Share

Bab 84

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-28 19:28:05

Jawaban tentang keadaan Pandu datang di suatu siang yang terik.

“Mbak Alisya ada tamu untuk mbak di lantai satu.”  Suara resepsionis lantai bawah terdengar begitu Alisya mengangkat telepon di mejanya.

“Tamu siapa?” tanya Alisya yang merasa tidak mempunyai janji dengan siapapun.

“Beliau bilang mertua mbak.”

Alisya langsung menggertakkan giginya, dia memang tak pergi jauh dari kota ini. dan tidak berniat bersembunyi juga karena dia yakin itu akan percuma saja. Akan tetapi bukan berarti keluarga Pandu bisa seenaknya merecokinya.

“Bagaimana mbak?” tanya sang resepsionist lagi yang memecahkan balon lamunan Alisya.

“Baiklah saya akan menemui beliau,” jawab Alisya yakin.

Ruang tamu di lantai satu cukup tertutup, setidaknya tempat itu ada di lorong yang jarang dilewati orang, jadi Alisya tidak perlu khawatir kalau mertuanya itu kembali mencaci dan menghinanya, setidaknya hal itu tidak terdengar orang lain.

“Mau
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Indriyati
ceritanya terlalu berbelit-belit, jadi membosankan
goodnovel comment avatar
Tth Im
Bagus,pandu sebaiknya dipenjara biar mamah Pandu & Sekar menangis darah. Cuma masalahnya keledai Alisya bakal kembali
goodnovel comment avatar
Emi Wijayanti
ga suka dengan orang yg terlalu mudah memaafkan setelah disakiti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 85

    “Kenapa kamu tidak memakai mobil hadiah dariku?” tanya Pram saat Alisya baru saja turun dari taksi. “Hadiah itu terlalu mahal, lagian kamu tahu sendiri aku tidak bisa menyetir.” “Kamu butuh sopir?.” Alisya langsung berkacak pinggang dengan mata melotot pada sahabatnya yang bukannya takut malah menatapnya dengan malas. Dengan perut buncit dan kaki yang belum sepenuhnya sembuh benar wanita itu terlihat lucu. Saat ini mereka memang bertemu di sebuah cafe, Alisya sengaja meminta Pram bertemu di sini saja, tak usah datang ke rumahnya, bukannya dia tidak tahu terima kasih, tapi Alisya tidak ingin mendengar kalimat macam-macam dari tetangganya. Hal yang membuat Pram langsung mebego-begokan Alisya karena menolak tinggal di apartemen atau perumahan mewah yang dia tawarkan. “Kamu tahu bukan aku sedang berhemat, jadi jangan ajari aku boros,” omel Alisya. “Memangnya naik taksi kemana-mana tidak boros.” “Kamu maunya aku jalan kaki!” Pram tahu perdebatan mereka tidak akan menemukan titik t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 86

    Pertemuan ini mengingatkan Alisya pada percakapan dengan ayah mertuanya kemarin. Dua kubu yang sama-sama kuat saling berhadapan. “Semuanya jauh lebih melelahkan dari yang saya kira,” komentar Alisya setelah mendengar cerita yang disampaikan ayah mertuanya. Alisya pikir dengan dia tidak akan buka mulut semuanya akan baik-baik saja. Pandu bisa melanjutkan hidupnya dengan bahagia bersama Sekar dan Alisya juga akan punya kehidupan sendiri. Mereka tak akan lagi bersinggungan, meski suatu hari bertemu Pandu, Alisya berharap perasaannya sudah tawar dan bisa menyapa laki-laki itu seperti pada teman, meski itu terdengar sangat mustahil karena ada ikatan yang sangat kuat yang masih tertinggal meski mereka sudah berpisah. Akan tetapi Alisya yakin itu bukan masalah besar, dia akan mencoba menjelaskan pada anak-anaknya kelak.“Uang dan kekuasan bisa membuat seseorang menjadi serakah dan menghalalkan segela cara, Nak.” Alisya ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 87

