''Kau hanya seorang wanita bodoh... Kau terlalu tinggi berpikir tentang dirimu. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang melemparkan dirinya pada pria di jalanan setiap malam hanya untuk sekantung uang,'' ujar Hugh dengan santainya sambil mencari helai demi helai pakaiannya yang tercecer tak jauh dari tempat tidur.
Bergetar tubuh Atthy, mendengar kalimat demi kalimat yang di lontarkan Hugh yang terus merendahkan dirinya. Dia bukan tidak marah, tapi otaknya masih bisa memperingatkannya untuk tidak terbawa emosi demi keluarganya, selain dia hanya bisa membelalakkan matanya menatap Hugh. Seorang pria bangsawan gagah nan tampan bergelar Duke yang sudah tiga bulan berstatus sebagai suaminya.
Kata-kata Hugh yang tajam, menghunus tepat di jantung Atthy.
Terkejut, heran, bingung, juga marah bercampur jadi satu membangunkan Atthy dari mimpi indahnya semalam.
Malam pertama Atthy dan suaminya Duke Griffith, di awali dengan sebuah tragedi dan sama sekali tidak romantis seperti yang dibayangkan oleh para gadis muda seusia Atthy dari sebuah pernikahan. Tapi, Atthy yang seorang wanita sekaligus seorang istri. Berharap, kalau itu semua hanya karena pengaruh dari minuman keras dan emosi dari Hugh yang belum stabil karena kemarahannya yang Atthy sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Tapi, apa yang di dengarnya barusan, membuatnya bergidik. Kata-kata suaminya yang menghinanya, tepat setelah mereka menghabiskan malam bersama untuk pertama kalinya sejak mereka menikah tiga bulan yang lalu. Kalimat merendahkan yang telah menghunus jantungnya, membuat hati Atthy terluka dan otaknya yang seolah meledak membuatnya syarafnya seakan mati rasa. Dia nyaris tidak bisa bereaksi, dia terbakar amarah tapi juga sekaligus merasakan kesedihan luar biasa, dia menangis tanpa bisa meneteskan air matanya. Ternyata, bagi Hugh, suami Atthy, dirinya tak lebih baik dari sekian banyak perempuan murahan yang menjajakan dirinya demi pundi-pundi uang, di setiap malam di jalanan.
''Kau puas sekarang, setelah tidur denganku?'' tanya Hugh dengan memperlihatkan kesombongannya dalam sorot matanya yang terus memandang rendah istrinya yang membeku di depan perapian yang memancarkan panasnya api kayu bakar yang perlahan menjadi abu.
Kamar besar yang mewah dengan barang-barang eksklusif tampak suram bagi Atthy sekarang. Suhu yang nyaris membekukan apa pun di luar sana, tak lebih dingin dari kata-kata suaminya saat ini. Seorang wanita berambut merah dengan kulit gelapnya yang eksotis, tampak lusuh dengan penampilannya yang berantakan. Terlihat beberapa luka lebam di tubuh yang hanya berbalut sehelai kain selimut yang hanya melingkar asal saja di tubuhnya. Dia yang menahan sakit hampir di sekujur tubuhnya, ternyata juga harus menahan jeritan yang tertahan di tenggorokannya yang tercekat perih luar biasa. Dia terduduk layu di atas tempat tidur dengan hati hancur, sehancur-hancurnya sebagai seorang wanita sekaligus seorang istri yang hanya di atas kertas.
''Kau pikir dengan tidur denganku, kau bisa menguasaiku?! Perempuan... Aku adalah Duke Griffith, wanita sepertimu bukanlah hal spesial. Aku bisa dengan mudah mendapatkan wanita sepertimu di jalanan...'' lagi, Hugh melontarkan kalimat yang dengan sombongnya menjatuhkan Atthy, nyaris tanpa berkedip.
Kata-kata Hugh terus saja menyerang harga diri Atthy, betapa terlukanya perasaan Atthy saat itu. Pria yang selama hampir tiga bulan menjadi suaminya, tapi tidak pernah sekali pun pernah melirik, apa lagi menyentuhnya selama ini. Tapi, sekarang segera setelah adegan malam pertama sepasang suami istri yang terlambat, dengan mudahnya seorang suami menghina istrinya tepat setelah dia melepas segel keperawanannya.
