Salju putih terus berjatuhan butir demi butir menimpa kepala Atthy, dia bersusah payah hanya untuk melangkahkan kakinya di tumpukan salju sepanjang jalan.
Atthy mulai bingung ke mana dia harus melangkah?
Baru tiga bulan dia di Skythia, frekuensi Atthy keluar Manor bisa di hitung jari. Karenanya, jelas Atthy tidak tahu lingkungan di luar Manor. Apa lagi, ketika Atthy keluar selalu menggunakan kereta kuda.
Atthy terus berjalan tak tentu arah, karena dia tidak bisa membedakan yang mana jalan yang seharusnya di lalui. Tertutup salju tebal di atasnya, semuanya tampak nyaris sama bagi Atthy.
Ketidak-tahuan membuatnya terus berjalan dan terus memasuki wilayah hutan semakin jauh kedalam.
Atthy yang selama ini hidup di antara gurun pasir yang terik dan sabana luas, kini dia kesulitan menghadapi ganasnya cuaca dingin bersalju di hadapannya.
Selama di dalam Manor, Atthy selalu di layani oleh pelayan dan nyaris tidak pernah jauh dari perapian. Tapi sekarang, dia tidak punya apa-apa kecuali pakaian tebal yang membungkus tubuhnya. Tapi, sayangnya hal itu tidak banyak membantu. Pakaian tebal itu tidak bisa menghalau seluruh suhu dingin yang sudah mengepung tubuh Atthy. Apa lagi saat ini Atthy sedang dalam kondisi tubuh yang tidak baik, dia jatuh terduduk di sebuah pohon besar yang tanahnya tampak sedikit lebih tinggi dari tanah di sekitarnya.
Atthy yang sudah tidak lagi sanggup melangkahkan kakinya kemudian pasrah bersandar di pohon besar, dia duduk termangu memikirkan nasib yang sudah membawanya sampai ke tahap ini. Dari seorang cucu bangsawan jatuh yang miskin, menjadi seorang Duchess kaya raya dengan kekuasaan besar. Dan sekarang, justru dia malah bukan siapa pun. Tidak seorang Galina, tidak juga seorang Griffith.
Suhu dingin tanpa ampun terus menerpa tubuh mungil Atthy yang semakin lemah tidak berdaya.
Lambat laun, Atthy tidak lagi merasakan apa pun. Tubuhnya mulai mati rasa, rasa ngilu di tulang-tuangnya yang masih bisa di rasakannya saat berjalan tadi, kini perlahan-lahan sudah tidak lagi begitu menyiksanya karena Atthy nyaris tidak lagi bisa merasakan apa pun di tubuhnya sekarang.
Atthy dengan jelas mengetahui apa yang sedang terjadi padanya. Hipotermia, dan hanya tinggal menunggu waktu sampai dia mengalami radang dingin akut. Karena hal itu, bayangan kematian sekilas terbayang di kepalanya tapi segera di gantikan dengan kenangan tentang keluarganya silih berganti dengan berbagai momentum.
*****
FLASHBACK ke awal cerita dimulai
*****
Kota Nauruan adalah sebuah kota besar di ujung perbatasan sebelah timur dari wilayah Kerajaan Xipil. Dari pusat Kota Nauruan, beralih ke sebuah wilayah yang masih dalam Yurisdiksi Kota Nauruan. Wilayah yang sangat luas, lima belas kali lebih luas dari pusat kota Nauruan itu sendiri.
Caihina sebuah wilayah tandus dan kering yang nyaris tidak tersentuh megahnya pusat Kota Nauruan, wilayah terpencil di perbatasan yang memiliki belasan desa yang punya nasib kurang lebih sama. Jajaran desa-desa kecil yang sangat terpencil, tapi belasan kali lebih luas dari pusat kotanya sendiri. Wilayah yang terdiri dari beberapa desa tertinggal di wilayah yang berupa Gurun pasir dan sabana yang di lupakan oleh Bangsawan yang memimpin kota, yaitu Count Veraga.
