Share

Bab 90

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2024-10-31 19:21:14

“Kamu yakin punya bukti yang bisa membantu suamimu?”

Ini seperti pedang bermata dua untuk Alisya.

Tapi dia yakin akan melakukannya, dia hanya berharap ayah mertuanya dan Pandu cukup bijak untuk tidak memperpanjang masalah dokumen yang dia bawa pulang, karena Alisya tahu bagaimana pengaruh  mereka apalagi untuk perusahaan kecil tempat dia bekerja sekarang.

Alisya butuh pekerjaan ini.

“Setidaknya saya pikir begitu,” kata Alisya pada seseorang di ujung sana.

“Baikah aku akan memintanya menemuimu.” Alisya menggeleng tak setuju, dia tidak ingin bertemu Pandu lagi dan merasakan sakit hati oleh penolakan laki-laki itu, tapi dia harus punya alasan untuk tidak bertemu.

“Saya... ingin bicara dengan papa dulu, apa bisa? Saya akan ke kantor papa,” kata Alisya setelah terdiam sejenak.

“Apa ada masalah?”

“Oh bukan saya hanya perlu melakukan konfirmasi tentang keadaan waktu itu, bagaimanapun itu sudah lama terjadi saya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Nila Puspita
wes lah,, menjauh
goodnovel comment avatar
Aisya Laduni
"tapi tidak ingin lagi membuat maslah dg sekar"wkwkwk taiii alisya kek perempuan bodoh pemuja pandu yg benar2 tdk punya harga diri.tp kasihan alisya sama penulisnya dibikin pemeran utama selemah ini.sangat tdk mendidik dan sangat kekanak2an.jgn2 penulisnya msh abg,maaf greget soalnya
goodnovel comment avatar
Aisyah Rajab
wanita tak punya harga diri Alysa...beli sedikitlah harga diri Alysa...jangan membuat dirimu rendahan banget
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 91

    “Kamu menghindariku?” Alisya menghentikan langkahnya dan mengerutkan kening, dia menahan pintu lift, tapi Pandu menariknya masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka tiga, tempat kantin berada. “Aku mau ke lantai satu,” kata Alisya yang sudah menekan angka satu, tapi lift sudah naik ke atas, dia harus ikut naik sebelum nanti turun di lantai satu. “Kamu belum menjawab pertanyaanku,” tuntut Pandu. Alisya menghela napas, apa terlihat jelas kalau dia memang tidak ingin berdekatan dengan suaminya ini, tapi bukankah Pandu sendiri enggan untuk dekat dengannya. “Aku harus buru-buru kembali ke kantor, jam istirahatku terbatas.” Ini alasan paling masuk akal yang bisa Alisya pikirkan untuk saat ini. “Apa kamu harus bekerja sekeras ini?” tanya Pandu dengan nada lelah membuat Alisya yang tadinya mendongak menatap laki-laki itu. “Mas tahu aku tidak punya siapapun untuk diandalkan,” kata Alisya sambil tersenyum tipis “Jika aku tidak bekerja aku makan apa.” Dia sama sekali tidak b

    Last Updated : 2024-11-01
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 92

    “Alisya keluar kamu pelakor!” Berada di dekat orang yang dicintai, diperhatikan dan ditraktir makan gratis lagi ada nggak sih orang yang akan menolak hal seperti ini? Jawabnya tentu saja yaitu Alisya. Rasa takut selalu hadir dalam dirinya sejak dia tahu Pandu menghadirkan orang lain dalam pernikahan mereka dan tak tanggung-tanggung wanita itu kini menjadi ratu di hati dan istana suaminya. Rasa takut jika hatinya akan kembali terluka saat Sekar kembali hadir di antara mereka dan rasa itu terbukti benar. Alisya mengenal suara itu dengan  baik dan andai bisa dia lebih memilih tetap di dalam rumahnya yang nyaman saja dari pada harus meladeni Sekar. Kucing cantik yang manja itu kini telah menunjukkan watak aslinya sebagai harimau yang siap menerkam mangsanya. Alisya memejamkan mata saat suara itu terdengar lagi, ini memang belum terlalu malam. Alisya bahkan baru saja menyelesaikan makan malamnya dan akan mencuci piring

    Last Updated : 2024-11-01
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 93

