Meninggal secara tragis beberapa hari sebelum menikah membuat wanita berparas cantik bernama Sarah Aulia itu, menjadi arwah gentayangan. Kematian Sarah membuat Desa Lingsir kerap kali mendapatkan teror hingga beberapa warga ketakutan setengah mati. Tak hanya warga, tapi keluarganya pun kerap kali melihat penampakan Sarah, termasuk Nabila, sang adik yang sering dimintai tolong. Kematian Sarah sungguh sangat misterius. Tak ada tanda-tanda yang menunjukkan siapa yang sudah membunuhnya, hingga polisi pun menyerah dan menutup kasus itu. Tetapi, bukan berarti semuanya berakhir. Polisi memang menyerah, tapi arwah Sarah akan menuntut balas semua perlakuan mereka yang sudah membuat hidupnya hancur berantakan. Apakah Sarah akan mampu menemukan siapa yang sudah membunuhnya? Lantas bagaimana cara Sarah membalas mereka satu persatu?
View MoreSssshh!"Mas Andi!"Sosok tubuh dengan wajah pucat yang memakai kebaya putih kini berdiri di depan Andi sambil mencengkram tangannya dengan kuat.Mata Andi terbelalak kaget. Bibirnya bergerak antara menahan takut dan tak percaya."S-sarah. Tidak, Tidak mungkin! Lepas..."Ia berusaha menarik tangannya yang masih di cengkeram oleh tangan Sarah. Sarah tersenyum menyeringai, lehernya lunglai ke samping dan mulutnya mengeluarkan darah hitam pekat yang bau busuk."Hihi, kamu tega sekali Mas ninggalin aku. Hihi!"Sarah tertawa cekikikan. Andi memejamkan matanya menahan rasa takut. Ia terus berusaha melepaskan diri, namun usahanya sia-sia saja."Lepas, lepaskan aku! Kamu buka Sarah, pergi!""Aaargh, tolong ...."Krek!Andi menjerit kesakitan saat kuku-kuku Sarah menancap sempurna di kulit lengannya. Sarah tersenyum puas menatap pria yang merupakan calon suaminya itu."Mas, kamu tega Mas!""Sarah, l-lepaskan aku, aku mohon! Aaarghh!"Bruk!Tiba-tiba saja tubuh Andi terdorong ke belakang hingg
Berita kematian Bagas sudah menyebar ke segala penjuru desa. Berbagai asumsi pun mulai muncul dari beberapa mulut masyarakat setempat. Ada yang menghubung-hubungkan jika kematian Bagas mungkin dikaitkan dengan kematian Sarah yang tak wajar. Tetapi, sebagian lagi mengira jika Bagas menjadi korban pembunuhan. Sementara itu, Marlon dan Dodi baru saja selesai mengantar Bagas ke tempat peristirahatan terakhirnya. Hati keduanya sungguh sangat tidak tenang, selalu diliputi rasa ketakutan. "Apa jangan-jangan si Bagas dibunuh oleh hantu Sarah?" tanya Marlon dengan mimik khawatir pada Dodi yang duduk di sebelahnya.Mereka berbincang dengan nada sedikit berbisik-bisik takut jika ada orang lain yang mendengarnya. "Tidak mungkin hantu bisa bunuh manusia. Tapi, kalau bukan Sarah, terus siapa ya?"Meski sempat mengelak, tetapi dia sadar jika terakhir kali mereka memang bertemu dengan hantu Sarah dan saat itu mereka tidak bertemu lagi dengan Bagas, hingga pagi hari ditemukan dalam keadaan tidak b
Sarah menatap puas pada Bagas yang setengah tubuhnya masuk ke dalam tanah. Kini, orang yang sudah ikut andil dalam penderitaannya sudah mulai mendapatkan balasan. Tinggal yang lainnya."Pada akhirnya kalian semua akan mati. MATI!" lirih Sarah dengan sorot mata penuh kesakitan dan menghilang di balik kegelapan.Di tempat lain, Marlon dan Dodi terus berlari ketakutan. Mereka langsung masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rapat-rapat. Sungguh aura malam ini sangat mengerikan sekali."Lon, si Bagas mana?" tanya Dodi yang baru menyadari jika salah salah satu teman mereka tidak ada."Aku pikir, tadi dia ngikuti kita.""Bagaimana kalau si Bagas di tangkap setan Sarah?""Ah, tidak mungkin. Kamu jangan ngomong sembarangan, nanti kalau dia muncul bagaimana. Mendingan kita tidur."Karena hari yang sudah semakin larut malam, dan rasa takut dalam diri mereka masih terasa, akhirnya Marlon dan Dodi pun memilih untuk tidur dan bersemb