Angga adalah salah satu desa dari jajaran sembilan desa terluar yang ada di wilayah Caihina, Kota Nauruan, yang butuh waktu sepuluh hari untuk bisa sampai ke pusat kota jika menggunakan kereta kuda karena sulitnya medan, tapi jika hanya berkuda bisa di tempuh dalam waktu lima hari. Angga adalah sebuah desa yang terletak di antara area gurun dan area sabana, sebuah desa di mana Atthy lahir dan di besarkan.
Caihina adalah dataran kering yang sangat luas, terdapat beberapa Laguna besar yang jadi sumber air untuk kehidupan penduduknya. Di bagian utara Caihina di kelilingi perbukitan batu kapur raksasa yang di selubungi pasir yang membentuk cekungan dan membuatnya tampak seperti mangkuk raksasa. Di pusat Caihina terdapat sabana luas sejauh mata memandang. Lalu, di bagian selatan Caihina ada hutan lebat yang sangat luas berisi banyak hewan buas dan menakutkan. Hutan itu terbagi menjadi dua. Wilayah Caihina dan wilayah Nauruan yang jauh lebih sejuk meski masih jauh lebih hangat jika dibandingkan dengan Skythia.
Di luar Nauruan, tidak banyak orang yang mengerti mengenai Caihina yang di anak tirikan oleh penguasanya hingga nyaris tidak pernah di sebut. Karena ketidak pedulian Count Veraga, banyak bandit perampok yang bersembunyi di perbatasan hutan. Karena medan berat dan berbahaya yang seperti itu. Makanya sangat jarang ada yang mau memasuki wilayah Caihina. Itu sebabnya perdagangan sangat sulit di lakukan di sana, membuat belasan desa di dalamnya semakin terisolir.
''Ayah!... Ayah!... Lihat!'' seru Damian, anak lelaki berusia enam tahun berlarian dari kejauhan sambil berteriak memanggil ayahnya.
''Dimi!... Hentikan teriakanmu!'' seru Atthy, si gadis remaja yang baru tiga bulan menginjak usia delapan belas tahun, anak perempuan tertua Ashton Galina.
HUF HUF HUF
Dimi berhenti sejenak berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah ketika sampai di pagar pekarangan rumahnya.
''Ada apa denganmu?... Apa yang membuatmu harus berlari sampai seperti itu?'' tanya Ash ayahnya, sambil terus memukul besi yang di panaskan di hadapannya.
''Pengantar pesan baru saja datang,'' jawab Dimi dengan mata berbinar-binar.
''Lalu?'' tanya Atthy acuh sambil menjaga nyala api membantu ayahnya.
''Dia membawa surat...'' jawab Dimi dengan ekspresi bahagia.
''Dia pengantar pesan, tentu saja dia membawa surat,'' jawab Atthy sambil meledek adiknya tapi dia tetap tidak lalai dengan apa yang sedang dikerjakannya.
''Suratnya untuk kita...'' ujar Dimi dengan wajah semringah, mengacuhkan Atthy yang meledeknya.
''Hm?!'' sahut Ash dan Atthy bersamaan dengan ekspresi heran.
''Lebih hebat lagi, ini dari Xipil, Ibu Kota Kerajaan...'' ujar Dimi membanggakannya seolah sudah mengetahui reaksi Atthy dan ayahnya akan seperti itu.
Mendengar ucapan Dimi, Atthy melirik ke arah ayahnya dan Ashton hanya menanggapinya dengan mengerutkan dahi karena heran.
''Apa kau tidak salah baca Damie?'' tanya Ash masih dengan wajah herannya.
Bagaimana tidak heran, sejak dia lulus dari akademi dua puluh tahun yang lalu, tidak sekali pun dia pernah menginjak Ibu Kota Kerajaan lagi.
''Tidak ayah, di surat juga tertulis jelas, ''...untuk Baron Galina'','' ujar Damian sambil menyerahkan surat pada ayahnya, memperlihatkan tulisan di muka amplop.
''Kalau begitu itu untuk kakekmu...'' jawab Ash sambil menepuk lembut kepala putra bungsunya.
''Bukan untuk ayah?!'' seru Dimi bertanya dengan wajah heran.
''Bodoh!'' seru Ash menghardik anak lelaki termudanya, ''Bangsawan bergelar ''Baron'', adalah kakekmu...''
''Dasar kau!... Sudah sini bantu aku!'' seru Atthy sambil terkekeh melihat adiknya yang masih bingung sambil memperhatikan ayahnya.
''Tapi, tetap saja... Surat itu di tujukan untuk keluarga kita,'' ujar Dimi berkilah tak mau kalah, kemudian melakukan yang di perintahkan Atthy kakaknya.
Ash mengambil surat dari Dimi kemudian masuk ke dalam rumah untuk memberikannya pada ayahnya, Rowtag Galina.
Atthy kembali meneruskan pekerjaannya menempa besi, dan meminta Damian untuk menjaga nyala api.
Sejak kecil, Atthy dan adik-adiknya selalu membantu Ash ayahnya yang bekerja sebagai pandai besi, dia juga sering ikut ayahnya untuk berburu di hutan bersama adik yang lima tahun lebih muda darinya, Aydan. Aydan adalah putra tertua Ashton, adik Atthy yang berusia tiga belas tahun.
''Ayah, ada surat untukmu dari Ibu kota...'' ujar Ash pada ayahnya, dia menyerahkan surat pada Rowtag, kakeknya Atthy, tepat setelah dia membersihkan diri.
''Surat?... Dari Ibu kota?... Untukku?'' tanya Rowtag bertanya dengan wajah heran dan bingung.
''Ya,'' jawab Ash santai.
''Apa kau tidak salah?'' tanya Rowtag lagi, masih dengan ekspresi heran.
''Kurasa tidak, mataku masih bisa melihatnya dengan jelas. Di situ tertulis, ''Baron Galina'','' jawab Ash dengan santai.
Rowtag menerima surat itu dari Ashton kemudian membacanya, beberapa saat kemudian wajahnya berubah dari heran jadi terkejut, dan semakin terkejut.
''Ash... Surat ini bukan untukku, tapi untukmu,'' ujar Rowtag sambil mengacungkan surat yang telah di bacanya.
''Untukku?!... Tapi ayah, di situ jelas tertulis BARON...'' sahut Ash sambil menjelaskan kembali.
''Sudah lebih dari empat puluh tahun... Mungkin, mereka berpikir aku sudah mati,'' ujar Rowtag dengan nada kecewa.
''Ayah, ada apa denganmu?'' tanya Ash dengan ekspresi memelas, dia tidak tega melihat wajah keriput ayahnya semakin sedih, ''Apakah surat itu membawa kabar tidak baik?''
''Sebaliknya, mungkin ini adalah kabar baik... Tapi jelas, surat ini untukmu, Ash... Karena Atthy adalah putrimu,'' ujar Rowtag menjelaskan, dia kembali tersenyum saat melihat kekhawatiran di wajah anak laki-laki satu-satunya yang tersisa.
''Atthy?... Apa hubungannya dengan Atthy?'' tanya Ash bingung dengan pernyataan ayahnya barusan.
''Surat ini adalah surat lamaran untuk putri sulungmu, Atthy...'' ujar Rowtag menjawab dengan wajah yang tampak senang.
Terbelalak mata Ash mendengar kabar itu dari Rowtag, dia terkejut melebihi keterkejutan Rowtag tadi saat membaca suratnya.
''Ayah... Kau pasti sudah terlalu tua, matamu rabun... Berikan padaku, biar aku yang membacanya!'' seru Ash masih tidak percaya.
''Terserah... Lagi pula aku sudah bilang surat itu untukmu, bukan untukku,'' ujar Rowtag menjawab dengan alis terangkat kemudian menyerahkan surat itu pada putranya.
Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat tapi sulit sekali mendapat kontrak dari GOODNOVEL) PAMANKU SUAMIKU MENJEMPUT ISTRIKU DUNIA MANUSIA BUAS SUAMIKU YANG BERBAHAYA KARENA KEBODOHANKU, AKU HAMPIR KEHILANGAN SUAMIKU SINGA BETINA MILIKKU (sequel lanjutan dari WANITA UNTUK MANUSIA BUAS, hanya saja kali ini wanita dari DUNIA MANUSIA BUAS yang terlempar ke DUNIA MODERN dan bertemu dengan CEO gahar.
Beberapa saat kemudian wajah Ash kembali membuat ekspresi heran tidak percaya, dia berkali-kali melirik ayahnya dan melihat surat itu berulang kali.''Apa mataku rabun?'' tanya Rowtag dengan ekspresi meledek Ash.''Ayah...'' panggil Ash dengan ekspresi tidak percaya masih terlihat di wajahnya, ''Lamaran ini untuk Atthy?'' tanya Ash dengan wajah sangat heran.''Ya,'' jawab Rowtag, membalas Ash dengan memasang ekspresi yang dengan sengaja meledeknya.''Dari seorang Grand Duke?!'' sahut Ash dengan nada bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.''Kalau mata kita berdua normal... Itu yang tertulis di situ,'' jawab Rowtag dengan wajah menunjukkan kalimat ''apa ku bilang''.''Apa ada kemungkinan Ibu Kota Kerajaan melakukan kesalahan?!'' seru Ash bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.''Kau bertanya padaku?... Aku tidak tahu
Setelah selesai makan malam dan berbincang sebentar, mereka segera kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap tidur. Ada empat kamar di rumah sederhana ini. Rowtag dan Ash masing-masing sendiri. Ay sekamar dengan Dimi saudara kembar Gafy. Lalu, Atthy sekamar dengan Gafy.Agafya atau biasa di panggil Gafy atau Gaff, dia dilahirkan dengan kondisi tubuh lemah, tapi meski seperti itu, Gafy selalu ceria dan cerewet, dia salah satu sumber kebisingan di rumah sederhana ini setelah Dimi yang selalu aktif, seolah tenaga Gafy diambil untuk dirinya sendiri.''Kak... Apa kakak akan menerimanya?'' tanya Gafy dengan mata yang masih berbinar-binar.''Apa?'' tanya Atthy acuh sembari mengangkat sekeranjang jemuran yang sudah diangkatnya tadi sore.''Lamaran pernikahan itu?!'' seru Gafy menjawab sambil merungut kesal. Tapi, dia tetap menggerakkan tangannya membantu Atthy melipat pakaian.''Hm?..
Pagi itu, keluarga Galina mengerjakan pekerjaan mereka seperti biasanya. Atthy akan membersihkan rumah dan mencuci baju pagi-pagi. Rowtag akan memasak, membuat sarapan di bantu oleh Gafy. Dimi akan mengurus hewan peliharaan, stok protein hewani untuk keluarga. Ash dan Ay, mengurus daging, kulit, dan bulu hewan hasil buruan mereka.Berburu menjadi salah satu keahlian penduduk Caihina. Kulit dan bulu binatang buruan menjadi komoditi unggulan penduduk gurun membuat mereka sangat terkenal di kalangan pedagang. Harga kulit atau bulu hasil produksi penduduk gurun sangat tinggi di pasaran, karena kualitasnya yang sangat unggul di banding di wilayah lain.''Ayah, Kakek!'' panggil Atthy di sela-sela masa senggang mereka setelah sarapan, ''Aku sudah memikirkan mengenai lamaran pernikahan itu.''''Atthy, jangan terburu-buru mengambil keputusan, pikirkan dulu baik-baik!'' seru Ashton, mengingatkan putri sulungnya, ''Masih banyak wak
*****Flash back saat Ashton dan Aydan pergi ke pusat kota Nauruan setelah Atthy menyetujui lamaran.Ash dan Ay pergi ke pusat kota hendak berjualan dan mengirimkan surat balasan untuk lamaran Atthy. Sembari berdagang mereka mencoba menggali informasi tentang Griffith dan Alpen untuk memantapkan pemikiran mereka mengenai lamaran Atthy. Hasilnya, meski hanya rumor tapi terlalu banyak cerita menakutkan mengenai Grand Duke Griffith yang di kenal kejam dan berhati dingin, karena itulah dia bisa menaklukkan Alpen dan menjadi penguasa di sana.Ay langsung berontak pada Ash ayahnya seketika itu juga ketika mendengar kalau calon kakak iparnya adalah seorang yang kejam dan tak berperikemanusiaan, saat mereka mencari informasi mengenai Grand Duke Griffith di pusat kota Nauruan beberapa minggu yang lalu.''Ayah aku tidak peduli dengan kedudukan yang di milikinya, walau seorang Grand Duke sekalipun. Bukan hanya dia tua bangka
''Kau hanya seorang wanita bodoh... Kau terlalu tinggi berpikir tentang dirimu. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang melemparkan dirinya pada pria di jalanan setiap malam hanya untuk sekantung uang,'' ujar Hugh dengan santainya sambil mencari helai demi helai pakaiannya yang tercecer tak jauh dari tempat tidur.Bergetar tubuh Atthy, mendengar kalimat demi kalimat yang di lontarkan Hugh yang terus merendahkan dirinya. Dia bukan tidak marah, tapi otaknya masih bisa memperingatkannya untuk tidak terbawa emosi demi keluarganya, selain dia hanya bisa membelalakkan matanya menatap Hugh. Seorang pria bangsawan gagah nan tampan bergelar Duke yang sudah tiga bulan berstatus sebagai suaminya.Kata-kata Hugh yang tajam, menghunus tepat di jantung Atthy.Terkejut, heran, bingung, juga marah bercampur jadi satu membangunkan Atthy dari mimpi indahnya semalam.Malam pertama Atthy dan suaminya Duke Griffith, di awali dengan sebuah tragedi dan sama sekali tidak romantis seperti yang dibayangka
Di luar ruangan telah menunggu tiga pelayan pribadi Atthy. Mereka segera menunduk memberi salam saat Hugh keluar dari kamar Atthy. Wajah mereka semua terlihat merona mengingat bagaimana Hugh dan Atthy majikan mereka, baru saja menghabiskan malam bersama untuk pertama kalinya setelah tiga bulan masa pernikahannya.''Tuanku, apa ada hal yang harus saya persiapkan?'' tanya Helena yang baru saja datang lalu segera menyapa menghampiri tuannya.''Panggil Alwyn ke ruanganku segera, dan juga panggil Dr. Windfold untuk melihat kondisinya!'' seru Hugh memerintah.''Maaf, tuanku?!'' jawab Helena dengan wajah bertanya.''Dia... Sepertinya terluka, tidak... Dia, memang terluka... Sudahlah!... Kau urus saja dia!'' seru Hugh, dia berbicara dengan kaku meski wajahnya tetap terlihat datar di mata orang lain, tapi tidak dengan Helena, dia bisa melihat kalau tuannya sedang merona saat ini.Helena heran melihat ekspresi canggung dari tuannya, ekspresi yang sangat jarang di perlihatkan oleh Hugh, meski pun
Atthy menatap Helena yang dengan berani menahan tangannya ketika hendak menanda tangani surat cerai.Helena segera menarik kembali tangannya karena dia sendiri terkejut dengan tindakannya.''Helena!'' seru Atthy refleks menegur tindakan Helena, tapi bola mata Atthy tampak seperti ingin menangis karena dia memahami bagaimana perasaan Helena saat ini.''Duchess,'' panggil Helena dengan suara bergetar, ''Maafkan kelancangan saya... Tapi, Duchess... Tolong pikirkan lagi!'' seru Helena dengan segera, sambil berusaha menundukkan dirinya karena telah melakukan kesalahan sebelumnya, ''Ini... ini... mungkin salah paham...''''Kurasa tidak, Helena!'' seru Atthy sembari memegang tangan helena yang bergetar, ''... aku sudah berjanji pada tuanmu tadi pagi,'' Atthy menambahkan kalimatnya dengan sikap tegas.''Duchess!'' panggil Helena dengan raut wajah cemas, ''Saya mohon Duschess, tolong tahan dulu!... Saya akan menanyakan alasannya pada Tuanku Duke...''Terlihat jelas bahwa Helena tidak lagi bisa
Selama berada di Manor, tidak pernah sekali pun Atthy mengeluh. Atthy juga nyaris tidak keluar dari lingkungan Manor. Dia hanya keluar jika diperlukan, selebihnya dia akan duduk manis di dalam Manor. Hal yang cukup mengejutkan bagi sebagian besar penghuni Manor karena mereka telah mendengar beberapa hal mengenai wanita yang akan datang sebagai calon istri Duke Hugh Griffith.Para penghuni Manor tahu kalau Atthy hanya seorang Lady dari golongan bangsawan tingkat rendah. Awalnya mereka tidak mnyukai kehadiran Atthy. Tapi, semakin lama mereka mengenal Atthy, mereka mulai mengagumi sikap elegan dan karakter yang di miliki Atthy. Atthy mengerti bagaiman menjaga etika dan tata tertib seorang bangsawan dengan sangat baik sekali. Karenanya, mereka cukup terkejut mendengar Atthy keluar dari Manor bahkan tanpa pelayan pribadi apa lagi pengawal di sisinya.''Apa maksudmu?!'' seru Alwyn bertanya dengan wajah sangat serius, ''Apa yang hendak di lakukannya di luar Manor sendirian?!"''Maaf... Maafka
*****Flash back saat Ashton dan Aydan pergi ke pusat kota Nauruan setelah Atthy menyetujui lamaran.Ash dan Ay pergi ke pusat kota hendak berjualan dan mengirimkan surat balasan untuk lamaran Atthy. Sembari berdagang mereka mencoba menggali informasi tentang Griffith dan Alpen untuk memantapkan pemikiran mereka mengenai lamaran Atthy. Hasilnya, meski hanya rumor tapi terlalu banyak cerita menakutkan mengenai Grand Duke Griffith yang di kenal kejam dan berhati dingin, karena itulah dia bisa menaklukkan Alpen dan menjadi penguasa di sana.Ay langsung berontak pada Ash ayahnya seketika itu juga ketika mendengar kalau calon kakak iparnya adalah seorang yang kejam dan tak berperikemanusiaan, saat mereka mencari informasi mengenai Grand Duke Griffith di pusat kota Nauruan beberapa minggu yang lalu.''Ayah aku tidak peduli dengan kedudukan yang di milikinya, walau seorang Grand Duke sekalipun. Bukan hanya dia tua bangka
Pagi itu, keluarga Galina mengerjakan pekerjaan mereka seperti biasanya. Atthy akan membersihkan rumah dan mencuci baju pagi-pagi. Rowtag akan memasak, membuat sarapan di bantu oleh Gafy. Dimi akan mengurus hewan peliharaan, stok protein hewani untuk keluarga. Ash dan Ay, mengurus daging, kulit, dan bulu hewan hasil buruan mereka.Berburu menjadi salah satu keahlian penduduk Caihina. Kulit dan bulu binatang buruan menjadi komoditi unggulan penduduk gurun membuat mereka sangat terkenal di kalangan pedagang. Harga kulit atau bulu hasil produksi penduduk gurun sangat tinggi di pasaran, karena kualitasnya yang sangat unggul di banding di wilayah lain.''Ayah, Kakek!'' panggil Atthy di sela-sela masa senggang mereka setelah sarapan, ''Aku sudah memikirkan mengenai lamaran pernikahan itu.''''Atthy, jangan terburu-buru mengambil keputusan, pikirkan dulu baik-baik!'' seru Ashton, mengingatkan putri sulungnya, ''Masih banyak wak
Setelah selesai makan malam dan berbincang sebentar, mereka segera kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap tidur. Ada empat kamar di rumah sederhana ini. Rowtag dan Ash masing-masing sendiri. Ay sekamar dengan Dimi saudara kembar Gafy. Lalu, Atthy sekamar dengan Gafy.Agafya atau biasa di panggil Gafy atau Gaff, dia dilahirkan dengan kondisi tubuh lemah, tapi meski seperti itu, Gafy selalu ceria dan cerewet, dia salah satu sumber kebisingan di rumah sederhana ini setelah Dimi yang selalu aktif, seolah tenaga Gafy diambil untuk dirinya sendiri.''Kak... Apa kakak akan menerimanya?'' tanya Gafy dengan mata yang masih berbinar-binar.''Apa?'' tanya Atthy acuh sembari mengangkat sekeranjang jemuran yang sudah diangkatnya tadi sore.''Lamaran pernikahan itu?!'' seru Gafy menjawab sambil merungut kesal. Tapi, dia tetap menggerakkan tangannya membantu Atthy melipat pakaian.''Hm?..
Beberapa saat kemudian wajah Ash kembali membuat ekspresi heran tidak percaya, dia berkali-kali melirik ayahnya dan melihat surat itu berulang kali.''Apa mataku rabun?'' tanya Rowtag dengan ekspresi meledek Ash.''Ayah...'' panggil Ash dengan ekspresi tidak percaya masih terlihat di wajahnya, ''Lamaran ini untuk Atthy?'' tanya Ash dengan wajah sangat heran.''Ya,'' jawab Rowtag, membalas Ash dengan memasang ekspresi yang dengan sengaja meledeknya.''Dari seorang Grand Duke?!'' sahut Ash dengan nada bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.''Kalau mata kita berdua normal... Itu yang tertulis di situ,'' jawab Rowtag dengan wajah menunjukkan kalimat ''apa ku bilang''.''Apa ada kemungkinan Ibu Kota Kerajaan melakukan kesalahan?!'' seru Ash bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.''Kau bertanya padaku?... Aku tidak tahu
Salju putih terus berjatuhan butir demi butir menimpa kepala Atthy, dia bersusah payah hanya untuk melangkahkan kakinya di tumpukan salju sepanjang jalan.Atthy mulai bingung ke mana dia harus melangkah?Baru tiga bulan dia di Skythia, frekuensi Atthy keluar Manor bisa di hitung jari. Karenanya, jelas Atthy tidak tahu lingkungan di luar Manor. Apa lagi, ketika Atthy keluar selalu menggunakan kereta kuda.Atthy terus berjalan tak tentu arah, karena dia tidak bisa membedakan yang mana jalan yang seharusnya di lalui. Tertutup salju tebal di atasnya, semuanya tampak nyaris sama bagi Atthy.Ketidak-tahuan membuatnya terus berjalan dan terus memasuki wilayah hutan semakin jauh kedalam.Atthy yang selama ini hidup di antara gurun pasir yang terik dan sabana luas, kini dia kesulitan menghadapi ganasnya cuaca dingin bersalju di hadapannya.Selama di dalam Manor, Atthy selalu di layani oleh pelayan dan nyaris tidak pernah jauh dari perapian. Tapi sekarang, dia tidak punya apa-apa kecuali pakaian
Selama berada di Manor, tidak pernah sekali pun Atthy mengeluh. Atthy juga nyaris tidak keluar dari lingkungan Manor. Dia hanya keluar jika diperlukan, selebihnya dia akan duduk manis di dalam Manor. Hal yang cukup mengejutkan bagi sebagian besar penghuni Manor karena mereka telah mendengar beberapa hal mengenai wanita yang akan datang sebagai calon istri Duke Hugh Griffith.Para penghuni Manor tahu kalau Atthy hanya seorang Lady dari golongan bangsawan tingkat rendah. Awalnya mereka tidak mnyukai kehadiran Atthy. Tapi, semakin lama mereka mengenal Atthy, mereka mulai mengagumi sikap elegan dan karakter yang di miliki Atthy. Atthy mengerti bagaiman menjaga etika dan tata tertib seorang bangsawan dengan sangat baik sekali. Karenanya, mereka cukup terkejut mendengar Atthy keluar dari Manor bahkan tanpa pelayan pribadi apa lagi pengawal di sisinya.''Apa maksudmu?!'' seru Alwyn bertanya dengan wajah sangat serius, ''Apa yang hendak di lakukannya di luar Manor sendirian?!"''Maaf... Maafka
Atthy menatap Helena yang dengan berani menahan tangannya ketika hendak menanda tangani surat cerai.Helena segera menarik kembali tangannya karena dia sendiri terkejut dengan tindakannya.''Helena!'' seru Atthy refleks menegur tindakan Helena, tapi bola mata Atthy tampak seperti ingin menangis karena dia memahami bagaimana perasaan Helena saat ini.''Duchess,'' panggil Helena dengan suara bergetar, ''Maafkan kelancangan saya... Tapi, Duchess... Tolong pikirkan lagi!'' seru Helena dengan segera, sambil berusaha menundukkan dirinya karena telah melakukan kesalahan sebelumnya, ''Ini... ini... mungkin salah paham...''''Kurasa tidak, Helena!'' seru Atthy sembari memegang tangan helena yang bergetar, ''... aku sudah berjanji pada tuanmu tadi pagi,'' Atthy menambahkan kalimatnya dengan sikap tegas.''Duchess!'' panggil Helena dengan raut wajah cemas, ''Saya mohon Duschess, tolong tahan dulu!... Saya akan menanyakan alasannya pada Tuanku Duke...''Terlihat jelas bahwa Helena tidak lagi bisa
Di luar ruangan telah menunggu tiga pelayan pribadi Atthy. Mereka segera menunduk memberi salam saat Hugh keluar dari kamar Atthy. Wajah mereka semua terlihat merona mengingat bagaimana Hugh dan Atthy majikan mereka, baru saja menghabiskan malam bersama untuk pertama kalinya setelah tiga bulan masa pernikahannya.''Tuanku, apa ada hal yang harus saya persiapkan?'' tanya Helena yang baru saja datang lalu segera menyapa menghampiri tuannya.''Panggil Alwyn ke ruanganku segera, dan juga panggil Dr. Windfold untuk melihat kondisinya!'' seru Hugh memerintah.''Maaf, tuanku?!'' jawab Helena dengan wajah bertanya.''Dia... Sepertinya terluka, tidak... Dia, memang terluka... Sudahlah!... Kau urus saja dia!'' seru Hugh, dia berbicara dengan kaku meski wajahnya tetap terlihat datar di mata orang lain, tapi tidak dengan Helena, dia bisa melihat kalau tuannya sedang merona saat ini.Helena heran melihat ekspresi canggung dari tuannya, ekspresi yang sangat jarang di perlihatkan oleh Hugh, meski pun
''Kau hanya seorang wanita bodoh... Kau terlalu tinggi berpikir tentang dirimu. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang melemparkan dirinya pada pria di jalanan setiap malam hanya untuk sekantung uang,'' ujar Hugh dengan santainya sambil mencari helai demi helai pakaiannya yang tercecer tak jauh dari tempat tidur.Bergetar tubuh Atthy, mendengar kalimat demi kalimat yang di lontarkan Hugh yang terus merendahkan dirinya. Dia bukan tidak marah, tapi otaknya masih bisa memperingatkannya untuk tidak terbawa emosi demi keluarganya, selain dia hanya bisa membelalakkan matanya menatap Hugh. Seorang pria bangsawan gagah nan tampan bergelar Duke yang sudah tiga bulan berstatus sebagai suaminya.Kata-kata Hugh yang tajam, menghunus tepat di jantung Atthy.Terkejut, heran, bingung, juga marah bercampur jadi satu membangunkan Atthy dari mimpi indahnya semalam.Malam pertama Atthy dan suaminya Duke Griffith, di awali dengan sebuah tragedi dan sama sekali tidak romantis seperti yang dibayangka