MINE

MINE

last updateLast Updated : 2021-04-13
By:  ViallynnCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
7 ratings. 7 reviews
60Chapters
30.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Kehidupan seorang Ana berubah ketika dia terlibat masalah dengan pengusaha yang menjadi pembicara di acara seminar kampus. Bukan keinginannya untuk berurusan dengan pria menyebalkan itu, namun entah kenapa pria itu malah berusaha untuk menambah masalah sehingga mau tidak mau Ana harus sering berjumpa dengannya. Tanpa Ana sadari bahwa pria itu adalah pria yang ditunggunya selama ini. Pria yang mengisi hatinya. Bertahun-tahun tidak bertemu membuat Ana lupa akan rupa pria itu. Harapan Ana berbanding terbalik dengan kenyataannya. Pria itu muncul dengan sifat dinginnya yang membuat Ana kesal, namun tidak bisa dipungkiri jika Ana begitu memuja pria itu. Begitu banyak masalah yang menimpa hubungan mereka. Teror-teror bermunculan untuk menghancurkan mereka. Apakah mereka bisa mengatasi masalah itu dan terus bertahan? *** Viallynn

View More

Chapter 1

Pertemuan Pertama

Tahun 2009

Ana terbangun dari tidurnya saat mendengar suara jeritan di sekitarnya. Matanya mengedar berusaha untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jeritan itu masih terdengar pilu di telinganya. Ana tidak tahu berada di mana saat ini, tapi ingatan terakhir akan seseorang yang menariknya masuk ke dalam mobil membuatnya tersadar. Perlahan mata indah itu mulai mengeluarkan air mata. Ana tidak bodoh, diusianya yang ke-9 ini dia tahu jika sedang berada di dalam pesawat saat ini. Gambaran awan putih dari jendela seolah mebuktikan itu semua.

Siang itu, Ana pulang sekolah dengan berjalan kaki. Hari berlangsung dengan baik tanpa tahu jika malapetaka akan datang padanya. Langkahnya terhenti saat ada sebuah mobil yang berhenti tepat di depannya. Seorang wanita keluar dari mobil dan menghampirinya, diikuti dengan dua pria bertubuh besar di belakangnya. 

"Manis, kamu sendirian?" tanya wanita itu. Ana hanya diam saat tahu jika semua orang yang ada di hadapannya adalah orang asing.

"Kenapa diam, cantik? Kakak bukan orang jahat kok. Kakak cuma mau tanya alamat," ucap wanita itu kembali dengan senyumnya manis.

Ana tetap diam dan menatap wanita itu aneh. Sadar akan usaha manisnya yang akan berakhir sia-sia, akhirnya wanita itu memberi kode pada pria bertubuh besar yang bersamanya untuk segera membawa Ana. Belum sempat berlari, pria itu sudah menarik dan membawa Ana untuk masuk ke dalam mobil.

Ana mulai berteriak, tapi entah kenapa taman komplek itu terlihat sangat sepi. Ana terus memberontak, dia menggigit, menjambak, dan menendang sampai membuat ketiga orang itu kewalahan. Sudah habis kesabaran wanita itu, akhirnya dia mengeluarkan suntikan dari dalam tasnya dan menyuntikkan cairan itu ke leher Ana. Perlahan tubuh Ana berhenti memberontak dan tak sadarkan diri.

Sekarang Ana tahu kenapa dia bisa berada di dalam pesawat dengan tubuh yang terikat. Dia tidak menyangka jika orang-orang itu akan menculiknya.

Tuhan, tolong aku.

Ana melihat ke sekitar dengan takut, banyak anak kecil yang seumuran dengannya tengah menangis dan berteriak memanggil orang tuannya. Seketika Ana juga ikut menangis. Dia hanya ingin pulang, itu saja. Pria-pria bertubuh besar yang mendampingi anak-anak itu terlihat kerepotan. Teriakan yang terdengar nyaring dan menyakitkan itu adalah efek dari hilangnya obat bius. Mau tidak mau mereka harus kembali memberikan suntikan agar keadaan pesawat kembali tenang.

