Share

MENJEMPUT ISTRIKU
MENJEMPUT ISTRIKU
Author: Wolfy

001 Duka

Author: Wolfy
last update Last Updated: 2022-09-26 16:34:05

**Bab 001: Duka**

Kamar tidur yang megah itu kini terasa sesak. Di tengah kemewahan, Atthy duduk terpaku di tepi ranjang, matanya masih membesar mencoba mencerna setiap kata yang terlontar dari suaminya. Duke Hugh Griffith, yang seharusnya menjadi pelindung dan pasangan hidupnya, berdiri dengan sikap santai di samping tempat tidur. Sambil merapikan pakaian yang tercecer di lantai, ia mengucapkan kata-kata yang menusuk hati Atthy.

“Kau hanya seorang wanita bodoh. Kau terlalu tinggi menilai dirimu sendiri. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang mengemis perhatian pria di jalanan demi sekantung uang,” ujar Hugh dengan suara datar, tanpa ada nada penyesalan.

Kata-kata itu seakan menjatuhkan seluruh dunia Atthy. Tubuhnya bergetar, hatinya seolah tersayat oleh pedang tak terlihat. Ia ingin berteriak, menantang, melawan, namun pikirannya berkata untuk tetap tenang. Ini adalah pernikahannya—meskipun hanya di atas kertas. Keluarganya menaruh harapan besar padanya, dan Atthy tahu bahwa ia tidak boleh mengecewakan ekspektasi itu. Namun, malam pertama ini jauh dari bayangan impian para gadis muda yang mendambakan kebahagiaan pernikahan.

“Kau puas sekarang setelah tidur denganku?” tanya Hugh dengan nada sinis, menatap Atthy seolah ia hanyalah objek yang tak layak mendapat perhatian. Sorot matanya menunjukkan kesombongan, namun dalam sekejap, ada secuil keraguan yang cepat terselubung di balik sikap acuhnya.

“Puas?” balas Atthy, suaranya gemetar namun mulai menguat. “Apakah kau pikir pernikahan ini hanya tentang ambisi dan kepalsuan? Apa aku hanya pantas dijadikan alat untuk menegaskan posisimu?”

Hugh mengernyit, lalu dengan dingin berkata, “Aku hanya ingin memperjelas posisimu, Athaleyah Galina. Kau harus ingat dari mana asalmu. Jangan biarkan gelar ‘Duchess’ di atas kertas membuatmu lupa bahwa dirimu hanya sepotong catur dalam permainan besar ini.”

Tatapan Atthy menyala. “Posisiku? Kau maksudkan aku hanyalah ‘Duchess di atas kertas’? Yang terhormat Duke Hugh Griffith, aku bukanlah boneka yang bisa kau mainkan sesuka hati. Aku punya harga diri, dan aku tidak akan terus menerus tunduk pada hinaanmu.”

Sebuah keheningan sejenak menyelimuti ruangan yang semula penuh kemewahan itu, namun ketegangan tak juga reda. Setiap helai pakaian yang berantakan seolah menjadi saksi bisu dari perdebatan sengit antara dua jiwa yang terperangkap dalam pernikahan politik. Di balik kemegahan ruangan, Atthy merasakan kegetiran mendalam—sebuah jurang kesendirian yang mulai menguasai dirinya.

“Kau pikir dengan tidur denganku, kau bisa menguasaiku? Perempuan… Aku, Duke Griffith, bukan seorang pria yang bisa kau manipulasi hanya karena aku telah menikmati tubuhmu,” desis Hugh, menambah tajam setiap kata. “Aku bisa dengan mudah mendapatkan wanita sepertimu di jalanan, dan kau? Kau hanyalah satu dari mereka.”

Mendengar kata-kata itu, Atthy menahan tangis, namun keberanian mulai tumbuh di antara reruntuhan harga dirinya. “Kenapa kau harus berkata seperti itu padaku, di malam pertamaku sebagai istrimu? Apakah ini yang kau anggap pantas? Sudah tiga bulan sejak pernikahan kita, dan kau hampir tidak pernah menganggap keberadaan diriku. Apakah semua ini hanya permainan untuk menegaskan kekuasaanmu?”

Hugh terdiam sejenak. Wajahnya memperlihatkan keraguan yang cepat hilang, digantikan oleh sikap dingin. “Aku ingin kau mengerti, Atthaleyah. Aku ingin kau sadar akan posisimu, agar tidak terlena oleh gelar kosong. Aku memberimu kesempatan untuk mengakui siapa dirimu sebenarnya—Apa ambisimu?”

Atthy tak bisa menahan kemarahannya lagi. “Apakah salah jika aku berambisi memenangkan hati suamiku?! Jadi, kau katakan aku hanyalah alat dalam permainanmu? Bahwa keberadaan dan perasaanku tidak berarti apa-apa? Aku lelah menelan semua hinaan ini, dan malam ini, aku tidak akan diam saja.”