''Kenapa kau katakan semua itu padaku?'' tanya Atthy yang berang dengan suara bergetar, ''Apakah itu kata-kata yang pantas di lontarkan seorang suami pada istrinya di malam pertamanya?!''
Atthy yang selama ini diam akhirnya dia tidak tahan jika hanya terus diam menerima semua hinaan Hugh.
''Karena aku ingin memperjelas posisimu. Aku berbaik hati memperingatkanmu agar tidak terlena dengan membanggakan kedudukan palsumu itu... itu hanya kedudukan di atas kertas, ingat itu!''
''Kedudukan yang mana?'' tanya Atthy dengan nada suara naik, dia tidak lagi bisa mengontrol emosinya.
''Haruskah aku juga menjelaskan itu padamu?!''
''Ya!'' seru Atthy dengan tegas dan sorot mata tajam, dia menantang Hugh, ''Seperti katamu, aku adalah wanita bodoh tidak tahu diri, tentu saja harus secara jelas dan gamblang agar aku bisa mengerti.''
''Kedudukanmu sebagai seorang Duchess, wanita yang berada di posisi sebagai istriku, aku ingin kau menyadarinya, bahwa tidak ada yang bisa kau manfaatkan dari itu semua. Seperti halnya gelar kebangsawananmu, gelarmu sebagai Duchess hanya di atas kertas... Kau tak lebih hanya seorang bangsawan jatuh yang memanfaatkan kesempatan yang di berikan oleh orang-orang berotak dangkal yang memanfaatkanmu. Ayahmu hanya seorang yang menginginkan harta sampai dia harus menjual anak perempuannya...'' sahut Hugh dengan tegas memperjelas ucapannya tadi.
''Yang terhormat Duke Hugh Griffith...'' panggil Atthy memotong ucapan suaminya, ''Anda harus tahu!... Pertama, ayahku tidak pernah menjualku, dan yang kedua... Harta dan kedudukan. Baik aku atau keluargaku tidak membutuhkan semua itu. Tidak sekali pun, kami akan menjual harga diri kami hanya demi bongkahan harta seperti yang kau banggakan...'' seru Atthy dengan berani menjawab Hugh walau wajahnya sedang menahan air mata yang terus saja berusaha memberontak ingin keluar dari kelopak matanya.
Hugh yang awalnya tetap tenang dengan berbagai tuduhan kepada istrinya, tersentak ketika dengan berani Atthy memotong ucapannya. Karena sesungguhnya Hugh menyadari bagaimana karakter Atthy yang selama tiga bulan ini menghormatinya sebagai suaminya. Tapi, saat ini ego Hugh seolah membuatnya menutup mata akan semua itu.
''Athaleyah Galina, penjelasanmu berbanding terbalik dengan apa yang aku baca dan aku dengar. Tapi, aku memberimu kesempatan. Kalau memang seperti yang kau katakan padaku barusan, kau bebas pergi dariku. Tidak perlu menjadikan Raja sebagai alasan, dengan kekuasaan yang aku miliki, aku yakinkan padamu, bahwa kau tidak akan mendapat masalah. Kapan pun kau mau, aku tidak akan pernah menghalangimu,'' ujar Hugh menantang Atthy.
Hugh dengan sengaja memberikan pilihan pada Atthy. Saat ini dia sangat yakin kalau Atthy hanya sedang jual mahal. Atthy tidak akan meninggalkannya, itu yang dia pikirkan, walau saat ini Hugh mulai goyah dengan keyakinannya yang berdasarkan data di atas kertas. Hugh yakin bahwa wajah yang di tunjukan istri kecilnya saat ini sama sekali bukan drama. Hati kecil Hugh sangat yakin kalau istri kecilnya itu tersakiti oleh setiap kata-kata kasarnya yang terus menyerang Atthy. Tapi, logika atas realita catatan di atas kertas menutupi hati kecil Hugh yang tenggelam di antara semua berkas dan laporan yang dia dapat tentang istrinya bahkan sejak sebelum mereka menikah.
