Beranda / Romansa / MENJEMPUT ISTRIKU / 011 Pengorbanan

Share

011 Pengorbanan

Penulis: Wolfy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-06 19:27:16

**Bab 011 Pengorbanan**

Atthy menatap Ay dengan tatapan tajam, namun dengan lembut dia membelai kepala Ay, menenangkan emosi adiknya yang meluap.

''Ay, sebagai bangsawan, kita diajarkan untuk menjaga perilaku dan kata-kata. Meskipun kita tidak mendapat pendidikan formal, orang tua kita, Ash dan Laura, sudah mengajarkan kita dengan baik. Kata-kata kasar tidak seharusnya keluar dari mulut kita, terutama di hadapan bangsawan, apalagi yang berkedudukan tinggi seperti mereka. Perilaku buruk bisa berujung pada konsekuensi berat jika ada petugas yang mendengarnya,'' ujar Atthy, suaranya rendah namun tegas.

Ay menunduk, menghela napas panjang. "Maaf, Kak," jawabnya dengan senyum kecil, "Aku kesal. Kita sudah jelas menolaknya, tapi kenapa mereka tetap mengirim utusan untuk menjemputmu?"

Atthy menatap Ay dengan tatapan menggoda, "Kau mencemaskanku?"

Ay memutar matanya dengan kesal, "Kakak serius menanyakan itu?" jawabnya dengan nada tinggi, lalu melanjutkan, "Athaleyah Galina adalah kakakku. Bagaimana aku, Aydan Galina, adikmu ini tidak mencemaskannya?"

Atthy tertawa kecil, menahan geli saat mendengar ketegasan Ay. "Hehehe... Aku tahu, kalian semua sangat menyayangiku, aku mengerti..."

Ay menggigit bibirnya, masih kesal, namun tidak bisa menahan kasih sayangnya terhadap kakaknya. "Makanya jangan tertawa seperti itu, seolah tidak ada yang salah!" katanya, namun masih ada kelembutan dalam nada suaranya. "Kenapa sikap Kakak sama seperti Kakek? Yang selalu santai dalam setiap situasi?" Ay menatap Atthy dengan ekspresi memelas, lalu melanjutkan, "Aku sangat cemas, Kak. Kita ini hanya keluarga bangsawan rendah yang bahkan tidak dikenal di kalangan aristokrat. Bagaimana kita bisa menghadapi seorang Grand Duke yang punya kekuasaan besar dan didukung oleh kerajaan?"

Atthy tersenyum, masih mencoba meredakan ketegangan dengan cara bercanda. "Lalu, siapa yang dengan lantang bilang, 'Tidak peduli dengan kedudukannya, walau dia seorang Grand Duke sekalipun...'?" Atthy menyelipkan sedikit sindiran, menggoda Ay yang masih terlihat tegang. "Bukankah itu adik kecilku yang manis yang akan melindungi kakaknya dari pernikahan dengan bandot tua yang sudah bau tanah?"

Ay tersipu, wajahnya memerah, tapi tetap melotot ke arah Atthy yang sedang menggodanya. "Itu karena aku emosi saat itu..." jawabnya sambil menggosok hidungnya, merasa canggung dengan kata-kata kakaknya. "Dan perhatikan kata-katamu, itu kasar!" Ay menegur kakaknya dengan nada serius, meski matanya masih menyimpan rasa sayang.

Atthy tidak bergeming, tersenyum lebar, menikmati momen ini. "Lalu, bagaimana sekarang?" tanyanya dengan ekspresi setengah bercanda, setengah serius, seperti biasa.

Ay tidak langsung menjawab. Wajahnya yang awalnya ceria kini berubah serius. "Aku masih tidak akan merelakanmu!" jawabnya dengan tegas, namun nada suaranya sedikit melembut. "Tapi aku juga tidak bodoh. Aku tahu kalau menentang bangsawan tinggi seperti itu ada risikonya, Kak. Itu soal berani dan nekat. Kita tidak bisa sembrono. Aku tahu Kakek masih gagah, tapi tidak bisa menutup kenyataan bahwa dia sudah tidak muda lagi. Gafy, kita semua tahu, dia juga berusaha dengan caranya sendiri agar tidak terlalu merepotkan kita meski tubuhnya lemah. Dimi, dia masih bocah, terlalu polos untuk memahami ini."