    Bekerja di sini membuat Alisya tidak sempat merasa galau."Mbak Alisya jam sembilan diminta pak Firman ikut meeting di luar," kata Laras sekretaris Pak Firman. Meeting dadakan bukan hal yang baru untuk Alisya, sebagai pegawai bagian keuangan dia terbiasa ikut kemanapun jika atasannya meminta untuk melakukan perincian harga proyek yang akan mereka kerjakan. Devisi keuangan memang hanya memiliki tiga orang pegawai termasuk dirinya. Tak jarang mereka harus lembur untuk memenuhi tuntutan kerja. Seharusnya memang menambah pegawai di bagian ini. Akan tetapi sebagai pegawai baru tentu saja Alisya hanya bisa diam. Gaji yang mereka berikan memang besar sangat sesuai dengan apa yang mereka kerjakan, jika saja Alisya bukan wanita yang sedang mengandung bayi kembar tentu dia tidak akan keberatan dengan itu semua tapi lagi-lagi dia tak bisa berbuat banyak karena memang sangat membutuhkan pekerjaan ini. "Kamu sibuk banget, Al?" Alisya yang sedang bersiap dengan beberapa dokumen penunjang yan

    Last Updated : 2024-11-02
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 94

    Sekar seperti bensin yang berusaha mencari api, tanpa peduli nantinya dirinya dan juga sekitarnya terbakar. "Kamu tenangkan diri dulu, Al. Tidak usah ikut meeting. Ras, panggil Sigit menggantikan Alisya." Alisya dididik untuk menjadi orang yang mandiri dan bertanggung jawab, melimpahkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya pada orang lain jelas tak akan dia lakukan. Akan tetapi suara pak Firman yang tegas membuat Alisya tak memiliki pilihan, dia memang belum melihat wajahnya di cermin tapi dari cara pandang teman-temannya dia tahu wajahnya berantakan, belum lagi pipinya yang terasa perih kena cakaran. "Ayo, Al. Aku bantu kembali ke ruangamu dan jelaskan pada Sigit tentang proyek ini." "Maafkan saya, Pak," kata wanita itu menunduk dalam sambil meremas tangannya merasa bersalah, jika pak Firman menganggap dia biang keributan dan dipecat dia tak akan mampu membela diri. "Pak Panji bilang dia akan datang kemari, aku tahu bagaimana kamu Al dan siapa wanita itu, yang aku heraan...

    Last Updated : 2024-11-03
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 95

    “Aku tidak akan terkejut kalau kamu membelanya lagi tapi aku penasaran apa yang kamu katakan kali ini?” Suara itu terdengar dingin, membuat ruangan itu seolah membeku. Tidak ada yang salah dengan AC ruangan itu, karena tentu saja akan diset normal seperti biasa. “Apa sekarang kamu jadi bisu!” suara itu kembali terdengar, ada kemarahan yang kental di sana, seperti lahar yang siap untuk dimuntahkan. Terdengar helaan napas dati laki-laki yang lebih muda, dia lalu mendongak menatap ayahnya. Penyesalan melumuri hatinya. Apa ini karma? Rasanya tidak juga, dia hanya ingin setia pada gadis yang dicintainya, takdirlah yang membuatnya menikah dengan wanita itu. Akan tetapi takdir tak mampu menghadirkan cinta di hatinya. Dia menyadari telah banyak menorehkan luka di hati wanita yang dengan terpaksa dia nikahi, tapi bukankah dia menebus semuanya dengan membiayai pengobatan ibu mertunya, meski akhirnya dia harus tutup usia. “Maaf,” hanya itu kata yang keluar dari mulutnya setelah cukup lam

    Last Updated : 2024-11-04
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 96

    “Itu dia!” Padahal Pandu sudah berusaha berbaur dengan rombongan pengacara yang akan membantunya menangani kasus ini. Kasus yang menimpanya sudah banyak menarik perhatian publik meski dirinya belum tentu bersalah ditambah lagi dengan masalah pribadinya yang membuat semua orang jadi penasaran, dia tahu perbuatan Sekar makin menyulitkan posisinya, pantas saja ayahnya begitu marah pada sang istri. Bahkan ada wartawan infotemen juga. Sial dia bukan artis kenapa juga mereka ingin mengorek hidupnya? “Pak Pandu sebaiknya cepat masuk ke ruang sidang, biar kami menghalau para wartawan itu,” kata salah satu tim yang memang ditugaskan untuk menjaga keamanannya. Pandu berjalan cepat menuju arah ruangan yang ditunjukkan oleh kepala keamanan tapi ucapan ayahnya kemarin terngiang kembali di telinganya. “Kamu bukan hanya putraku tapi juga pewaris kerajaan bisnis ini, jika kamu tumbag maka semuanya akan hancur. Papa sudah tua. Waktunya kamu

