Home / Romansa / MENJEMPUT ISTRIKU / 001 Duka di malam pertama

Share

MENJEMPUT ISTRIKU
MENJEMPUT ISTRIKU
Author: Wolfy

001 Duka di malam pertama

Author: Wolfy
last update Last Updated: 2022-09-26 16:34:05

**Bab 001 Duka di Malam Pertama**

Atthy menatap suaminya, Duke Hugh Griffith, dengan mata yang terbuka lebar, berusaha mencerna setiap kata yang baru saja terlontar dari mulutnya. Kamar tidur yang luas dan penuh kemewahan kini terasa sangat sempit, sesak dengan ketegangan yang hampir tidak bisa ditahan. Hugh, pria yang seharusnya menjadi pelindung dan pasangan hidupnya, malah berdiri dengan santainya di dekat lemari pakaian, menyusun helai demi helai pakaian yang tercecer di lantai, seakan tak ada yang penting di dunia ini selain dirinya sendiri.

''Kau hanya seorang wanita bodoh... Kau terlalu tinggi berpikir tentang dirimu. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang melemparkan dirinya pada pria di jalanan setiap malam hanya untuk sekantung uang,'' ujar Hugh, suaranya terdengar datar, seperti tidak peduli sedikit pun dengan perasaan Atthy.

Kata-kata itu seperti pisau yang menusuk jantung Atthy, membuat tubuhnya bergetar hebat. Tidak ada kemarahan yang terluapkan, hanya rasa hancur yang dalam. Dia ingin berteriak, ingin melawan, tetapi otaknya membisikinya untuk tetap tenang. Ini adalah pernikahannya. Meskipun hubungan mereka hanyalah sekadar suami istri di atas kertas, Atthy tahu betul bahwa pernikahan ini bukanlah hal yang bisa dia anggap remeh. Keluarganya berharap banyak padanya, dan dia tidak boleh menghancurkan harapan itu. Namun, di malam pertama mereka, semuanya terasa berbeda dari yang dia bayangkan.

Malam pertama seharusnya menjadi sebuah kenangan indah, seperti yang diceritakan oleh banyak gadis muda yang bercita-cita menikah. Tapi Atthy, wanita berambut merah dengan kulit gelap yang eksotis, tidak merasakan kebahagiaan itu. Sebaliknya, dia merasa terjatuh dalam sebuah lembah kesendirian yang sangat dalam. Kata-kata suaminya itu terus menghantui pikirannya. Atthy menatap lembaran hidupnya yang hancur dengan pandangan kosong, mencoba menyembunyikan air mata yang hampir menetes di pelupuk matanya.

''Kau puas sekarang, setelah tidur denganku?'' Hugh bertanya dengan nada dingin, memperlihatkan kesombongan yang jelas terlihat dalam sorot matanya. Dia masih belum menyadari betapa kata-katanya telah melukai Atthy. Atau, mungkin dia tidak peduli sama sekali.

Suasana kamar tidur yang mewah kini terasa sangat suram bagi Atthy. Suhu di luar jendela yang membeku tak lebih dingin dari sikap suaminya. Kamar yang penuh dengan barang-barang eksklusif kini hanya terasa sebagai tempat yang mengekang, yang memaksa Atthy untuk terdiam, menderita, dan berperang dengan perasaan dalam dirinya. Atthy menahan sakit yang hampir melumpuhkan tubuhnya, seakan-akan seluruh tubuhnya dibalut rasa nyeri yang begitu menyiksa.

''Kau pikir dengan tidur denganku, kau bisa menguasaiku?! Perempuan... Aku adalah Duke Griffith, wanita sepertimu bukanlah hal spesial. Aku bisa dengan mudah mendapatkan wanita sepertimu di jalanan...''

Setiap kata yang diucapkan Hugh semakin meruntuhkan semangat Atthy. Kenapa dia harus mendengarnya? Kenapa kata-kata itu harus datang dari suaminya sendiri? Setiap kalimat yang terucap, menghancurkan harga dirinya, mengoyak sisa-sisa harapan yang masih ada dalam hatinya.

Atthy menatap suaminya dengan tatapan tajam, perasaan kecewa yang sangat dalam terlihat jelas di wajahnya. Sudah hampir tiga bulan mereka menikah, dan selama itu pula, Hugh tidak pernah sekali pun meliriknya, apalagi menunjukkan rasa sayang. Perasaan itu selalu tertutup oleh sikap acuh tak acuh Hugh, yang seolah menganggap Atthy hanyalah seorang wanita biasa yang tidak layak mendapat perhatian lebih.

''Kenapa kau katakan semua itu padaku?'' Atthy bertanya dengan suara bergetar, namun matanya memancarkan keberanian. Dia tidak bisa diam lagi. Tidak bisa terus menerus menerima hinaan ini. ''Apakah itu kata-kata yang pantas diucapkan seorang suami pada istrinya di malam pertamanya?!''

