Cara Billy berbicara dan memandang ayah dan kakeknya menunjukkan kesan buruk dan dengan jelas dia sedang merendahkan Rowtag. Jangankan Ash, bahkan Atthy dan Ay membenci tingkah Billy Kutcher di pertemuan pertama mereka.
Keluarga Rowtag masih bisa menahan emosi mereka dan masih dengan sopan mempersilahkan Billy untuk masuk ke dalam rumah mereka dan bicara dengan lebih leluasa dari pada berdiri di halaman rumah.
''Tuan Kutcher, sepertinya ada kesalahpahaman di sini,'' ujar Rowtag dengan hati-hati.
''Apa maksudmu Baron Galina?'' tanya Billy Kutcher, pemimpin dari utusan iringan untuk menjemput Atthy, dengan nada yang cukup tidak nyaman di dengar telinga keluarga Rowtag saat itu.
Rowtag tidak seperti Ash yang mengenyang bangku pendidikan sebuah akademi. Sebelum mendapat gelar sebagai Baron, dia hanya seorang rakyat jelata dengan profesi utamanya adalah seorang pemburu. Rowtag tidak begitu memahami tentang etika hierarki kesopanan para kaum elit dengan orang yang berkedudukan lebih rendah.
''Tuan, kenapa Anda tiba-tiba datang membawa iringan untuk menjemput putri kami?'' tanya Rowtag yang masih berusaha menjaga kesopanannya.
''Tentu saja kami mengikuti perintah Grand Duke Griffith, dia hanya melakukannya sesuai dengan jawaban suratmu yang menyetujui lamaran Tuanku Grand Duke Griffith,'' jawab utusan itu lagi-lagi dengan nada yang tidak bersahabat.
''Maafkan saya tuan, tapi saya rasa ada kesalahpahaman di sini yang harus kita luruskan!'' jawab Rowtag masih berusaha menjaga tata kramanya saat menghadapi Billy.
''Baron, kesalahpahaman yang mana?'' tanya Billy tanpa menunggu Rowtag mengatupkan mulutnya, ''Tidak mungkin jika Grand Duke membuat kesalahan!'' tambah Billy menambahkan tanggapannya dan seperti sebelumnya, selalu saja dengan gelagat yang menjengkelkan, ''Grand Duke sudah melakukan hal yang benar, sesuai dengan jawaban dari suratmu...''
''Ya tapi, surat itu bukan...''
''Kalau begitu sudah jelas,'' sahut Billy menyambar ucapan Rowtag yang belum selesai, ''Maka ini adalah tanggapan dari suratmu.''
Baik Ash atau pun Ay jadi semakin berang dengan kelakuan Billy sebagai kepala utusan. Dia sama sekali tidak menghormati Rowtag.
Semiskin apa pun Rowtag sekarang, dalam hierarki norma masyarakat yang berlaku, Rowtag tetaplah seorang Baron. Bangsawan yang di angkat langsung oleh Raja, sedangkan dia hanya seorang pelayan tanpa gelar apa pun.
''Tapi Tuan,'' ujar Rowtag yang masih berusaha menyanggah ucapan Billy, ''Kurasa kita harus membicarakannya, sampai saat ini kami merasa jika ada kesa...''
Sekali lagi, Rowtag tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karena ke tidak sopanan dari pemimpin rombongan yang sejak awal sudah menunjukkan arogansinya hanya karena dia adalah orang yang di percayai oleh seorang bangsawan tinggi. Dan, yang lebih membuat keluarga Rowtag kesal, Billy seolah sengaja menunjukkan kekuasaannya dan memandang rendah keluarga Rowtag yang diketahui sudah tidak punya kekuasaan.
''Baron Galina, kami datang dari tempat yang sangat jauh...'' sahut Billy kembali menyela ucapan Rowtag, tapi langsung di potong oleh Ash.
''Tuan Kutcher!'' seru Ash dengan tegas memanggilnya, ''Sudah cukup dengan sikapmu!'' seru Ash lagi, dengan jelas menunjukkan kalau dia memberi peringatan keras, ''Ayahku tetap seorang Baron di sini, jaga bicaramu, kau harus lebih menghormatinya!'' seru Ash melanjutkan, sebagai seorang yang berpendidikan Ash masih berusaha menjaga kalimatnya.