Mata Hugh menyipit, sesaat ia terlihat tersentak oleh keberanian dan kemarahan yang terpancar dari Atthy. “Apakah kau akan terus bersilat lidah denganku? Lalu, apakah kau siap meninggalkan pernikahan yang, sekurang-kurangnya, membawa kekuasaan dan kedudukan?”

Suasana semakin memanas. Atthy melangkah mendekat, tatapannya tajam bagaikan pedang. “Aku tahu apa yang aku inginkan. Aku ingin menentukan jalanku sendiri, hidup sesuai keinginanku, bukan berdasarkan ambisi dan aturan politikmu. Aku tidak akan mengorbankan harga diriku hanya untuk memenuhi ambisi palsu yang kau banggakan.”

Hugh terdiam, lalu berkata dengan suara serak, “Athaleyah Galina, penjelasanmu bertolak belakang dengan apa yang selama ini kupahami tentang dirimu. Namun, aku akan memberimu pilihan. Aku telah cukuo mendengar keinginanmu, kau bebas pergi dariku. Tidak perlu gunakan Raja sebagai alasan. Dengan kekuasaanku, aku pastikan kau tidak akan mendapat masalah di luar sini.”

“Aku akan pergi,” jawab Atthy dengan tegas, meski suara masih bergetar karena emosi. “Tapi kau harus berjanji. Janjikan padaku: jangan usik keluargaku, jangan sentuh mereka, biarkan mereka hidup dengan damai. Aku memilih jalan ini bukan untuk melukai, melainkan untuk kedamian keluargaku.”

Hugh terpaku sejenak, terkejut mendengar permintaan itu. Di balik sikap arogan yang biasa ia tunjukkan, sesaat tampak bayangan penyesalan yang samar—sebuah perasaan yang hampir membuatnya goyah. Namun, ego dan keinginan untuk mempertahankan kontrol segera menguasai dirinya. “Kau benar-benar keras kepala,” gumamnya, meski nadanya kini mengandung nada pertanyaan yang tidak bisa ia singkirkan.

“Benar,” jawab Atthy, menatap tajam, “dan justru keberanian inilah yang membuatku takkan terus hidup dalam bayang-bayangmu. Aku tidak akan menjadi bagian dari permainan kekuasaan yang hanya menghancurkan jati diriku.”

Beberapa saat kemudian, Atthy berbalik membelakangi Hugh. Kepalanya terasa berat, namun dia tidak bisa menahan keinginannya untuk pergi, mencari kedamaian, atau mungkin hanya untuk melarikan diri dari kenyataan yang begitu menyesakkan.

Hugh memandangnya dari kejauhan, menyadari bahwa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya—sesuatu yang lebih dari sekadar perasaan yang biasa. Ketika Atthy membelakanginya memperlihatkan punggungnya yang kesepian, Hugh memanggilnya dengan suara yang lebih pelan daripada sebelumnya.

''Atthaleyah...''

Atthy tidak menjawab. Hanya matanya yang bereaksi terhadap panggilan itu.

Hugh menarik napas pelan. Suaranya terdengar lebih dingin saat akhirnya ia berkata, "Jangan menyesal."

Atthy tersenyum tipis, tanpa sedikit pun goyah. "Jangan khawatir. Aku tidak akan."

Keangkuhan Hugh menolaknya untuk mengakui bahwa kali ini, firasatnya berteriak lebih keras dari sebelumnya. Bahwa bukan Atthy yang akan menyesal—melainkan dirinya sendiri.

---

Hugh membuka pintu kamarnya dengan gerakan tenang dan terkontrol, tetapi tatapannya langsung berubah tajam ketika melihat tiga pelayan pribadi Atthy berdiri kaku di depan.

Mereka sudah menunggunya.

Ketiganya berdiri dengan kepala tertunduk, tangan terlipat di depan, berusaha terlihat patuh. Namun, kegelisahan mereka terlalu jelas untuk disembunyikan.

"Pagi, Tuan Hugh," sapa Stela, mencoba tersenyum, meskipun bibirnya sedikit bergetar.

Hugh tidak menjawab.

Hanya sorot matanya yang menajam, menusuk seperti pedang, menelusuri ekspresi mereka satu per satu.

Stela langsung menunduk lebih dalam. Bela menggigit bibirnya, mencoba menahan kecemasan. Rosa, yang paling muda, sudah hampir kehilangan keseimbangan karena lututnya melemas.

Hening.

Ketegangan terasa menyesakkan, seakan udara di sekeliling mereka berubah lebih berat.

"Ada yang ingin kalian katakan?"

Suara Hugh terdengar datar, tetapi tekanan di baliknya begitu kuat hingga napas mereka tersendat.