''Athaleyah Galina?!'' sahut Atthy membeo panggilan Hugh kepadanya, ''Bahkan ketika kau baru saja selesai setelah menghabiskan malam denganku, aku tetaplah ''Galina''... lalu... di bagian aku di akui?!'' tanya Atthy dengan sorot matanya tajam menatap lurus bola mata suaminya, ''Aku akan pergi, tapi berjanjilah padaku!'' seru Atthy setelah menyunggingkan senyum pahit pada suaminya.
Atthy membulatkan tekadnya untuk tidak lagi berharap, sudah saatnya dia pergi. Dia merasa, apa yang di lakukannya untuk bisa membuat suaminya melihat padanya sia-sia. Atthy tahu ada yang aneh selama ini tentang sikap Hugh padanya, tapi kemarahan Atthy terhadap kata-kata Hugh saat ini, membuatnya tidak lagi bisa bersabar untuk mencari tahu apa yang sebenarnya membuat suaminya bersikap seperti itu kepadanya.
''Sudah aku duga, kau tidak akan pergi begitu saja!'' seru Hugh dengan senyum mengembang di bibirnya tapi Hugh juga menyadari ada yang menusuk di hatinya dari tindakan istrinya saat ini. Hugh tidak merasa aman sama sekali dengan keputusannya kali ini tapi dia tetap nekat karena memenangkan ego di dalam dirinya, ''Tambang yang mana yang kau inginkan, tambang emas atau tambang berlianku, kau menginginkannya bukan?! Sebagai kompensasi perceraian... ''
''Pertambangan yang kau miliki bukan apa-apa untukku!'' seru Atthy menyahut, membuat Hugh terperanjat di dalam hatinya karena istri kecilnya dengan berani menyahut bahkan saat dia belum menyelesaikan kata-katanya. Kalimat yang dilontarkan Atthy seolah membenarkan firasat yang dirasakannya tadi.
''Huh, Kau munafik!'' seru Hugh dengan ekspresi dinginnya seperti biasa.
''Terserah, pemikiranmu adalah urusanmu, aku tidak peduli. Tapi satu hal yang aku minta... Aku tahu kau membenciku, karenanya aku berjanji padamu, aku tidak akan muncul di hadapanmu setelah ini...'' jawab Atthy lagi-lagi tidak menunggu mulut Hugh menutup.
''Kau mengujiku?!''
''Untuk apa?!'' sahut Atthy datar tapi pandangannya tegas menatap Hugh, ''Tidak ada gunanya...''
''Tidak mungkin kau pergi begitu saja tanpa ada keuntungan untukmu?!''
''Ada,'' jawab Atthy dengan penuh percaya diri yang lagi-lagi mengusik naluri Hugh, ''Kedamaian dan kebahagiaan keluargaku...''
Terbelalak mata Hugh, kali ini dia membenarkan instingnya yang mengatakan kalau dia dalam masalah dan akan segera menyesali keputusannya kali ini.
''Tepati janjimu! Jangan usik mereka, jangan sentuh mereka, jangan ganggu mereka, biarkan mereka hidup sebagaimana biasanya! Hanya itu permintaanku...''
''Aku bisa memberikan lebih dari yang keluargamu miliki...'' jawab Hugh dengan jantung berdebar yang tidak di sadari Atthy, ''Aku tidak akan jatuh miskin hanya karena itu.''
''Itu tidak perlu, aku tahu dengan baik siapa dan bagaimana keluargaku... menerima pemberianmu... Itu akan lebih menghancurkan keluargaku...''
''Athaleyah Galina,'' panggil Hugh dengan suara bergetar, mata Atthy berkedut menyadari ada yang berbeda dari Hugh saat ini, ''Apa yang sedang kau pikirkan?''
''Apa itu?! Apakah aku salah? Kenapa? Kenapa matanya melihatku seperti itu?! Ada apa dengannya?'' berbagai pertanyaan muncul di benak Atthy ketika melihat bola mata suaminya yang tampak menyedihkan.
''Pemikiranku tidak penting untukmu, bukan?!'' jawab Atthy kemudian, dia berusaha menepis harapan yang timbul. Dia mengeraskan hatinya agar tidak lagi berharap karena itu akan lebih meremukkan hatinya yang sudah hancur.