Malam itu, Atthy merasa ada yang pecah dalam dirinya. Selama ini dia berusaha bersabar, mencoba memahami bahwa pernikahan ini bukanlah yang dia harapkan. Juga bukan yang diinginkan oleh Hugh, karena pernikahan ini adalah rekomendasi raja.

Hugh menatapnya dengan dingin. ''Karena aku ingin memperjelas posisimu.''

''Posisi yang mana?!'' tegur Atthy tajam.

''Posisi yang membuatmu bangga hingga melupakan dari mana asalmu. Kau hanyalah seorang Duchess di atas kertas!''

''Yang terhormat Duke Hugh Ethan Griffith...'' panggil Atthy dengan nada tajam.

Hugh bereaksi tapi hanya matanya yang berkedut. Tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu yang seperti menghunjam dadanya saat melihat sorot mata Atthy yang terluka.

Kata-kata Hugh mengingatkan statusnya, seperti tamparan bagi Atthy. Tiga bulan pernikahan mereka, dan dia hanya dianggap sebagai ''kedudukan di atas kertas''. Tidak lebih dari itu. Hatinya semakin hancur, namun dia berusaha untuk tetap tegar. Dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya di depan Hugh.

''Seperti itukah kau melihatku selama ini?!'' Atthy bertanya dengan suara yang semakin meninggi, tidak bisa lagi menahan emosinya.

''Haruskah aku juga menjelaskan itu padamu?!''

''Ya!'' jawab Atthy dengan tegas, sorot matanya tajam menantang Hugh. ''Seperti katamu, aku adalah wanita bodoh yang tidak tahu diri, tentu saja harus secara jelas dan gamblang agar aku bisa mengerti.''

Kata-kata itu datang begitu cepat, dengan keberanian yang luar biasa. Atthy merasa terhina, namun dalam rasa sakit itu, dia menemukan keberanian yang sebelumnya tidak dia miliki. Dia ingin Hugh tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Bukan sekadar wanita murahan yang hanya bisa dipandang sebelah mata.

''Kedudukanmu sebagai seorang Duchess, wanita yang berada di posisi sebagai istriku, aku ingin kau menyadarinya, bahwa tidak ada yang bisa kau manfaatkan dari itu semua. Seperti halnya gelar kebangsawananmu, gelarmu sebagai Duchess hanya di atas kertas... Kau tak lebih hanya seorang bangsawan jatuh yang memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh orang-orang berotak dangkal yang memanfaatkanmu. Ayahmu hanya seorang ambisius yang tidak tahu di mana dia harus menempatkan dirinya sampai dia harus menjual anak perempuannya...''

Kata-kata Hugh semakin tajam, namun Atthy tidak bisa lagi mundur. Selama ini dia diam, menerima apapun yang diberikan Hugh, tetapi malam ini adalah titik balik. Dia tidak akan diam lagi.

''Yang terhormat Duke Hugh Griffith...'' Atthy memotong ucapan suaminya dengan berani, meskipun suaranya bergetar, namun sorot matanya tetap tajam. ''Anda harus tahu!... Pertama, ayahku tidak pernah menjualku, dan yang kedua... Harta dan kedudukan. Baik aku atau keluargaku tidak membutuhkan semua itu. Tidak sekali pun, kami akan menjual harga diri kami hanya demi ambisi palsu seperti yang kau banggakan...''

Hugh terdiam sejenak, matanya terbuka lebar, terkejut dengan apa yang dia lihat dari Atthy saat ini. Aura yang tajam, sorot mata yang tegas, meski jelas memperlihatkan betapa dia sedang terluka. Tubuhnya yang bergetar dengan suaranya yang berat. Semua itu menunjukkan betapa jelas amarah yang sedang di tahan olehnya. Dari lubuk hatinya, Hugh mengetahui bahwa Atthy tidak sedang berakting.

''Athaleyah Galina, penjelasanmu berbanding terbalik dengan apa yang aku baca dan aku dengar. Tapi, aku memberimu kesempatan. Kalau memang seperti yang kau katakan padaku barusan, kau bebas pergi dariku. Tidak perlu menjadikan Raja sebagai alasan, dengan kekuasaan yang aku miliki, aku yakinkan padamu, bahwa kau tidak akan mendapat masalah. Kapan pun kau mau, aku tidak akan pernah menghalangimu,'' ujar Hugh dengan nada menantang, seolah melemparkan pilihan pada Atthy.

Atthy terdiam. Apakah dia harus pergi? Meninggalkan suaminya yang sama sekali tidak menginginkan dirinya? Atau tetap bertahan dalam pernikahan politik yang diatur tanpa keinginannya?

''Aku akan pergi, tapi berjanjilah padaku!'' seru Atthy setelah menyunggingkan senyum pahit pada suaminya. ''Tepati janjimu! Jangan usik mereka, jangan sentuh mereka, jangan ganggu mereka, biarkan mereka hidup sebagaimana biasanya! Hanya itu permintaanku...''