Mereka saling pandang. Tak satu pun berani berbicara lebih dulu.

"Kami... hanya memastikan jika Duchess membutuhkan sesuatu," Bela akhirnya bersuara.

Kebohongan.

Terlalu rapi.

Hugh menghela napas perlahan. Ia tidak tertarik mendengar alasan mereka.

"Kalian seharusnya tahu..." Hugh berhenti sebentar, membiarkan kata-katanya menggantung di udara.

"...bahwa aku bukan pria yang bisa kalian bodohi untuk kedua kalinya."

Mereka membeku.

"Satu kesalahan lagi..." Hugh mendekat setengah langkah, cukup untuk membuat mereka mundur refleks.

"...dan tidak akan ada kesempatan ketiga."

Tatapannya tetap dingin, tidak ada kemarahan yang meledak-ledak—hanya keputusan mutlak yang tak terbantahkan.

Ketiganya kini tahu satu hal pasti.

Hugh Griffith tidak akan memberi mereka kesempatan lagi.

Tanpa menunggu reaksi mereka, Hugh melangkah melewati mereka, seolah mereka bukan siapa-siapa lagi baginya.

Ketiga pelayan itu tetap terdiam di tempatnya, tertahan dalam ketakutan yang kini terasa lebih nyata daripada sebelumnya.

---

"Tuanku, ada yang harus saya persiapkan?" tanya Helena, kepala pelayan, yang baru tiba dengan sigap.

"Panggil Alwyn ke ruanganku segera, dan juga Dr. Windfold untuk melihat kondisinya!" seru Hugh, suaranya tegas.

Helena sedikit terkejut. "Maaf, tuanku?!"

"Dia... Sepertinya terluka. Tidak... Dia memang terluka... Sudahlah! Kau urus saja dia!" suara Hugh semakin tegang. Ekspresinya tetap dingin, tetapi Helena menangkap sesuatu yang aneh—sebuah kecanggungan.

Helena mengernyit, bertanya dalam hati. Kenapa pria setenang gunung es ini tampak tersipu?

Namun, dia menyimpan rasa ingin tahunya. Profesionalitas adalah yang utama.

"Baik, tuanku," jawabnya, meskipun hatinya penuh tanda tanya. Namun, sesuatu dalam diri Hugh mulai menarik perhatiannya.

Helena beralih menatap ketiga pelayan pribadi Atthy yang masih berdiri cemas di depan kamar.

"Ada apa dengan mereka?" pikirnya. "Apa yang mereka sembunyikan sampai harus bicara hanya dengan tatapan mata?"

Namun, saat ini majikannya lebih utama.

"Apa lagi yang kalian tunggu?! Masuk!" perintahnya.

Begitu mereka masuk, ekspresi mereka berubah menjadi cemas. Helena tersentak ketika melihat kondisi kamar. Matanya membelalak, tangannya menutup mulut. Ruangan berantakan. Namun, lebih dari itu—penampakan Atthy membuat dadanya sesak.

"Ah, Duchess!" seru Helena, cepat mendekat. "Ada apa ini?"

Atthy menatapnya, matanya kosong tetapi tegas. Wajahnya memelas, seolah meminta pertolongan tanpa mengatakannya. Namun, di balik kepedihannya, ada harga diri yang tetap ia pertahankan.

Helena tahu, Atthy bukan wanita yang dengan mudah akan menerima simpati. Justru karena itu, melihatnya seperti ini jauh lebih menyakitkan.

"Duchess, saya akan sege—"

"Helena," potong Atthy, suaranya serak. "Tinggalkan aku... Tolong, biarkan aku sendiri."

Helena terdiam, terkejut dengan permintaan itu. Namun, melihat betapa rapuhnya Atthy, dia menahan dirinya dan menurut. Dengan berat hati, ia meninggalkan kamar itu, meskipun kecemasannya semakin menguat.

Keluar dari kamar, dia membawa ketiga pelayan Atthy bersamanya. Namun, ada sesuatu yang mengganjal. Pelayan-pelayan itu tampak gelisah, ketegangan masih tersisa di antara mereka.

Ada sesuatu yang tidak mereka katakan.

---

Saat menuju ruang makan, Helena bertemu Alwyn.

"Nyonya Helena!" panggil Alwyn, "Tolong berikan ini pada Duchess!" Ia menyerahkan amplop berisi dokumen.

Helena mengerutkan dahi. "Dokumen?" Namun, dia tetap menerimanya. "Tuan Alwyn, maaf, bisakah Anda bantu saya? Tolong panggilkan Dr. Sarah."

"Dokter Sarah?" Alwyn tampak waspada. "Duchess sakit?"

Helena mengangguk. "Ya, tolong segera lakukan."

