Share

Bab 4

Author: TiaraAlvino21
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kokok ayam terdengar bersahutan, pertanda subuh telah menjelang. Perlahan Bu Lastri membuka mata. Ia menguap sebentar sembari beringsut duduk.

Bude Lastri terbangun dari tidurnya. Ia berjalan pelan menuju ke dapur, hendak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

"Nabila sudah bangun belum, ya?" gumam Bude Lastri mengurungkan niatnya untuk ke kamar mandi, dan dia memilih untuk melihat Nabila di kamarnya.

Tok! Tok! Tok!

"Nabila, Nduk!" panggil Bude Lastri mengetuk pintu kamar Nabila.

Tapi tak ada sahutan di sana. Pintu juga tak kunjung terbuka.

"Apa Nabila masih tidur ya?" gumamnya lagi.

"Yo wiss lah, aku ke pasar sendiri saja. Mungkin Nabila kelelahan!"

Niatnya Bude Lastri memang ingin mengajak Nabila ke pasar untuk membeli kebutuhan tahlilan malam ini. Tetapi, tampaknya Nabila masih tertidur jadi Bu Lastri pun berbalik untuk segera ke kamar mandi.

Langkah kaki Bude Lastri tiba-tiba terhenti kala mendapati sesosok tubuh yang ia kenali dari pakaian yang dikenakan, tengah berbaring miring menghadap pintu dapur yang terbuka lebar.

"Nabila, ya Allah Nduk," pekik Bude Lastri mempercepat langkah saat mendapati jika tubuh yang tergeletak di lantai dapur itu adalah keponakannya.

Sebuah jeritan nyaring pun akhirnya lolos dari mulutnya bersama rasa panik, takut jika sesuatu terjadi pada Nabila. Dengan cepat Bude Lastri berlari mendekat.

"Nabila, bangun Nduk! Nabila!" ucap Bude Lastri menepuk pelan pipi keponakannya.

"Bude," panggilnya dengan suara lemah. Nabila mengerjapkan matanya. Kepalanya terasa pusing sekali, ia memaksakan diri untuk bangkit dan menyenderkan punggungnya di dinding dapur.

"Syukurlah kamu akhirnya bangun!"

"Tunggu di sini, ya," ujarnya memerintah, lalu tanpa sepatah katapun terucap segera menjauh, diikuti tatap heran Nabila. Selang beberapa menit, wanita itu kembali dengan segelas air putih.

"Minumlah!" Bude Lastri berjongkok, sambil menyerahkan air tersebut, yang segera diterima Nabila dengan baik.

"Kamu kenapa, Nduk? Kok, tiduran depan pintu? Mana pintunya tidak ditutup lagi. Bikin Bude khawatir saja."

"Aku tidak tidur, Bude. Tapi, aku—" Mata Nabila terbelalak kala dirinya teringat kembali peristiwa mencekam tadi malam.

Sosok hantu yang menyeringai tajam membuat bulu kuduk Nabila kembali berdiri. Sumpah demi apapun, baru kali ini Nabila melihat hantu semenyeramkan itu.

"Bude!" Nabila bahkan refleks memegangi kedua lengan budenya dengan raut wajah pucat pasi hingga membuat Bude Lastri kebingungan.

"Kamu kenapa, Bil? Apa yang terjadi?"

"Bude—" Suara Nabila terdengar bergetar, keringat dingin mengucur membasahi kening, turun hingga dagu. Tatapannya juga nanar dengan bening kristal mulai menggumpal, siap terjun bebas.

"Kenapa? Kamu kenapa?" Bude Lastri mengusap lembut punggung keponakannya, setelah menariknya masuk ke dalam pelukan.

Bertepatan dengan itu, tangis Nabila pun pecah. Ia sesenggukan menahan rasa sakit yang menghantam dadanya.

Sedangkan, Bude Lastri semakin tidak mengerti. Namun, ia memilih bungkam sembari menunggu Nabila selesai mengeluarkan semua kesedihannya.