"Jangan nangis, Cantik," ucap seorang pria datang menghampiri Ana dan kembali menyuntikkan sesuatu ke lehernya.

***

Silau matahari membuat Ana terbangun dari tidurnya. Dia beranjak dari kasur dan berlari ke arah pintu. Ana mencoba untuk membuka pintu itu tapi tidak bisa. Dia berteriak dan memanggil siapapun agar membukakan pintu untuknya. Ana menangis, dia merindukan orang tuanya. Bagaimana bisa anak seperti dirinya merasakan hal seperti ini? Apa yang bisa dia lakukan dengan tubuh kecilnya ini? Memberontak dan memukul pun seolah tidak ada artinya.

Dengan kekuatan seadanya, Ana menendang pintu itu berharap jika akan terbuka, tapi yang dia dapat hanya rasa sakit di kakinya. Dengan lemas Ana mulai duduk dan bersandar pada pintu. Dia lelah menangis, tidak ada seorang pun yang membukakan pintu untuknya. Ana kelaparan, dia hanya butuh makan. 

Tak lama pintu terbuka dan muncul seorang pria berdarah asing dengan sebuah piring di tangannya. Pria itu menatap Ana yang duduk di lantai dengan bingung. "Makan,” ucapnya dan memberikan makanan yang dia bawa.

Ana yang memang sudah sangat lapar langsung mengambil roti itu dan memakannya. Dia makan dengan menangis, tak pernah terbayangkan olehnya jika harus makan roti hambar seperti ini. Sampai kapan dia harus bertahan?

***

Tidak ada yang bisa dilakukan Ana di dalam kamar. Dia hanya menangis meratapi nasib dan kembali tidur jika memang sudah lelah menangis. Dia tidak tahu sudah berapa lama dikurung di dalam kamar ini. Untungnya kamar ini dilengkapi dengan kamar mandi, meskipun sedikit tidak layak.

Ana keluar dari kamar mandi sambil menepuk perutnya. Entah kenapa dia mendadak diare seperti ini. Padahal dia hanya makan roti setiap harinya. Langkahnya terhenti saat melihat wanita berdarah asing sudah berada di kamarnya. Wanita itu menatap Ana dari atas hingga bawah kemudian tersenyum manis. Cantik, tapi Ana tidak akan tertipu dengan penampilan orang-orang di tempat ini.

"Kemari lah, Cantik," kata wanita itu lembut. Tahu bahwa Ana tidak mengerti apa yang dia ucapkan, wanita itu memilih untuk menghampiri Ana dan mengelus rambutnya pelan, "Kamu cantik, pasti hargamu sangat mahal," ucapnya tersenyum penuh arti.

Wanita itu mulai memoles Ana. Mengganti pakaian lusuhnya dan membentuk rambut Ana menjadi kepangan cantik. Ana hanya diam dan tidak melakukan apapun. Dia sudah lelah untuk memberontak dan menangis.

"Selesai, sekarang kamu ikut aku." Wanita itu mulai menuntunnya untuk keluar kamar. Entah apa yang Ana rasakan saat ini. Namun dia cukup senang jika akhirnya bisa keluar dari kamar pengap itu.

Matanya melihat ke sekitar dan tidak menemukan hal yang istimewa. Hanya ada lorong panjang dan banyak pintu. Saat akan menuruni tangga, Ana mulai mendengar suara musik yang samar di telinganya. Saat sudah sampai di bawah, Ana benar-benar bisa mendengar suara musik yang memekakan telinga. Dia dibawa ke sebuah ruangan yang ternyata sudah banyak anak-anak seusianya. Kali ini Ana juga melihat anak berambut pirang di sana. Dia ingin bertanya, tapi semua anak yang berada di ruangan itu menangis. Ana tidak tahu harus melakukan apa saat ini.

