur di kamarnya, Alea dan kedua anaknya tidur di ruangan Alea, mengunakan tilam lantai."Bos, makan siang sudah siap."Dani berkata pelan sembari menatap kaca pembatas ruangan yang sudah tertutup gorden. Kemudian dia berbalik dan menatap si Bos yang terlihat kacau, jangankan makan, minum saja si bos tak mau."Dan, aku tunggu di ruanganku. Tetap di tempatmu." Melihat Alea muncul di pintu ruang istirahat. Erlangga hendak menemuinya, tapi Alea segera memberinya peringatan untuk tidak bergerak.Dani hanya bisa menggaruk kepalanya. Setelah melihat pintu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (152)"Selamat siang Bu Alea, saya perwakilan dari perusahaan Samudra Jaya. Saya ada janji dengan pak Erlangga, tapi di arahkan untuk bicara dulu dengan anda."Alea menjabat tangan wanita yang baru saja menemuinya. Sepertinya wanita ini belum tau prosedur di perusahaan Erlangga."Iya silakan duduk, mohon maaf kalau boleh tau nama anda ....?"Alea bertanya karena sejak tadi wanita ini belum memperkenalkan dirinya. Dia melihat wanita ini sering melirik ke arah ruangan Erlangga, walau suaminya tak bereaksi tapi dia sedikit tak menyukainya."Di perusahaan ini memang seperti prosedurnya. Tamu pria bertemu dengan pak Erlangga sedangkan tamu wanita bertemu istrinya. Pria di sana itu suami saya jadi jangan tergoda dengannya."Alea tertawa seolah ucapan hanya bercanda. Wanita di depannya juga tertawa walau terdengar garing. Alea heran karena sampai sekarang wanita ini belum menyebut namanya sama sekali."Maaf sekali lagi saya harus memanggil nyonya atau nona?" tanya Ale
Maaf, Aku Pantang Cerai! (151)"Assalamualaikum Bu," ucap Alea."Mau apa kau kemari? Mau menertawai kemalanganku ini," tanya Bu Wastika."Bu, sekali saja jangan berpikir buruk padaku. Sejak awal menikah dengan mas Wisnu ibu tau pasti, kalau aku berusaha keras berbakti padamu, karena saat itu aku tak tau masih memiliki orang tua. Jadi aku menganggap ibu sebagai orang tuaku sendiri, apa yang tak ku lakukan untuk kalian semua. Jadi pembantu gratisan aku juga rela, tapi apa pernah kalian menganggap ku? Tidak sama sekali.Ibu terus membenci dan memfitnahku, di depan tetangga bahkan di depan suamiku sendiri. Seolah senang aku diam ibu terus berulah, hingga akhirnya menikahkan suamiku dengan wanita lain. Jika wanita itu baik mungkin aku bisa terima bermadu, tapi wanita itu seorang pelacur yang hamil bukan anak mas Wisnu. Katakan Bu, tidakkah ibu yang telah begitu kejam padaku dan mas Wisnu?"Alea menyeka airmatanya dia sudah tak tahan lagi. Semua yang dia pendam selama ini akhirnya keluar dar
Maaf, Aku Pantang Cerai! (150)"Ada apa? Aku lihat melamun aja daritadi."Erlangga merentangkan tangannya agar sang istri tidur beralas lengannya. Sejak kembali dari beli makanan bersama ibunya, Alea terus diam seolah memikirkan sesuatu."Ini soal ibunya mas Wisnu. Tadi tak sengaja aku melihatnya sedang memulung, apa begitu parah nasibnya, Yank. Apa kau tak ada cara untuk membantunya tanpa berurusan soal uang?"Erlangga menarik napas setelah mendengar ucapan istrinya. Dia memang sudah tau tentang ibunya Wisnu tapi dia belum tau cara untuk membantunya."Kalau kita beri uang pasti nanti dia akan terus meminta. Satu-satunya cara kita memang harus tega padanya, tapi hati ini juga tak kuat melihatnya seperti itu."Kembali Erlangga menarik napas panjang. Masalah Bu Wastika memang susah di selesaikan, karena wanita ini keras kepala dan juga serakah."Hentikan Lang, geli ih."Tiba-tiba Erlangga mengecup leher Alea karena melihat wanita itu mulai melamun lagi. Dia memang tak bisa membuat sang i
Maaf, Aku Pantang Cerai! (149)"Ini benar-benar luar biasa. Aku akan punya cicit lagi," ucap tuan Dirga."Iya Kek, kemungkinan anak kami ini perempuan. Doakan saja agar kelak ada lagi perempuan terlahir dari rahim Alea, jadi keturunan anak perempuan bisa lebih banyak," ujar Erlangga.Plak ...."Ini saja belum lahir tapi kau sudah bermimpi punya anak lagi."Alea memukul pelan tangan sang suami. Dia tak habis pikir dengan apa yang Erlangga inginkan."Kita harus punya rencana, Yank. Bunda anak perempuan satu-satunya, kau juga begitu jadi kita harus berjuang untuk punya anak perempuan lebih banyak."Lang, kau mau aku mutilasi gak itu mu. Enak aja kalau ngomong, lahir kan dulu anak ini baru kita pikirkan yang lainnya," ucap Alea lagi."Yakin mau dimutilasi? Ingat kalau itu tak ada kau tak punya pegangan kalau tidur."Erlangga tertawa saat melihat wajah sang istri yang memerah. Untung mereka bicara berbisik kalau tidak bisa makin malu Alea."Kalau boleh kakek minta. Bisakah acara tujuh bulan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (148)"Yank, syukurlah aku sudah bangun. Tolong jangan membuatku takut."Alea terpaku melihat Erlangga memeluknya sembari menangis. Dia masih tak mengerti apa yang terjadi, hanya saja tadi dia bermimpi tentang Wisnu. Membuatnya percaya kalau dia adalah pendosa yang sebenarnya."Tolong pergilah, Yank. Aku minta maaf kalau selama ini bersalah padamu, katakan pada Jenie aku juga minta maaf. Sekarang kembalilah padanya aku akan mengurus perceraian kita."Alea sudah menguatkan hatinya untuk berpisah dengan Erlangga. Dia sudah tau apa yang terjadi memang salahnya, jadi dia rela kehilangan pria sebaik Erlangga."Apa kau dengar sayangku Jennie. Cepatlah datang papi dan mami menunggumu."Alea tersentak mendengar ucapan Erlangga di depan perutnya. Dia masih tak mengerti tapi Erlangga tak mau menjelaskannya, dengan kesal dia menarik rambut sang suami membuatnya mengangkat kepalanya."Apa maksudmu memanggil nama Jennie di depan perutku. Memangnya perempuan itu ada di sana,