    “Haruskah kamu melakukan itu di depan Sekar, dia sedang sangat sensitif karena kehamilannya.” Ada yang menggores hati Alisya saat mendengar teguran itu, tidak bisakah laki-laki ini memikirkan juga perasaanya, sekali saja. “Duduklah, Mas,” kata Alisya mengabaikan perkataan Pandu tadi. Wanita itu sudah duduk dengan tenang di sebuah ruang tunggu yang telah sepi. Sengaja dia memang melakukannya, karena pembicaraan ini akan sangat sensitif di dengar orang lain. Laki-laki itu menengok ke belakang sebentar, mungkin khawatir Sekar akan mencarinya, Alisya hanya tersenyum masam melihat semua itu. “Aku hanya butuh waktumu lima menit tidak lebih,” kata Alisya tegas menghentikan gerakan Pandu dan segera duduk di sampingnya tapi sengaja Alisya sedikit menjauh yang menimbulkan kernyitan tak suka di wajah Pandu tapi Alisya sama sekali tak peduli. “Ada apa, setelah pergi dengan laki-laki lain kamu-“ “Ini soal janji yang pernah aku katakan,” Alisya sama sekali tidak ingin mendengar semua omong k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 88

    “Aku lapar kita makan dulu,” kata Pram dengan jutek. Alisya hanya melongo saat mobil tiba-tiba berhenti di sebuah  rumah makan dengan berbagai menu ikan bakar yang bahkan bau harumnya tercium sampai ke tempat parkir. “Dan kamu yang traktir,” kata Pram sambil membuka pintu mobil dan membantu Alisya turun. “Baiklah... baiklah... kasihan banget anak orang dari tadi sudah kelaparan,” ejek Alisya. Pram hanya menatap malas Alisya yang berjalan pelan masuk ke dalam rumah makan, dan...“Aduh!” Untung Pram yang ada di belakangnya langsung menangkap tubuh Alisya yang sekarang jauh lebih berisi karena kehamilannya.“Hati-hati, sepertinya tadi aku yang lapar malah kamu yang buru-buru,” kata Pram merangkul bahu Alisya yang oleng dan sedikit menariknya supaya seimbang.Ada kerikil kecil yang tiba-tiba mampir di sepatu yang Alisya gunakan, dan membuat keseimbangan tubuhnya terganggu. “Aku juga lapar ternyata,” k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 89

    Alisya yakin ini adalah jalan keluar yang dia tunggu-tunggu.“Ibu yakin masih menyimpannya?” tanya Alisya dengan antusias, wanita itu sampai tanpa sadar berpindah tempat duduk dengan cepat dan mengabaikan peringatan Pram untuk berhati-hati karena sedang mengandung. “Iya, ibu ingat sekali menyimpannya di gudang.” Wanita itu terdiam lalu menatap Alisya dengan seksama dan pandangannya jatuh ke perut Alisya yang sudah sedikit terlihat. “Jadi kalian akhirnya menikah dan sekarang kamu sedang hamil.” Senyum lebar menghiasi wajah keriput wanita di depannya itu. “Pram bukan suami saya kami masih berteman seperti dulu,” kata Alisya meluruskan. “Oh maaf ibu kira kalian...” “Tuhkan Lis, banyak orang yang ngira kita pasangan, bagaimana kalau kita menikah saja dan lupakan suamimu,” kata Pram dengan wajah polos seolah ucapannya hanya ajakan untuk makan pecel di pagi hari. Alisya menatap Pram dengan sengit. Andai tidak ada mantan ibu kosnya di depan mereka Alisya akan dengan senang hati menabok

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 90

    “Kamu yakin punya bukti yang bisa membantu suamimu?” Ini seperti pedang bermata dua untuk Alisya. Tapi dia yakin akan melakukannya, dia hanya berharap ayah mertuanya dan Pandu cukup bijak untuk tidak memperpanjang masalah dokumen yang dia bawa pulang, karena Alisya tahu bagaimana pengaruh  mereka apalagi untuk perusahaan kecil tempat dia bekerja sekarang. Alisya butuh pekerjaan ini. “Setidaknya saya pikir begitu,” kata Alisya pada seseorang di ujung sana. “Baikah aku akan memintanya menemuimu.” Alisya menggeleng tak setuju, dia tidak ingin bertemu Pandu lagi dan merasakan sakit hati oleh penolakan laki-laki itu, tapi dia harus punya alasan untuk tidak bertemu. “Saya... ingin bicara dengan papa dulu, apa bisa? Saya akan ke kantor papa,” kata Alisya setelah terdiam sejenak. “Apa ada masalah?” “Oh bukan saya hanya perlu melakukan konfirmasi tentang keadaan waktu itu, bagaimanapun itu sudah lama terjadi saya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 91