Ay memandang Atthy dengan serius. "Apa kita sanggup menghadapi Grand Duke yang disegani bahkan oleh keluarga kerajaan?"

Atthy diam sejenak, memandang Ay dalam diam, meresapi kata-kata adiknya. Meskipun Ay mengaku takut, tatapan matanya tetap tajam, penuh tekad dan keberanian. Atthy menyadari, meskipun ada kekhawatiran, Ay tidak akan mundur begitu saja. Ia siap menghadapi apa pun demi keluarga mereka.

Atthy mengangguk pelan, sebuah senyuman lembut menyapanya. "Aku tahu, Ay... kita akan menghadapi ini bersama."

Atthy memandang Ay dengan tatapan penuh kehangatan. Meskipun ada rasa bangga, nada suaranya tetap serius. "Kau sudah dewasa, Ay. Aku tahu kau sangat menyayangiku, tapi ingat, emosi tidak akan menyelesaikan masalah. Jika nanti situasi tidak dapat dikendalikan, kau harus tetap tenang dan ingat tanggung jawabmu sebagai seorang pria dalam keluarga kita."

Ay terdiam sejenak, meresapi perkataan kakaknya. Namun, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak berbicara. "Kakak... Aku..." Ay menatap kakaknya dengan mata penuh kemarahan, "Jangan bicara seperti itu! Jangan bicara tentang pernikahan dengan orang itu, seorang bandot tua itu! Aku tidak bisa menerima itu!"

Atthy tersenyum lembut, namun senyum itu mengandung kehangatan yang hanya dimiliki seorang kakak yang tahu betapa besar perhatian adiknya. Matanya tampak penuh penyesalan. "Aku tahu kau cemas," ujarnya dengan pelan, "tapi kita harus berpikir lebih jauh. Anggap saja ini keberuntungan. Mungkin dengan aku menikah dengannya, kehidupan Gafy dan Dimi akan lebih baik. Mereka akan mendapatkan kesempatan yang lebih layak."

"Apa Kakak gila?!" Ay memotong, wajahnya memerah karena marah. "Bukan 'mungkin', itu sangat buruk, Kak! Aku tidak peduli apa alasanmu!"

Atthy mengangguk, tanda bahwa dia menghargai pendapat Ay meski berbeda. "Iya, iya, baiklah... sangat buruk, puas?" kata Atthy sambil tersenyum santai, meskipun jelas dia tahu perasaan Ay.

Ay memutar matanya kesal, namun hatinya tetap penuh kasih untuk kakaknya. "Jangan coba-coba membujukku dengan cara seperti itu," ujarnya tegas. "Aku tahu kamu punya alasan, tapi itu tidak bisa diterima begitu saja."

Atthy tidak marah, justru ia memandang Ay dengan lembut. "Kesampingkan dulu sisi negatif dari masalah ini, Ay. Mari kita pikirkan dampak positifnya." Ia berhenti sejenak, menatap langit malam yang gelap. "Ay, mungkin pada generasi ayah kita, dia gagal memperbaiki kedudukan keluarga ini. Tapi aku berharap, dengan aku menyetujui pernikahan ini, Dimi bisa menikmati pendidikan di akademi, seperti yang ayah inginkan. Dan aku ingin Gafy bisa meraih impian-impiannya, bisa melihat dunia lebih luas."

Ay ingin menyela, tetapi dia tahu kakaknya berbicara dengan hati. Meskipun hatinya berat, Ay menyadari bahwa dia tidak memiliki kekuatan untuk mengubah keadaan, setidaknya saat ini. Ia hanya bisa mendengarkan.

Atthy melanjutkan, suaranya lembut, "Maafkan aku, Ay. Aku tahu kemampuanmu luar biasa, kau sangat pintar dan berbakat. Tapi, sayangnya, keadaan kita tidak memungkinkanmu untuk mendapatkan pendidikan yang layak di akademi."

Ay menatap kakaknya dengan tatapan penuh semangat, "Kak, aku tahu kamu dan ayah serta kakek bekerja keras untuk kami. Aku memang sedih karena tidak bisa mengenyam pendidikan formal, tapi sama seperti kamu, aku akan berusaha agar Dimi tidak berakhir seperti aku."