Alwyn tidak bertanya lebih lanjut dan pergi. Namun, hati Helena semakin tidak tenang.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan Atthy?

---

Terdengar ketukan di pintu kamar Atthy.

"Duchess, saya masuk," kata Helena sebelum menyerahkan dokumen dari Alwyn.

"Duchess... Apa Anda baik-baik saja?" tanyanya, mencoba membaca ekspresi wanita itu.

Atthy tersenyum samar. "Aku baik-baik saja, Helena."

''Maaf Duchess, Tuan Alwyn menitipkan sebuah dokumen untuk Anda...'' ujar Helena m asih menjaga sikap profesionalnya.

Namun, saat melihat dokumen itu, ekspresi Atthy berubah. Sebuah senyum pahit terbentuk di bibirnya. Helena bisa melihatnya—mata Atthy tampak menangis, meskipun tidak ada air mata yang jatuh.

"Ada apa, Duchess?" tanya Helena waspada.

Atthy mengangkat dokumen itu, menatap Helena dengan mata kosong. "Aku sudah tidak punya gelar itu lagi. Hanya Atthaleyah Galina."

"Maaf, Duchess, saya tidak mengerti..."

"Tuanmu mengirimi aku berkas perceraian," ujar Atthy, mengacungkan surat cerai dari Hugh dengan ekspresi santai yang bertentangan dengan kesedihan di matanya.

"Apa?!" Helena terperangah, nyaris tidak percaya.

Ia bahkan lupa niat awalnya untuk mengajak Atthy makan siang. Pikirannya penuh amarah. Ingin rasanya ia segera menemui Hugh dan menuntut penjelasan.

Sebelum Atthy bisa menandatangani surat itu, tangan Helena spontan menahannya.

Wolfy

Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat) PAMANKU SUAMIKU (sudah tamat) MENJEMPUT ISTRIKU MANUSIA BUAS SINGA BETINA MILIKKU

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • MENJEMPUT ISTRIKU   002 Perpisahan

    **Bab 002: Perpisahan**Helena menatap dengan mata terbuka lebar saat melihat Atthy yang tampaknya begitu tenang meski dalam situasi yang sangat emosional. Tidak ada air mata yang keluar dari matanya, hanya ketenangan yang tampak begitu kontras dengan perasaan gelisah yang menguasai Helena. Tangan Helena masih menahan tangan Atthy yang menggenggam erat dokumen perceraian itu."Duchess..." suara Helena sedikit gemetar, "Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Tuan Hugh mengirimkan surat ini?"Atthy menarik napas panjang, matanya kosong sejenak seolah mencerna apa yang harus dikatakan. Wajahnya yang lembut terlihat begitu letih. Bahkan, dengan senyum pahit di bibirnya, Atthy tetap terlihat terjaga dalam keadaan hati yang hancur."Kau bertanya pada orang yang salah, Helena. Bahkan aku sendiri tidak tahu kenapa aku harus menerima semua perlakuan ini!""Karena itu, jangan gegabah!""Aku lelah, Helena... Aku ingin berhenti...""Tapi, Duch...""Helena!" panggil Atthy dengan tatapan tegas menegur

    Last Updated : 2022-11-12
  • MENJEMPUT ISTRIKU   003 Konspirasi

    **Bab 003: Konspirasi**Di waktu yang lain, jauh sebelum pernikahan Atthy.---Di dalam kediaman pribadi Ratu Silvia, suasana terasa berat, penuh perhitungan dan intrik yang tidak terucapkan. Ruangan besar yang dipenuhi furnitur kayu tua berwarna gelap ini jarang sekali menyambut pengunjung luar, hanya mereka yang memiliki peran signifikan dalam kerajaan yang diizinkan melangkah ke dalamnya. Hari ini, hanya ada tiga orang yang memenuhi ruangan tersebut. Grand Duke Margrave, Pangeran Davion, dan Ratu Silvia, wanita bangsawan yang memiliki pemikiran tajam dan ambisi yang besar."Skythia telah jatuh," kata Silvia, suaranya dalam dan berat, seolah mengandung beban yang terlalu besar untuk ditanggung sendirian. "Kemenangan Hugh Griffith adalah masalah yang tidak bisa kita abaikan. Kita tahu bahwa ini hanya permulaan. Skythia sudah dikuasainya, dan dia tidak akan berhenti di sana."Pangeran Davion duduk dengan tenang di kursi sebelah kanan kakeknya, memandangi Margrave dengan mata yang tajam