    Last Updated : 2024-11-04
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 97

    Baiklah mari kita bercerai. Alisya memejamkan mata, saat sedang tak ada pekerjaan seperti ini membuatnya sebal karena otaknya akan berpikir hal yang tidak-tidak. “Kalian masih banyak pekerjaan. Mau aku bantu?” tanya Alisya menawarkan diri. Sigit dan Anton teman satu tim Alisya di devisi keuangan langsung mengangkat kepalanya dan menatap wanita satu-satunya di ruangan itu seolah wanita itu gila. “kamu baik-baik saja, Al. kamu demam, sebaiknya kamu ke klinik gih,” kata Sigit yang diangguki Anton dengan yakin. “Aku menawarkan bantuan kok malah dibilang sakit,” sewot Alisya. “ini sudah jam pulang, sebaiknya kamu pulang gih nggak baik ibu hamil pulang kemalaman,” kata Anton yang merupakan kepala keuangan, usianya memang sepantaran Alisya dan dia sudah sejak lulus kuliah bekerja di sini. Alisya menghela napas panjang, sejujurnya dia tidak ingin sendiri, berada di rumah akan kembali mengingatkannya pada kenangan menyakitkan tiga hari yang lalu. Kenangan yang membuat Alisya berjuang

    Last Updated : 2024-11-05
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 98

    Otaknya pasti bermasalah karena kini Pandu malah menjadi penguntit mantan istrinya. Pandu tak pernah menduga kejadian tiga hari yang lalu mempengaruhinya sedemikian rupa. Harusnya dia bahagia bukan, hidup bersama Sekar, wanita yang dia cintai selama ini, tapi kenapa bayangan luka di mata Alisya hari itu membuatnya bahkan tak bisa berhenti memikirkannya barang sedetik pun. “Nyonya ada di taman kota sepulang kerja, Pak bersama temannya. Kami akan terus mengawasi sekitarnya.” “Bagaimana dengan orang-orang itu?” tanya Pandu pada laki-laki berbadan tegap di depannya. “Sepertinya mereka masih mencari kesempatan.” Tak menghiraukan ucapan anak buahnya lagi Pandu berjalan cepat menyebrangi jalan dan benar saja dia melihat Alisya di sana bersama temannya sedang menikmati jajan kaki lima. Keningnya mengernyit  tak suka, bukankah jajan di sini tak higienis, Alisya sedang mengandung bagaimana kalau dia sakit perut dan anak mereka....Pan

    Last Updated : 2024-11-05

Latest chapter

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 327

    “Pembunuh! Ini semua pasti rencanamu! Kalian orang rendahan! Pergi!” Laras terkejut saat tiba-tiba tubuhnya di dorong dengan keras, untung saja Aris yang ada di belakangnya sigap menahan tubuhnya. Clara berdiri di depan pagar dengan mata menatapnya penuh kebencian, sepertinya dia baru saja sampai rumah ini. Ambulance baru saja pergi kemungkinan wanita itu menyusul di belakang dengan mobil pribadi. Meski Laras tak melihat suaminya. “Sudah kubilang bukan, datang ke rumah ini bukan keputusan bijak,” bisik laki-laki itu tapi Laras menggeleng dan melepaskan tangan Aris dia bahunya. Dia menarik napas panjang, dia tidak bersalah. Dia tidak sudi diperlakukan seperti pesakitan dan meski ini masih perlu dibuktikan tapi Laras sangat yakin kalau ayahnya sama sekali tidak bersalah. Laras menatap istri ayah mertuanya itu ditarik paksa oleh beberapa orang yang mungkin kerabatnya. Berita kematian sang mertua itu dia terima sejam yang lalu tepatnya Aris yang mengatakan padanya saat dia masih ad

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 326

    Inikah arti perasaan tak enak yang menghantuinya sejak kemarin. “Aku ikut, kamu akan ke sana bukan,” kata Laras. Bagaimanapun dia merasa akhir-akhir ini ayah mertuanya bukan lagi sosok menakutkan, laki-laki itu bersikap lembut dan hangat seperti kebanyakan seorang ayah yang hanya bisa dia dengar ceritanya dari teman-temannya. Laras bahkan berpikir mungkin saja di masa depan dia akan bisa memperbaiki hubungan dengan ayah mertuanya dan mereka bisa menjalin hubungan seperti ayah dan anak yang baik. Selain tukang kawin dan tidak bisa setia pada satu wanita, menurut Laras tidak ada yang salah dengan ayah mertuanya. Dia masih memperhatikan Pram dengan baik meski hanya dengan membayar orang untuk mengurus semua kebutuhan putranya. Hubungan Pram dan sang ayah secara pribadi memang memburuk karena Pram yang kesal dengan tingkah ayahnya, tapi saat keduanya berbicara tentang bisnis, bisa dibilang kalau Pram begitu kagum pada ayahnya. 