Hugh terperanjat mendengar permintaan itu. Sesuatu dalam dirinya mulai goyah, namun egonya masih lebih besar. Namun di balik itu semua, dia mulai merasa kehilangan kendali atas kontrol di hatinya. Ada perasaan tidak nyaman tapi ego, membuatnya bergeming melihat betapa menderitanya Atthy.

Hugh berdiri tegak, menatap Atthy dengan tatapan yang sulit dipahami. Ada sedikit perubahan dalam ekspresinya—sesuatu yang hampir mirip dengan perasaan yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata. Namun, sorot matanya terlihat dingin meski penuh tanda tanya. Hanya ada dingin yang memancar dari setiap gerak tubuhnya, seolah-olah tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Atthy setelah malam ini.

''Aku akui, aku tidak pernah berpikir kau akan berkata begitu,'' kata Hugh, nada suaranya lebih rendah dari sebelumnya, seperti mencoba meresapi kata-katanya. ''Athaleyah Galina...'' Dia menatapnya lagi, menilai setiap detail dari wajah Atthy, seakan-akan mencoba memecahkan misteri di balik wanita ini. ''Aku memberi kesempatan untuk mengakuinya... Katakan, maka kau tidak lagi perlu berlama-lama dalam permainan ini.''

Hugh melangkah maju, dan Atthy bisa merasakan kehadirannya yang mendominasi ruangan. Namun kali ini, dia tidak mundur. Tidak seperti malam-malam sebelumnya, dia tidak lagi merasa takut atau terintimidasi oleh Hugh yang seolah-olah selalu menguasai ruang itu.

''Permainan... ?! Aku tidak peduli. Aku tidak ingin hidupku terikat padamu,'' jawab Atthy dengan tegas, meskipun hatinya berdebar. ''Kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan dengan hidupmu, tapi aku tidak akan pernah menjadi bagian dari permainanmu yang tak berarti ini.''

Hugh mengangkat alisnya, seakan tak percaya dengan kata-kata yang baru saja keluar dari mulut istrinya. ''Jadi, kau benar-benar ingin pergi?'' tanyanya, masih dengan nada meremehkan. Tapi di balik tatapan itu, ada ketidakpastian yang samar, yang mungkin Hugh sendiri tidak sepenuhnya sadari. ''Kau pikir hidup di luar sana akan jauh lebih baik? Tanpa perlindungan, tanpa kekayaan, tanpa kedudukan?''

Atthy tidak menjawab langsung. Matanya tertuju pada jendela besar yang menghadap ke taman belakang, tempat di mana malam ini terasa lebih gelap dari biasanya. Hanya ada suara desiran angin yang memasuki ruangan, seolah turut menyelimuti perasaan hampa yang melanda hatinya. Apa yang bisa dia harapkan dari dunia luar? Tidak ada. Tetapi dia tidak bisa terus terperangkap dalam kehidupan semacam ini, di bawah bayang-bayang Hugh yang tidak pernah menganggapnya lebih dari sekadar batu loncatan untuk keinginannya sendiri.

''Aku tahu apa yang aku inginkan. Aku ingin memilih jalanku sendiri. Aku ingin hidup dengan cara yang aku tentukan, bukan berdasarkan aturan yang dibuat oleh orang lain. Bukan berdasarkan kehendakmu.'' Suaranya kali ini lebih lembut, namun penuh ketegasan. ''Aku tidak akan pernah mengorbankan diriku lebih jauh lagi hanya untuk memenuhi ambisi yang tak jelas.''

Hugh menatapnya untuk waktu yang lama, tanpa kata. Sesuatu yang lebih dalam mulai bergulir di dalam dirinya, sesuatu yang dia sendiri tidak dapat ungkapkan. Namun, seperti biasanya, dia menahan semuanya. Tidak ada penyesalan di sana. Tidak ada rasa bersalah yang muncul, hanya kekosongan yang mulai merayapi hatinya.

''Kau benar-benar wanita yang keras kepala,'' kata Hugh, akhirnya, dengan nada yang lebih ringan. Tentu saja, dia masih tidak bisa sepenuhnya menerima kenyataan ini. Namun, dia tidak bisa menahan rasa penasaran yang mulai tumbuh dalam dirinya, meskipun itu adalah perasaan yang sangat mengganggu. Dia ingin tahu lebih banyak tentang wanita yang kini berdiri di depannya—wanita yang begitu tegas, yang bisa berbicara dengan percaya diri meskipun dihadapkan dengan suaminya yang terhormat.

''Asal kau tahu,'' jawab Atthy dengan senyum tipis, ''Hal itulah yang membuatku bertahan selama ini.''