    “Kamu menghindariku?” Alisya menghentikan langkahnya dan mengerutkan kening, dia menahan pintu lift, tapi Pandu menariknya masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka tiga, tempat kantin berada. “Aku mau ke lantai satu,” kata Alisya yang sudah menekan angka satu, tapi lift sudah naik ke atas, dia harus ikut naik sebelum nanti turun di lantai satu. “Kamu belum menjawab pertanyaanku,” tuntut Pandu. Alisya menghela napas, apa terlihat jelas kalau dia memang tidak ingin berdekatan dengan suaminya ini, tapi bukankah Pandu sendiri enggan untuk dekat dengannya. “Aku harus buru-buru kembali ke kantor, jam istirahatku terbatas.” Ini alasan paling masuk akal yang bisa Alisya pikirkan untuk saat ini. “Apa kamu harus bekerja sekeras ini?” tanya Pandu dengan nada lelah membuat Alisya yang tadinya mendongak menatap laki-laki itu. “Mas tahu aku tidak punya siapapun untuk diandalkan,” kata Alisya sambil tersenyum tipis “Jika aku tidak bekerja aku makan apa.” Dia sama sekali tidak b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 92

    “Alisya keluar kamu pelakor!” Berada di dekat orang yang dicintai, diperhatikan dan ditraktir makan gratis lagi ada nggak sih orang yang akan menolak hal seperti ini? Jawabnya tentu saja yaitu Alisya. Rasa takut selalu hadir dalam dirinya sejak dia tahu Pandu menghadirkan orang lain dalam pernikahan mereka dan tak tanggung-tanggung wanita itu kini menjadi ratu di hati dan istana suaminya. Rasa takut jika hatinya akan kembali terluka saat Sekar kembali hadir di antara mereka dan rasa itu terbukti benar. Alisya mengenal suara itu dengan  baik dan andai bisa dia lebih memilih tetap di dalam rumahnya yang nyaman saja dari pada harus meladeni Sekar. Kucing cantik yang manja itu kini telah menunjukkan watak aslinya sebagai harimau yang siap menerkam mangsanya. Alisya memejamkan mata saat suara itu terdengar lagi, ini memang belum terlalu malam. Alisya bahkan baru saja menyelesaikan makan malamnya dan akan mencuci piring

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 336

    “Turunlah.” Pram membukakan pintu mobil untuk Laras. Dengan tubuh yang masih bergetar, Laras turun dari mobil. Dia tadi bahkan berpikir Pram sengaja bunuh diri dengan mengajaknya, laki-laki itu bagai kesetanan mengemudikan mobil mahalnya. Entah berapa kali umpatan yang mereka terima dari pengendara lainnya. Tangan Laras masih berpegang pada badan mobil saat pandangannya jatuh pada apa yang tersaji di depannya. Rumah ini sangat indah, meski tak sebesar rumah kediaman utama keluarga suaminya, tapi pemandangan yang ditawarkan sangat menyejukkan mata. Laras terpesona. Bunyi gemericik air yang mengalir menambah indah suasana, dia seolah diseret ke jaman dahulu kala saat semua orang bebas minum air langsung dari sungai. “Ini rumah siapa?” Laras menoleh pada Pram yang hanya diam menatap rumah di depannya. “Bukankah kamu harusnya tahu.” “Tahu apa?” tanya Laras sambil berjuang untuk tetap tegak berdiri, kakinya masih gemetar tapi dia tidak akan sudi meperlihatkan kelemahannya ini pada

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 335

    Air mata mengalir setelah dia menutup pintu taksi.Betapapun kerasnya dia berusaha tegar, tapi Laras hanya manusia biasa. Dia juga bisa merasakan sakit melihat suaminya bersama wanita lain.Bodoh!Tak henti-hentinya Laras memaki dirinya sendiri karena telah jatuh terpelosok pada lubang ini.Laras tahu sesekali sopir taksi yang dia tumpangi menatap padanya, tapi dia sedang tak peduli pada sekelilingnya. Laras hanya ingin mengungkapkan sakit hatinya kali ini, benar hanya untuk kali ini saja dia membiarkan dirinya menangis untuk Pram.Puas menangis, Laras memalingkan wajah menatap sepanjang jalan yang dia lalui, bukan pemandangan indah memang tapi cukup untuk sedikit mengalihkan perhatiannya sampai...“Sialan! Mbak baik-baik saja?”Mobil tiba-tiba saja oleng ke samping lalu berhenti dengan bunyi deci