''Ehem... '' Billy membersihkan tenggorokannya setelah terperanjat karena di hardik Ash, ''Baiklah, maafkan saya Baron Galina. Saya masih baru dalam hal ini, saya harap Anda mau mengerti,'' ujar Billy menjawab dan segera memperbaiki sikap tapi jelas terlihat kalau dia tidak tulus, ''Maafkan kelancangan saya Tuan Baron, tapi saya yakin kalian semua juga sudah mengetahuinya, dengan kalian bersikap begini, sama artinya kalian tidak menghormati keputusan yang sudah di ambil oleh Yang mulia Grand Duke Griffith. Kalian telah bersikap tidak hormat pada bangsawan tingkat tinggi, ini adalah sebuah penghinaan... Mengembalikan utusan yang datang, setelah kalian menjawab lamaran yang di kirim Tuanku Grand Duke...''
Billy mulai memperbaiki tata kalimatnya meski masih banyak kesalahan di sana-sini tapi bagi Rowtag dan keluarganya, untuk saat ini, itu sudah cukup dari pada tidak sama sekali setelah sebelumnya Billy berulang kali memotong ucapan Rowtag tanpa berpikir. nyaris di setiap kalimatnya Billy terkesan dengan sengaja menekan keluarga Rowtag dengan membawa nama Gard duke Griffith.
''Tapi Tuan, aku tetap tidak bisa melakukan hal ini!'' seru Rowtag tegas menjawabnya.
''Baron, Anda sadar, jika begini Anda memancing kemarahan Tuanku Grand Duke?!'' seru Billy dengan keangkuhannya hanya karena dia menjadi utusan dari bangsawan tinggi.
Billy hanya seorang pelayan, tapi dengan beraninya dia terus menunjukkan superioritasnya pada keluarga Rowtag. Dia memiliki keberanian hanya karena dia adalah utusan seorang Grand Duke.
Ash berusaha menahan diri dari emosinya yang sejak tadi sudah siap meledak. Begitu pun Ay, beruntung walau dia masih sangat muda dia mampu menahan diri dengan sangat baik.
Rowtag dan Ashton terdiam, mereka sadar kedudukan rendah mereka sebagai bangsawan yang hanya di atas kertas bisa dengan mudah di hancurkan oleh bangsawan tingkat tinggi seperti Grand Duke Griffith yang bahkan Raja tidak akan mencari masalah padanya.
''Tuan, bersabarlah, aku akan membereskan beberapa barangku, segera setelah itu aku akan pergi denganmu!'' sahut Atthy sambil memberi salam padanya kemudian segera beranjak pergi menuju kamarnya.
Rowtag dan Ash meminta Billy untuk duduk dengan sabar dan segera meninggalkannya bersama Aydan, sedangkan mereka berdua mengejar Atthy untuk berbicara dengannya.
**
''Atthy!'' seru Ash memanggilny dengan wajah cemas.
''Ayah...''
''Atthy jangan lakukan ini nak, kita akan berusaha mencari jalan keluar!'' seru Rowtag berusaha menahan Atthy yang telah mantap dengan keputusannya.
''Kek,'' panggil Atthy lembut, dia berusaha merayu ayah dan kakeknya agar tidak emosi, ''Benar apa yang di katakannya. Utusan sudah terlanjur tiba, dengan kedudukan yang kita miliki, kita tidak punya kemampuan untuk menolaknya...''
''Tapi Atthy...'' sahut Ash dengan segera, ''Melihat hal ini, ayah semakin yakin untuk tidak melepaskanmu pada pria sepertinya, ada yang aneh dengan lamaran ini, ini tidak benar Atthy...''
''Ayah, aku mengerti... Tapi, kita sudah tidak bisa menghindarinya lagi, lebih mudah jika kita menghadapinya langsung sekarang,'' jawab Atthy percaya diri.
''Tapi Atthy kau akan sendirian menghadapinya jika begini,'' sahut kakeknya dengan wajah sedih, ''Ah, tidak!'' seru Rowtag tiba-tiba matanya berbinar penuh semangat, ''Aku akan ikut pergi denganmu!''