Kedua pasangan itu terdiam, dengan jarak yang semakin melebar. Tidak ada kata-kata yang keluar lagi. Hugh berjalan menuju pintu, matanya menatap kosong ke depan, berpikir tentang semua yang telah terjadi. Atthy tetap berdiri di sisi tempat tidur, berbalut selimut menutupi tubuhnya yang tidak mengenakan apa pun, mengamati suaminya yang tampaknya masih bingung dengan dirinya.

Saat itu, Atthy merasakan ketegangan yang semakin memuncak di dalam dirinya. Dia tahu bahwa malam ini bukanlah akhir dari segalanya. Malah, ini baru permulaan dari perjalanan yang penuh tantangan.

Beberapa saat kemudian, Atthy berbalik membelakangi Hugh. Kepalanya terasa berat, namun dia tidak bisa menahan keinginannya untuk pergi, mencari kedamaian, atau mungkin hanya untuk melarikan diri dari kenyataan yang begitu menyesakkan.

Hugh memandangnya dari kejauhan, menyadari bahwa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya—sesuatu yang lebih dari sekadar perasaan yang biasa. Ketika Atthy membelakanginya memperlihatkan punggungnya yang kesepian, Hugh memanggilnya dengan suara yang lebih pelan daripada sebelumnya.

''Atthaleyah...''

Atthy berhenti sejenak, menoleh sedikit ke arah Hugh. Ada ketegangan yang bisa dirasakan, namun dia tetap diam, menunggu kata-kata selanjutnya.

''Kau masih bisa tinggal... jika itu yang kau inginkan. Aku akan memberi waktu.'' Suaranya terdengar lebih lembut, seperti dia mencoba mengulurkan tangan, meskipun dia tidak tahu apa yang sebenarnya dia tawarkan.

Atthy terdiam, tidak langsung menjawab. Apakah ini kesempatan untuk memperbaiki semuanya? Atau apakah ini hanya sebuah jebakan yang lebih besar lagi? Namun, dalam hati kecilnya, Atthy tahu bahwa jawaban itu tidak akan datang dari luar dirinya. Jawabannya sudah ada di dalam dirinya sendiri, tinggal bagaimana dia memilih untuk menjalani hidupnya selanjutnya.

Akhirnya, Hugh menutup pintu dengan lembut. Hatinya berdebar, dan ada rasa kosong yang tidak bisa dia artikan. Malam itu, meskipun tubuhnya lelah, pikirannya masih terus berputar, mencoba mencari arah untuk langkah-langkah selanjutnya.

Wolfy

Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat) PAMANKU SUAMIKU (sudah tamat) MENJEMPUT ISTRIKU MANUSIA BUAS SINGA BETINA MILIKKU

| Like

Related chapters

  • MENJEMPUT ISTRIKU   002 Gelar Duchess

    **Bab 002 Gelar Duchess**Di luar ruangan, tiga pelayan pribadi Atthy menunggu, gelisah. Mereka segera menunduk memberikan salam ketika Hugh keluar dari kamar Atthy. Ada kesan aneh di wajah mereka, suatu perasaan yang sulit untuk dipahami, meski jelas terlihat bahwa mereka tidak bisa menahan rasa penasaran dan kebingungannya. Suasana pagi itu tampak penuh dengan rahasia yang belum terungkap. Apalagi, baru saja Hugh dan Atthy, majikan mereka, menghabiskan malam bersama untuk pertama kalinya setelah tiga bulan masa pernikahan mereka yang terkesan dingin."Tuanku, apa ada hal yang harus saya persiapkan?" tanya Helena, kepala pelayan yang baru saja tiba dan dengan sigap mendekat."Panggil Alwyn ke ruanganku segera, dan juga panggil Dr. Windfold untuk melihat kondisinya!" seru Hugh dengan nada perintah yang keras.Helena sedikit terkejut. "Maaf, tuanku?!""Dia... Sepertinya terluka. Tidak... Dia memang terluka... Sudahlah! Kau urus saja dia!" seru Hugh dengan suara yang semakin tegang. Mesk

    Last Updated : 2022-11-12
  • MENJEMPUT ISTRIKU   003 Dokumen perceraian

    **Bab 003 Dokumen Perceraian**Helena menatap dengan mata terbuka lebar saat melihat Atthy yang tampaknya begitu tenang meski dalam situasi yang sangat emosional. Tidak ada air mata yang keluar dari matanya, hanya ketenangan yang tampak begitu kontras dengan perasaan gelisah yang menguasai Helena. Tangan Helena masih menahan tangan Atthy yang menggenggam erat dokumen perceraian itu."Duchess..." suara Helena sedikit gemetar, "Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Tuan Hugh mengirimkan surat ini?"Atthy menarik napas panjang, matanya kosong sejenak seolah mencerna apa yang harus dikatakan. Wajahnya yang lembut dan cantik terlihat begitu letih. Bahkan, dengan senyum pahit di bibirnya, Atthy tetap terlihat terjaga dalam keadaan hati yang hancur.''Kau bertanya pada orang yang salah Helena, bahkan aku sendiri tidak tahu kenapa aku harus menerima semua perlakuan ini?!''''Karena itu, jangan gegabah!''''Aku lelah Helena... Aku ingin berhenti...''''Tapi, Duch...''''Helena!'' panggil Atthy d