Ia menatap Atthy dengan tegas, "Jadi tolong, Kak, lupakan pemikiranmu untuk menikahi pria itu hanya demi hal sepele seperti itu."

Atthy terdiam, meskipun wajahnya tetap serius. "Pendidikan untuk Dimi, kehidupan yang lebih baik untuk Gafy, itu bukan hal sepele, Ay."

"Apa itu sepele, Kak?!" Ay menatap kakaknya dengan mata penuh tekad. "Terlalu mahal untuk mengorbankan masa depanmu hanya demi hal seperti itu! Kakak, sungguh aku sangat tidak menyukainya!" Ay berbicara dengan suara lantang, tidak lagi menahan amarahnya. "Kakak tidak mempercayai kami? Tidak mempercayai kemampuanku untuk berjuang bersama?"

Atthy menatap Ay dengan mata penuh penyesalan. "Ay..."

Ay menatap Atthy dengan serius, matanya penuh tekad. "Jika begitu, bersabarlah. Jangan terburu-buru. Kita akan berusaha bersama. Masih ada tiga tahun lagi sebelum Dimi bisa mengikuti ujian masuk ke akademi kerajaan."

Atthy tersenyum kecil, meskipun hatinya penuh keraguan. "Ya, masih tiga tahun. Kita akan berusaha sama-sama," jawabnya pelan, sedikit mengangguk.

Ay menatap langit malam yang gelap, berharap bahwa masa depan mereka akan lebih cerah. "Setidaknya gelar kakek kita tidak hanya akan berakhir di atas kertas. Aku berharap Dimi bisa mewujudkannya."

"Semoga saja," jawab Atthy, senyum kecil kembali muncul di bibirnya, meski masih ada beban di dalam hatinya.

---

Akhirnya, hari yang selama ini dikhawatirkan oleh keluarga Rowt tiba. Hari yang datang lebih cepat dari perkiraan, seminggu lebih awal dari waktu yang mereka kira.

Baru tiga hari yang lalu, mereka masih membicarakan masalah ini dengan penuh cemas. Namun tiba-tiba, rombongan utusan itu muncul di depan rumah mereka, seakan-akan hari ini adalah titik balik dari segala kekhawatiran. Ini membuat Rowt dan keluarganya semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di balik lamaran ini, sesuatu yang tidak mereka pahami. Hanya saja, Rowt tidak bisa membayangkan apa yang bisa didapatkan dari keluarga mereka dengan melibatkan diri dalam permainan ini. Mereka adalah keluarga bangsawan miskin dengan gelar yang sudah mulai luntur. Seperti yang selalu mereka katakan, sangat tidak masuk akal jika dilihat dari segala aspek.

Rombongan utusan yang membawa calon mempelai wanita tiba dengan sebuah kereta kuda yang dikelilingi oleh beberapa ksatria berkuda. Mereka datang pagi itu juga, menambah kecemasan yang sudah mendera keluarga Rowt. Seorang pria dengan setelan paling rapi dan berkelas di antara seluruh rombongan turun dari kuda, dan tanpa basa-basi, segera memberi salam kepada Rowt dan Ash.

"Selamat pagi, Baron Galina," sapa kepala rombongan itu dengan sikap yang terlalu percaya diri. "Aku Billy Kutcher, utusan dari Tuanku Grand Duke Griffith... Kami datang untuk membawa putrimu ke Alpen sekarang juga."

Salam yang disampaikan oleh Billy Kutcher memang dimulai dengan formalitas, tetapi kesombongan terlihat jelas dari setiap kata yang terucap. Sorot matanya, penuh dengan keangkuhan, seolah-olah menilai mereka sebagai orang yang jauh di bawahnya. Ash, yang sudah merasa cemas dan tidak nyaman dengan situasi ini, menatap Billy dengan tatapan tajam. Nada bicara yang penuh merendahkan itu seolah mengingatkan mereka akan kedudukan mereka yang lebih rendah dalam struktur sosial, meski Rowt adalah seorang bangsawan.

Ash tidak bisa menahan perasaan tidak suka yang semakin tumbuh dalam dirinya. Sikap Billy yang sama sekali tidak menghormati Rowt, yang statusnya lebih tinggi dari orang tersebut, terasa begitu menyinggung. Ash bisa merasakan hawa tegang yang melingkupi ruang ini. Rowt, yang sejak awal merasa ada yang tidak beres, kini semakin yakin bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang sedang direncanakan. Hanya saja, dia masih belum tahu apa itu.

