Share

010 Menolak

Penulis: Wolfy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-29 19:22:56

**Bab 010 Menolak**

---

**Flashback: Pusat Kota Nauruan**

Ash dan Ay tiba di pusat kota Nauruan setelah perjalanan panjang bersama rombongan konvoi. Kota itu ramai seperti biasa, dengan pedagang yang memanggil pelanggan, suara lonceng yang sesekali terdengar di alun-alun, dan hiruk pikuk orang-orang yang sibuk dengan urusan masing-masing. Di tengah kesibukan itu, Ash tidak hanya fokus menjual barang dagangannya tetapi juga menggali informasi tentang Grand Duke Griffith, sosok yang kelak bisa saja menjadi menantunya.

Namun, apa yang mereka dengar dari para penduduk dan pedagang lain hanya menambah berat beban pikiran mereka.

"Grand Duke Griffith? Jangan pernah main-main dengannya," ujar salah satu pedagang dengan nada rendah, seolah takut ada yang mendengar. "Dia itu pria besi. Hatinya sudah beku sejak lama. Tidak ada belas kasihan bagi mereka yang melawannya."

"Mereka bilang," sambung seorang wanita tua yang menjual kain, "dia merebut Alpen dengan darah. Tidak ada yang bisa menantangnya, bahkan keluarga kerajaan sekalipun lebih memilih bekerja sama dengannya daripada menentang kehendaknya."

Rumor demi rumor yang mengalir di telinga mereka seperti racun yang membuat hati Ash semakin ragu. Ay, yang berdiri di dekatnya sambil membantu mengatur barang dagangan, mendengarkan semua itu dengan ekspresi yang semakin suram.

"Ayah," panggil Ay ketika mereka sedang beristirahat di salah satu kedai kecil di sudut kota. Nadanya tegas, tapi ada nada bergetar di sana, seperti hendak meledak. "Apa benar dia itu... calon kakak iparku? Orang tua bangka yang kejam itu?"

Ash mendesah berat. Ia tahu percakapan ini tak bisa dihindari. "Itu hanya rumor, Ay. Kita tidak tahu pasti bagaimana dia sebenarnya."

"Rumor? Ayah, aku tahu ayah juga tidak percaya semua itu hanya cerita kosong!" Ay membanting gelas minumnya ke meja, membuat beberapa pelanggan di sekitar mereka menoleh. "Kakakku bukan barang dagangan, Ayah! Dia manusia, bukan sesuatu yang bisa ditukar demi nama baik atau gelar!"

"Jaga bicaramu, Ay!" hardik Ash, suaranya terdengar seperti cambuk yang menghentikan kemarahan putranya sesaat. "Aku tahu betul apa yang kau rasakan! Kau pikir aku ini bodoh?! Sebelum dia kakakmu, dia adalah putriku. Apa kau pikir aku rela menyerahkan Atthy pada pria seperti itu?!"

Kedua lelaki itu saling menatap, mata mereka penuh kemarahan, tapi juga kegelisahan yang sama. Ay, yang masih muda, terlihat menggertakkan giginya, sementara Ash mencoba menenangkan napasnya.

"Ayah, aku tidak peduli dengan gelarnya, bahkan jika dia seorang raja sekalipun. Aku tidak rela kakakku dijadikan tumbal ambisi bangsawan busuk," ujar Ay, kali ini nadanya lebih pelan tapi penuh tekad. "Tolak lamaran itu, Ayah. Aku mohon."

Ash menatap putranya dalam-dalam. Ada rasa bangga yang sulit dijelaskan melihat keberanian Ay untuk berbicara seperti itu. Meski begitu, dia harus menjaga posisinya sebagai kepala keluarga.

Setelah menarik napas panjang, Ash meletakkan tangannya di bahu Ay dan berkata, "Dengarkan aku, Ay. Kita sedang bermain dalam dunia yang penuh intrik. Aku bukan hanya ayahmu, tapi juga kepala keluarga ini. Setiap keputusan harus kupikirkan matang-matang, bukan hanya untuk Atthy, tapi untuk kalian semua. Jangan pernah berpikir aku akan menyerahkan keluargaku tanpa perlawanan."

Ay terdiam sejenak, memikirkan kata-kata ayahnya. Lalu, dengan raut menyesal, ia berkata, "Maaf, Ayah. Aku tadi terlalu emosi. Aku tahu Ayah hanya ingin yang terbaik untuk kita."

Ash tersenyum tipis. Tangannya terulur, mengusap kepala putranya dengan lembut. "Aku bangga padamu, Ay. Kau masih muda, tapi keberanianmu untuk melindungi keluargamu sudah lebih besar dari pria dewasa. Kakekmu pasti akan bangga melihatmu seperti ini."