    Last Updated : 2022-11-12
  • MENJEMPUT ISTRIKU   004 Kekacauan di ruangan Alwyn

    **Bab 004 Kekacauan di Ruangan Alwyn**Selama berada di Manor, Atthy nyaris tidak pernah mengeluh. Nyonya muda yang tenang, seorang wanita rumahan. Menjaga jarak dari hiruk-pikuk sekitar. Tapi, ketika benar-benar diperlukan, Atthy akan melakukan apa yang perlu bahkan keluar dari Manor. Sebagian besar waktunya dihabiskan di dalam, menikmati ketenangan dengan penuh tanggung jawab. Hal ini cukup mengejutkan bagi sebagian besar penghuni Manor. Karena sangat kontra dengan isu mengenai wanita yang akan menjadi istri Duke Hugh Griffith, tapi kenyataannya Atthy jauh berbeda dari yang dibayangkan banyak orang. Seorang sosialita yang punya banyak kisah cinta.Para penghuni Manor awalnya tidak menyukai kehadiran Atthy. Mereka tahu, dia hanyalah seorang lady dari golongan bangsawan tingkat rendah yang melakukan pernikahan politik karena ambisi. Namun, semakin lama mereka mengamati Atthy, semakin mereka mengagumi sikap elegan dan kecerdasan yang dimilikinya. Atthy tahu bagaimana menjaga etika, tahu

    Last Updated : 2022-11-12
  • MENJEMPUT ISTRIKU   005 Surat dari ibu kota

    **Bab 005 Rencana**Salju putih terus berjatuhan, satu per satu menyelimuti kepala Atthy yang tertunduk. Ia berusaha sekuat tenaga untuk melangkahkan kaki di atas tumpukan salju yang mengubur jalan setapak hingga lutut.Hembusan angin dingin menggigit kulitnya, bahkan menembus mantel tebal yang membungkus tubuh rapuhnya. Napasnya memburu, berpadu dengan uap hangat yang sekejap hilang dikecup udara dingin.''Ke mana aku harus pergi?'' pikir Atthy dengan putus asa, langkahnya semakin berat, seolah bumi sendiri menolak keberadaannya.Sudah tiga bulan ia tinggal di Skythia, tetapi suasana luar Manor baginya hanyalah misteri. Ia hanya tahu jalan-jalan yang dilalui kereta kuda, dan bahkan itu kini tampak asing dalam lautan salju yang menyamarkan segalanya. Hutan yang mengelilingi wilayah itu hanya menambah kengerian dalam kesunyian malam. Pepohonan menjulang tinggi, seperti raksasa hitam yang mengawasinya dalam diam.Atthy terus melangkah, meski tidak tahu ke mana arah yang dituju. Salju yan

    Last Updated : 2023-01-02
  • MENJEMPUT ISTRIKU   006 Surat dari Ibu Kota

    **Bab 006 Surat dari Ibu Kota*******AWAL CERITA DIMULAI*****Kota Nauruan adalah sebuah kota besar di ujung perbatasan sebelah timur dari wilayah Kerajaan Xipil. Dari pusat Kota Nauruan, beralih ke sebuah wilayah yang masih dalam yurisdiksi Kota Nauruan. Wilayah ini sangat luas, lima belas kali lebih besar dari pusat kotanya sendiri.Caihina adalah sebuah wilayah tandus dan kering yang nyaris tidak tersentuh megahnya pusat Kota Nauruan. Wilayah terpencil ini memiliki belasan desa yang nasibnya kurang lebih sama. Desa-desa kecil yang sangat terisolasi, namun luasnya belasan kali lipat dari pusat kota. Wilayah ini terdiri dari gurun pasir dan sabana yang terlupakan oleh bangsawan yang memimpin kota, yaitu Count Veraga.Angga adalah salah satu desa dari jajaran sembilan desa terluar di wilayah Caihina, Kota Nauruan. Untuk mencapai pusat kota, diperlukan waktu sepuluh hari dengan kereta kuda karena medan yang sulit. Namun, jika berkuda, perjalanan itu dapat ditempuh dalam waktu lima har

    Last Updated : 2024-11-01
  • MENJEMPUT ISTRIKU   007 Mencurigakan

    **Bab 007 Mencurigakan**---Beberapa saat kemudian, wajah Ash kembali memperlihatkan ekspresi heran yang tak percaya. Dia terus melirik ayahnya dan memandangi surat itu berulang kali."Apakah mataku ini rabun?" tanya Rowt, sengaja melemparkan ekspresi meledek pada Ash."Ayah..." panggil Ash, masih dengan ekspresi tak percaya yang jelas terlihat di wajahnya. "Lamaran ini... untuk Atthy?" tanyanya dengan nada heran, suaranya bergetar."Ya," jawab Rowt dengan senyum nakal, balas meledek dengan sengaja."Dari seorang Grand Duke?!" seru Ash, suaranya penuh pertanyaan. Ia masih merasa tak percaya."Jika mata kita berdua masih normal," jawab Rowt dengan tenang, "Itulah yang tertulis di situ.""Apakah mungkin ada kesalahan dari Ibu Kota Kerajaan?" tanya Ash dengan nada hampir putus asa."Kau bertanya padaku?" Rowt menatap putranya dengan senyum menggoda. "Aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Aku tidak pernah merasakan pendidikan di akademi seperti dirimu," ujarnya, menyertai kalimat itu dengan

    Last Updated : 2024-11-08
  • MENJEMPUT ISTRIKU   008 Pertimbangan

    **Bab 008 Pertimbangan**Setelah selesai makan malam dan berbincang sebentar, mereka segera kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap tidur. Rumah sederhana itu memiliki empat kamar. Rowt dan Ash masing-masing menempati kamar mereka sendiri, sementara Ay sekamar dengan Dimi, saudara kembar Agafya. Atthy dan Gafy, meskipun beda usia, tidur dalam kamar yang sama.Agafya, yang biasa dipanggil Gafy atau Gaff, dilahirkan dengan kondisi tubuh lemah. Namun meski begitu, Gafy selalu ceria dan cerewet. Ia adalah salah satu sumber kebisingan di rumah yang sunyi ini, terutama setelah Dimi yang selalu aktif, seolah-olah energi Gafy yang terbatas itu dipinjam oleh saudaranya yang penuh semangat.Malam itu, sambil membantu kakaknya melipat pakaian, Gafy tiba-tiba bertanya dengan mata berbinar, "Kak... Apa kakak akan menerimanya?"Atthy yang sedang sibuk mengangkat sekeranjang jemuran dari luar rumah hanya melirik sekilas, kemudian menjawab dengan sikap santai, "Apa?" Seolah tak terlalu peduli."L

    Last Updated : 2024-11-15
  • MENJEMPUT ISTRIKU   009 Keputusan

    **Bab 009 Keputusan**---Pagi itu, keluarga Galina menjalani rutinitas mereka seperti biasa. Atthy, seperti hari-hari sebelumnya, bangun lebih pagi untuk membersihkan rumah dan mencuci pakaian. Rowt, dengan kebiasaannya, mulai menyiapkan sarapan, dibantu oleh Gafy yang dengan cekatan mengatur bahan-bahan yang diperlukan. Dimi, si bungsu, mengurus hewan peliharaan mereka serta memastikan stok protein hewani untuk keluarga cukup. Sementara itu, Ash dan Ay bertugas mengolah hasil buruan mereka, mengurus daging, kulit, dan bulu hewan yang mereka tangkap.Berburu adalah keahlian utama penduduk Caihina. Kulit dan bulu binatang buruan menjadi komoditas unggulan yang sangat dihargai, menjadikan mereka terkenal di kalangan para pedagang. Kualitas kulit dan bulu yang mereka hasilkan sangat unggul, membuatnya dihargai lebih tinggi dibandingkan dengan produk serupa dari wilayah lain.Setelah sarapan, saat mereka duduk bersama di ruang makan, suasana hening sejenak. Kemudian, dengan tegas namun le

    Last Updated : 2024-11-22

Latest chapter

  • MENJEMPUT ISTRIKU   022 Kawan atau Lawan

    **Bab 022 Kawan atau Lawan**Waktu ketika Baron Robert Galina baru saja mengirimkan surat persetujuan pengajuan lamaran Athaleyah Galina.---Pagi di Istana Kerajaan terasa lengang, seolah waktu berjalan lambat dengan setiap detik yang menggerus ketenangan di ruang kerja Grand Duke Margrave. Ruangan ini bukan hanya tempat merumuskan strategi, tapi juga tempat di mana otak tajam Margrave mengendalikan segala keputusan penting. Peta-peta besar terhampar di atas meja, disertai dengan gulungan kertas yang penuh perhitungan. Margrave duduk dengan tenang, matanya menganalisis setiap detail yang terhampar di hadapannya, seolah semua pergerakan dunia politik dapat diprediksi dengan tepat oleh pikirannya.Di seberang meja, Davion duduk dengan ekspresi yang lebih tergesa-gesa. Tangannya bergerak-gerak tak sabar, wajahnya memancarkan ambisi yang terkendali namun jelas-jelas menunjukkan ketidaksabarannya. Ia menunggu, menahan dorongan untuk berbicara, sementara Margrave tetap diam—keheningan yang

