Setelah tau rasanya, akhirnya Erlangga jadi mesum juga semua hal bisa berkaitan dengan urusan di atas ranjang. Yuk lanjut baca dan jangan lupa sumbangkan Gems kak. Agar bisa tetap eksis di aplikasi, jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. KUNCI BRANGKAS RAHASIA SUAMIKU(tamat)
Maaf, Aku Pantang Cerai! (86)Malam sudah larut saat terdengar desahan erotis di sebuah kamar. Alea terus merintih saat Erlangga menguasai tubuhnya, pria itu begitu bersemangat, tenaganya seolah tak ada habisnya saat bercinta.Keringat sudah membasahi tubuh mereka berdua, angin yang berhembus dari pendingin ruangan seolah tak ada gunanya. Tak dapat menghilangkan panas di ruangan itu."Lang, cepat selesaikan. Aku capek banget."Alea sampai harus memohon tapi Erlangga seolah tak mau tau. Tubuhnya terus menghentak dengan irama yang semakin kencang, membuat Alea merintih karena nikmat hingga aksi itu terganggu di sebabkan oleh suara ponsel sang pria, akhirnya merusak konsentrasi Alea."Lang, angkat dulu sapa tau penting."Bukannya mendengar ucapan sang istri. Erlangga justru mempercepat gerakannya membuat Alea kembali mendesah apalagi suara ponsel itu akhirnya mati. Sayang tak lama kemudian suara itu kembali dan cukup lama."Lang hentikan!"Tanpa sadar Alea berteriak dengan keras. Dia kesa
Maaf, Aku Pantang Cerai! (87)Tok ...tok ...tok ....Terdengar suara pintu di ketuk. Membuat Alea mendesah kesal, entah siapa lagi yang menganggu tidurnya. Dengan malas dia menggoyang tubuh Erlangga."Lang, lihat ada apa itu. Masih pagi tapi ada saja gangguan, aku pusing banget ini."Alea merengek manja, membuat sang suami langsung bangun walau dengan nyawa yang belum terkumpul sempurna. Dia membuka pintu, lalu melihat si bibi menatapnya dengan wajah pucat."Maaf tuan, itu di luar terjadi keributan. Nyonya besar datang mengamuk bersama banyak orang."Mendengar kata-kata pembantunya membuat Erlangga sedikit kesal, karena dia tau siapa orang yang di panggil nyonya besar."Kalau begitu tahan dulu. Jangan buka pintu gerbang, kalau ada yang macam-macam minta satpam menghubungi polisi. Aku akan turun setelah mandi."Dengan santai Erlangga kembali masuk dan menutup pintu. Dia melirik Alea yang masih bergelung dengan selimut, tanpa tau kalau jam sudah berada di angka 7 pagi."Aku harus segera
Maaf, Aku Pantang Cerai! (88)"Ini rupanya perempuan kotor itu. Janda miskin yang gatal mengoda suamiku, lalu suaminya yang bodoh itu mau saja melakukan perintahnya, untuk memfitnah pria yang gagal dia goda."Alea terkejut saat seorang wanita berdiri angkuh menghalangi langkahnya. Tidak hanya sendiri dia ternyata bersama teman-temannya."Mohon maaf sebelumnya. Apa anda sedang bicara dengan saya? Siapa yang anda sebut pengoda? Katakan siapa orang yang saya godain itu?"Dengan tanpa rasa takut Alea bertanya pada wanita angkuh itu. Entah kenapa dia merasa kalau wanita itu adalah istri tuan Arif, orang yang akhirnya berhasil di hancurkan Erlangga dan kini meringkuk di penjara, dengan tuduhan kepemilikan narkoba dan tertangkap tangan menyuap petugas kepolisian."Arif, kau pasti kenal dengan suamiku kan? Dasar jalang kurangajar."Wanita itu mengangkat tangan hendak menampar Alea. Tapi sebuah suara dingin menghentikan perbuatannya."Berani menyentuh dia, aku pastikan kau akan menyusul suamimu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (89)"Udah dong, manyun aja dari tadi."Erlangga mendekati istrinya. Sejak pulang dari belanja bulanan wanita itu jadi emosian, apalagi sejak para wanita mengikuti sang suami."Menyingkir sana, Lang. Aku mau istirahat, capek banget."Erlangga mengerutkan keningnya, karena tak biasanya sang istri tidur awal. Ini bahkan belum jam 9 bahkan tadi hanya sebentar dia melihat Aska anaknya."Yang, kau baik-baik saja kan? Apa perlu kita ke dokter? Aku rasa kau agak aneh hari ini."Erlangga menyentuh kening istrinya, namun suhu tubuhnya biasa saja. Dia masih bingung karena Alea terlihat begitu nyenyak tidurnya."Al, gak mau main bentar aja?"Tak ada jawaban dari sang istri, hanya dengkuran halus yang terdengar dari bibir mungil itu.Dreet ...dreet ....dreet .....Erlangga melirik ponselnya karena terdengar panggilan masuk. Agar tak menganggu Alea, dia memilih untuk pergi ke ruang kerjanya, ingin tau apa yang akan di laporkan Dani.(Rencana kedua sudah beres Bos. Besok ada