Mereka seperti menunggu sebuah giliran. Satu persatu dari mereka diseret ke luar ruangan. Ana mulai takut ke mana mereka akan dibawa. Saat tiba giliran anak di sebelahnya, hatinya menjadi tidak tenang. Apalagi anak itu memberontak dan menangis dengan kencang. Sekarang Ana sendiri. Semua anak yang dia anggap senasib itu telah dibawa keluar entah ke mana. Ana sendirian, dia kesepian, dan menangis lagi. Saat sedang menangis terisak, tiba-tiba tubuh Ana diangkat oleh seorang pria. Apa ini sudah saatnya dia untuk keluar? Ana mulai memberontak, memukul, menjambak, dan menggigit pria yang menggendongnya itu.

"Berhenti! Kalau mau keluar dari tempat ini kamu harus diam!” ucap pria itu. Ana berhenti memberontak dan mengangguk patuh. Dia berharap jika pria yang bersamanya saat ini benar-benar bisa membantunya.

Entah berapa lama pria itu berjalan, akhirnya mereka sampai di kantor polisi. Pria itu melaporkan semua yang terjadi di dalam pub kecil itu secara detail. Dia bercerita mengenai pelelangan anak di bawah umur, dan yang membuatnya terkejut adalah ada anak-anak yang berasal dari negaranya sendiri. Banyak kasus berlapis terjadi di sana seperti penculikan, perdagangan ilegal, seks di bawah umur, hingga penjualan obat terlarang. Setelah selesai memberi keterangan, polisi segera bergerak menuju ke lokasi. Pria tadi menghampiri Ana yang masih duduk dengan diam. Terlihat bingung dengan apa yang terjadi.

"Kamu aman di sini."

"Aku mau ketemu mama sama papa," gumam Ana lirih.

"Orang tuamu akan segera dihubungi, mungkin lusa mereka datang."

"Lusa?" Ana mengerucutkan bibirnya kesal, “Kok lama sih?”

"Indonesia dan Amerika itu jauh, jadi jangan harap dalam dua jam mereka bisa datang.”

"Amerika?!" Ana terkejut. Bagaimana bisa dia diculik sampai Amerika seperti ini?

"Ayo, kamu tetap sama aku sampai orang tuamu datang." Ana hanya menurut dan menerima uluran pria asing itu untuk meninggalkan kantor polisi.

***

"Kakak tinggal sendirian?" tanya Ana saat matanya tidak bisa terpejam.

"Ya.”

Ana hanya mengangguk dan melihat keadaan kamar. "Orang tua Kakak di mana?"

"Indonesia."

"Kakak nggak kangen sama mereka?" tanya Ana lagi tanpa menyadari jika pria itu sudah mulai jengah dengan pertanyaannya.

"Nggak."

"Apa Ka-"

"Kalau kamu nggak bisa diam, akan kukembalikan kamu ke tempat tadi," ancamnya menakutkan.

"Maaf." Ana melirik ke bawah kasur di mana pria itu berbaring, "Udah tidur, kak?” tanyanya lagi.

Mata pria itu kembali terbuka dan menatap Ana tajam. "Kamu bisa diem nggak?"

"Aku kan cuma mau nanya, nama kakak siapa?" Ana kembali berbaring dengan bibir yang maju.

"Namaku Davinno, sekarang tidur!"

"Selamat malam." Ana tersenyum dan menggumamkan nama itu sebelum dia tidur.

***

Tak terasa orang tua Ana sudah datang menjemput. Mereka terkejut saat mendengar anaknya diculik, bahkan diculik selama 2 minggu. Mereka merasa lega begitu melihat keadaan Ana yang baik-baik saja, meskipun tubuhnya terlihat lebih kurus.

"Kak Yoga, kangen!" teriak Ana pada kakaknya yang sedang berbicara dengan Davin.

"Kakak juga kangen, nakal banget kamu main sampai ke sini," canda Yoga.

"Aku nggak mau ke sini lagi." Ana menggeleng tegas.

Yoga tersenyum dan mengelus rambut adiknya sayang. Bersyukur jika Ana tidak mengalami trauma yang berarti. Yoga tahu jika ada sedikit rasa takut, tapi sepertinya Ana termasuk anak yang beruntung dalam kasus ini.