    Last Updated : 2022-11-12
  • MENJEMPUT ISTRIKU   004 Mencurigakan

    **Bab 004: Mencurigakan*******AWAL CERITA DIMULAI*****Kota Nauruan adalah sebuah kota besar di ujung perbatasan sebelah timur dari wilayah Kerajaan Xipil. Dari pusat Kota Nauruan, beralih ke sebuah wilayah yang masih dalam yurisdiksi Kota Nauruan. Wilayah ini sangat luas, lima belas kali lebih besar dari pusat kotanya sendiri.Caihina adalah sebuah wilayah tandus dan kering yang nyaris tidak tersentuh megahnya pusat Kota Nauruan. Wilayah terpencil ini memiliki belasan desa yang nasibnya kurang lebih sama. Desa-desa kecil yang sangat terisolasi, namun luasnya belasan kali lipat dari pusat kota. Wilayah ini terdiri dari gurun pasir dan sabana yang terlupakan oleh bangsawan yang memimpin kota, yaitu Count Veraga.Angga adalah salah satu desa dari jajaran sembilan desa terluar di wilayah Caihina, Kota Nauruan. Untuk mencapai pusat kota, diperlukan waktu sepuluh hari dengan kereta kuda karena medan yang sulit. Namun, jika berkuda, perjalanan itu dapat ditempuh dalam waktu lima hari. Des

    Last Updated : 2022-11-12
  • MENJEMPUT ISTRIKU   005 Utara dan Selatan

    **Bab 005: Utara dan Selatan**Sejak zaman dahulu, sistem hierarki sosial yang kental, baik dalam pemerintahan maupun masyarakat, memperburuk kesulitan rakyat jelata untuk keluar dari belenggu gurun pasir dan sabana yang keras.Awalnya, garam dan kulit hewan adalah komoditas utama yang menopang ekonomi Caihina. Namun, setelah ditemukan pertambangan besi, banyak masyarakat Caihina mulai mempelajari seni pandai besi. Kehidupan yang keras di wilayah ini memaksa mereka untuk menguasai berbagai keterampilan demi bertahan hidup.Berkat ketangguhan masyarakatnya, meski Caihina terpencil dan sering terlupakan oleh pemerintahan kerajaan, wilayah ini tetap mampu mandiri.Sebagian besar masyarakat Caihina sebenarnya tidak miskin. Namun, latar belakang mereka yang berasal dari rakyat jelata dan dikenal sebagai suku terbelakang membuat mereka selalu terpinggirkan. Padahal, garam dan kulit binatang dari Caihina sangat mahal di pasaran, meski sebagian besar orang luar tidak mengetahuinya.Awalnya, pe

    Last Updated : 2023-01-02
  • MENJEMPUT ISTRIKU   006 Keputusan

    **Bab 006: Keputusan**Semua persiapan pun dilakukan dengan cekatan untuk perjalanan ke pusat kota. Keluarga Galina, yang terbiasa hidup mandiri, sudah sangat mengerti dengan peran dan tugas masing-masing. Ketika Ash dan Ay pergi, pekerjaan di rumah menjadi dua kali lipat lebih berat bagi mereka yang ditinggalkan. Tanpa dua tenaga utama keluarga, segala sesuatu harus diselesaikan dengan lebih cepat dan efisien. Jika segala sesuatunya berjalan lancar, Ash dan Ay diperkirakan akan kembali dalam dua minggu, setelah menyelesaikan perjalanan pulang pergi dan menjual barang dagangan mereka. Karena itu, mereka yang tertinggal di rumah harus menggantikan beban yang hilang, bekerja lebih keras dari biasanya.Setiap kali berjualan ke pusat kota, penduduk gurun selalu melakukan konvoi demi alasan keamanan. Ash biasanya bergabung dengan beberapa warga dari desa tetangga yang juga membawa barang dagangan atau sekadar membeli kebutuhan di pusat kota Nauruan. Bahaya dari para bandit yang bersembunyi

    Last Updated : 2024-11-01
  • MENJEMPUT ISTRIKU   007 Dengki

    **Bab 007 Dengki**Ruangan itu dipenuhi dengan hiasan yang mencerminkan kekuasaan yang telah dibangun selama bertahun-tahun. Jendela besar menghadap lanskap yang luas, namun ruangannya terasa terkendali, seperti hidup dalam bayangan kekuatan yang tak pernah padam. Meja panjang di tengah ruangan itu dikelilingi oleh kursi-kursi dengan ukiran halus, semuanya menunjukkan kemewahan yang tak tergoyahkan. Namun, di balik keindahan tersebut, ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan.Margrave duduk dengan tenang di kursinya, matanya yang tajam menatap Davion yang berdiri di seberang meja. Keduanya berada dalam ruang ini, satu-satunya tempat di mana mereka dapat berbicara tanpa gangguan, meski kedekatan mereka sebagai keluarga terasa semakin renggang. Margrave lebih tua, lebih bijaksana, namun ketenangan itu terkadang menyembunyikan ambisi yang lebih besar. Sementara itu, Davion, cucunya yang lebih muda, lebih terang-terangan, lebih cepat berbicara dan lebih cepat bertindak."Jadi, apa yang h