---

Bab terkait

  • MENJEMPUT ISTRIKU   012 Billy kutcher

    **Bab 012 Billy Kutcher**"Selamat pagi, Baron Galina," sapa kepala rombongan itu dengan nada yang diselubungi kepercayaan diri berlebihan. "Aku Billy Kutcher, utusan dari Tuanku Grand Duke Griffith... Kami datang untuk membawa putrimu ke Alpen sekarang juga."Sapaannya terdengar formal, tetapi setiap kata yang terucap seperti pedang yang menyayat, tajam dan penuh penghakiman. Tatapan Billy, penuh keangkuhan, melintas dari wajah mereka seolah-olah mereka hanyalah debu yang tak layak dihargai. Aura kesombongannya begitu jelas, hampir seperti ia tengah menilai mereka sebagai makhluk yang jauh lebih rendah darinya. Ash, yang sudah sejak awal merasa cemas dan tidak nyaman dengan sikap Billy, menatapnya dengan sorot mata yang tajam dan penuh amarah yang sulit ditekan. Hawa dingin mulai memenuhi ruang ini, semakin menebal seiring dengan ketegangan yang semakin memuncak. Setiap kata Billy terasa seperti serangan halus yang merendahkan mereka semua, meski status Rowtag sebagai seorang bangsawa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • MENJEMPUT ISTRIKU   013 Stela, Bela, dan Rosa

    **Bab 013 Stela, Bela, dan Rosa.**---Ash dan Rowt akhirnya pasrah, tidak mampu lagi menahan keputusan Atthy yang sudah mantap.Atthy bukanlah tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja. Ia sudah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum kepergian Laura yang terlalu cepat, dan juga dari Ash, ayahnya, selama ini.Atthy tumbuh sebagai gadis yang dibesarkan dalam kehidupan rakyat jelata, jauh dari kemewahan. Namun, pengetahuan yang dimiliki Atthy melebihi banyak gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy memiliki kualitas yang tidak dapat dipandang sebelah mata, dan Ash sangat memahaminya. Bahkan, dalam setiap pandangan Ash terhadap Atthy, ada rasa bersalah yang mendalam, terutama ketika ia mengingat bagaimana Laura, istrinya, dengan sabar melatih dan mendidik Atthy untuk menjadi seorang Lady yang terhormat. Laura percaya bahwa suatu saat, Atthy akan menjalani hidup yang lebih baik seperti yang seharusnya dijalani seorang bangsawan p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • MENJEMPUT ISTRIKU   014 Alwyn Gusev dan Randy Rozenfeld

    *Bab 014 Alwyn Gusev dan Randy Rozenvelt*Beberapa waktu setelah Atthy selesai dengan segala keperluannya, kereta kuda elegan nan mewah datang menjemputnya. Iringan ini sangat kontras dengan pengiringan yang diterimanya di Caihina—bukan hanya kemewahan atribut yang mereka bawa, tetapi juga etika dan disiplin prajurit yang mengiringinya. Mereka berdiri tegak dan teratur, dengan wibawa yang tak terbantahkan, membuktikan bahwa ini adalah iringan dari kalangan bangsawan sejati.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang diutus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria yang tampak dengan jelas sebagai pemimpin iringan ini. Suaranya rendah dan penuh wibawa, tapi tetap menjaga kesopanan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar begitu elegan, bahkan dalam kalimat yang singkat. Meskipun cepat, cara dia berbicara mencerminkan pengetahuan dan kemanusiaan yang mendalam.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • MENJEMPUT ISTRIKU   015 Perjalanan

    **Bab 015 Perjalanan**Beberapa jam kemudian, seperti yang telah dijelaskan oleh Alwyn, mereka tiba di stasiun dan segera memasuki gerbong khusus yang telah disiapkan untuk mereka. Atthy tercengang saat melihat kereta uap yang megah di hadapannya. Seumur hidupnya, baru kali ini dia melihat kereta uap dengan mata kepalanya. Sebelumnya, ia hanya mengetahui tentang kereta uap melalui cerita ayah atau kakeknya, juga melalui koran dan buku yang pernah dibacanya.Atthy tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya terhadap ''Ular Besi'' yang berdiri gagah di hadapannya. Warna hitam legam kereta itu menambah kesan misterius yang mengagumkan.Melihat reaksi Atthy, ekspresi Alwyn, Randy, dan para pengawal kembali memperlihatkan kesan yang sama seperti saat pertama kali mereka bertemu Atthy. Meskipun begitu, mereka berusaha tetap sopan, tidak menunjukkan rasa heran mereka dengan terlalu jelas, dan tetap menghormati Lady yang saat itu terkesan cukup terpesona oleh teknologi yang belum