Orang tua Ana juga berterima kasih kepada Davin karena sudah menjaga Ana dengan baik dan membongkar sindikat penculikan anak itu. Jika tidak ada pria itu, entah apa yang akan terjadi. Orang tua Ana tidak mau memikirkan hal yang lebih buruk lagi dari ini. Ini akan jadi pelajaran bagi mereka untuk lebih menjaga anak-anaknya.

"Kak Davin nggak ikut pulang?" tanya Ana saat bersiap untuk kembali ke Indonesia.

"Nggak."

"Kenapa? Kak Davin nggak kangen mama sama papa-nya?" tanya Ana polos.

"Ya kangen lah, Sayang. Kak Davin sekolah di sini jadi belum bisa pulang," sahut Ibu Ana merasa tidak enak dengan rasa keingintahuan anaknya yang terlalu tinggi itu.

"Nggak papa, Tante."

"Ya udah, kalau gitu kami ke bandara sekarang. Terima kasih sekali lagi Davin," kata Ayah Ana.

"Iya, Om. Hati-hati."

Saat akan masuk ke dalam mobil, tiba-tiba Ana berlari ke arah Davin dan memeluknya erat. "Makasih ya Kak, udah nolongin aku."

Davin hanya mengangguk, tidak tahu harus berkata apa. Dia tahu setelah Ana kembali ke Indonesia, apartemennya akan kembali sepi. Tidak ada yang malam-malam meminta makanan, tidak ada yang mengoceh tanpa henti, dan tidak ada yang bertanya hal-hal yang tidak penting. Davin akan merindukan itu semua, meskipun kebersamaan mereka sangatlah singkat.

Davin selalu hidup sendiri dengan rasa sepi yang selalu menyelimuti. Dia nyaman hidup seperti itu. Namun Davin tidak menyesal dengan keputusannya yang membawa Ana pulang, anak itu terlihat manis dengan kepolosannya. Hal itu membuat Davin teringat akan adik-adiknya yang tengah jauh saat ini. Meskipun sedikit menyebalkan, namun Davin tidak menyesal mengenal Ana dan keluarganya.

"Ini, kamu simpan." Entah setan dari mana Davin memberikan cincin milik Ibunya yang selalu di bawa pada Ana.

"Buat aku?" Ana menerima cincin itu dengan wajah polosnya.

"Jaga baik-baik. Suatu saat nanti aku akan jemput kamu." Davin tahu ucapannya terdengar ambigu tapi dia sendiri tidak bisa menahannya.

"Ayo, Ana!" panggil Yoga.

"Aku duluan ya, Kak." Ana memeluk Davin sekali lagi dan berlari menjauh.

Setelah mobil keluarga Ana menghilang dari pandangannya, Davin tersenyum dan menggelengkan kepalanya tidak percaya. Hanya nutuh waktu singkat untuk Ana menumbuhkan rasa sayang di hati Davin yang dingin. Dengan cepat Davin meraih ponsel dan menghubungi keluarganya yang telah lama tidak dia sapa. Terima kasih pada Ana yang mengingatkannya akan hangatnya sebuah keluarga.