    Last Updated : 2024-11-08
  • MENJEMPUT ISTRIKU   008 Billy Kutcher

    **Bab 008 Billy Kutcher**Akhirnya, hari yang selama ini dikhawatirkan oleh keluarga Rowt tiba. Hari yang datang lebih cepat dari perkiraan, seminggu lebih awal dari waktu yang mereka kira.Baru tiga hari yang lalu, mereka masih membicarakan masalah ini dengan penuh cemas. Namun tiba-tiba, rombongan utusan itu muncul di depan rumah mereka, seakan-akan hari ini adalah titik balik dari segala kekhawatiran. Ini membuat Rowt dan keluarganya semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di balik lamaran ini, sesuatu yang tidak mereka pahami. Hanya saja, Rowt tidak bisa membayangkan apa yang bisa didapatkan dari keluarga mereka dengan melibatkan diri dalam permainan ini. Mereka adalah keluarga bangsawan miskin dengan gelar yang sudah mulai luntur. Seperti yang selalu mereka katakan, sangat tidak masuk akal jika dilihat dari segala aspek.Rombongan utusan yang membawa calon mempelai wanita tiba dengan sebuah kereta kuda yang dikelilingi oleh beberapa ksatria berkuda. Mereka datang pagi itu

    Last Updated : 2024-11-15
  • MENJEMPUT ISTRIKU   009 Stela, Bela, dan Rosa

    **Bab 009 Stela, Bela, dan Rosa.**---Ash dan Rowt akhirnya pasrah, tidak mampu lagi menahan keputusan Atthy yang sudah mantap.Atthy bukanlah tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja. Ia sudah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum kepergian Laura yang terlalu cepat, dan juga dari Ash, ayahnya, selama ini.Atthy tumbuh sebagai gadis yang dibesarkan dalam kehidupan rakyat jelata, jauh dari kemewahan. Namun, pengetahuan yang dimiliki Atthy melebihi banyak gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy memiliki kualitas yang tidak dapat dipandang sebelah mata, dan Ash sangat memahaminya. Bahkan, dalam setiap pandangan Ash terhadap Atthy, ada rasa bersalah yang mendalam, terutama ketika ia mengingat bagaimana Laura, istrinya, dengan sabar melatih dan mendidik Atthy untuk menjadi seorang Lady yang terhormat. Laura percaya bahwa suatu saat, Atthy akan menjalani hidup yang lebih baik seperti yang seharusnya dijalani seorang bangsawan p

    Last Updated : 2024-11-22

Latest chapter

  • MENJEMPUT ISTRIKU   038 Naira 2

    **Bab 038 Naira 2**Lorong-lorong Manor Eldoria terasa lebih sepi dari biasanya. Udara dingin yang meresap melalui jendela-jendela besar menciptakan kesan suram yang semakin mempertegas kekhawatiran Karl. Langkahnya mantap dan tergesa, diikuti oleh Atthy yang tetap mempertahankan ketenangannya. Namun, sorot matanya menunjukkan bahwa dia sudah mulai menilai situasi dengan lebih dalam."Lorong barat ini masih belum sepenuhnya difungsikan, bukan?" tanya Atthy, suaranya tidak terlalu tinggi, tetapi cukup jelas untuk didengar Karl.Karl mengangguk tanpa memperlambat langkah. "Benar. Banyak ruangan di sini masih kosong atau belum sepenuhnya ditata. Jika Naira tersesat di salah satu dari mereka..."Karl tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi Atthy memahami maksudnya. Seorang anak berusia lima tahun yang tersesat di tempat yang belum dikenalnya bisa berarti banyak hal—dan tidak semuanya baik.Mereka menyusuri lorong dengan lebih hati-hati. Karl membuka beberapa pintu yang tidak terkunci, hany

  • MENJEMPUT ISTRIKU   037 Naira

    **Bab 037 Naira**Pagi di Manor Eldoria masih diselimuti udara sejuk ketika latihan Karl dan Nathan memasuki tahap berikutnya. Matahari mulai meninggi, tetapi hawa dingin khas wilayah utara tetap terasa. Di halaman utama, Karl dan Nathan berdiri di posisi masing-masing, siap melanjutkan sesi latihan mereka di bawah pengawasan ketat para pelatih.Karl sudah menunjukkan perkembangan yang baik sejak awal latihan. Tubuhnya bergerak dengan keseimbangan sempurna, matanya fokus, dan setiap gerakan pedangnya semakin tajam. Ia mulai terbiasa dengan pola serangan dan pertahanan yang diberikan oleh pelatihnya.Di sisi lain, Nathan masih berusaha menyesuaikan diri dengan ritme latihan. Langkahnya kadang ragu, tetapi ada semangat dalam sorot matanya. Meskipun tubuhnya masih terlalu kecil untuk menghadapi tantangan fisik yang berat, dia terus berusaha meniru gerakan Karl dengan caranya sendiri.Atthy dan Naira duduk di bangku penonton, mengamati latihan dengan saksama. Jika sebelumnya Naira lebih b