Maaf, Aku Pantang Cerai! (90)"Lang ada apa? Kenapa kau hancurkan kamar kita?"Alea terkejut begitu sampai kamar. Tadi mbak Dewi menghubunginya, memberitahu kalau di kamarnya terdengar benda di banting. Wanita itu juga bilang, kalau suaminya pulang awal dan langsung masuk ke kamar.Alea yang tadi pergi ke supermarket membeli bedak dan minyak kayu putih Aska segera pulang. Dia takut terjadi sesuatu pada Erlangga, ternyata ketakutannya terbukti benar."Lang tenang, katakan ada apa? Apa yang membuatmu marah seperti ini?"Alea meraih tangan Erlangga dan membawanya ke tempat tidur. Agar pria itu menjauh, dari serpihan barang-barang yang baru dia hancurkan.Alea menarik napas lega saat melihat Erlangga sudah duduk di tempat tidur. Perlahan dia juga duduk di samping suaminya, meraih tangannya untuk mengobati luka di tangan itu."Sudah tenang? Bisa katakan ada apa kau semarah ini?"Alea bertanya pelan sembari membalut tangan Erlangga dengan perban. Tersenyum saat melihat Erlangga menatapnya ta
Maaf, Aku Pantang Cerai! (91)"Bu, dedek Aska kejang!"Alea terkejut setengah mati. Baru saja dia menidurkan anaknya yang rewel tiga hari ini, kini anaknya terserang kejang. Dengan cepat Alea membawa Aska ke rumah sakit terdekat.Dengan panik dia menuju ke IGD. Dia tak mau terjadi sesuatu pada anaknya. Wanita itu terduduk lemas sendirian di depan pintu IGD, menunggu sang anak di tangani oleh dokter.Airmatanya tumpah saat mengingat, sudah tiga hari Erlangga tak pulang. Pria itu bahkan tak ingat ada anak yang terikat batin dengannya, meski tak sedarah tapi sejak dalam kandungan pria itu yang dekat dengannya."Al, apa yang terjadi dengan Aska?"Alea tersentak saat mendengar suara Erlangga. Dia hendak menghambur dalam pelukan sang suami, namun matanya melihat seorang wanita berdiri di samping Erlangga. Sialnya lagi wanita itu ...Aino.Alea segera kembali duduk lalu menunjuk ke pintu ruang IGD. Setelah itu dia terduduk sembari menunduk, dia tak mau melihat sesuatu yang membuatnya sakit hat
Maaf, Aku Pantang Cerai! (92)"Maaf suster, anak saya masuk di ruang biasa saja tak perlu VIP."Alea segera bicara pada seorang perawat, karena dia terkejut saat mengetahui anaknya di bawa ke ruangan VIP. Dia sadar biaya yang harus dia keluarkan per malamnya."Kau tak perlu pikirkan biayanya, karena aku sudah melunasinya."Alea menarik napas panjang saat melihat Erlangga masuk. Ternyata pria itu yang mengatur agar Aska masuk ruang VIP, tentu saja itu membuat Alea semakin pusing."Apa kata dokter tentang Aska yang kejang tadi pagi? Kau sudah bicara dengan dokter kan?"Erlangga bertanya tapi Alea tak bersuara, dia hanya menganggukkan kepalanya. Dia cuma berharap pria itu segera pergi."Aku harap setelah ini menjauh dari Aska. Aku tak mau dia terlalu bergantung padamu, biarkan dia terbiasa tanpa orang lain selain ibunya."Alea beranjak menuju ke sofa lalu duduk sembari menatap layar ponselnya. Seolah menunggu seseorang menghubunginya, sesekali dia mengusap wajahnya, karena benda di tangan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (93)"Kau sudah bangun? Syukurlah."Alea memijit keningnya saat mendengar suara Erlangga. Entah karena apa pria itu kembali, tapi untung dia kembali kalau tidak mungkin dia akan pingsan hingga pagi."Bagaimana keadaanmu, apa perlu aku panggilkan dokter?""Tidak! Tidak perlu. Aku baik-baik saja hanya sedikit lelah. Kau bisa pulang sekarang karena aku ingin tidur lagi."Alea merebahkan tubuhnya lalu memejamkan mata. Dia berharap Erlangga segera pergi, tapi harapannya punah karena melihat pria itu justru berbaring di sofa."Apa yang dia lakukan? Seharusnya dia pulang. Bukankah besok dia harus ke kantor." Ucap Alea dalam hati.****"Lang, bangun sholat subuh."Alea menggoyang tubuh Erlangga agar segera bangun. Dia tak ingin pria itu terlambat sholat subuhnya."Iya sebentar."Setelah mendengar suara Erlangga, Alea segera membuka mukena yang dia pakai. Melihat itu Erlangga heran."Maaf, aku sudah sholat duluan. Tadi tidurmu nyenyak banget."Seolah mengerti apa yang s