Bagas berlari sekuat tenaga menahan rasa perih dan sakit di pipinya akibat goresan kuku tajam milik arwah Sarah. "Brengsek, kenapa si Sarah itu pakai jadi hantu segala. Bagaimana kalau dia membunuhku!"Bagas terus berlari, menyusuri perkebunan yang tampak sepi tersebut. Ia merutuki dirinya yang tampak bodoh karena bisa berpisah dengan kedua temannya. Bagaimana kalau saat ini akhir dari kehidupannya?"HIHIHI."Suara itu, suara tawa cekikikan yang terdengar nyaring tiba-tiba menggema di dalam perkebunan tersebut. Bagas menghentikan larinya dan memindai area sekeliling, takut-takut jika arwah Sarah saja berada di dekatnya."Pergi kamu, Sarah. Aku hanya disuruh. Kalau kamu mau balas dendam, balaslah pada orang yang membunuhmu. Aku hanya disuruh saja!"Bagas percaya diri jika dirinya akan selamat karena dia tidak ikut andil dalam pembunuhan Sarah. Tetapi, Bagas lupa kalau dia menikmati tubuh Sarah sebelum wanita itu meninggal dunia. "Hihi, Bagas! Bagas!"Ketakutan semakin merayap di dal
"AARGHHH!"Marlon, Bagas dan Dodi lari terbirit-birit saat sosok yang mereka goda ternyata adalah arwah Sarah."Sialan, bagaimana ini. Itu benar setan si Sarah!" umpat Bagas terus berlari.Sialnya saat ini, mereka sudah berpisah. Lari dengan arah yang berbeda. "Bagaimana kalau si Sarah mau bunuh aku. Ah, tapi tidak mungkin setan bisa bunuh manusia."Bagas yang berlari ketakutan itu seketika menghentikan larinya saat merasa tak ada yang mengejarnya. Ia kini berada di dalam kebun milik warga, seorang diri."Sial, untung tidak di kejar!"Napasnya tampak ngos-ngosan. Ia masih mencoba mengatur napas itu guna menetralkan degup jantungnya."Hah, kalau sampai hantu itu mengejar, aku pastikan dia akan mati untuk yang kedua kalinya!"Dengan amarah yang menggebu-gebu, Bagas menjawab. Ia benar-benar kesal dan marah. Ternyata apa yang di gosip kan di desa mereka benar adanya, jika Sarah tengah menjadi arwah gentayangan. "Si Dodi sama si Marlon kemana sih? Kenapa ninggalin aku. Awas saja mereka k
Nabila baru saja pulang dari kantor polisi. Ternyata benar, semuanya belum menemukan titik terang, sampai saat ini. Tambah lagi, Nabila pergi ke rumah Andi, ternyata Andi sekeluarga sudah pindah entah kemana.Semuanya mendadak, mendadak membuat Nabila curiga. Kenapa Andi dan keluarganya pindah di saat Sarah meninggal dunia? Nabila yakin menghilangnya Andi, ada hubungannya dengan kematian sang Kakak."Kasihan sekali Mbak Sarah, meninggal dengan cara tragis, dan kini calon suaminya pergi tak peduli sama sekali pada dirinya."Nabila mulai meneteskan air matanya. Ia melangkahkan kakinya di jalanan. Hatinya terasa kosong dan sakit. Semuanya sangat mengguncangkan jiwa Nabila. Langkah kaki Nabila tiba-tiba terhenti saat berada di pemakaman. Tak terasa ia berjalan masuk kesana melewati makam-makam lainnya hingga berhenti di makam Sarah yang tampak masih basah."AssalamualaikumMbak Sarah!" salam Nabila berjongkok sambil mengusap nisan Sarah."Bagaimana kabar Mbak di sana? Apa Mbak bahagia?"