''Kakek...!'' panggil Atthy dengan nada gemas, ''Tidak dengan keadaan kakek seperti ini!''
Atthy memperingatkan Rowtag karena kondisinya sedang tidak baik sekarang ini. Beberapa hari yang lalu kaki Rowtag tertimpa kereta kuda saat sedang memperbaiki rodanya. Karenanya kaki Rowtag tidak boleh banyak digerakkan dulu untuk sementara apa lagi karena dia sudah tua jadi proses penyembuhan pun berjalan lambat.
''Ayah, ayah yang akan pergi bersamamu!'' sahut Ash dengan segera.
''Ayah... Ay, harus masuk ke pelatihan militer dan itu minggu depan. Jika ayah pergi denganku maka hanya akan ada tiga orang di rumah... Kakek sedang sakit kakinya, bagaimana dengan Gaff dan Dimi?''
''Tapi Atthy...'' sahut Rowtag dan Ash berbarengan.
''Ayah, kakek, kalian yang membesarkan dan mendidikku... Tidak seperti gadis bangsawan lain, aku tidak di besarkan dengan kemewahan melainkan kemandirian. Aku akan menghadapinya, aku pasti bisa... ayah, kakek, percayalah pada ku,'' jawab Atthy dengan penuh senyum, dia berusaha menenangkan dua pria dewasa yang amat di sayanginya, ''Jika situasi di rumah sudah memungkinkan, salah satu dari kalian bisa menyusulku. Tapi, mungkin juga tidak perlu... Mungkin hanya satu atau dua hari aku akan berada di kediaman Grand duke, segera setelah menolak lamaran pernikahannya, aku akan segera kembali.... pulang dan pergi... mungkin satu bulan, kurang lebih.''
''Atthy, maafkan aku, aku bahkan tidak bisa menemanimu,'' ujar Ash dengan ekspresi kecewa, dia sangat menyesali ketidakmampuannya.
''Ayah, kakek, kalian selalu menjagaku, sejak masih di dalam kandungan ibu, jangan begini!... Kita hidup miskin dan kekurangan selama ini, tapi tidak pernah kehilangan harga diri dan kehormatan yang kita miliki... Kakek, kakek memang sudah tua tapi di mataku kakek adalah pemburu hebat yang gagah berani... Atthy yang kalian lihat sekarang adalah hasil didikan kalian berdua, Atthaleyah Galina tidak lemah, aku pasti bisa melakukannya, percayalah!... Aku harus pergi ayah, kakek, untuk keluarga kita...'' ujar Atthy dengan tegas dan lembut meyakinkan mereka.
Ash dan Rowtag akhirnya pasrah saat Atthy sudah mantap dengan keputusannya.Atthy bukan tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja, tapi Atthy telah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum dia meninggal, dan juga dari Ash ayahnya selama ini.Atthy hidup dan dibesarkan sebagai gadis rakyat jelata dalam kehidupan sehari-harinya. Tapi, pengetahuan yang di miliki Atthy, bahkan melebihi yang dimiliki para gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy sangat mumpuni, dia punya kualitas itu, dan Ash sangat memahaminya. Karena hal itu juga Ash hampir selalu merasa bersalah melihat Atthy. Apa lagi saat Laura istrinya masih hidup, dia memperhatikan bagaimana Laura melatih dan mendidiknya untuk bisa hidup sebagai seorang Lady yang terhormat. Karena saat itu, Laura percaya kalau suatu saat nanti, Atthy pasti bisa menjalani hidup yang lebih baik sebagaimana mestinya hidup seo
Beberapa waktu kemudian ketika Atthy sudah selesai dengan segala keperluannya, utusan dari Alpen datang menjemputnya. Kereta kuda elegan nan mewah datang bersama para prajurit gagah berjajar rapi di sekelilingnya, terlihat jelas perbedaan iringan yang datang menjemput Atthy saat di Caihina, bukan hanya kemewahan dari atribut yang di bawa oleh iringan itu tapi juga etika para prajurit yang sopan dan tegas berwibawa pada Atthy.''Selamat siang Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang di utus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria memberi salam pada Atthy, bisa terlihat jelas dia adalah pemimpin dari para utusan ini, intonasi suara dan perilakunya sangat elegan, walau sangat singkat tapi terasa jelas bagaimana menawannya etitude yang di milikinya.''Selamat siang Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld, saya akan jadi komandan pengawal iringan Anda sampai kita tiba di kediaman Tuanku Duke Grif