"Sekarang cerita sama Bude, kenapa kamu bisa tertidur di depan pintu? Dan apa yang buat kamu menangis?" desaknya sambil membantu Nabila berdiri. Keduanya lantas berjalan bersisian menuju kursi di ruang tamu.

"Pelan-pelan," tegurnya saat melihat Nabila sedikit oleng.

Nabila menarik napasnya dalam-dalam. Ia harus menceritakan ini pada Bude Lastri.

"Bude, aku melihat hantu tadi malam. A-apa mungkin itu Mbak Sarah, Bude! Soalnya pakaiannya mirip Mbak Sarah. Dia memakai kebaya putih, tapi wajahnya menyeramkan." Bibir Nabila gemetar, ucapannya terbata-bata.

Ia berharap jika asumsinya itu salah. Nabila tentu tidak ingin kakaknya menjadi arwah gentayangan, meskipun ia sadar jika kematian sang Kakak itu sangat tidak wajar.

Dan mitosnya jika seseorang meninggal dalam keadaan tidak wajar, maka arwahnya tidak tenang.

"Astaghfirullahaladzim, Nduk. Kamu ini bicara apa? Itu tidak mungkin terjadi. Sarah gadis yang baik, dia tidak mungkin menjadi arwah gentayangan," jawab Bude Lastri seakan tidak percaya.

"Tapi Bude. Bukankah jika seseorang meninggal secara tidak wajar, arwahnya akan gentayangan."

"Hust, kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Kita doakan saja semoga Kakak kamu tenang di alam sana. Dan para pembunuh itu segera tertangkap."

Bude Lastri mencoba menghibur Nabila agar tidak terus berpikiran buruk. Tentang para pelaku yang belum ditemukan sampai saat ini, masih dalam pantauan polisi. Keluarga jelas sangat berharap mereka segera mendapatkan ganjarannya.

"Semoga saja seperti itu Bude. Karena aku juga tidak mau Mbak Sarah menjadi tidak tenang!" lirih Nabila sedih, lantas ia menceritakan seluruh peristiwa mengerikan tadi malam, tanpa dikurang atau ditambahi sedikitpun.

Bude Lastri tak henti-hentinya mengelus dada. Ia membekap mulutnya sendiri, apa mungkin itu memang Sarah? Meninggal tidak wajar kemungkinan besar arwahnya tidak tenang.

"Astaghfirullah!" Bude Lastri mengusap dadanya, merasa miris juga sedih tapi dia tetap menenangkan Nabila agar gadis itu tidak terpaku pada kejadian semalam.

"Bude," panggil Nabila lirih, masih sedih ketika mengingat jika sekarang tidak memiliki Kak lagi.

Bude Lastri tampak diam. Entah apa yang dia pikirkan, Nabila sulit untuk menebaknya. Meski begitu, ia yakin jika budenya juga sedih. Karena mereka adalah saudara.

"Bude!" Nabila kembali memanggil sambil menggoyangkan pelan lengan kanan budenya, membuat wanita itu tersentak kaget dan sedikit gelagapan.

"Bude kenapa melamun?" tanya Nabila heran.

"Ah, Bude tidak apa-apa. Bude hanya ingat sama Sarah. Bude tidak menyangka jika Sarah sudah tidak ada." Bu Lastri menyahut cepat, matanya menatap sendu Nabila.

"Aku juga ingat Mbak Sarah Bude. Aku pasti akan kesepian setelah acara tahlilan selesai. Apalagi Bude pasti harus pulang." Nabila menundukkan kepalanya.

Bude Lastri mengelus lagi punggung Nabila lembut. "Kamu tidak akan kesepian, Nduk! Kamu bisa ikut bersama Bude, tinggal bersama Nina!" seru Bude Lastri meyakinkannya.

Nina adalah anak Bude Lastri satu-satunya. Nina tidak bisa hadir karena dia ada urusan. Nabila memakluminya, lagipula hadirnya Bude Lastri, sudah cukup membantu banyak untuk keluarganya.

"Terima kasih banyak, Bude! Bude sangat baik!" Nabila menekuk Bude Lastri erat.

Bude Lastri sudah ia anggap seperti ibunya sendiri. Meski mereka jarang bertemu karena berbeda Desa, tapi Nabila sangat menyayanginya dan mempercayainya.