Pagi-pagi sekali, Nabila sudah pamit pada Bude Lastri untuk pergi ke kantor polisi. Ia harus menanyakan kabar tentang proses pencarian pelaku kematian kakaknya, apakah sudah menemukan titik terang. Nabila terus melangkahkan kakinya menyusuri jalanan Desa. Udara pagi ini masih terasa sejuk sehingga membuat nafas begitu tenang.Karena jarak menuju jalan utama cukup jauh, Nabila terpaksa harus berjalan kaki terlebih dahulu."Semoga polisi sudah menemukan siapa pelaku pembunuhan Mbak Sarah. Ia harus mendapatkan ganjaran yang setimpal!" batin Nabila menahan rasa sakit karena harus kehilangan Kakak semata wayangnya. Nabila tidak tahu siapa yang sudah tega menghancurkan dan merenggut nyawa Sarah. Yang jelas orang itu atau lebih tepatnya Nabila anggap sebagai iblis harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.Nabila sengaja pagi-pagi sekali Nabila sudah berangkat karena tidak ingin ada beberapa orang yang bertanya tentang dirinya yang hendak ke mana. Namun, saat langkah kaki Nabila melewati p
"Bude, jangan-jangan benar yang dikatakan bang Udin dan bang Asep itu kalau arwah Mbak Sarah tidak tenang!" Hati Nabila merasa sakit mendengar berita yang disampaikan Udin dan Asep tadi pagi.Meski sedikit banyaknya dia percaya karena Sarah yang meninggal secara tidak wajar. Belum lagi sosok menyeramkan yang ia temui tadi malam di depan pintu, pakaiannya mengingatkan Nabila pada Sarah."Kasian sekali Mbak Sarah!" batin Nabila pilu. Tidak menyangka jika nasib naas harus menghampiri sang Kakak yang semasa hidup sangat begitu baik dan tidak memiliki musuh. Dan yang membuat Nabila miris adalah, sampai saat ini calon suami Sarah belum menunjukkan batang hidungnya. Bolehkah Nabila curiga padanya?Mengingat jika sebelum kejadian itu, Sarah pergi bersama Andi hingga dinyatakan hilang sampai ditemukan meninggal dunia."Ya Allah Nduk jangan percaya yang seperti itu. Bude yakin jika berita itu tidak benar. Pokoknya kamu berdoa sama yang maha kuasa, agar Sarah tenang di alam sana."Bude Lastri m
Kokok ayam terdengar bersahutan, pertanda subuh telah menjelang. Perlahan Bu Lastri membuka mata. Ia menguap sebentar sembari beringsut duduk.Bude Lastri terbangun dari tidurnya. Ia berjalan pelan menuju ke dapur, hendak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. "Nabila sudah bangun belum, ya?" gumam Bude Lastri mengurungkan niatnya untuk ke kamar mandi, dan dia memilih untuk melihat Nabila di kamarnya.Tok! Tok! Tok!"Nabila, Nduk!" panggil Bude Lastri mengetuk pintu kamar Nabila.Tapi tak ada sahutan di sana. Pintu juga tak kunjung terbuka. "Apa Nabila masih tidur ya?" gumamnya lagi."Yo wiss lah, aku ke pasar sendiri saja. Mungkin Nabila kelelahan!"Niatnya Bude Lastri memang ingin mengajak Nabila ke pasar untuk membeli kebutuhan tahlilan malam ini. Tetapi, tampaknya Nabila masih tertidur jadi Bu Lastri pun berbalik untuk segera ke kamar mandi. Langkah kaki Bude Lastri tiba-tiba terhenti kala mendapati sesosok tubuh yang ia kenali dari pakaian yang dikenakan, tengah berbaring
Malam ini suhu udara sedang naik, angin berhembus kencang dan juga disertai mendung yang sejak sore tadi sudah terlihat jelas di langit senja. Suasana di desa Lingsir mulai tampak gelap dan sepi. Nabila, gadis itu tengah sibuk merapikan sisi ranjangnya, tangannya bergerak lincah menyusun bantal agar ia merasakan nyaman saat akan tidur malam nanti. Srek! Srek! Srek! Suara berisik diluar sukses membuat jemari Nabila terhenti dari gerakannya ketika ia mendengar dengan sangat jelas seolah ada yang sedang menyapu halaman diluar rumah. Kening Nabila mengerut tipis, "Siapa yang nyapu malam-malam?" saat Nabila mengintip dari balik tirai gorden kamarnya. Tanpa ia sadari, kakinya terus melangkah keluar dari kamar. Suasana yang hening dan sunyi membuat Nabila terus meraih handle pintu dan membukanya perlahan. Didepan sana, dihalaman rumah terlihat seorang wanita sedang menyapu dedaunan. Wanita itu berdiri membelakangi Nabila, hingga yang terlihat hanya rambut hitamnya yang me
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments