Di luar ruangan telah menunggu tiga pelayan pribadi Atthy. Mereka segera menunduk memberi salam saat Hugh keluar dari kamar Atthy. Wajah mereka semua terlihat merona mengingat bagaimana Hugh dan Atthy majikan mereka, baru saja menghabiskan malam bersama untuk pertama kalinya setelah tiga bulan masa pernikahannya.
''Tuanku, apa ada hal yang harus saya persiapkan?'' tanya Helena yang baru saja datang lalu segera menyapa menghampiri tuannya.
''Panggil Alwyn ke ruanganku segera, dan juga panggil Dr. Windfold untuk melihat kondisinya!'' seru Hugh memerintah.
''Maaf, tuanku?!'' jawab Helena dengan wajah bertanya.
''Dia... Sepertinya terluka, tidak... Dia, memang terluka... Sudahlah!... Kau urus saja dia!'' seru Hugh, dia berbicara dengan kaku meski wajahnya tetap terlihat datar di mata orang lain, tapi tidak dengan Helena, dia bisa melihat kalau tuannya sedang merona saat ini.
Helena heran melihat ekspresi canggung dari tuannya, ekspresi yang sangat jarang di perlihatkan oleh Hugh, meski pun pada Helena. Wanita paruh baya yang melayani keluarga Drustan sejak Hugh belum di lahirkan.
''Hm?!'' pekik Helena heran di dalam hatinya, tapi dia juga senang melihat wajah tersipu mantan tuan mudanya, ''Apa ini?! Ekspresi apa ini... dia tampak manis... manis?! Bisakah aku memberikan kata itu untuk si gunung es itu?!... Wow... Sepertinya, malam ini menjadi malam yang indah untuknya. Kau hebat Duchess, bisa membuat si keras kepala ini menampakkan ekspresi yang lucu. Akhirnya, musim semi datang juga padamu, mantan Tuan Muda-ku...'' gumam Helena di dalam hatinya.
Helena bersorak gembira di dalam hatinya di balik ekspresi profesionalnya sebagai seorang kepala pelayan yang paling di percaya Hugh.
Helena Witmore, seorang pegawai wanita yang telah bekerja di keluarga Griffith semenjak dia masih sangat muda. Dia telah menyaksikan tumbuh kembang para tuan mudanya, bahkan semenjak almarhum kakak Hugh masih belia, meski hanya sebagai pelayan biasa.
Sekarang, ketika Hugh menjadi seorang Duke, Helena yang sudah puluhan tahun menjadi abdi di keluarga Griffith, di percaya untuk memegang jabatan sebagai Kepala pelayan di kediaman Duke Hugh Ethan Griffith. Terhitung telah lima tahun sejak Hugh di angkat menjadi seorang Duke, Helena sudah melayaninya sebagai seorang Kepala pelayan.
''Ada apa?'' tanya Helena sambil mengernyitkan dahi, ''Ayo masuk, segera bantu Duchess bersiap-siap untuk sarapan!'' seru Helena menghardik ketiga pelayan pribadi Atthy, yang kasak-kusuk di depan pintu kamar Atthy.
Helena yang baru saja bersuka cita mendadak tercengang, ketika masuk dan melihat pemandangan miris dari nyonya muda yang sudah tiga bulan dilayaninya. Tubuhnya bergetar tidak percaya, matanya terbelalak sambil tangannya menutup mulutnya yang menganga. Dia terkejut melihat kondisi kamar yang berantakan. Tapi dari semua itu, tentu saja, penampakan Atthy yang membuat perasaannya miris bahkan hingga menitikkan air mata.
''Duchess!'' pekik Helena segera menghampiri Atthy yang masih duduk termangu di atas tempat tidurnya, ''Ada apa ini?!''
Atthy melihat Helena dengan wajah memelas tapi matanya tetap tegas menatapnya. Wajah Helena yang selalu datar sama seperti Hugh, langsung berubah cemas dan panik sekaligus simpati dengan keadaan Atthy. Ekspresi yang tidak pernah di perlihatkan oleh seorang Helena, semenjak dia menjabat sebagai Kepala pelayan di Manor Skythia.
''Duchess, saya akan sege...'' Helena yang panik langsung berdiri hendak mengambil tindakan tapi tangan Atthy segera memegang tangan Helena.
Helena bahkan sampai tidak bisa menyelesaikan kata-katanya karena di potong oleh Atthy.
''Helena, aku mohon...'' ujar Atthy dengan suara lirih sambil menatap Helena, ''Tinggalkan aku... Biarkan aku sendiri, tolong...'' pinta Atthy dengan wajah memelas sambil menarik tangan Helena dengan tubuhnya yang masih gemetaran.
''Duchess, tapi...'' sahut Helena dengan suara yang tak kalah bergetar dari Atthy, kekhawatiran dihatinya memuncak dengan berbagai tanya yang tak terucap.
''Helena,'' panggil Atthy dengan suara nyaris bergetar, ''Untuk kali ini saja, aku mohon dengarkan aku, dan jangan tanya apa pun!'' seru Atthy memberi perintah dengan kepala setengah tertunduk seolah ingin menyembunyikan ekspresi wajahnya, ''Hanya, tinggalkan aku sendiri. Beri aku waktu... Tolonglah...'' ujar Atthy memohon, hal yang selama ini tidak pernah dilakukannya kepada seorang pelayan.
Mendengar permintaan Atthy dengan keadaan memprihatinkan seperti itu, sebetulnya Helena sangat khawatir untuk meninggalkan Atthy sendirian. Tapi, akhirnya, Helena hanya bisa pasrah. Karena seorang wanita bergelar Duchess tidak seharusnya terus mengulangi kata-katanya pada seorang pelayan. Apalagi, Helena tidak seperti kepala pelayan di rumah kebanyakan bangsawan tinggi yang biasanya berasal dari keluarga aristokrat.
Helena akhirnya menurut pada permintaan Atthy, dia pergi meninggalkan Atthy sesuai permintaannya. Dia segera membawa tiga pelayan pribadi Atthy dan saat itu juga Helena melihat sesuatu yang membuat hatinya merasakan sesuatu yang aneh pada ketiga pelayan pribadi Atthy. Helena merasa ada sesuatu yang aneh tapi sulit bagi Helena untuk mendeskripsikan secara jelas apa yang sedang di curigai oleh hati dan pikirannya melihat kelakuan tiga pelayan pribadi Atthy.
*****
Di tengah perasaan cemas Helena yang sejak tadi memikirkan apakah ini saat yang tepat baginya untuk melihat keadaan Atthy, apa lagi ini sudah masuk waktu makan siang dan Atthy juga sudah melewatkan sarapannya tadi pagi.
''Nyonya Helena!'' panggil Alwyn.
''Ah!... Tuan Alwyn, ada apa?'' tanya helena menyapa Alwyn.
''Nyonya, tolong berikan dokumen ini pada Duchess!'' seru Alwyn sambil menyerahkan sesuatu di dalam sebuah amplop.
''Dokumen?!... Baiklah... Ah! Tuan Alwyn, maaf, bisakah Anda membantu saya?... Tolong panggilkan Dokter Sarah!'' pinta Helena kemudian.
''Tentu saja. Tapi, kenapa Dokter Sarah?... Apa ada yang sakit?'' tanya Alwyn menyelidik, dia tulus mengkhawatirkannya.
''Duchess... '' ujar Helena, tapi dia kemudian menghentikan ucapannya lalu sesaat kemudian melanjutkannya lagi, ''Duchess, membutuhkan perawatannya...'' ujar Helena melanjutkan kata-katanya yang terhenti.
''Apa Duchess tidak enak badan? Beliau sakit?'' tanya Alwyn dengan sorot mata yang menunjukkan kalau dia cemas.
''Ya, tolong panggilkan Dokter Sarah secepatnya!'' seru Helena dengan segera menjawab.
''Baiklah, akan segera kulakukan,'' jawab Alwyn.
''Terima kasih...'' sahut Helena dengan sopan.
''Sama-sama, senang bisa membantumu Nyonya Helena,'' jawab Alwyn yang juga bersikap sopan kepadanya.
Helena tersenyum sambil mengangguk bersikap sopan pada Alwyn, Kepala pelayan di Duchy of Dukedom Skythia. Dua orang yang sangat di percayai Hugh untuk mengurus seluruh urusan Duchy. Helena mengurus para pelayan wanita dan pekerjaan terkait dengan pelayanan dan kebersihan di Duchy, sedangkan Alwyn mengurus seluruh operasional Dukedom, termasuk, Helena adalah bawahan langsung Alwyn.
Helena diangkat sebagai kepala pelayan karena kepercayaan keluarga Griffith kepadanya meski dia berasal dari rakyat biasa. Seorang yatim piatu korban perang yang diselamatkan oleh ayah Hugh ketika Helena berusia enam tahun. Sedangkan Alwyn berasal dari keluarga yang juga bangsawan tinggi, meski hanya setingkat Count/Earl. Hanya saja, Alwyn adalah putra ketiga, karena itu Alwyn tidak mewarisi gelar kebangsawanan ayahnya dan jabatan Butler dari Duchy Skythia milik Duke Griffith dipegang olehnya.
*****
Terdengar ketukan di pintu kamar Atthy di susul kemudian suara Helena yang meminta izin Atthy untuk masuk. Segera setelah Atthy mengizinkannya masuk, Helena menyerahkan dokumen yang dititipkan Alwyn padanya untuk di serahkan pada Atthy.
''Duchess,'' panggil Helena dengan dahi mengernyit ketika melihat ekspresi Athhy saat melihat isi dokumen yang dibawanya, ''Apa Anda baik-baik saja?'' tanya Helena menatap Atthy dengan penuh simpati.
Raut profesional seorang Helena yang menjabat sebagai Kepala pelayan di Manor Duke Griffith sudah kembali seperti biasa. Tapi, Helena tulus memikirkan tentang keadaan Atthy yang mengkhawatirkan.
''Aku tidak apa-apa Helena...'' jawab Atthy dengan wajah yang sayu walau tetap berusaha tersenyum.
Terlihat raut terkejut Atthy saat melihat dokumen yang di berikan oleh Helena, segera setelah itu Atthy memperlihatkan senyum pahit. Tapi, terlihat juga oleh Helena, mata Atthy tampak seperti menangis walau tidak ada setetes pun air mata yang mengalir dari kedua bola mata berwarna hijau itu.
''Ada apa Duchess?!'' seru Helena bertanya, dia di buat penasaran dengan reaksi Atthy.
''Duchess...'' sahut Atthy dengan ekspresi wajah yang tampak ingin menangis, meski dia sedang tertawa, ''Aku, sudah tidak lagi punya gelar itu Helena. Hanya Atthaleyah... Atthaleyah Galina,'' ujar Atthy menegaskannya.
''Duchess?!'' jawab Helena yang terkejut, ''Maaf Duchess, saya... tidak mengerti...''
''Tuanmu... mengirimi aku berkas perceraian,'' jawab Atthy dengan wajah santai yang seperti ingin menangis sambil mengacungkan surat cerai dari Hugh yang dikirim oleh Alwyn dan di serahkan oleh Helena.
''HA?!'' seru Helena terperangah. Dia terkejut dengan berita yang di sampaikan Atthy dengan wajah tidak bisa percaya.
Karena terlalu terkejut Helena lupa kalau dia berniat mengajak Atthy untuk segera makan siang. Dia khawatir dengan luka-luka yang di lihatnya di tubuh Atthy saat tadi pagi. Dia sekarang justru merasa marah dan ingin segera berlari menghampiri Hugh dan menanyakan padanya apa yang terjadi di antara mereka berdua sebetulnya.
''Duchess!'' seru Helena refleks tangannya menahan tangan Atthy yang sudah bersiap menandatangani berkas perceraian di tangannya.
Helena bahkan terkejut dengan tindakannya sendiri barusan, seorang pelayan sepertinya menghalangi tindakan seorang Duchess dengan sangat serampangan, Helena sampai menitikkan keringat dingin dengan kelakuannya sendiri barusan.
Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat tapi sulit sekali mendapat kontrak dari GOODNOVEL) PAMANKU SUAMIKU MENJEMPUT ISTRIKU DUNIA MANUSIA BUAS SINGA BETINA MILIKKU (sequel lanjutan dari WANITA UNTUK MANUSIA BUAS, hanya saja kali ini wanita dari DUNIA MANUSIA BUAS yang terlempar ke DUNIA MODERN dan bertemu dengan CEO gahar.