  • MENJEMPUT ISTRIKU   036 Naira membuka diri

    **Bab 036 Naira membuka diri**Latihan dimulai lebih awal di halaman utama Manor Eldoria. Udara pagi masih sejuk, angin berhembus perlahan, membawa aroma tanah yang sedikit lembap. Atthy dan Naira sudah duduk di bangku penonton, memperhatikan Karl dan Nathan yang berdiri di tengah lapangan bersama pelatih mereka.Pelatih utama, seorang pria bertubuh tegap dengan sorot mata tajam, berdiri dengan postur tegas. Di sampingnya, seorang asisten yang lebih muda siap membantu Nathan dalam latihannya."Tuan Muda Karl, kita mulai dengan latihan refleks dan keseimbangan," ujar pelatih utama.Karl mengangguk mantap, langkahnya sudah menunjukkan kesiapan. Ia mengambil posisi, menyeimbangkan tubuhnya sebelum mulai mengikuti arahan pelatih. Tubuhnya bergerak lincah, menghindari pukulan ringan yang diarahkan padanya, meningkatkan ketajaman refleksnya.Sementara itu, Nathan mendapatkan arahan dari asisten pelatih. "Tuan Muda Nathan, kita akan berlatih ketahanan fisik hari ini. Mulai dengan berlari men

  • MENJEMPUT ISTRIKU   035 Mengenal

    **Bab 035 Mengenal**Setelah kepergian Vadim ke ibu kota, Manor Eldoria kembali pada ritme kesehariannya. Namun, bagi Atthy, ini bukan tempat yang bisa dia klaim sebagai miliknya—setidaknya belum.Saat mereka mencapai aula utama, suara langkah-langkah kecil terdengar. Karl, Nathan, dan Naira memasuki ruangan dengan langkah anggun yang sudah tertanam sejak kecil. Mata mereka mengamati sekeliling, tetapi tidak ada tanda-tanda antusiasme yang mencolok."Selamat pagi," sapa Atthy dengan tenang, memilih nada yang tidak terlalu akrab tetapi juga tidak dingin.Karl mengangguk sopan. "Selamat pagi, Duchess."Atthy menyesap tehnya sebelum bertanya, "Bagaimana perasaan kalian di hari pertama di Manor ini?"Nathan melirik sekeliling, ekspresinya campuran antara penasaran dan kebingungan. "Manor ini... berbeda dari kastil kakek," katanya pelan.Atthy menatapnya dengan penuh perhatian. "Apa yang membuatnya berbeda menurutmu?"Nathan mengaduk makanannya sebelum menjawab. "Lebih sunyi... dan rasanya

  • MENJEMPUT ISTRIKU   034 Penyambutan dan Perpisahan

    **Bab 034 Penyambutan dan Perpisahan**Langit di luar Manor Eldoria telah sepenuhnya gelap ketika makan malam disajikan di ruang utama. Meja panjang yang dihiasi lilin-lilin elegan dan peralatan makan perak mencerminkan keagungan keluarga Griffith. Pelayan bergerak dengan tenang dan terlatih, memastikan segala sesuatunya berjalan sempurna.Atthy duduk di tempatnya, berhadapan langsung dengan Vadim. Di sisi kanan Vadim duduk Karl, dengan sikap anggun dan penuh tata krama seperti yang diajarkan padanya sejak kecil. Nathan dan Naira duduk bersebelahan di sisi kiri, dengan Nathan yang tampak lebih santai, sementara Naira tetap diam, matanya mengamati setiap gerakan di sekitarnya.Vadim mengangkat gelas anggurnya sedikit, sebuah gestur sederhana namun sarat makna. "Semoga malam ini menjadi awal yang baik bagi kalian semua di Manor Eldoria."Karl mengikuti dengan anggukan kecil, sementara Nathan dan Naira memperhatikan, belajar dari sikap kakek mereka.Makan malam dimulai dengan hidangan pe