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • MENJEMPUT ISTRIKU   016 Kegundahan

    **Bab 016 Kegundahan**Kegugupan Rosa mencuatkan rasa penasaran Alwyn. Ia merasa sudah berada di ambang menemukan sesuatu dari ketiga pelayan Atthy, tetapi jawabannya masih terselubung kabut."Tuan... Tidak ada masalah apa pun. Kami hanya... tidak terbiasa dengan perilaku Nona—eh, maksud saya, Lady Galina," ujar Stela. Sebagai pelayan senior, ia berhasil menyembunyikan rasa gugupnya lebih baik dibandingkan dua lainnya, tetapi bagi Alwyn, kesan itu tidak cukup meyakinkan.Mata Alwyn menyipit sedikit. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi, mempertahankan ekspresi tenang. Dalam pikirannya, suara kesal bergema. ''Sial, aku terlalu ceroboh. Seharusnya aku memanggil mereka satu per satu. Mereka saling melindungi, dan itu hanya memperkuat pertahanannya.''"Baiklah." Alwyn akhirnya mengangguk kecil, nada suaranya datar. "Kalian boleh pergi."Ketiga pelayan itu tampak lega mendengar perintah tersebut, meskipun Alwyn belum selesai. "Tapi ingat," lanjutnya dengan nada tajam yang menahan langkah merek

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • MENJEMPUT ISTRIKU   017 Dokter Sarah Winfold

    **Bab 017 Dokter Sarah Winfold**---HAHHHDesahan yang terdengar cukup keras dan berat dari Alwyn membuat Randy terkejut. Dia menoleh dengan cepat, hanya untuk menemukan wajah sahabatnya yang tampak cemas, sebuah ekspresi yang sangat jarang ia lihat."Alwyn, ada apa?" tanya Randy, dahi mengernyit, merasakan ketegangan yang berbeda dalam sikap Alwyn. "Wajahmu... Terlihat jelas kau sedang cemas... Seperti bukan dirimu yang selalu tenang," lanjutnya, penuh keheranan."Lady Atthaleyah... Aku bingung harus bagaimana?" jawab Alwyn, suaranya penuh keluh kesah."Kenapa?" seru Randy, masih heran. "Bukankah selama ini Lady tidak pernah membuat masalah, kecuali jika dia sakit, tapi itu bukanlah hal yang bisa diatur...""Justru itu masalahnya, Randy," Alwyn memotong, ekspresinya cemberut, matanya tampak penuh keresahan. "Lady tidak pernah mengeluh, bahkan sekali pun! Malah membuatku semakin cemas melihat keadaannya yang semakin membingungkan."Randy terdiam sejenak, mencerna keluhan aneh sahabatn

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • MENJEMPUT ISTRIKU   018 Duke Hugh Griffith

    **Bab 018 Duke Hugh Griffith**Alwyn segera memberi salam dengan hormat pada pria bertubuh tinggi dan gagah di hadapannya. Tanpa ragu, ia langsung bersikap siap, layaknya seorang ajudan yang selalu siaga di hadapan komandannya."Maafkan kelalaian saya, Tuanku. Saya ceroboh tidak memperhitungkan semuanya..." ujar Alwyn dengan nada rendah, berusaha menjelaskan sambil menahan kegugupan yang menggelayuti hatinya.Namun, pria besar itu tampaknya tak peduli sedikit pun dengan penyesalan Alwyn. Dengan nada tegas dan suara yang menggema, ia menyuruh, "Keluarlah! Siapkan kereta kudanya!""Baik, Tuanku," jawab Alwyn singkat, sebelum buru-buru berbalik dan segera pergi, meninggalkan Atthy bersama pria itu di dalam ruangan.Langkah Alwyn cepat namun penuh kecemasan. Meskipun hatinya berat, ia tahu tak ada yang bisa ia lakukan selain menjalankan perintah. Atthy kini ada bersama calon suaminya, dan sebagai seorang pegawai, dia hanya bisa bersimpati, bukan berempati. Dilema itu merayapi pikiran Alwyn

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • MENJEMPUT ISTRIKU   022 Kawan atau Lawan

    **Bab 022 Kawan atau Lawan**Waktu ketika Baron Robert Galina baru saja mengirimkan surat persetujuan pengajuan lamaran Athaleyah Galina.---Pagi di Istana Kerajaan terasa lengang, seolah waktu berjalan lambat dengan setiap detik yang menggerus ketenangan di ruang kerja Grand Duke Margrave. Ruangan ini bukan hanya tempat merumuskan strategi, tapi juga tempat di mana otak tajam Margrave mengendalikan segala keputusan penting. Peta-peta besar terhampar di atas meja, disertai dengan gulungan kertas yang penuh perhitungan. Margrave duduk dengan tenang, matanya menganalisis setiap detail yang terhampar di hadapannya, seolah semua pergerakan dunia politik dapat diprediksi dengan tepat oleh pikirannya.Di seberang meja, Davion duduk dengan ekspresi yang lebih tergesa-gesa. Tangannya bergerak-gerak tak sabar, wajahnya memancarkan ambisi yang terkendali namun jelas-jelas menunjukkan ketidaksabarannya. Ia menunggu, menahan dorongan untuk berbicara, sementara Margrave tetap diam—keheningan yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31

Bab terbaru

  • MENJEMPUT ISTRIKU   022 Kawan atau Lawan

    **Bab 022 Kawan atau Lawan**Waktu ketika Baron Robert Galina baru saja mengirimkan surat persetujuan pengajuan lamaran Athaleyah Galina.---Pagi di Istana Kerajaan terasa lengang, seolah waktu berjalan lambat dengan setiap detik yang menggerus ketenangan di ruang kerja Grand Duke Margrave. Ruangan ini bukan hanya tempat merumuskan strategi, tapi juga tempat di mana otak tajam Margrave mengendalikan segala keputusan penting. Peta-peta besar terhampar di atas meja, disertai dengan gulungan kertas yang penuh perhitungan. Margrave duduk dengan tenang, matanya menganalisis setiap detail yang terhampar di hadapannya, seolah semua pergerakan dunia politik dapat diprediksi dengan tepat oleh pikirannya.Di seberang meja, Davion duduk dengan ekspresi yang lebih tergesa-gesa. Tangannya bergerak-gerak tak sabar, wajahnya memancarkan ambisi yang terkendali namun jelas-jelas menunjukkan ketidaksabarannya. Ia menunggu, menahan dorongan untuk berbicara, sementara Margrave tetap diam—keheningan yang

  • MENJEMPUT ISTRIKU   018 Duke Hugh Griffith

    **Bab 018 Duke Hugh Griffith**Alwyn segera memberi salam dengan hormat pada pria bertubuh tinggi dan gagah di hadapannya. Tanpa ragu, ia langsung bersikap siap, layaknya seorang ajudan yang selalu siaga di hadapan komandannya."Maafkan kelalaian saya, Tuanku. Saya ceroboh tidak memperhitungkan semuanya..." ujar Alwyn dengan nada rendah, berusaha menjelaskan sambil menahan kegugupan yang menggelayuti hatinya.Namun, pria besar itu tampaknya tak peduli sedikit pun dengan penyesalan Alwyn. Dengan nada tegas dan suara yang menggema, ia menyuruh, "Keluarlah! Siapkan kereta kudanya!""Baik, Tuanku," jawab Alwyn singkat, sebelum buru-buru berbalik dan segera pergi, meninggalkan Atthy bersama pria itu di dalam ruangan.Langkah Alwyn cepat namun penuh kecemasan. Meskipun hatinya berat, ia tahu tak ada yang bisa ia lakukan selain menjalankan perintah. Atthy kini ada bersama calon suaminya, dan sebagai seorang pegawai, dia hanya bisa bersimpati, bukan berempati. Dilema itu merayapi pikiran Alwyn

  • MENJEMPUT ISTRIKU   017 Dokter Sarah Winfold

    **Bab 017 Dokter Sarah Winfold**---HAHHHDesahan yang terdengar cukup keras dan berat dari Alwyn membuat Randy terkejut. Dia menoleh dengan cepat, hanya untuk menemukan wajah sahabatnya yang tampak cemas, sebuah ekspresi yang sangat jarang ia lihat."Alwyn, ada apa?" tanya Randy, dahi mengernyit, merasakan ketegangan yang berbeda dalam sikap Alwyn. "Wajahmu... Terlihat jelas kau sedang cemas... Seperti bukan dirimu yang selalu tenang," lanjutnya, penuh keheranan."Lady Atthaleyah... Aku bingung harus bagaimana?" jawab Alwyn, suaranya penuh keluh kesah."Kenapa?" seru Randy, masih heran. "Bukankah selama ini Lady tidak pernah membuat masalah, kecuali jika dia sakit, tapi itu bukanlah hal yang bisa diatur...""Justru itu masalahnya, Randy," Alwyn memotong, ekspresinya cemberut, matanya tampak penuh keresahan. "Lady tidak pernah mengeluh, bahkan sekali pun! Malah membuatku semakin cemas melihat keadaannya yang semakin membingungkan."Randy terdiam sejenak, mencerna keluhan aneh sahabatn

  • MENJEMPUT ISTRIKU   016 Kegundahan

    **Bab 016 Kegundahan**Kegugupan Rosa mencuatkan rasa penasaran Alwyn. Ia merasa sudah berada di ambang menemukan sesuatu dari ketiga pelayan Atthy, tetapi jawabannya masih terselubung kabut."Tuan... Tidak ada masalah apa pun. Kami hanya... tidak terbiasa dengan perilaku Nona—eh, maksud saya, Lady Galina," ujar Stela. Sebagai pelayan senior, ia berhasil menyembunyikan rasa gugupnya lebih baik dibandingkan dua lainnya, tetapi bagi Alwyn, kesan itu tidak cukup meyakinkan.Mata Alwyn menyipit sedikit. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi, mempertahankan ekspresi tenang. Dalam pikirannya, suara kesal bergema. ''Sial, aku terlalu ceroboh. Seharusnya aku memanggil mereka satu per satu. Mereka saling melindungi, dan itu hanya memperkuat pertahanannya.''"Baiklah." Alwyn akhirnya mengangguk kecil, nada suaranya datar. "Kalian boleh pergi."Ketiga pelayan itu tampak lega mendengar perintah tersebut, meskipun Alwyn belum selesai. "Tapi ingat," lanjutnya dengan nada tajam yang menahan langkah merek

  • MENJEMPUT ISTRIKU   015 Perjalanan

    **Bab 015 Perjalanan**Beberapa jam kemudian, seperti yang telah dijelaskan oleh Alwyn, mereka tiba di stasiun dan segera memasuki gerbong khusus yang telah disiapkan untuk mereka. Atthy tercengang saat melihat kereta uap yang megah di hadapannya. Seumur hidupnya, baru kali ini dia melihat kereta uap dengan mata kepalanya. Sebelumnya, ia hanya mengetahui tentang kereta uap melalui cerita ayah atau kakeknya, juga melalui koran dan buku yang pernah dibacanya.Atthy tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya terhadap ''Ular Besi'' yang berdiri gagah di hadapannya. Warna hitam legam kereta itu menambah kesan misterius yang mengagumkan.Melihat reaksi Atthy, ekspresi Alwyn, Randy, dan para pengawal kembali memperlihatkan kesan yang sama seperti saat pertama kali mereka bertemu Atthy. Meskipun begitu, mereka berusaha tetap sopan, tidak menunjukkan rasa heran mereka dengan terlalu jelas, dan tetap menghormati Lady yang saat itu terkesan cukup terpesona oleh teknologi yang belum

  • MENJEMPUT ISTRIKU   014 Alwyn Gusev dan Randy Rozenfeld

    *Bab 014 Alwyn Gusev dan Randy Rozenvelt*Beberapa waktu setelah Atthy selesai dengan segala keperluannya, kereta kuda elegan nan mewah datang menjemputnya. Iringan ini sangat kontras dengan pengiringan yang diterimanya di Caihina—bukan hanya kemewahan atribut yang mereka bawa, tetapi juga etika dan disiplin prajurit yang mengiringinya. Mereka berdiri tegak dan teratur, dengan wibawa yang tak terbantahkan, membuktikan bahwa ini adalah iringan dari kalangan bangsawan sejati.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang diutus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria yang tampak dengan jelas sebagai pemimpin iringan ini. Suaranya rendah dan penuh wibawa, tapi tetap menjaga kesopanan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar begitu elegan, bahkan dalam kalimat yang singkat. Meskipun cepat, cara dia berbicara mencerminkan pengetahuan dan kemanusiaan yang mendalam.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld,