Atthy menatap Helena yang dengan berani menahan tangannya ketika hendak menanda tangani surat cerai.Helena segera menarik kembali tangannya karena dia sendiri terkejut dengan tindakannya.''Helena!'' seru Atthy refleks menegur tindakan Helena, tapi bola mata Atthy tampak seperti ingin menangis karena dia memahami bagaimana perasaan Helena saat ini.''Duchess,'' panggil Helena dengan suara bergetar, ''Maafkan kelancangan saya... Tapi, Duchess... Tolong pikirkan lagi!'' seru Helena dengan segera, sambil berusaha menundukkan dirinya karena telah melakukan kesalahan sebelumnya, ''Ini... ini... mungkin salah paham...''''Kurasa tidak, Helena!'' seru Atthy sembari memegang tangan helena yang bergetar, ''... aku sudah berjanji pada tuanmu tadi pagi,'' Atthy menambahkan kalimatnya dengan sikap tegas.''Duchess!'' panggil Helena dengan raut wajah cemas, ''Saya mohon Duschess, tolong tahan dulu!... Saya akan menanyakan alasannya pada Tuanku Duke...''Terlihat jelas bahwa Helena tidak lagi bisa
Selama berada di Manor, tidak pernah sekali pun Atthy mengeluh. Atthy juga nyaris tidak keluar dari lingkungan Manor. Dia hanya keluar jika diperlukan, selebihnya dia akan duduk manis di dalam Manor. Hal yang cukup mengejutkan bagi sebagian besar penghuni Manor karena mereka telah mendengar beberapa hal mengenai wanita yang akan datang sebagai calon istri Duke Hugh Griffith.Para penghuni Manor tahu kalau Atthy hanya seorang Lady dari golongan bangsawan tingkat rendah. Awalnya mereka tidak mnyukai kehadiran Atthy. Tapi, semakin lama mereka mengenal Atthy, mereka mulai mengagumi sikap elegan dan karakter yang di miliki Atthy. Atthy mengerti bagaiman menjaga etika dan tata tertib seorang bangsawan dengan sangat baik sekali. Karenanya, mereka cukup terkejut mendengar Atthy keluar dari Manor bahkan tanpa pelayan pribadi apa lagi pengawal di sisinya.''Apa maksudmu?!'' seru Alwyn bertanya dengan wajah sangat serius, ''Apa yang hendak di lakukannya di luar Manor sendirian?!"''Maaf... Maafka
Salju putih terus berjatuhan butir demi butir menimpa kepala Atthy, dia bersusah payah hanya untuk melangkahkan kakinya di tumpukan salju sepanjang jalan.Atthy mulai bingung ke mana dia harus melangkah?Baru tiga bulan dia di Skythia, frekuensi Atthy keluar Manor bisa di hitung jari. Karenanya, jelas Atthy tidak tahu lingkungan di luar Manor. Apa lagi, ketika Atthy keluar selalu menggunakan kereta kuda.Atthy terus berjalan tak tentu arah, karena dia tidak bisa membedakan yang mana jalan yang seharusnya di lalui. Tertutup salju tebal di atasnya, semuanya tampak nyaris sama bagi Atthy.Ketidak-tahuan membuatnya terus berjalan dan terus memasuki wilayah hutan semakin jauh kedalam.Atthy yang selama ini hidup di antara gurun pasir yang terik dan sabana luas, kini dia kesulitan menghadapi ganasnya cuaca dingin bersalju di hadapannya.Selama di dalam Manor, Atthy selalu di layani oleh pelayan dan nyaris tidak pernah jauh dari perapian. Tapi sekarang, dia tidak punya apa-apa kecuali pakaian
Beberapa saat kemudian wajah Ash kembali membuat ekspresi heran tidak percaya, dia berkali-kali melirik ayahnya dan melihat surat itu berulang kali.''Apa mataku rabun?'' tanya Rowtag dengan ekspresi meledek Ash.''Ayah...'' panggil Ash dengan ekspresi tidak percaya masih terlihat di wajahnya, ''Lamaran ini untuk Atthy?'' tanya Ash dengan wajah sangat heran.''Ya,'' jawab Rowtag, membalas Ash dengan memasang ekspresi yang dengan sengaja meledeknya.''Dari seorang Grand Duke?!'' sahut Ash dengan nada bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.''Kalau mata kita berdua normal... Itu yang tertulis di situ,'' jawab Rowtag dengan wajah menunjukkan kalimat ''apa ku bilang''.''Apa ada kemungkinan Ibu Kota Kerajaan melakukan kesalahan?!'' seru Ash bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.''Kau bertanya padaku?... Aku tidak tahu
''Kau hanya seorang wanita bodoh... Kau terlalu tinggi berpikir tentang dirimu. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang melemparkan dirinya pada pria di jalanan setiap malam hanya untuk sekantung uang,'' ujar Hugh dengan santainya sambil mencari helai demi helai pakaiannya yang tercecer tak jauh dari tempat tidur.Bergetar tubuh Atthy, mendengar kalimat demi kalimat yang di lontarkan Hugh yang terus merendahkan dirinya. Dia bukan tidak marah, tapi otaknya masih bisa memperingatkannya untuk tidak terbawa emosi demi keluarganya, selain dia hanya bisa membelalakkan matanya menatap Hugh. Seorang pria bangsawan gagah nan tampan bergelar Duke yang sudah tiga bulan berstatus sebagai suaminya.Kata-kata Hugh yang tajam, menghunus tepat di jantung Atthy.Terkejut, heran, bingung, juga marah bercampur jadi satu membangunkan Atthy dari mimpi indahnya semalam.Malam pertama Atthy dan suaminya Duke Griffith, di awali dengan sebuah tragedi dan sama sekali tidak romantis seperti yang dibayangka