"Sama-sama, Nduk!"

"Bude, nanti siang aku ijin ke kantor polisi lagi untuk mencari kabar, tentang pencarian pelaku pembunuhan Mbak Sarah. Aku mau mereka mendapatkan imbalan yang setimpal. Dan mereka juga harus ...." Ucapan Nabila terhenti, kala mendengar suara gedoran keras dari luar.

"Siapa yang dateng pagi-pagi seperti ini," ucap Nabila menatap budenya heran.

"Bude juga tidak tahu, Bil. Sepertinya gedoran itu berasal dari pintu depan," tukas Bude Lastri, sambil mengusap punggung Nabila, memberikan ketentraman.

"Apa itu Bu RT?" tanya Nabila mengingat jika Bu RT mengatakan akan membantu menyiapkan acara tahlilan. "Tapi ini masih lagi, tidak mungkin Bu RT datang sepagi ini?" lanjutnya meras heran dan tak yakin.

"Ya sudah, Bude mau lihat dulu siapa yang datang. Siapa tahu memang benar Bu RT," Bu Lastri bergegas bangkit, hendak mengayunkan langkah.

"Aku ikut, Bude!" ucap Nabila melangkahkan kakinya mengekor Bude Lastri dari belakang.

Baru saja pintu dibuka, dua orang laki-laki tak diundang, yang mereka kenal dengan baik, datang dengan sesuatu yang mengejutkan mereka berdua.

"Asep!" Bude Lastri menegur, heran. "Udin, ada apa? Kok, pagi-pagi sudah datang bertamu dan bikin heboh?" Matanya memindai keduanya bergantian, begitupun dengan Nabila.

"Gawat! Gawat, Bude Lastri, Neng Nabila." Asep terlihat menggebu-gebu, tubuhnya bahkan terlihat bergetar karena panik.

"Gawat kenapa?" Bukan Bu Lastri yang bertanya, justru Nabila lah yang melontarkan pertanyaan.

Pasalnya raut wajah Udin dan Asep saat ini tampak sedang memendam sesuatu. Sepertinya hal yang akan mereka bicarakan itu adalah hal penting sehingga membuat Nabila penasaran.

"Itu Neng Nabila, itu ...." cicit Asep memilin sarung yang masih berada di tubuhnya.

Udin dan Asep baru saja selesai melakukan ronda malam. Namun, kedatangan mereka membuat Nabila dan Bude Lastri kebingungan.

"Tenang dulu, coba jawab pelan-pelan," titah Bude Lastri menenangkan keduanya.

"Begini Bude Lastri, Neng Nabila ... Tadi malam para warga di buat heboh karena melihat Neng Sarah jadi hantu dan meneror Desa kita!"

"APA? MBAK SARAH JADI HANTU?"

Related chapters

  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 5

    "Bude, jangan-jangan benar yang dikatakan bang Udin dan bang Asep itu kalau arwah Mbak Sarah tidak tenang!" Hati Nabila merasa sakit mendengar berita yang disampaikan Udin dan Asep tadi pagi.Meski sedikit banyaknya dia percaya karena Sarah yang meninggal secara tidak wajar. Belum lagi sosok menyeramkan yang ia temui tadi malam di depan pintu, pakaiannya mengingatkan Nabila pada Sarah."Kasian sekali Mbak Sarah!" batin Nabila pilu. Tidak menyangka jika nasib naas harus menghampiri sang Kakak yang semasa hidup sangat begitu baik dan tidak memiliki musuh. Dan yang membuat Nabila miris adalah, sampai saat ini calon suami Sarah belum menunjukkan batang hidungnya. Bolehkah Nabila curiga padanya?Mengingat jika sebelum kejadian itu, Sarah pergi bersama Andi hingga dinyatakan hilang sampai ditemukan meninggal dunia."Ya Allah Nduk jangan percaya yang seperti itu. Bude yakin jika berita itu tidak benar. Pokoknya kamu berdoa sama yang maha kuasa, agar Sarah tenang di alam sana."Bude Lastri m

    Last Updated : 2024-10-29
  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 6

    Pagi-pagi sekali, Nabila sudah pamit pada Bude Lastri untuk pergi ke kantor polisi. Ia harus menanyakan kabar tentang proses pencarian pelaku kematian kakaknya, apakah sudah menemukan titik terang. Nabila terus melangkahkan kakinya menyusuri jalanan Desa. Udara pagi ini masih terasa sejuk sehingga membuat nafas begitu tenang.Karena jarak menuju jalan utama cukup jauh, Nabila terpaksa harus berjalan kaki terlebih dahulu."Semoga polisi sudah menemukan siapa pelaku pembunuhan Mbak Sarah. Ia harus mendapatkan ganjaran yang setimpal!" batin Nabila menahan rasa sakit karena harus kehilangan Kakak semata wayangnya. Nabila tidak tahu siapa yang sudah tega menghancurkan dan merenggut nyawa Sarah. Yang jelas orang itu atau lebih tepatnya Nabila anggap sebagai iblis harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.Nabila sengaja pagi-pagi sekali Nabila sudah berangkat karena tidak ingin ada beberapa orang yang bertanya tentang dirinya yang hendak ke mana. Namun, saat langkah kaki Nabila melewati p

    Last Updated : 2024-11-02
  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 7

    Nabila baru saja pulang dari kantor polisi. Ternyata benar, semuanya belum menemukan titik terang, sampai saat ini. Tambah lagi, Nabila pergi ke rumah Andi, ternyata Andi sekeluarga sudah pindah entah kemana.Semuanya mendadak, mendadak membuat Nabila curiga. Kenapa Andi dan keluarganya pindah di saat Sarah meninggal dunia? Nabila yakin menghilangnya Andi, ada hubungannya dengan kematian sang Kakak."Kasihan sekali Mbak Sarah, meninggal dengan cara tragis, dan kini calon suaminya pergi tak peduli sama sekali pada dirinya."Nabila mulai meneteskan air matanya. Ia melangkahkan kakinya di jalanan. Hatinya terasa kosong dan sakit. Semuanya sangat mengguncangkan jiwa Nabila. Langkah kaki Nabila tiba-tiba terhenti saat berada di pemakaman. Tak terasa ia berjalan masuk kesana melewati makam-makam lainnya hingga berhenti di makam Sarah yang tampak masih basah."AssalamualaikumMbak Sarah!" salam Nabila berjongkok sambil mengusap nisan Sarah."Bagaimana kabar Mbak di sana? Apa Mbak bahagia?"

    Last Updated : 2024-11-03
  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 8

    "AARGHHH!"Marlon, Bagas dan Dodi lari terbirit-birit saat sosok yang mereka goda ternyata adalah arwah Sarah."Sialan, bagaimana ini. Itu benar setan si Sarah!" umpat Bagas terus berlari.Sialnya saat ini, mereka sudah berpisah. Lari dengan arah yang berbeda. "Bagaimana kalau si Sarah mau bunuh aku. Ah, tapi tidak mungkin setan bisa bunuh manusia."Bagas yang berlari ketakutan itu seketika menghentikan larinya saat merasa tak ada yang mengejarnya. Ia kini berada di dalam kebun milik warga, seorang diri."Sial, untung tidak di kejar!"Napasnya tampak ngos-ngosan. Ia masih mencoba mengatur napas itu guna menetralkan degup jantungnya."Hah, kalau sampai hantu itu mengejar, aku pastikan dia akan mati untuk yang kedua kalinya!"Dengan amarah yang menggebu-gebu, Bagas menjawab. Ia benar-benar kesal dan marah. Ternyata apa yang di gosip kan di desa mereka benar adanya, jika Sarah tengah menjadi arwah gentayangan. "Si Dodi sama si Marlon kemana sih? Kenapa ninggalin aku. Awas saja mereka k

    Last Updated : 2024-11-05
  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 9

    Bagas berlari sekuat tenaga menahan rasa perih dan sakit di pipinya akibat goresan kuku tajam milik arwah Sarah. "Brengsek, kenapa si Sarah itu pakai jadi hantu segala. Bagaimana kalau dia membunuhku!"Bagas terus berlari, menyusuri perkebunan yang tampak sepi tersebut. Ia merutuki dirinya yang tampak bodoh karena bisa berpisah dengan kedua temannya. Bagaimana kalau saat ini akhir dari kehidupannya?"HIHIHI."Suara itu, suara tawa cekikikan yang terdengar nyaring tiba-tiba menggema di dalam perkebunan tersebut. Bagas menghentikan larinya dan memindai area sekeliling, takut-takut jika arwah Sarah saja berada di dekatnya."Pergi kamu, Sarah. Aku hanya disuruh. Kalau kamu mau balas dendam, balaslah pada orang yang membunuhmu. Aku hanya disuruh saja!"Bagas percaya diri jika dirinya akan selamat karena dia tidak ikut andil dalam pembunuhan Sarah. Tetapi, Bagas lupa kalau dia menikmati tubuh Sarah sebelum wanita itu meninggal dunia. "Hihi, Bagas! Bagas!"Ketakutan semakin merayap di dal

    Last Updated : 2024-11-06
  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 10

    Sarah menatap puas pada Bagas yang setengah tubuhnya masuk ke dalam tanah. Kini, orang yang sudah ikut andil dalam penderitaannya sudah mulai mendapatkan balasan. Tinggal yang lainnya."Pada akhirnya kalian semua akan mati. MATI!" lirih Sarah dengan sorot mata penuh kesakitan dan menghilang di balik kegelapan.Di tempat lain, Marlon dan Dodi terus berlari ketakutan. Mereka langsung masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rapat-rapat. Sungguh aura malam ini sangat mengerikan sekali."Lon, si Bagas mana?" tanya Dodi yang baru menyadari jika salah salah satu teman mereka tidak ada."Aku pikir, tadi dia ngikuti kita.""Bagaimana kalau si Bagas di tangkap setan Sarah?""Ah, tidak mungkin. Kamu jangan ngomong sembarangan, nanti kalau dia muncul bagaimana. Mendingan kita tidur."Karena hari yang sudah semakin larut malam, dan rasa takut dalam diri mereka masih terasa, akhirnya Marlon dan Dodi pun memilih untuk tidur dan bersemb

    Last Updated : 2024-11-09
  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 11

    Berita kematian Bagas sudah menyebar ke segala penjuru desa. Berbagai asumsi pun mulai muncul dari beberapa mulut masyarakat setempat. Ada yang menghubung-hubungkan jika kematian Bagas mungkin dikaitkan dengan kematian Sarah yang tak wajar. Tetapi, sebagian lagi mengira jika Bagas menjadi korban pembunuhan. Sementara itu, Marlon dan Dodi baru saja selesai mengantar Bagas ke tempat peristirahatan terakhirnya. Hati keduanya sungguh sangat tidak tenang, selalu diliputi rasa ketakutan. "Apa jangan-jangan si Bagas dibunuh oleh hantu Sarah?" tanya Marlon dengan mimik khawatir pada Dodi yang duduk di sebelahnya.Mereka berbincang dengan nada sedikit berbisik-bisik takut jika ada orang lain yang mendengarnya. "Tidak mungkin hantu bisa bunuh manusia. Tapi, kalau bukan Sarah, terus siapa ya?"Meski sempat mengelak, tetapi dia sadar jika terakhir kali mereka memang bertemu dengan hantu Sarah dan saat itu mereka tidak bertemu lagi dengan Bagas, hingga pagi hari ditemukan dalam keadaan tidak b

    Last Updated : 2024-11-10
  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 12