  • MENJEMPUT ISTRIKU   033 Vadim Griffith

    **Bab 033 Vadim Griffith**TOK TOK TOKHelena membuka pintu dan membiarkan pelayan masuk dengan membawa hidangan sebagai jamuan untuk menyambut tamu kehormatan.''Silahkan Grand Duke...'' ujar Helena menyuguhkan segelas minuman.''Kum's,'' ujar Vadim ketika menerima segelas susu kuda fermentasi yang mengandung alkohol, ''Kau tahu apa yang aku butuhkan Helena.''''Anda baru saja datang,'' jawab Helena dengan sopan, ''Di luar angin sedang bertiup kencang tentu Anda menginginkan sesuatu yang untuk menghangatkan diri.''''Terima kasih, Helena.''Atthy cukup terkejut dengan apa yang baru saja di dengarnya. Seorang Grand Duke berterima kasih dengan cara yang ramah pada pelayan. Tentu hal itu memberikan nilai plus dalam benak Atthy untuk ayah mertuanya.''Duchess, aku datang untuk meminta bantuanmu...''''Bantuan?!'' sahut Atthy terkejut.''Apa kau tahu bagaimana menangani anak-anak?'' tanya Vadim dengan santai.''Saya punya cukup pengalaman, tapi tidak tahu apakah itu cukup...''''Boleh aku

  • MENJEMPUT ISTRIKU   032 Perkenalan

    **Bab 032 Perkenalan**Grand Duke Vadim Griffith duduk di kursi yang disediakan dengan ketenangan khasnya, memandang Atthy yang berdiri di depan pintu. Sebuah senyum tipis terlukis di wajahnya yang tampak seperti mengukur situasi. Ketika Atthy masuk, ia langsung memberi hormat."Yang mulia Grand Duke Vadim Griffith," panggil Atthy dengan nada sopan, seolah menegaskan betapa pentingnya pertemuan mereka ini. "Maafkan saya karena baru dapat menyapa Anda hari ini."Vadim mengangkat alisnya, seolah tak terkejut dengan permohonan maaf tersebut. "Hmm, tidak masalah. Aku paham alasan di balik keterlambatanmu," jawab Vadim dengan suara rendah, mengandung makna yang tak mudah dibaca.Atthy menatapnya bingung, merasakan ketegangan di udara. "Maaf?"Vadim tersenyum, seolah menikmati kebingungannya. "Putraku, suamimu, pria yang begitu sibuk hingga tak sempat berpamitan di hari pertama pernikahannya. Sebagai ayahnya, aku yang harus meminta maaf padamu, karena tidak mendidiknya dengan baik."Mendeng

  • MENJEMPUT ISTRIKU   031 Rencana Tiga Pelayan

    **Bab 031 Rencana tiga pelayan**''Kapan aku pernah memberi perintah pada kalian?!''''Maafkan kami Duchess, kami hanya ingin Anda mendapat perlakuan pantas sebagai seorang Duchess...''''Apa aku pernah mengeluh pada kalian kalau aku mendapat perlakuan yang tidak pantas di sini?!''Stela, Rosa dan bela diam tidak bisa menjawab pertanyaan Atthy.''Jawab aku!'' seru Atthy memberi perintah dengan tegas, ''Apa kalian tiba-tiba menjadi bisu sekarang?!''''Tidak Duchess, maafkan kami...''Stela, Rosa dan Bela segera menjawab dengan suara bergetar karena merasa takut.Rosa masih sangat muda, dia tidak begitu memperhatikan perubahan pada aura Atthy karena sejak awal dia telah terintimidasi oleh seorang bangsawan muda.Stela, Rosa dan Bela hanya bertemu Atthy di awal sebelum naik kereta dan baru bicara lagi hari ini. Karena sebelumnya mereka di rawat karena sakit.Stela dan Bela yang lebih senior dan lebih dewasa tentunya. Mereka berdua terkejut dengan aura Atthy hingga membuat mereka gemetar.

  • MENJEMPUT ISTRIKU   030 Helena Whitmore

    **Bab 030 Helena Whitmore**#Kembali ke masa sekarangHelena membenarkan kalau ''Lady Galina'' di hadapannya memang palsu, bukan ''Lady Galina'' sebagaimana yang tertera dalam laporan. Tapi, dia juga memastikan satu hal lagi, ''Lady Galina'' di hadapannya, adalah seorang tegas tapi tulus. Dan itu, membuat pertanyaan baru dalam benak Helena.''Lady Galina, dia masih sangat muda tapi... aku cukup yakin, dia bukan seorang pembohong. Lalu, bagaimana dia bisa terlibat dalam hal ini?!'' tanya Helena di dalam hatinya, ''Dia palsu tapi selama beberapa hari ini, di bagian mananya yang akting?! Mungkinkah laporan yang datang pada Alwyn salah?! Aku tidak merasa kalau dia berbohong kalau dia adalah Athaleyah Galina...''''Kepala pelayan Manor Duke Griffith, Helena Whitmore...'' panggil Atthy dengan suara tegas dan lebih keras, ''Apa kau sudah kembali ke dunia nyata?''''Ha?!'' sahut Helena yang masing kebingungan, ''Ah, maafkan saya Duchess... Ada apa?''''Helena, pekerjaanmu pasti sangat berat..

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status