Aku akan menjemputmu, Ana

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Vivi Sofia
bagus ceritany
2024-11-27 23:47:49
0
user avatar
Indri saputra
baguusss bgt ceritanya, bikin baperr deh ......
2023-01-05 19:54:12
1
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-01-29 08:02:15
0
user avatar
Liliss354
Keren kak ceritanya, alurnya menarik dan bikin penasaran😍 Semangat kakak, jangan lupa feedback "King of Night" ya:)
2021-05-22 11:56:33
4
user avatar
Dessy Jonathan
suka banget ceritanya ampe 2x bacanya... untouchable man juga bagus 👍👍👍
2021-04-27 16:08:44
5
user avatar
Authoring
Cerita, alurnya bagus sekali, kak. Dapat salam dari >> My Girl is mine
2021-04-16 12:28:07
4
user avatar
ummu jhiju
ceritanya bagus Author ditunggu kelanjutannya semangat dan sehat selalu...aamiin
2021-02-05 12:58:33
4
60 Chapters
Pertemuan Pertama
Tahun 2009 Ana terbangun dari tidurnya saat mendengar suara jeritan di sekitarnya. Matanya mengedar berusaha untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jeritan itu masih terdengar pilu di telinganya. Ana tidak tahu berada di mana saat ini, tapi ingatan terakhir akan seseorang yang menariknya masuk ke dalam mobil membuatnya tersadar. Perlahan mata indah itu mulai mengeluarkan air mata. Ana tidak bodoh, diusianya yang ke-9 ini dia tahu jika sedang berada di dalam pesawat saat ini. Gambaran awan putih dari jendela seolah mebuktikan itu semua.
last updateLast Updated : 2021-01-12
Read more
Kembali Bertemu
Sepuluh tahun kemudian. Terik matahari tidak menghalangi Ana untuk datang ke kampus. Hari ini adalah hari Jumat yang berarti seharusnya ia tidak ada kelas. Namun, entah kenapa dosen mendadak mengadakan kuis yang membuat para mahasiswa mengeluh tidak suka.Jakarta adalah kota yang dipilih Ana untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Terlalu beresiko mengingat begitu cerobohnya dia selama ini. Namun dengan tekad dan kemauan,
last updateLast Updated : 2021-01-12
Read more
Penggoda Hati
Ana menatap ponsel di tangannya dengan tatapan menerawang. Ibu jarinya menekan tombol menu, kemudian kembali, lalu ke menu lagi dan begitu seterusnya. Sudah seminggu berlalu setelah peristiwa di tempat parkir dan sudah seminggu pula Ana harus bertahan dengan ponsel jadul milik Ally, ponsel keluaran lama yang hanya bisa dia gunakan untuk telepon dan mengirim pesan.Ana tidak memberitahu orang tuanya tentang kejadian seminggu yang lalu. Lagi pula dia tidak apa-apa, tidak ada luka di tubuhnya. Hanya rasa terkejut, itu saja. Ana meletakkan ponselnya dan mengeluarkan kartu nama milik Davin dari tasnya. Dia masih bingung, apa dia harus menghubungi pria itu terlebih dahulu? Ana merebahkan tubuhnya di atas kasur saat tidak mene
last updateLast Updated : 2021-01-12
Read more
Hari Sial
Kini Ana sudah siap dengan kemeja putih, jeans hitam, dan sepatu converse abu-abu andalannya, tapi kali ini sepatu yang dipakainya sudah dicuci dengan bersih. Di saat seperti ini Ana sedikit kecewa dengan gaya berpakaiannya yang sulit berbaur dengan suasana kantor. Baru satu langkah keluar dari kosnya, Ana mengingat sesuatu. Dia belum menghubungi Davin terlebih dahulu. Ana tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali. Dengan cepat dia mengambil ponsel sakti milik Ally dan kartu nama Davin yang berada di tasnya. Ibu jarinya bergerak dengan lincah mengetikkan pesan untuk pria itu. 
last updateLast Updated : 2021-01-12
Read more
Puncak Kesialan