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 325

    “Anda yakin dengan isi surat ini?” tanya sang pengacara untuk kesekian kalinya. “Apa ada alasan aku tidak yakin dengan semua ini?” tanya laki-laki paruh baya yang masih tampan itu. “Maaf, maksud saya di sini tidak ada warisan untuk istri anda, bukankah seharusnya dia berhak juga atas harta anda.” “Dia hanya wanita yang baru saja aku nikahi, dan sama sekali tidak ada andil dalam mendapatkan hartaku.” Sang pengacara terdiam, tahu bahwa dia telah salah bicara. “Maaf, saya hanya mengingatkan karena di sini-“ “Aku memberi bagian untuk menantuku.” Sang pengacara mengangguk dengan wajah penasaran. “Itu memang haknya.” “Baiklah, saya mengeti.” “Tolong pastikan anda menjalankan surat wasiat saya, saya percaya anda memang pengacara yang dapat saya andalkan bahkan setelah kematian saya nanti.” Sang pengacara mengangguk dengan wajah tak terbaca lalu meminta diri lebih dulu dengan sopan. Senyum tenang lalu tersungging di bibir laki-laki itu. “Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk melindu

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 324

    “Aku merasa papamu sangat aneh, Pram,” kata Laras entah untuk keberapa kalinya. Akhirnya memang mereka memutuskan makan siang di restoran yang sama dengan yang didatangi oleh Laras dan mertuanya tadi, tentu saja karena makanan di sini sangat enak menurut Laras. Lagi pula dia juga ingin bicara dengan sang suami mengenai yang terjadi siang tadi. Di mana lagi tempat bicara yang bisa membuat Laras mengingat semuanya selain tempat kejadian tadi. “Papaku memang kadang aneh,” kata Pram cuek. Dia sudah mendengar semua yang dikatakan Laras, meski merasa aneh dengan sang ayah yang tumben mau repot mengeluarkan uang untuk mengatasi masalahnya, tapi Pram segera ingat Clara, mungkin saja ayahnya melakukan itu supaya dia tidak menjalin hubungan lagi dengan wanita itu. Kayak dia mau saja dengan bekas ayahnya, batin Pram sinis. “Apa kamu tidak merasa ada hal yang sedang beliau rencanakan?” tanya Laras.“Mungkin asal dia tidak menganggu aku lagi bukan masalah sebenarnya.” Melihat Pram yang acu

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 323

    “Apa papa tidak membawa bekal dari tante Clara?” tanya Laras saat sang mertua malah mengajaknya ke  sebuah restoran di dekat kantornya. “Bekal dari Clara?” tanya sang mertua bingung saat mereka sudah duduk berhadapan di sebuah restoran.“Iya bekal makan siang. Apa papa tidak membawanya hari ini?” “Kenapa kamu bertanya tentang bekal itu?” “Tante Clara pasti akan tambah marah kalau bekal buatannya tidak papa habiskan dan malah makan denganku.” Laras memperhatikan ayah mertuanya yang kemudian terdiam lalu tertawa dengan keras, sampai beberapa orang menatap mereka dengan penasaran. “Kenapa papa malah tertawa?” tanya Laras bingung, dia menundukkan kepala sedikit pada orang di sekitar mereka untuk meminta maaf. “Tidak ada, papa hanya bersyukur kamu yang jadi istrinya Pram.” Laras menatap sang ayah mertua kebingungan tapi gelengan tegas laki-laki itu membuatnya langsung menutup mulut. Makanan pesanan m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 322