    Sssshh!"Mas Andi!"Sosok tubuh dengan wajah pucat yang memakai kebaya putih kini berdiri di depan Andi sambil mencengkram tangannya dengan kuat.Mata Andi terbelalak kaget. Bibirnya bergerak antara menahan takut dan tak percaya."S-sarah. Tidak, Tidak mungkin! Lepas..."Ia berusaha menarik tangannya yang masih di cengkeram oleh tangan Sarah. Sarah tersenyum menyeringai, lehernya lunglai ke samping dan mulutnya mengeluarkan darah hitam pekat yang bau busuk."Hihi, kamu tega sekali Mas ninggalin aku. Hihi!"Sarah tertawa cekikikan. Andi memejamkan matanya menahan rasa takut. Ia terus berusaha melepaskan diri, namun usahanya sia-sia saja."Lepas, lepaskan aku! Kamu buka Sarah, pergi!""Aaargh, tolong ...."Krek!Andi menjerit kesakitan saat kuku-kuku Sarah menancap sempurna di kulit lengannya. Sarah tersenyum puas menatap pria yang merupakan calon suaminya itu."Mas, kamu tega Mas!""Sarah, l-lepaskan aku, aku mohon! Aaarghh!"Bruk!Tiba-tiba saja tubuh Andi terdorong ke belakang hingg

    Last Updated : 2024-11-14

Latest chapter

  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 12

    Sssshh!"Mas Andi!"Sosok tubuh dengan wajah pucat yang memakai kebaya putih kini berdiri di depan Andi sambil mencengkram tangannya dengan kuat.Mata Andi terbelalak kaget. Bibirnya bergerak antara menahan takut dan tak percaya."S-sarah. Tidak, Tidak mungkin! Lepas..."Ia berusaha menarik tangannya yang masih di cengkeram oleh tangan Sarah. Sarah tersenyum menyeringai, lehernya lunglai ke samping dan mulutnya mengeluarkan darah hitam pekat yang bau busuk."Hihi, kamu tega sekali Mas ninggalin aku. Hihi!"Sarah tertawa cekikikan. Andi memejamkan matanya menahan rasa takut. Ia terus berusaha melepaskan diri, namun usahanya sia-sia saja."Lepas, lepaskan aku! Kamu buka Sarah, pergi!""Aaargh, tolong ...."Krek!Andi menjerit kesakitan saat kuku-kuku Sarah menancap sempurna di kulit lengannya. Sarah tersenyum puas menatap pria yang merupakan calon suaminya itu."Mas, kamu tega Mas!""Sarah, l-lepaskan aku, aku mohon! Aaarghh!"Bruk!Tiba-tiba saja tubuh Andi terdorong ke belakang hingg

  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 11

    Berita kematian Bagas sudah menyebar ke segala penjuru desa. Berbagai asumsi pun mulai muncul dari beberapa mulut masyarakat setempat. Ada yang menghubung-hubungkan jika kematian Bagas mungkin dikaitkan dengan kematian Sarah yang tak wajar. Tetapi, sebagian lagi mengira jika Bagas menjadi korban pembunuhan. Sementara itu, Marlon dan Dodi baru saja selesai mengantar Bagas ke tempat peristirahatan terakhirnya. Hati keduanya sungguh sangat tidak tenang, selalu diliputi rasa ketakutan. "Apa jangan-jangan si Bagas dibunuh oleh hantu Sarah?" tanya Marlon dengan mimik khawatir pada Dodi yang duduk di sebelahnya.Mereka berbincang dengan nada sedikit berbisik-bisik takut jika ada orang lain yang mendengarnya. "Tidak mungkin hantu bisa bunuh manusia. Tapi, kalau bukan Sarah, terus siapa ya?"Meski sempat mengelak, tetapi dia sadar jika terakhir kali mereka memang bertemu dengan hantu Sarah dan saat itu mereka tidak bertemu lagi dengan Bagas, hingga pagi hari ditemukan dalam keadaan tidak b

  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 10

    Sarah menatap puas pada Bagas yang setengah tubuhnya masuk ke dalam tanah. Kini, orang yang sudah ikut andil dalam penderitaannya sudah mulai mendapatkan balasan. Tinggal yang lainnya."Pada akhirnya kalian semua akan mati. MATI!" lirih Sarah dengan sorot mata penuh kesakitan dan menghilang di balik kegelapan.Di tempat lain, Marlon dan Dodi terus berlari ketakutan. Mereka langsung masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rapat-rapat. Sungguh aura malam ini sangat mengerikan sekali."Lon, si Bagas mana?" tanya Dodi yang baru menyadari jika salah salah satu teman mereka tidak ada."Aku pikir, tadi dia ngikuti kita.""Bagaimana kalau si Bagas di tangkap setan Sarah?""Ah, tidak mungkin. Kamu jangan ngomong sembarangan, nanti kalau dia muncul bagaimana. Mendingan kita tidur."Karena hari yang sudah semakin larut malam, dan rasa takut dalam diri mereka masih terasa, akhirnya Marlon dan Dodi pun memilih untuk tidur dan bersemb