Beberapa jam kemudian, seperti yang di katakan Alwyn mereka telah sampai di stasiun dan segera memasuki gerbong khusus yang di sediakan untuk mereka. Atthy tercengang melihat kereta uap di hadapannya, seumur hidupnya baru kali ini dia melihat kereta uap dengan mata kepalanya karena selama ini dia hanya tahu tentang kereta uap dari cerita ayah atau kakeknya, juga dari koran atau buku yang dibacanya.Atthy tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya pada Ular Besi yang dengan gagah berdiri di hadapannya cocok dengan warnanya yang hitam legam.Melihat kelakuan Atthy, Alwyn dan Randy kembali menampakkan ekspresi yang sama dengan saat berjumpa Atthy tadi, begitu pun para pengawal. Walau begitu mereka tetap berusaha sopan dan tidak menunjukkan rasa heran mereka dengan terlalu jelas, dan tetap menghormati Lady yang hampir terkesan norak di hadapan mereka sekarang.''Lady... Silahkan,'' ujar Alwyn m
Kegugupan Rosa menyentil rasa penasaran Alwyn, sedikit lagi dia merasa bisa mendapatkan sesuatu dari para pelayan yang di bawa Atthy''Tuan... Tidak ada masalah apa pun, kami hanya tidak terbiasa dengan perilaku nona... Eum... Maksud saya Lady Galina,'' ujar Stela menjawab Alwyn, walau terlihat cemas sebagai pelayan senior dia mampu mengatasinya.''Tch!'' Alwyn berdecap kesal, ''Sepertinya aku melakukan kesalahan, sial... aku ceroboh... seharusnya aku memanggil mereka satu per satu,'' ujar Alwyn menggerutu di dalam hatinya.''Kalian boleh pergi,'' ujar Alwyn melepaskan mereka untuk sementara waktu, ''Ingat, kalian harus segera mengatakan padaku jika ada sesuatu yang membuat Lady kalian merasa tidak nyaman!'' seru Alwyn mengakhiri pembicaraan.Alwyn tahu dengan melihat gelagat mereka, dia tidak akan bisa mendapat informasi yang dia inginkan. Alwyn mengurungkan niatnya untuk menginter
HAHHHTerdengar desahan yang cukup keras dan berat dari Alwyn membuat Randy terkejut melihatnya.''Alwyn, ada apa?'' tanya Randy dengan dahi mengernyit. ''Wajahmu?! Terlihat jelas kau sedang cemas... Seperti bukan dirimu yang selalu tenang,'' ujar Randy lagi, dia heran dengan tampilan yang di tunjukkan Alwyn.''Lady Atthaleyah, aku bingung harus bagaimana?'' jawab Alwyn mengeluh.''Kenapa?!'' seru Randy bertanya dengan heran, ''Bukankah selama ini Lady tidak pernah membuat masalah kecuali dia sakit, tapi itu bukanlah hal yang bisa di atur...'' ujar Randy lagi.''Justru itu masalahnya, karena Lady tidak pernah mengeluh, tidak sekali pun!'' sahut Alwyn dengan ekspresi cemberut, ''Malah membuatku semakin cemas melihat keadaannya.''Randy terdiam mendengar keluhan aneh sahabat baiknya, dia tidak menyangka Alwyn yang selalu menunjukkan topeng tenang seperti tidak
''Kau hanya seorang wanita bodoh... Kau terlalu tinggi berpikir tentang dirimu. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang melemparkan dirinya pada pria di jalanan setiap malam hanya untuk sekantung uang,'' ujar Hugh dengan santainya sambil mencari helai demi helai pakaiannya yang tercecer tak jauh dari tempat tidur.Bergetar tubuh Atthy, mendengar kalimat demi kalimat yang di lontarkan Hugh yang terus merendahkan dirinya. Dia bukan tidak marah, tapi otaknya masih bisa memperingatkannya untuk tidak terbawa emosi demi keluarganya, selain dia hanya bisa membelalakkan matanya menatap Hugh. Seorang pria bangsawan gagah nan tampan bergelar Duke yang sudah tiga bulan berstatus sebagai suaminya.Kata-kata Hugh yang tajam, menghunus tepat di jantung Atthy.Terkejut, heran, bingung, juga marah bercampur jadi satu membangunkan Atthy dari mimpi indahnya semalam.Malam pertama Atthy dan suaminya Duke Griffith, di awali dengan sebuah tragedi dan sama sekali tidak romantis seperti yang dibayangka