  • MENJEMPUT ISTRIKU   013 Stela, Bela, dan Rosa

    **Bab 013 Stela, Bela, dan Rosa.**---Ash dan Rowt akhirnya pasrah, tidak mampu lagi menahan keputusan Atthy yang sudah mantap.Atthy bukanlah tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja. Ia sudah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum kepergian Laura yang terlalu cepat, dan juga dari Ash, ayahnya, selama ini.Atthy tumbuh sebagai gadis yang dibesarkan dalam kehidupan rakyat jelata, jauh dari kemewahan. Namun, pengetahuan yang dimiliki Atthy melebihi banyak gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy memiliki kualitas yang tidak dapat dipandang sebelah mata, dan Ash sangat memahaminya. Bahkan, dalam setiap pandangan Ash terhadap Atthy, ada rasa bersalah yang mendalam, terutama ketika ia mengingat bagaimana Laura, istrinya, dengan sabar melatih dan mendidik Atthy untuk menjadi seorang Lady yang terhormat. Laura percaya bahwa suatu saat, Atthy akan menjalani hidup yang lebih baik seperti yang seharusnya dijalani seorang bangsawan p

  • MENJEMPUT ISTRIKU   012 Billy kutcher

    **Bab 012 Billy Kutcher**"Selamat pagi, Baron Galina," sapa kepala rombongan itu dengan nada yang diselubungi kepercayaan diri berlebihan. "Aku Billy Kutcher, utusan dari Tuanku Grand Duke Griffith... Kami datang untuk membawa putrimu ke Alpen sekarang juga."Sapaannya terdengar formal, tetapi setiap kata yang terucap seperti pedang yang menyayat, tajam dan penuh penghakiman. Tatapan Billy, penuh keangkuhan, melintas dari wajah mereka seolah-olah mereka hanyalah debu yang tak layak dihargai. Aura kesombongannya begitu jelas, hampir seperti ia tengah menilai mereka sebagai makhluk yang jauh lebih rendah darinya. Ash, yang sudah sejak awal merasa cemas dan tidak nyaman dengan sikap Billy, menatapnya dengan sorot mata yang tajam dan penuh amarah yang sulit ditekan. Hawa dingin mulai memenuhi ruang ini, semakin menebal seiring dengan ketegangan yang semakin memuncak. Setiap kata Billy terasa seperti serangan halus yang merendahkan mereka semua, meski status Rowtag sebagai seorang bangsawa

  • MENJEMPUT ISTRIKU   011 Pengorbanan

    **Bab 011 Pengorbanan**Atthy menatap Ay dengan tatapan tajam, namun dengan lembut dia membelai kepala Ay, menenangkan emosi adiknya yang meluap.''Ay, sebagai bangsawan, kita diajarkan untuk menjaga perilaku dan kata-kata. Meskipun kita tidak mendapat pendidikan formal, orang tua kita, Ash dan Laura, sudah mengajarkan kita dengan baik. Kata-kata kasar tidak seharusnya keluar dari mulut kita, terutama di hadapan bangsawan, apalagi yang berkedudukan tinggi seperti mereka. Perilaku buruk bisa berujung pada konsekuensi berat jika ada petugas yang mendengarnya,'' ujar Atthy, suaranya rendah namun tegas.Ay menunduk, menghela napas panjang. "Maaf, Kak," jawabnya dengan senyum kecil, "Aku kesal. Kita sudah jelas menolaknya, tapi kenapa mereka tetap mengirim utusan untuk menjemputmu?"Atthy menatap Ay dengan tatapan menggoda, "Kau mencemaskanku?"Ay memutar matanya dengan kesal, "Kakak serius menanyakan itu?" jawabnya dengan nada tinggi, lalu melanjutkan, "Athaleyah Galina adalah kakakku. Bag

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status