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 334

    Ternyata aku hanya tameng untuk mereka.Betapa lucu hidup ini, dulu dia sekuat tenaga untuk tidak jatuh cinta pada seorang laki-laki. Menolak semua cinta yang datang mendekatinya, seharusnya dia tetap berpegang pada prinsipnya dan tidak membiarkan siapapun mengenalkan cinta padanya. Hidupnya mungkin memang akan terasa hampa tapi setidaknya dia tidak akan mengalami yang namanya patah hati. Laras tidak siap untuk itu, dia patah disaat dia berpikir utuh hidup dengan keluarga baru. “Apa kamu akan ke kantor?”Laras menatap datar kedua manusia yang langsung memisahkan diri, senyum tipis menghiasi bibirnya, tapi dia memilih menutup mata. Dia bukan bertahan demi harta atau cinta, dia bertahan untuk keadilan yang harus dia perjuangkan. Sakit memang, tapi dia berusaha keras mematikan hatinya. Sup ayam yang dia masak tadi terasa pahit di lidahnya, tapi Laras tak peduli dia butuh makan, mungkin besok-besok dia tak akan mau lagi memasak. “Tidak, aku akan mengantar Clara ke dokter,” kata Pra

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 333

    Laras terbangun di pagi hari dengan semangat yang baru. Pagi ini memang mendung, tapi tak membuat suasana hatinya muram seperti sebelumnya. Berita yang dia dengar malam tadi tanpa sengaja membuatnya optimis pelaku pembunuhan ayah mertuanya akan segera tertangkap. Bukan ayahnya tentu saja, Laras sangat yakin akan hal itu. Polisi yang tadi malam datang ke rumah ini mengatakan kalau tidak ada pembelian racun oleh ayah Laras, dan Pram meminta penyelidikan ulang kenapa ayahnya bisa minum racun itu. Setidaknya ada harapan, ayahnya akan terbebas dari tuduhan itu. Dia ingin berterima kasih secara layak pada Pram dengan cara memasakkan makanan kesukaan laki-laki itu, dia bahkan melupakan fakta kalau ibu tiri Pram sangat rajin membuatkan sarapan untuk Pram dan rasanya tentu saja jauh lebih enak dari pada buatannya. “Clara belum bangun?” tanya Laras pada salah satu pembantu yang biasa membantu Clara membuat sarapan. “Belum, nyonya.” Laras tahu di belakangnya para pembantu rumah ini juga

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 332

    “Kamu yakin akan membiarkannya? Kamu tahu ucapannya itu cukup masuk akal. Dan yang lebih penting dia tidak bersalah.” Pram masih mondar-mandir di ruang kerjanya, ini hari terakhir dia akan ada di sini, setelah ini dia akan memimpin kantor pusat perusahaan keluarganya. Menggantikan sang ayah. Sedangkan Aris sang asisten sekaligus sahabatnya, hanya duduk diam menatap laki-laki itu datar.Pram pikir dia masih akan lama menggantikan sang ayah. Meski terkenal playboy dan suka kawin cerai sang ayah adalah pembisnis yang sangat handal, dia merasa belum banyak belajar dari sang ayah. Kesedihan ini, bukan hanya karena sang ayah yang membagikan semua pengetahuannya padanya, tapi karena beberapa bulan terakhir ini mereka terlibat perang dingin dan itu semua karena wanita. Pram tidak habis pikir kenapa dia bisa setolol itu, biasanya dia yang mengendalikan para gadis yang mengejarnya, dia merasa sudah sangat tahu bagaimana cara mengatasi mereka, tapi lagi-lagi dia salah. Clara adalah anomali

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 331

    "Apa menurutmu itu tidak aneh?"Alisya menatap Laras dengan seksama, dia memang sengaja datang berkunjung ke kediaman Pram selain untuk memberi dukungan dan bela sungkawa pada sahabatnya itu juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pertemuan terakhir Alisya dengan pasangan itu, dia merasa sangat optimis hubungan keduanya akan semakin membaik meski dulu dia tidak yakin kalau keduanya saling mencintai seperti yang mereka katakan. Akan tetapi dengan peristiwa ini hubungan kedua sahabatnya itu berada di ujung tanduk, sebagai sahabat Alisya tentu ingin kalau hubungan keduanya akan bahagia. "Memang sih ada yang aneh menurutku," gumam Alisya. "Tapi yang terpenting sekaraang kita harus bisa memecaahkan kenapa ayah Pram minum racun di rumah ayahmu, apa kamu sudah bertemu dengan ayahmu? apa dia mengatakan ada orang lain di sana atau-" "Atau apa?" tanya Laras karena Alisya langsung terdiam dan berpikir keras. "Atau sebenarnya racun itu digunakan oleh seseorang untuk membunuh ayahmu, ta

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 330

    "Ini tidak adil! Pasti ada yang salah!" Laras membeku ditempatnya saat melihat Clara yang biasanya anggun dan sombong kini memakinya dengan kalimat yang bahkan tidak pernah dia bayangkan keluar dari mulut wanita berpendidikan, bukan hanya dirinya bahkan wanita itu berusaha menyerang pengacara berwajah masam yang tadi membacakan surat wasiat mertuanya. Sungguh dia sama sekali tak menyangka kalau sang mertua akan melakukan ini semua. Semua hartanya memang jatuh ke tangan Pram sebagai ahli waris utama keluarga ini memang, tapi sebagai istri sah ayah Pram, mungkin Clara berharap dia juga mendapat warisan juga meski tak sebanyak Pram, tapi ternyata dia sama sekali tidak mendapatkan apapun selain diperbolehkan tinggal di rumah ini seperti biasa dan mendapat uang saku bulanan sebesar lima puluh juta sebulan. Bagi Laras mungkin jumlah itu lebih dari cukup bahkan dia bisa menabung uang itu untuk membeli rumah di pinggir kota dan memulai usaha, tapi Clara yang biasa hidup hedon tentu uang

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 329

    “Apa memang mereka sengaja melakukannya?” Menunggu momen yang tepat untuk memperlihatkan kalau mereka adalah pasangan yang serasi di depannya. Laras tahu kalau selamanya Pram dan  Clara tak mungkin bisa bersatu, tapi zaman sekarang apapun bisa dilakukan demi sebuah tujuan yang ingin dicapai. Bahkan menggoda anak tirinya sendiri. Clara jelas menyadari kehadiran Laras, dia bahkan dengan tidak tahu malunya menempelkan bagian depan tubuhnya pada lengan Pram. Rasa cemburu berubah menjadi jijik, jika memang mereka saling menginginkan dia akan dengan senang hati mengundurkan diri, rasa cintanya pada Pram belum terlalu dalam jadi dia tidak akan butuh usaha keras untuk melupakan laki-laki itu. Dia tidak sudi dijadikan tameng untuk dua orang ini berbuat sesukanya. Laras berjalan tenang menuju dapur mengambil peralatan makan untuk dirinya sendiri, dan mulai makan dalam diam seolah dua mahluk di depannya itu tidak ada di sana

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 328

    “Untuk apa kamu nekad datang kemari.” Dingin dan menusuk, itulah kata pertama yang didengar dari mulut sang suami setelah seharian ini jiwa dan raganya lelah dihajar kenyataan. Acara pengajian sang mertua baru saja usai dan para kerabat yang datang sudah meninggalkan rumah ini, ada memang beberapa yang tetap tinggal tapi tentu saja sudah masuk kamar yang telah disediakan. Laras bahkan tak tahu sebanyak apa kamar di rumah ini, tapi tentu saja itu sama sekali tidak penting untuknya karena Clara sudah mengatur semuanya, sangat detail dan mewah seperti pesta yang biasa Laras hadiri di rumah ini dulu, seolah kali ini juga acara biasa seperti yang biasa ada.Beberapa kerabat yang dulu dia tahu mencibir Clara karena lebih memilih ayah Pram dari pada Pram yang tunangannya sendiri, kini seolah berdiri terdepan untuk menguatkan wanita itu, bahkan dia melihat Pram memeluk Clara untuk menenangkannya. Laras tahu seharusnya dia tidak merasa marah atau sakit hati, mungkin saja Pram tak tega meli

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status