Di luar ruangan telah menunggu tiga pelayan pribadi Atthy. Mereka segera menunduk memberi salam saat Hugh keluar dari kamar Atthy. Wajah mereka semua terlihat merona mengingat bagaimana Hugh dan Atthy majikan mereka, baru saja menghabiskan malam bersama untuk pertama kalinya setelah tiga bulan masa pernikahannya.''Tuanku, apa ada hal yang harus saya persiapkan?'' tanya Helena yang baru saja datang lalu segera menyapa menghampiri tuannya.''Panggil Alwyn ke ruanganku segera, dan juga panggil Dr. Windfold untuk melihat kondisinya!'' seru Hugh memerintah.''Maaf, tuanku?!'' jawab Helena dengan wajah bertanya.''Dia... Sepertinya terluka, tidak... Dia, memang terluka... Sudahlah!... Kau urus saja dia!'' seru Hugh, dia berbicara dengan kaku meski wajahnya tetap terlihat datar di mata orang lain, tapi tidak dengan Helena, dia bisa melihat kalau tuannya sedang merona saat ini.Helena heran melihat ekspresi canggung dari tuannya, ekspresi yang sangat jarang di perlihatkan oleh Hugh, meski pun
Atthy menatap Helena yang dengan berani menahan tangannya ketika hendak menanda tangani surat cerai.Helena segera menarik kembali tangannya karena dia sendiri terkejut dengan tindakannya.''Helena!'' seru Atthy refleks menegur tindakan Helena, tapi bola mata Atthy tampak seperti ingin menangis karena dia memahami bagaimana perasaan Helena saat ini.''Duchess,'' panggil Helena dengan suara bergetar, ''Maafkan kelancangan saya... Tapi, Duchess... Tolong pikirkan lagi!'' seru Helena dengan segera, sambil berusaha menundukkan dirinya karena telah melakukan kesalahan sebelumnya, ''Ini... ini... mungkin salah paham...''''Kurasa tidak, Helena!'' seru Atthy sembari memegang tangan helena yang bergetar, ''... aku sudah berjanji pada tuanmu tadi pagi,'' Atthy menambahkan kalimatnya dengan sikap tegas.''Duchess!'' panggil Helena dengan raut wajah cemas, ''Saya mohon Duschess, tolong tahan dulu!... Saya akan menanyakan alasannya pada Tuanku Duke...''Terlihat jelas bahwa Helena tidak lagi bisa
HAHHHTerdengar desahan yang cukup keras dan berat dari Alwyn membuat Randy terkejut melihatnya.''Alwyn, ada apa?'' tanya Randy dengan dahi mengernyit. ''Wajahmu?! Terlihat jelas kau sedang cemas... Seperti bukan dirimu yang selalu tenang,'' ujar Randy lagi, dia heran dengan tampilan yang di tunjukkan Alwyn.''Lady Atthaleyah, aku bingung harus bagaimana?'' jawab Alwyn mengeluh.''Kenapa?!'' seru Randy bertanya dengan heran, ''Bukankah selama ini Lady tidak pernah membuat masalah kecuali dia sakit, tapi itu bukanlah hal yang bisa di atur...'' ujar Randy lagi.''Justru itu masalahnya, karena Lady tidak pernah mengeluh, tidak sekali pun!'' sahut Alwyn dengan ekspresi cemberut, ''Malah membuatku semakin cemas melihat keadaannya.''Randy terdiam mendengar keluhan aneh sahabat baiknya, dia tidak menyangka Alwyn yang selalu menunjukkan topeng tenang seperti tidak