  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 9

    Bagas berlari sekuat tenaga menahan rasa perih dan sakit di pipinya akibat goresan kuku tajam milik arwah Sarah. "Brengsek, kenapa si Sarah itu pakai jadi hantu segala. Bagaimana kalau dia membunuhku!"Bagas terus berlari, menyusuri perkebunan yang tampak sepi tersebut. Ia merutuki dirinya yang tampak bodoh karena bisa berpisah dengan kedua temannya. Bagaimana kalau saat ini akhir dari kehidupannya?"HIHIHI."Suara itu, suara tawa cekikikan yang terdengar nyaring tiba-tiba menggema di dalam perkebunan tersebut. Bagas menghentikan larinya dan memindai area sekeliling, takut-takut jika arwah Sarah saja berada di dekatnya."Pergi kamu, Sarah. Aku hanya disuruh. Kalau kamu mau balas dendam, balaslah pada orang yang membunuhmu. Aku hanya disuruh saja!"Bagas percaya diri jika dirinya akan selamat karena dia tidak ikut andil dalam pembunuhan Sarah. Tetapi, Bagas lupa kalau dia menikmati tubuh Sarah sebelum wanita itu meninggal dunia. "Hihi, Bagas! Bagas!"Ketakutan semakin merayap di dal

  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 8

    "AARGHHH!"Marlon, Bagas dan Dodi lari terbirit-birit saat sosok yang mereka goda ternyata adalah arwah Sarah."Sialan, bagaimana ini. Itu benar setan si Sarah!" umpat Bagas terus berlari.Sialnya saat ini, mereka sudah berpisah. Lari dengan arah yang berbeda. "Bagaimana kalau si Sarah mau bunuh aku. Ah, tapi tidak mungkin setan bisa bunuh manusia."Bagas yang berlari ketakutan itu seketika menghentikan larinya saat merasa tak ada yang mengejarnya. Ia kini berada di dalam kebun milik warga, seorang diri."Sial, untung tidak di kejar!"Napasnya tampak ngos-ngosan. Ia masih mencoba mengatur napas itu guna menetralkan degup jantungnya."Hah, kalau sampai hantu itu mengejar, aku pastikan dia akan mati untuk yang kedua kalinya!"Dengan amarah yang menggebu-gebu, Bagas menjawab. Ia benar-benar kesal dan marah. Ternyata apa yang di gosip kan di desa mereka benar adanya, jika Sarah tengah menjadi arwah gentayangan. "Si Dodi sama si Marlon kemana sih? Kenapa ninggalin aku. Awas saja mereka k

  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 7

    Nabila baru saja pulang dari kantor polisi. Ternyata benar, semuanya belum menemukan titik terang, sampai saat ini. Tambah lagi, Nabila pergi ke rumah Andi, ternyata Andi sekeluarga sudah pindah entah kemana.Semuanya mendadak, mendadak membuat Nabila curiga. Kenapa Andi dan keluarganya pindah di saat Sarah meninggal dunia? Nabila yakin menghilangnya Andi, ada hubungannya dengan kematian sang Kakak."Kasihan sekali Mbak Sarah, meninggal dengan cara tragis, dan kini calon suaminya pergi tak peduli sama sekali pada dirinya."Nabila mulai meneteskan air matanya. Ia melangkahkan kakinya di jalanan. Hatinya terasa kosong dan sakit. Semuanya sangat mengguncangkan jiwa Nabila. Langkah kaki Nabila tiba-tiba terhenti saat berada di pemakaman. Tak terasa ia berjalan masuk kesana melewati makam-makam lainnya hingga berhenti di makam Sarah yang tampak masih basah."AssalamualaikumMbak Sarah!" salam Nabila berjongkok sambil mengusap nisan Sarah."Bagaimana kabar Mbak di sana? Apa Mbak bahagia?"