  • MENJEMPUT ISTRIKU   018 Duke Hugh Griffith

    **Bab 018 Duke Hugh Griffith**Alwyn segera memberi salam dengan hormat pada pria bertubuh tinggi dan gagah di hadapannya. Tanpa ragu, ia langsung bersikap siap, layaknya seorang ajudan yang selalu siaga di hadapan komandannya."Maafkan kelalaian saya, Tuanku. Saya ceroboh tidak memperhitungkan semuanya..." ujar Alwyn dengan nada rendah, berusaha menjelaskan sambil menahan kegugupan yang menggelayuti hatinya.Namun, pria besar itu tampaknya tak peduli sedikit pun dengan penyesalan Alwyn. Dengan nada tegas dan suara yang menggema, ia menyuruh, "Keluarlah! Siapkan kereta kudanya!""Baik, Tuanku," jawab Alwyn singkat, sebelum buru-buru berbalik dan segera pergi, meninggalkan Atthy bersama pria itu di dalam ruangan.Langkah Alwyn cepat namun penuh kecemasan. Meskipun hatinya berat, ia tahu tak ada yang bisa ia lakukan selain menjalankan perintah. Atthy kini ada bersama calon suaminya, dan sebagai seorang pegawai, dia hanya bisa bersimpati, bukan berempati. Dilema itu merayapi pikiran Alwyn

  • MENJEMPUT ISTRIKU   017 Dokter Sarah Winfold

    **Bab 017 Dokter Sarah Winfold**---HAHHHDesahan yang terdengar cukup keras dan berat dari Alwyn membuat Randy terkejut. Dia menoleh dengan cepat, hanya untuk menemukan wajah sahabatnya yang tampak cemas, sebuah ekspresi yang sangat jarang ia lihat."Alwyn, ada apa?" tanya Randy, dahi mengernyit, merasakan ketegangan yang berbeda dalam sikap Alwyn. "Wajahmu... Terlihat jelas kau sedang cemas... Seperti bukan dirimu yang selalu tenang," lanjutnya, penuh keheranan."Lady Atthaleyah... Aku bingung harus bagaimana?" jawab Alwyn, suaranya penuh keluh kesah."Kenapa?" seru Randy, masih heran. "Bukankah selama ini Lady tidak pernah membuat masalah, kecuali jika dia sakit, tapi itu bukanlah hal yang bisa diatur...""Justru itu masalahnya, Randy," Alwyn memotong, ekspresinya cemberut, matanya tampak penuh keresahan. "Lady tidak pernah mengeluh, bahkan sekali pun! Malah membuatku semakin cemas melihat keadaannya yang semakin membingungkan."Randy terdiam sejenak, mencerna keluhan aneh sahabatn

  • MENJEMPUT ISTRIKU   016 Kegundahan

    **Bab 016 Kegundahan**Kegugupan Rosa mencuatkan rasa penasaran Alwyn. Ia merasa sudah berada di ambang menemukan sesuatu dari ketiga pelayan Atthy, tetapi jawabannya masih terselubung kabut."Tuan... Tidak ada masalah apa pun. Kami hanya... tidak terbiasa dengan perilaku Nona—eh, maksud saya, Lady Galina," ujar Stela. Sebagai pelayan senior, ia berhasil menyembunyikan rasa gugupnya lebih baik dibandingkan dua lainnya, tetapi bagi Alwyn, kesan itu tidak cukup meyakinkan.Mata Alwyn menyipit sedikit. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi, mempertahankan ekspresi tenang. Dalam pikirannya, suara kesal bergema. ''Sial, aku terlalu ceroboh. Seharusnya aku memanggil mereka satu per satu. Mereka saling melindungi, dan itu hanya memperkuat pertahanannya.''"Baiklah." Alwyn akhirnya mengangguk kecil, nada suaranya datar. "Kalian boleh pergi."Ketiga pelayan itu tampak lega mendengar perintah tersebut, meskipun Alwyn belum selesai. "Tapi ingat," lanjutnya dengan nada tajam yang menahan langkah merek

  • MENJEMPUT ISTRIKU   015 Perjalanan

    **Bab 015 Perjalanan**Beberapa jam kemudian, seperti yang telah dijelaskan oleh Alwyn, mereka tiba di stasiun dan segera memasuki gerbong khusus yang telah disiapkan untuk mereka. Atthy tercengang saat melihat kereta uap yang megah di hadapannya. Seumur hidupnya, baru kali ini dia melihat kereta uap dengan mata kepalanya. Sebelumnya, ia hanya mengetahui tentang kereta uap melalui cerita ayah atau kakeknya, juga melalui koran dan buku yang pernah dibacanya.Atthy tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya terhadap ''Ular Besi'' yang berdiri gagah di hadapannya. Warna hitam legam kereta itu menambah kesan misterius yang mengagumkan.Melihat reaksi Atthy, ekspresi Alwyn, Randy, dan para pengawal kembali memperlihatkan kesan yang sama seperti saat pertama kali mereka bertemu Atthy. Meskipun begitu, mereka berusaha tetap sopan, tidak menunjukkan rasa heran mereka dengan terlalu jelas, dan tetap menghormati Lady yang saat itu terkesan cukup terpesona oleh teknologi yang belum

  • MENJEMPUT ISTRIKU   014 Alwyn Gusev dan Randy Rozenfeld

    *Bab 014 Alwyn Gusev dan Randy Rozenvelt*Beberapa waktu setelah Atthy selesai dengan segala keperluannya, kereta kuda elegan nan mewah datang menjemputnya. Iringan ini sangat kontras dengan pengiringan yang diterimanya di Caihina—bukan hanya kemewahan atribut yang mereka bawa, tetapi juga etika dan disiplin prajurit yang mengiringinya. Mereka berdiri tegak dan teratur, dengan wibawa yang tak terbantahkan, membuktikan bahwa ini adalah iringan dari kalangan bangsawan sejati.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang diutus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria yang tampak dengan jelas sebagai pemimpin iringan ini. Suaranya rendah dan penuh wibawa, tapi tetap menjaga kesopanan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar begitu elegan, bahkan dalam kalimat yang singkat. Meskipun cepat, cara dia berbicara mencerminkan pengetahuan dan kemanusiaan yang mendalam.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld,

  • MENJEMPUT ISTRIKU   013 Stela, Bela, dan Rosa

    **Bab 013 Stela, Bela, dan Rosa.**---Ash dan Rowt akhirnya pasrah, tidak mampu lagi menahan keputusan Atthy yang sudah mantap.Atthy bukanlah tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja. Ia sudah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum kepergian Laura yang terlalu cepat, dan juga dari Ash, ayahnya, selama ini.Atthy tumbuh sebagai gadis yang dibesarkan dalam kehidupan rakyat jelata, jauh dari kemewahan. Namun, pengetahuan yang dimiliki Atthy melebihi banyak gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy memiliki kualitas yang tidak dapat dipandang sebelah mata, dan Ash sangat memahaminya. Bahkan, dalam setiap pandangan Ash terhadap Atthy, ada rasa bersalah yang mendalam, terutama ketika ia mengingat bagaimana Laura, istrinya, dengan sabar melatih dan mendidik Atthy untuk menjadi seorang Lady yang terhormat. Laura percaya bahwa suatu saat, Atthy akan menjalani hidup yang lebih baik seperti yang seharusnya dijalani seorang bangsawan p

  • MENJEMPUT ISTRIKU   012 Billy kutcher

    **Bab 012 Billy Kutcher**"Selamat pagi, Baron Galina," sapa kepala rombongan itu dengan nada yang diselubungi kepercayaan diri berlebihan. "Aku Billy Kutcher, utusan dari Tuanku Grand Duke Griffith... Kami datang untuk membawa putrimu ke Alpen sekarang juga."Sapaannya terdengar formal, tetapi setiap kata yang terucap seperti pedang yang menyayat, tajam dan penuh penghakiman. Tatapan Billy, penuh keangkuhan, melintas dari wajah mereka seolah-olah mereka hanyalah debu yang tak layak dihargai. Aura kesombongannya begitu jelas, hampir seperti ia tengah menilai mereka sebagai makhluk yang jauh lebih rendah darinya. Ash, yang sudah sejak awal merasa cemas dan tidak nyaman dengan sikap Billy, menatapnya dengan sorot mata yang tajam dan penuh amarah yang sulit ditekan. Hawa dingin mulai memenuhi ruang ini, semakin menebal seiring dengan ketegangan yang semakin memuncak. Setiap kata Billy terasa seperti serangan halus yang merendahkan mereka semua, meski status Rowtag sebagai seorang bangsawa

  • MENJEMPUT ISTRIKU   011 Pengorbanan

    **Bab 011 Pengorbanan**Atthy menatap Ay dengan tatapan tajam, namun dengan lembut dia membelai kepala Ay, menenangkan emosi adiknya yang meluap.''Ay, sebagai bangsawan, kita diajarkan untuk menjaga perilaku dan kata-kata. Meskipun kita tidak mendapat pendidikan formal, orang tua kita, Ash dan Laura, sudah mengajarkan kita dengan baik. Kata-kata kasar tidak seharusnya keluar dari mulut kita, terutama di hadapan bangsawan, apalagi yang berkedudukan tinggi seperti mereka. Perilaku buruk bisa berujung pada konsekuensi berat jika ada petugas yang mendengarnya,'' ujar Atthy, suaranya rendah namun tegas.Ay menunduk, menghela napas panjang. "Maaf, Kak," jawabnya dengan senyum kecil, "Aku kesal. Kita sudah jelas menolaknya, tapi kenapa mereka tetap mengirim utusan untuk menjemputmu?"Atthy menatap Ay dengan tatapan menggoda, "Kau mencemaskanku?"Ay memutar matanya dengan kesal, "Kakak serius menanyakan itu?" jawabnya dengan nada tinggi, lalu melanjutkan, "Athaleyah Galina adalah kakakku. Bag

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status