Kegugupan Rosa menyentil rasa penasaran Alwyn, sedikit lagi dia merasa bisa mendapatkan sesuatu dari para pelayan yang di bawa Atthy''Tuan... Tidak ada masalah apa pun, kami hanya tidak terbiasa dengan perilaku nona... Eum... Maksud saya Lady Galina,'' ujar Stela menjawab Alwyn, walau terlihat cemas sebagai pelayan senior dia mampu mengatasinya.''Tch!'' Alwyn berdecap kesal, ''Sepertinya aku melakukan kesalahan, sial... aku ceroboh... seharusnya aku memanggil mereka satu per satu,'' ujar Alwyn menggerutu di dalam hatinya.''Kalian boleh pergi,'' ujar Alwyn melepaskan mereka untuk sementara waktu, ''Ingat, kalian harus segera mengatakan padaku jika ada sesuatu yang membuat Lady kalian merasa tidak nyaman!'' seru Alwyn mengakhiri pembicaraan.Alwyn tahu dengan melihat gelagat mereka, dia tidak akan bisa mendapat informasi yang dia inginkan. Alwyn mengurungkan niatnya untuk menginter
Beberapa jam kemudian, seperti yang di katakan Alwyn mereka telah sampai di stasiun dan segera memasuki gerbong khusus yang di sediakan untuk mereka. Atthy tercengang melihat kereta uap di hadapannya, seumur hidupnya baru kali ini dia melihat kereta uap dengan mata kepalanya karena selama ini dia hanya tahu tentang kereta uap dari cerita ayah atau kakeknya, juga dari koran atau buku yang dibacanya.Atthy tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya pada Ular Besi yang dengan gagah berdiri di hadapannya cocok dengan warnanya yang hitam legam.Melihat kelakuan Atthy, Alwyn dan Randy kembali menampakkan ekspresi yang sama dengan saat berjumpa Atthy tadi, begitu pun para pengawal. Walau begitu mereka tetap berusaha sopan dan tidak menunjukkan rasa heran mereka dengan terlalu jelas, dan tetap menghormati Lady yang hampir terkesan norak di hadapan mereka sekarang.''Lady... Silahkan,'' ujar Alwyn m
Beberapa waktu kemudian ketika Atthy sudah selesai dengan segala keperluannya, utusan dari Alpen datang menjemputnya. Kereta kuda elegan nan mewah datang bersama para prajurit gagah berjajar rapi di sekelilingnya, terlihat jelas perbedaan iringan yang datang menjemput Atthy saat di Caihina, bukan hanya kemewahan dari atribut yang di bawa oleh iringan itu tapi juga etika para prajurit yang sopan dan tegas berwibawa pada Atthy.''Selamat siang Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang di utus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria memberi salam pada Atthy, bisa terlihat jelas dia adalah pemimpin dari para utusan ini, intonasi suara dan perilakunya sangat elegan, walau sangat singkat tapi terasa jelas bagaimana menawannya etitude yang di milikinya.''Selamat siang Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld, saya akan jadi komandan pengawal iringan Anda sampai kita tiba di kediaman Tuanku Duke Grif
Ash dan Rowtag akhirnya pasrah saat Atthy sudah mantap dengan keputusannya.Atthy bukan tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja, tapi Atthy telah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum dia meninggal, dan juga dari Ash ayahnya selama ini.Atthy hidup dan dibesarkan sebagai gadis rakyat jelata dalam kehidupan sehari-harinya. Tapi, pengetahuan yang di miliki Atthy, bahkan melebihi yang dimiliki para gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy sangat mumpuni, dia punya kualitas itu, dan Ash sangat memahaminya. Karena hal itu juga Ash hampir selalu merasa bersalah melihat Atthy. Apa lagi saat Laura istrinya masih hidup, dia memperhatikan bagaimana Laura melatih dan mendidiknya untuk bisa hidup sebagai seorang Lady yang terhormat. Karena saat itu, Laura percaya kalau suatu saat nanti, Atthy pasti bisa menjalani hidup yang lebih baik sebagaimana mestinya hidup seo