''Kau benar,'' sahut Hugh yang memiliki pemikiran nyaris sama seperti Atthy, dia membenarkan ego dalam dirinya meminta benaknya untuk berpikir jika wanita di hadapannya tidak tulus, selalu ada maksud negatif dari perbuatannya, ''Aku tidak peduli apa yang kau pikirkan tapi aku peduli pada akibat yang akan terjadi dari tindakanmu.''
''Apa yang bisa terjadi dari tindakan seorang cucu bangsawan miskin sepertiku... Bagaimana hal itu akan berpengaruh padamu?''
''Aku akan jujur padamu, dukungan dari pangeran dan Raja bodoh yang memberikan stempel ijin peresmian pernikahanku denganmu hanya karena tekanan dari para elite politik yang picik. Hal itu cukup menggangguku... Kau tahu kenapa? Karena ayahku mengeluh tentang hal itu... Aku sedang menunggumu untuk jujur padaku, tapi sepertinya kau tidak bisa menghargai kebaikanku, dan malah menjebakku seperti ini...''
''Percaya atau tidak, aku sama sekali tidak tidak mengerti... tapi, aku tidak akan membuang waktumu yang berharga untuk menjelaskannya... Anggap saja aku hanya orang bodoh dari kampung. Sekarang, terserah pada pemikiranmu, berikan surat cerainya padaku dan akan segera aku tanda tangani, lalu aku akan segera pergi dari hadapanmu, menghilang untuk selamanya!'' sahut Atthy yang sudah lelah untuk berdebat dengan suaminya. Dia ingin segera mengakhiri semua hal melelahkan ini.
''Alwyn akan segera mengirimkannya padamu. Aku ingin lihat sejauh mana kau menggertak...'' ujar Hugh, ekspresinya dingin dengan sorot matanya yang tajam menatap Atthy.
Hugh pergi begitu saja meninggalkan Atthy, setelah dia selesai mengenakan pakaiannya, meninggalkan Atthy yang terlalu marah sampai air mata pun tidak mau mengalir dari matanya meski hatinya hancur.
**
Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat) PAMANKU SUAMIKU (sudah tamat) MENJEMPUT ISTRIKU MANUSIA BUAS SINGA BETINA MILIKKU
Di luar ruangan telah menunggu tiga pelayan pribadi Atthy. Mereka segera menunduk memberi salam saat Hugh keluar dari kamar Atthy. Wajah mereka semua terlihat merona mengingat bagaimana Hugh dan Atthy majikan mereka, baru saja menghabiskan malam bersama untuk pertama kalinya setelah tiga bulan masa pernikahannya.''Tuanku, apa ada hal yang harus saya persiapkan?'' tanya Helena yang baru saja datang lalu segera menyapa menghampiri tuannya.''Panggil Alwyn ke ruanganku segera, dan juga panggil Dr. Windfold untuk melihat kondisinya!'' seru Hugh memerintah.''Maaf, tuanku?!'' jawab Helena dengan wajah bertanya.''Dia... Sepertinya terluka, tidak... Dia, memang terluka... Sudahlah!... Kau urus saja dia!'' seru Hugh, dia berbicara dengan kaku meski wajahnya tetap terlihat datar di mata orang lain, tapi tidak dengan Helena, dia bisa melihat kalau tuannya sedang merona saat ini.Helena heran melihat ekspresi canggung dari tuannya, ekspresi yang sangat jarang di perlihatkan oleh Hugh, meski pun
Atthy menatap Helena yang dengan berani menahan tangannya ketika hendak menanda tangani surat cerai.Helena segera menarik kembali tangannya karena dia sendiri terkejut dengan tindakannya.''Helena!'' seru Atthy refleks menegur tindakan Helena, tapi bola mata Atthy tampak seperti ingin menangis karena dia memahami bagaimana perasaan Helena saat ini.''Duchess,'' panggil Helena dengan suara bergetar, ''Maafkan kelancangan saya... Tapi, Duchess... Tolong pikirkan lagi!'' seru Helena dengan segera, sambil berusaha menundukkan dirinya karena telah melakukan kesalahan sebelumnya, ''Ini... ini... mungkin salah paham...''''Kurasa tidak, Helena!'' seru Atthy sembari memegang tangan helena yang bergetar, ''... aku sudah berjanji pada tuanmu tadi pagi,'' Atthy menambahkan kalimatnya dengan sikap tegas.''Duchess!'' panggil Helena dengan raut wajah cemas, ''Saya mohon Duschess, tolong tahan dulu!... Saya akan menanyakan alasannya pada Tuanku Duke...''Terlihat jelas bahwa Helena tidak lagi bisa
Selama berada di Manor, tidak pernah sekali pun Atthy mengeluh. Atthy juga nyaris tidak keluar dari lingkungan Manor. Dia hanya keluar jika diperlukan, selebihnya dia akan duduk manis di dalam Manor. Hal yang cukup mengejutkan bagi sebagian besar penghuni Manor karena mereka telah mendengar beberapa hal mengenai wanita yang akan datang sebagai calon istri Duke Hugh Griffith.Para penghuni Manor tahu kalau Atthy hanya seorang Lady dari golongan bangsawan tingkat rendah. Awalnya mereka tidak mnyukai kehadiran Atthy. Tapi, semakin lama mereka mengenal Atthy, mereka mulai mengagumi sikap elegan dan karakter yang di miliki Atthy. Atthy mengerti bagaiman menjaga etika dan tata tertib seorang bangsawan dengan sangat baik sekali. Karenanya, mereka cukup terkejut mendengar Atthy keluar dari Manor bahkan tanpa pelayan pribadi apa lagi pengawal di sisinya.''Apa maksudmu?!'' seru Alwyn bertanya dengan wajah sangat serius, ''Apa yang hendak di lakukannya di luar Manor sendirian?!"''Maaf... Maafka
Salju putih terus berjatuhan butir demi butir menimpa kepala Atthy, dia bersusah payah hanya untuk melangkahkan kakinya di tumpukan salju sepanjang jalan.Atthy mulai bingung ke mana dia harus melangkah?Baru tiga bulan dia di Skythia, frekuensi Atthy keluar Manor bisa di hitung jari. Karenanya, jelas Atthy tidak tahu lingkungan di luar Manor. Apa lagi, ketika Atthy keluar selalu menggunakan kereta kuda.Atthy terus berjalan tak tentu arah, karena dia tidak bisa membedakan yang mana jalan yang seharusnya di lalui. Tertutup salju tebal di atasnya, semuanya tampak nyaris sama bagi Atthy.Ketidak-tahuan membuatnya terus berjalan dan terus memasuki wilayah hutan semakin jauh kedalam.Atthy yang selama ini hidup di antara gurun pasir yang terik dan sabana luas, kini dia kesulitan menghadapi ganasnya cuaca dingin bersalju di hadapannya.Selama di dalam Manor, Atthy selalu di layani oleh pelayan dan nyaris tidak pernah jauh dari perapian. Tapi sekarang, dia tidak punya apa-apa kecuali pakaian
Beberapa saat kemudian wajah Ash kembali membuat ekspresi heran tidak percaya, dia berkali-kali melirik ayahnya dan melihat surat itu berulang kali.''Apa mataku rabun?'' tanya Rowtag dengan ekspresi meledek Ash.''Ayah...'' panggil Ash dengan ekspresi tidak percaya masih terlihat di wajahnya, ''Lamaran ini untuk Atthy?'' tanya Ash dengan wajah sangat heran.''Ya,'' jawab Rowtag, membalas Ash dengan memasang ekspresi yang dengan sengaja meledeknya.''Dari seorang Grand Duke?!'' sahut Ash dengan nada bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.''Kalau mata kita berdua normal... Itu yang tertulis di situ,'' jawab Rowtag dengan wajah menunjukkan kalimat ''apa ku bilang''.''Apa ada kemungkinan Ibu Kota Kerajaan melakukan kesalahan?!'' seru Ash bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.''Kau bertanya padaku?... Aku tidak tahu
Setelah selesai makan malam dan berbincang sebentar, mereka segera kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap tidur. Ada empat kamar di rumah sederhana ini. Rowtag dan Ash masing-masing sendiri. Ay sekamar dengan Dimi saudara kembar Gafy. Lalu, Atthy sekamar dengan Gafy.Agafya atau biasa di panggil Gafy atau Gaff, dia dilahirkan dengan kondisi tubuh lemah, tapi meski seperti itu, Gafy selalu ceria dan cerewet, dia salah satu sumber kebisingan di rumah sederhana ini setelah Dimi yang selalu aktif, seolah tenaga Gafy diambil untuk dirinya sendiri.''Kak... Apa kakak akan menerimanya?'' tanya Gafy dengan mata yang masih berbinar-binar.''Apa?'' tanya Atthy acuh sembari mengangkat sekeranjang jemuran yang sudah diangkatnya tadi sore.''Lamaran pernikahan itu?!'' seru Gafy menjawab sambil merungut kesal. Tapi, dia tetap menggerakkan tangannya membantu Atthy melipat pakaian.''Hm?..
Pagi itu, keluarga Galina mengerjakan pekerjaan mereka seperti biasanya. Atthy akan membersihkan rumah dan mencuci baju pagi-pagi. Rowtag akan memasak, membuat sarapan di bantu oleh Gafy. Dimi akan mengurus hewan peliharaan, stok protein hewani untuk keluarga. Ash dan Ay, mengurus daging, kulit, dan bulu hewan hasil buruan mereka.Berburu menjadi salah satu keahlian penduduk Caihina. Kulit dan bulu binatang buruan menjadi komoditi unggulan penduduk gurun membuat mereka sangat terkenal di kalangan pedagang. Harga kulit atau bulu hasil produksi penduduk gurun sangat tinggi di pasaran, karena kualitasnya yang sangat unggul di banding di wilayah lain.''Ayah, Kakek!'' panggil Atthy di sela-sela masa senggang mereka setelah sarapan, ''Aku sudah memikirkan mengenai lamaran pernikahan itu.''''Atthy, jangan terburu-buru mengambil keputusan, pikirkan dulu baik-baik!'' seru Ashton, mengingatkan putri sulungnya, ''Masih banyak wak
*****Flash back saat Ashton dan Aydan pergi ke pusat kota Nauruan setelah Atthy menyetujui lamaran.Ash dan Ay pergi ke pusat kota hendak berjualan dan mengirimkan surat balasan untuk lamaran Atthy. Sembari berdagang mereka mencoba menggali informasi tentang Griffith dan Alpen untuk memantapkan pemikiran mereka mengenai lamaran Atthy. Hasilnya, meski hanya rumor tapi terlalu banyak cerita menakutkan mengenai Grand Duke Griffith yang di kenal kejam dan berhati dingin, karena itulah dia bisa menaklukkan Alpen dan menjadi penguasa di sana.Ay langsung berontak pada Ash ayahnya seketika itu juga ketika mendengar kalau calon kakak iparnya adalah seorang yang kejam dan tak berperikemanusiaan, saat mereka mencari informasi mengenai Grand Duke Griffith di pusat kota Nauruan beberapa minggu yang lalu.''Ayah aku tidak peduli dengan kedudukan yang di milikinya, walau seorang Grand Duke sekalipun. Bukan hanya dia tua bangka
Alwyn segera memberi salam pada pria bertubuh tinggi dan gagah di hadapannya, dia juga langsung bersikap siap layaknya seorang ajudan di hadapannya komandannya.''Maafkan kelalaian saya Tuanku, saya ceroboh tidak memperhitungkan semuanya...'' ujar Alwyn segera berusaha menjelaskan pada tuannya.''Keluarlah!'' seru pria besar itu seolah tidak peduli dengan penyesalan Alwyn, ''Siapkan kereta kudanya!''''Baik Tuanku,'' jawab Alwyn kemudian segera pergi meninggalkan Atthy dan pria itu berdua di dalam ruangan.Alwyn merasa cemas dengan keadaan Atthy tapi apa boleh buat dia hanya bisa bersimpati, bukan berempati. Atthy sekarang ada bersama dengan calon suaminya. Sebagai seorang yang hanya bekerja, dia tidak boleh bertindak di luar ketentuannya sebagai seorang pegawai.''Keadaanmu tampak tidak baik...'' ujar pria besar itu bertanya dengan dingin.Atthy meneliti sem
HAHHHTerdengar desahan yang cukup keras dan berat dari Alwyn membuat Randy terkejut melihatnya.''Alwyn, ada apa?'' tanya Randy dengan dahi mengernyit. ''Wajahmu?! Terlihat jelas kau sedang cemas... Seperti bukan dirimu yang selalu tenang,'' ujar Randy lagi, dia heran dengan tampilan yang di tunjukkan Alwyn.''Lady Atthaleyah, aku bingung harus bagaimana?'' jawab Alwyn mengeluh.''Kenapa?!'' seru Randy bertanya dengan heran, ''Bukankah selama ini Lady tidak pernah membuat masalah kecuali dia sakit, tapi itu bukanlah hal yang bisa di atur...'' ujar Randy lagi.''Justru itu masalahnya, karena Lady tidak pernah mengeluh, tidak sekali pun!'' sahut Alwyn dengan ekspresi cemberut, ''Malah membuatku semakin cemas melihat keadaannya.''Randy terdiam mendengar keluhan aneh sahabat baiknya, dia tidak menyangka Alwyn yang selalu menunjukkan topeng tenang seperti tidak
Kegugupan Rosa menyentil rasa penasaran Alwyn, sedikit lagi dia merasa bisa mendapatkan sesuatu dari para pelayan yang di bawa Atthy''Tuan... Tidak ada masalah apa pun, kami hanya tidak terbiasa dengan perilaku nona... Eum... Maksud saya Lady Galina,'' ujar Stela menjawab Alwyn, walau terlihat cemas sebagai pelayan senior dia mampu mengatasinya.''Tch!'' Alwyn berdecap kesal, ''Sepertinya aku melakukan kesalahan, sial... aku ceroboh... seharusnya aku memanggil mereka satu per satu,'' ujar Alwyn menggerutu di dalam hatinya.''Kalian boleh pergi,'' ujar Alwyn melepaskan mereka untuk sementara waktu, ''Ingat, kalian harus segera mengatakan padaku jika ada sesuatu yang membuat Lady kalian merasa tidak nyaman!'' seru Alwyn mengakhiri pembicaraan.Alwyn tahu dengan melihat gelagat mereka, dia tidak akan bisa mendapat informasi yang dia inginkan. Alwyn mengurungkan niatnya untuk menginter
Beberapa jam kemudian, seperti yang di katakan Alwyn mereka telah sampai di stasiun dan segera memasuki gerbong khusus yang di sediakan untuk mereka. Atthy tercengang melihat kereta uap di hadapannya, seumur hidupnya baru kali ini dia melihat kereta uap dengan mata kepalanya karena selama ini dia hanya tahu tentang kereta uap dari cerita ayah atau kakeknya, juga dari koran atau buku yang dibacanya.Atthy tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya pada Ular Besi yang dengan gagah berdiri di hadapannya cocok dengan warnanya yang hitam legam.Melihat kelakuan Atthy, Alwyn dan Randy kembali menampakkan ekspresi yang sama dengan saat berjumpa Atthy tadi, begitu pun para pengawal. Walau begitu mereka tetap berusaha sopan dan tidak menunjukkan rasa heran mereka dengan terlalu jelas, dan tetap menghormati Lady yang hampir terkesan norak di hadapan mereka sekarang.''Lady... Silahkan,'' ujar Alwyn m
Beberapa waktu kemudian ketika Atthy sudah selesai dengan segala keperluannya, utusan dari Alpen datang menjemputnya. Kereta kuda elegan nan mewah datang bersama para prajurit gagah berjajar rapi di sekelilingnya, terlihat jelas perbedaan iringan yang datang menjemput Atthy saat di Caihina, bukan hanya kemewahan dari atribut yang di bawa oleh iringan itu tapi juga etika para prajurit yang sopan dan tegas berwibawa pada Atthy.''Selamat siang Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang di utus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria memberi salam pada Atthy, bisa terlihat jelas dia adalah pemimpin dari para utusan ini, intonasi suara dan perilakunya sangat elegan, walau sangat singkat tapi terasa jelas bagaimana menawannya etitude yang di milikinya.''Selamat siang Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld, saya akan jadi komandan pengawal iringan Anda sampai kita tiba di kediaman Tuanku Duke Grif