Ana menatap lekat wajah pria di hadapannya dengan bingung. Setelah adegan tarik-menarik yang mengundang banyak pasang mata untuk melirik, akhirnya Ana memilih untuk menyerah. Dia pasrah dengan apa yang dilakukan Davin. Protes pun percuma karena sepertinya pria itu terlihat tidak ingin mencabut ucapannya untuk memecat satpam kantor. Davin memilih diam dan terus menggosok rambut Ana yang basah dengan handuk. Banyak pertanyaan yang berkumpul di otak Ana saat ini. Belum selesai dengan tragedi pemecatan tadi, sekarang Davin kembali melakukan hal yang di luar dugaan. Ana bisa menggosok rambutnya sendiri. Davin tidak perlu melakukan ini untuknya. Jas milik pria itu juga masih membungkus tubuhnya dengan rapi."Ganti pakaianmu,"
last updateLast Updated : 2021-01-12
Read more
Tak Terbantahkan
Bagi Ana, pemandangan luar mobil saat ini jauh lebih menarik dari pada pria di sampingnya. Davin sendiri masih fokus pada jalanan yang cukup padat. Sesekali matanya melirik gadis di sampingnya yang memilih untuk terus diam. Davin sadar jika dia sudah keterlaluan, tapi dia tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk membuat Ana tetap berada di sisinya.Sejak menjadi pemateri seminar bisnis dulu, Davin mulai memperhatikan Ana. Melihat setiap gerak-geriknya yang tidak berubah sejak dulu. Perbedaannya, Ana sekarang tumbuh menjadi gadis yang cantik tapi tetap ceroboh. Setelah berjumpa beberapa kali, dapat Davin simpulkan jika Ana tidak mengingatnya sama sekali. Dia merasa konyol pada dirinya sendiri yang sabar mencari Ana hingga
last updateLast Updated : 2021-01-12
Read more
Menyadari Keberadaanmu
Ana menatap keadaan sekitar dengan was-was. Dia sedang bersembunyi sekarang, menghindar dari pria yang selalu menjemputnya akhir-akhir ini. Bukannya apa, tapi Ana juga membutuhkan waktu untuk sendiri. Tak lama, sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Ana bergegas masuk ke dalam dan menatap Ally dengan tatapan penuh terima kasih. Untung saja sahabatnya datang di waktu yang tepat, jika tidak maka dapat Ana pastikan jika dia akan berakhir dengan kecanggungan di dalam mobil Davin lagi."Ayo, cepet jalan!" Ana menoleh ke belakang dan menemukan Edo yang masih berdiri di samping mobilnya.
last updateLast Updated : 2021-01-12
Read more
Hari Bersamamu
Ana berhenti berlari saat kakinya sudah tidak kuat lagi untuk memutari lapangan tenis. Dia terduduk di atas tanah dan bersandar pada jaring yang menjadi pembatas lapangan. Napasnya terdengar memburu dan reflek tangannya terangkat untuk mengusap keringat yang membasahi dahinya."Cuma 4 kali putaran?" tanya Davin dengan nada mengejek."Capek, Mas!""Ayo, satu kali dan setelah itu selesai." Davin menarik tangan Ana untuk berdiri tapi gadis itu me
last updateLast Updated : 2021-01-12
Read more
Rasa Amarah
Ana masih ingat saat pertama kali dia bertemu dengan Ibu Davin. Dia tahu jika pertemuan itu bukanlah pertemuan yang baik. Dia berada di posisi yang tidak menguntungkan sehingga membuat wanita itu berpikiran yang tidak-tidak. Meskipun Ibu Davin tidak berkata apa-apa setelahnya, tapi siapa yang tahu jika dia memendam amarahnya pada Ana dan mengundangnya sekarang agar bisa memojokkannya bersama dengan keluarga besar."Sampai kapan kayak gini?" Davin melirik Ana yang hanya memainkan jari-jarinya sejak tadi, "Sudah hampir 30 menit, Bunda udah nunggu di dalam.""Bentar, Mas. Aku belum si
last updateLast Updated : 2021-01-12
Read more
Teror Pertama
Hari sudah mulai berganti tapi tidak dengan suasana di rumah Davin. Pagi hari yang seharusnya bisa menjadi awal yang indah untuk semua orang tidak akan terjadi kali ini. Sejak semalam, suasana kelam itu masih terasa hingga saat ini. Itu semua karena Lucy yang memilih untuk tinggal."Vin, aku sama Laila pulang dulu ya," ucap Kevin setelah selesai sarapan.Ana tiba-tiba berdiri dan menatap Kevin penuh harap, "Aku ikut ya? Kalian bisa anter aku pulang?"
last updateLast Updated : 2021-01-12
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status