Cara Billy berbicara dan memandang ayah dan kakeknya menunjukkan kesan buruk dan dengan jelas dia sedang merendahkan Rowtag. Jangankan Ash, bahkan Atthy dan Ay membenci tingkah Billy Kutcher di pertemuan pertama mereka.Keluarga Rowtag masih bisa menahan emosi mereka dan masih dengan sopan mempersilahkan Billy untuk masuk ke dalam rumah mereka dan bicara dengan lebih leluasa dari pada berdiri di halaman rumah.''Tuan Kutcher, sepertinya ada kesalahpahaman di sini,'' ujar Rowtag dengan hati-hati.''Apa maksudmu Baron Galina?'' tanya Billy Kutcher, pemimpin dari utusan iringan untuk menjemput Atthy, dengan nada yang cukup tidak nyaman di dengar telinga keluarga Rowtag saat itu.Rowtag tidak seperti Ash yang mengenyang bangku pendidikan sebuah akademi. Sebelum mendapat gelar sebagai Baron, dia hanya seorang rakyat jelata dengan profesi utamanya adalah seorang pemburu. Rowtag tidak begitu memahami tentan
Atthy tegas menghardik Ay tapi dengan lembut dia membelai kepala Ay.Atthy mengingatkan Ay karena sebagai bangsawan, meski tidak mendapatkan pendidikan secara formal tapi tetap tidak menutupi fakta bahwa mereka diajarkan dengan baik dan benar oleh kedua orang tuanya. Menjaga santun ucapan supaya kata-kata kasar yang tidak pantas, tidak sampai terucap, setidaknya itulah yang di ajarkan Ash dan Laura ibunya yang seorang guru etiquette. Meski pun pada prakteknya bahkan Ash sendiri masih lalai menerapkannya apa lagi Rowtag. Tapi, masalahnya bukan hanya itu, kata-kata kasar merendahkan yang ditunjukkan pada bangsawan kelas tinggi, apa lagi bangsawan yang termasuk dalam kerabat kerajaan bisa di kenai hukuman berat jika ada petugas berwenang yang mendengarnya.''Maaf, tapi tolong maklumi...'' jawab Ay sambil tersengih pada kakaknya, ''Aku kesal kak, sudah jelas kita menolaknya. Tapi kenapa dia tetap mengirim utusan untuk menjemputmu?!'' seru Ay men
*****Flash back saat Ashton dan Aydan pergi ke pusat kota Nauruan setelah Atthy menyetujui lamaran.Ash dan Ay pergi ke pusat kota hendak berjualan dan mengirimkan surat balasan untuk lamaran Atthy. Sembari berdagang mereka mencoba menggali informasi tentang Griffith dan Alpen untuk memantapkan pemikiran mereka mengenai lamaran Atthy. Hasilnya, meski hanya rumor tapi terlalu banyak cerita menakutkan mengenai Grand Duke Griffith yang di kenal kejam dan berhati dingin, karena itulah dia bisa menaklukkan Alpen dan menjadi penguasa di sana.Ay langsung berontak pada Ash ayahnya seketika itu juga ketika mendengar kalau calon kakak iparnya adalah seorang yang kejam dan tak berperikemanusiaan, saat mereka mencari informasi mengenai Grand Duke Griffith di pusat kota Nauruan beberapa minggu yang lalu.''Ayah aku tidak peduli dengan kedudukan yang di milikinya, walau seorang Grand Duke sekalipun. Bukan hanya dia tua bangka
Pagi itu, keluarga Galina mengerjakan pekerjaan mereka seperti biasanya. Atthy akan membersihkan rumah dan mencuci baju pagi-pagi. Rowtag akan memasak, membuat sarapan di bantu oleh Gafy. Dimi akan mengurus hewan peliharaan, stok protein hewani untuk keluarga. Ash dan Ay, mengurus daging, kulit, dan bulu hewan hasil buruan mereka.Berburu menjadi salah satu keahlian penduduk Caihina. Kulit dan bulu binatang buruan menjadi komoditi unggulan penduduk gurun membuat mereka sangat terkenal di kalangan pedagang. Harga kulit atau bulu hasil produksi penduduk gurun sangat tinggi di pasaran, karena kualitasnya yang sangat unggul di banding di wilayah lain.''Ayah, Kakek!'' panggil Atthy di sela-sela masa senggang mereka setelah sarapan, ''Aku sudah memikirkan mengenai lamaran pernikahan itu.''''Atthy, jangan terburu-buru mengambil keputusan, pikirkan dulu baik-baik!'' seru Ashton, mengingatkan putri sulungnya, ''Masih banyak wak