  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 6

    Pagi-pagi sekali, Nabila sudah pamit pada Bude Lastri untuk pergi ke kantor polisi. Ia harus menanyakan kabar tentang proses pencarian pelaku kematian kakaknya, apakah sudah menemukan titik terang. Nabila terus melangkahkan kakinya menyusuri jalanan Desa. Udara pagi ini masih terasa sejuk sehingga membuat nafas begitu tenang.Karena jarak menuju jalan utama cukup jauh, Nabila terpaksa harus berjalan kaki terlebih dahulu."Semoga polisi sudah menemukan siapa pelaku pembunuhan Mbak Sarah. Ia harus mendapatkan ganjaran yang setimpal!" batin Nabila menahan rasa sakit karena harus kehilangan Kakak semata wayangnya. Nabila tidak tahu siapa yang sudah tega menghancurkan dan merenggut nyawa Sarah. Yang jelas orang itu atau lebih tepatnya Nabila anggap sebagai iblis harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.Nabila sengaja pagi-pagi sekali Nabila sudah berangkat karena tidak ingin ada beberapa orang yang bertanya tentang dirinya yang hendak ke mana. Namun, saat langkah kaki Nabila melewati p

  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 5

    "Bude, jangan-jangan benar yang dikatakan bang Udin dan bang Asep itu kalau arwah Mbak Sarah tidak tenang!" Hati Nabila merasa sakit mendengar berita yang disampaikan Udin dan Asep tadi pagi.Meski sedikit banyaknya dia percaya karena Sarah yang meninggal secara tidak wajar. Belum lagi sosok menyeramkan yang ia temui tadi malam di depan pintu, pakaiannya mengingatkan Nabila pada Sarah."Kasian sekali Mbak Sarah!" batin Nabila pilu. Tidak menyangka jika nasib naas harus menghampiri sang Kakak yang semasa hidup sangat begitu baik dan tidak memiliki musuh. Dan yang membuat Nabila miris adalah, sampai saat ini calon suami Sarah belum menunjukkan batang hidungnya. Bolehkah Nabila curiga padanya?Mengingat jika sebelum kejadian itu, Sarah pergi bersama Andi hingga dinyatakan hilang sampai ditemukan meninggal dunia."Ya Allah Nduk jangan percaya yang seperti itu. Bude yakin jika berita itu tidak benar. Pokoknya kamu berdoa sama yang maha kuasa, agar Sarah tenang di alam sana."Bude Lastri m

  • MISTERI KEMATIAN CALON PENGANTIN    Bab 4

    Kokok ayam terdengar bersahutan, pertanda subuh telah menjelang. Perlahan Bu Lastri membuka mata. Ia menguap sebentar sembari beringsut duduk.Bude Lastri terbangun dari tidurnya. Ia berjalan pelan menuju ke dapur, hendak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. "Nabila sudah bangun belum, ya?" gumam Bude Lastri mengurungkan niatnya untuk ke kamar mandi, dan dia memilih untuk melihat Nabila di kamarnya.Tok! Tok! Tok!"Nabila, Nduk!" panggil Bude Lastri mengetuk pintu kamar Nabila.Tapi tak ada sahutan di sana. Pintu juga tak kunjung terbuka. "Apa Nabila masih tidur ya?" gumamnya lagi."Yo wiss lah, aku ke pasar sendiri saja. Mungkin Nabila kelelahan!"Niatnya Bude Lastri memang ingin mengajak Nabila ke pasar untuk membeli kebutuhan tahlilan malam ini. Tetapi, tampaknya Nabila masih tertidur jadi Bu Lastri pun berbalik untuk segera ke kamar mandi. Langkah kaki Bude Lastri tiba-tiba terhenti kala mendapati sesosok tubuh yang ia kenali dari pakaian yang dikenakan, tengah berbaring

DMCA.com Protection Status