Ash dan Rowtag akhirnya pasrah saat Atthy sudah mantap dengan keputusannya.Atthy bukan tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja, tapi Atthy telah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum dia meninggal, dan juga dari Ash ayahnya selama ini.Atthy hidup dan dibesarkan sebagai gadis rakyat jelata dalam kehidupan sehari-harinya. Tapi, pengetahuan yang di miliki Atthy, bahkan melebihi yang dimiliki para gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy sangat mumpuni, dia punya kualitas itu, dan Ash sangat memahaminya. Karena hal itu juga Ash hampir selalu merasa bersalah melihat Atthy. Apa lagi saat Laura istrinya masih hidup, dia memperhatikan bagaimana Laura melatih dan mendidiknya untuk bisa hidup sebagai seorang Lady yang terhormat. Karena saat itu, Laura percaya kalau suatu saat nanti, Atthy pasti bisa menjalani hidup yang lebih baik sebagaimana mestinya hidup seo
Cara Billy berbicara dan memandang ayah dan kakeknya menunjukkan kesan buruk dan dengan jelas dia sedang merendahkan Rowtag. Jangankan Ash, bahkan Atthy dan Ay membenci tingkah Billy Kutcher di pertemuan pertama mereka.Keluarga Rowtag masih bisa menahan emosi mereka dan masih dengan sopan mempersilahkan Billy untuk masuk ke dalam rumah mereka dan bicara dengan lebih leluasa dari pada berdiri di halaman rumah.''Tuan Kutcher, sepertinya ada kesalahpahaman di sini,'' ujar Rowtag dengan hati-hati.''Apa maksudmu Baron Galina?'' tanya Billy Kutcher, pemimpin dari utusan iringan untuk menjemput Atthy, dengan nada yang cukup tidak nyaman di dengar telinga keluarga Rowtag saat itu.Rowtag tidak seperti Ash yang mengenyang bangku pendidikan sebuah akademi. Sebelum mendapat gelar sebagai Baron, dia hanya seorang rakyat jelata dengan profesi utamanya adalah seorang pemburu. Rowtag tidak begitu memahami tentan
Atthy tegas menghardik Ay tapi dengan lembut dia membelai kepala Ay.Atthy mengingatkan Ay karena sebagai bangsawan, meski tidak mendapatkan pendidikan secara formal tapi tetap tidak menutupi fakta bahwa mereka diajarkan dengan baik dan benar oleh kedua orang tuanya. Menjaga santun ucapan supaya kata-kata kasar yang tidak pantas, tidak sampai terucap, setidaknya itulah yang di ajarkan Ash dan Laura ibunya yang seorang guru etiquette. Meski pun pada prakteknya bahkan Ash sendiri masih lalai menerapkannya apa lagi Rowtag. Tapi, masalahnya bukan hanya itu, kata-kata kasar merendahkan yang ditunjukkan pada bangsawan kelas tinggi, apa lagi bangsawan yang termasuk dalam kerabat kerajaan bisa di kenai hukuman berat jika ada petugas berwenang yang mendengarnya.''Maaf, tapi tolong maklumi...'' jawab Ay sambil tersengih pada kakaknya, ''Aku kesal kak, sudah jelas kita menolaknya. Tapi kenapa dia tetap mengirim utusan untuk menjemputmu?!'' seru Ay men
*****Flash back saat Ashton dan Aydan pergi ke pusat kota Nauruan setelah Atthy menyetujui lamaran.Ash dan Ay pergi ke pusat kota hendak berjualan dan mengirimkan surat balasan untuk lamaran Atthy. Sembari berdagang mereka mencoba menggali informasi tentang Griffith dan Alpen untuk memantapkan pemikiran mereka mengenai lamaran Atthy. Hasilnya, meski hanya rumor tapi terlalu banyak cerita menakutkan mengenai Grand Duke Griffith yang di kenal kejam dan berhati dingin, karena itulah dia bisa menaklukkan Alpen dan menjadi penguasa di sana.Ay langsung berontak pada Ash ayahnya seketika itu juga ketika mendengar kalau calon kakak iparnya adalah seorang yang kejam dan tak berperikemanusiaan, saat mereka mencari informasi mengenai Grand Duke Griffith di pusat kota Nauruan beberapa minggu yang lalu.''Ayah aku tidak peduli dengan kedudukan yang di milikinya, walau seorang Grand Duke sekalipun. Bukan hanya dia tua bangka