    Tak ingin kalah dengan ibu mertuanya, Laras berusaha keras untuk bisa memasak. Mulanya sulit, karena dia bahkan tidak bisa membedakan bawang merah dan bawang putih. Seperti saran Pram, Laras mengambil kelas khusus untuk memasak selain itu dia rajin sekali merecoki Alisya untuk membantunya memasak. Yang jelas Laras tidak sudi kalah dengan ibu tiri suaminya. Pagi ini wanita itu sudah berkutat di dapur bahkan sebelum subuh berkumandang dan Pram yang biasanya keluar kamar di pagi hari melongo tak percaya melihat istrinya berkutat di dapur dengan memakai apron. “Aku kira siapa yang ada di dapur ternyata sedang ada bidadari yang masak untukku,” kata Pram sambil tersenyum sangat manis. Laras melengos pura-pura sibuk dengan masakannya padahal dia hanya ingin menyembunyikan wajahnya yang memerah dan hatinya yang berbunga-bunga. Pram melangkah mendekati sang istri dan memeluknya dari belakang, untung saja Laras sigap menahan keinginannya untuk memukul kepala laki-laki itu. “Lepaskan Pra

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 321

    "Istri ayahmu pandai memasak?" tanya Laras tanpa diduga. Aris lebih memilih melarikan diri dengan membawa makanan dari Clara, laki-laki itu beralasan ada janji makan dengan teman di lantai bawah. Jadilah pasangan suamin istri itu makan berdua dalam diam yang canggung. Pram meletakkan sendoknya dan menatap sang istri sambil menghela napas. "Lumayan," jawabnya. "Lumayan enak?" tuntut Laras, sebenarnya dia tidak ingin cari masalah sih tapi entah mengapa dia tidak rela kalau setiap hari Pram makan masakan Clara. "Maksudku tidak seenak masakan Alisya, hanya dalam level yang bisa dimakan kok." "Apa itu salah satu alasanmu bertunangan dengannya?" tanya Laras hati-hati. Sekarang Pram benar-benar meninggalkan makanannya dia menatap Laras lalu menimang sejenak. "Kamu tahu aku sangat mengidolakan ibunya Alisya, dan berharap suatu saat nanti aku bisa mempunyai istri seperti ibu. Dia wanita yang lembut tapi tegar dan penuh prinsip dan yang pasti dia penuh kasih sayang, salah satunya dia

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 320

    Laras baru tahu kalau Clara itu pintar memasak dan setiap hari mengirimkan makan siang untuk Pram. Bukan tanpa sebab hari ini dia datang ke kantor suaminya. Laras memang sengaja membeli makan siang untuk mereka berdua. Datang ke kantor Pram menurut Laras lebih masuk akal dari pada laki-laki itu harus datang ke kantornya atau mereka makan diluar. Jujur saja dia tak rela, para cewek itu menuntaskan fantasinya pada sang suami, meski Laras dengan keras kepala mengatakan belum mencintai sang suami tapi tetap saja dia tak suka Pram dikerubungi cewek seperti semut mengerubungi gula. "Saya Laras ingin bertemu bapak Pramudya, sudah ada janji dengan beliau," kata Laras sopan. Sengaja dia mengikuti protokol standart penerimaan tamu untuk meminimalisir drama yang akan terjadi lagi pula dia belum siap mengenalkan diri sebagai istri Pram. "Tunggu sebentar, Bu. Saya hubungi asisten beliau dulu," kata sang resepsionis sopan.Laras mengangguk dan menunggu sambil mengamati interior lobi kantor in

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 319

    "Selamat pagi istriku," sapaan manis itu membuat Laras langsung menahan kuapnya. Setelah subuh tidur lagi memang Kebiasaan yang tak pernah bisa dia hilangkan, padahal hari ini dia ingin menjadi istri yang baik setelah kesepakatan mereka tadi malam, meski dia masih agak-agak tak rela sih, tapi sebagai orang yang bertanggung jawab dia akan coba menjalani komitmen itu. "Kamu kok sudah bangun?" tanya Laras sambil menghempaskan dirinya di kursi makan. "Matahari sudah bangun sejak tadi, sayang, makanya aku bangun dan menyiapkan sarapan pagi untuk kita." "Kok aku merinding ya dengar panggilan sayang darimu.""Merinding senang," goda Pram.Laras langsung melengos, tak bisa dipungkiri memang ada rasa senang dalam hatinya mendengar panggilan itu tapi dia juga harus mengingatkan dirinya kalau mungkin saja di luar sana masih banyak gadis yang dipanggil sayang oleh Pram. "Padahal aku berencana memasak tapi ya sudahlah," katanya ngeloyor tak peduli. "Yah kenapa nggak bilang, padahal aku ingin

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status