Ay menunduk, wajahnya memerah karena malu. "Terima kasih, Ayah."

Namun, di balik senyum kecil itu, Ash tahu ancaman Grand Duke Griffith tidak bisa diabaikan begitu saja. Dia bertekad, apa pun yang terjadi, Atthy tidak akan menjadi korban dari pernikahan politik ini.

---

**Kembali ke Masa Kini**

---

Ash berdiri di ruang tamu sederhana mereka, tatapannya jauh menembus kaca jendela yang dipenuhi embun pagi. Suasana sunyi mencekam, hanya suara kayu yang berderak di perapian kecil di sudut ruangan. Ia baru saja selesai memaparkan hitungannya kepada Rowt, mengungkapkan kecurigaan yang terus menghantui pikirannya sejak menerima kabar tentang utusan dari Alpen.

"Ayah, perhitungannya tidak masuk akal." Ash memutar tubuhnya, menatap Rowt yang duduk santai di kursi kayu. "Seharusnya, berdasarkan perjalanan surat dan logistik, utusan mereka tidak mungkin tiba secepat ini. Tapi kenyataannya mereka bahkan lebih cepat dua belas hari dari perkiraan normal."

Rowtag mendongak, menggaruk jenggotnya yang sudah mulai memutih. "Kau benar tentang itu," gumamnya sambil menyipitkan mata. "Tapi aku tetap tidak mengerti. Untuk apa mereka begitu tergesa-gesa?"

"Itu juga yang menjadi pertanyaanku!" seru Ash dengan nada yang mulai meninggi. "Ayah, ini seperti jebakan. Seolah-olah semua ini sudah dirancang sejak awal."

Rowt mendengus, seolah tak terkesan dengan kegelisahan Ash. "Tentu saja semuanya dirancang. Ini lamaran pernikahan, anak bodoh. Apa kau pikir mereka akan melakukan ini secara sembarangan?"

"Ayah!" Ash membentak, wajahnya merah padam. "Aku serius! Jangan main-main dengan ini! Ini menyangkut masa depan putriku, masa depan Atthy!"

Rowt, bukannya terganggu, justru tersenyum kecil sambil mengangkat alis. "Dan kau pikir aku tidak serius? Jangan terlalu banyak mengoceh, Ashton Galina. Emosimu itu seperti pedang tumpul—hanya membuatmu terlihat lemah."

Ash mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarah. "Kau tampaknya menikmatinya, Ayah. Tapi aku tidak punya waktu untuk bercanda. Kita harus memikirkan langkah selanjutnya."

Rowt mendengus pelan. "Langkah apa? Kau sendiri yang bilang bahwa kita tidak mungkin menghentikan utusan mereka di tengah jalan. Kau mau melawan Grand Duke Griffith? Kita ini cuma keluarga kecil yang bahkan tidak dianggap di kalangan bangsawan! Tidak ada jalan lain, Ash, selain menghadapi mereka saat mereka tiba."

Ash membuang napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Aku tahu itu. Tapi apa kau tidak merasa ada sesuatu yang tidak beres? Untuk apa mereka memaksakan lamaran ini? Kita tidak punya kekuatan, tidak punya harta. Apa yang mereka inginkan dari kita?"

Rowt mengangkat bahu. "Mungkin mereka ingin keturunan."

Ash memutar bola matanya, ekspresinya menunjukkan betapa tidak masuk akalnya pernyataan itu. "Ayah, dia punya empat anak laki-laki dan dua cucu. Kalau dia ingin keturunan, ada banyak wanita bangsawan lain yang akan rela berbaris untuk menjadi istrinya, meski dia sudah bau tanah seperti kau."

Rowt tidak terganggu oleh ejekan Ash. Ia hanya menyeringai kecil. "Kau benar. Tapi bagaimana kalau ada alasan lain?"

"Alasan lain?" Ash menyipitkan matanya, mencoba memahami maksud ayahnya.

"Ya," jawab Rowtag sambil mencondongkan tubuhnya ke depan. "Kau yakin tidak ada yang bermasalah dalam masa lalumu? Tidak ada musuh yang mungkin mencoba mengincar keluarga kita? Atau... mungkin sesuatu yang kau sembunyikan dariku?"

Ash mendengus keras, nadanya sarkastik. "Tentu saja aku punya banyak musuh, Ayah. Bandit yang suka menghadang di perbatasan, para preman pasar yang tidak tahu diri yang selalu mencoba menggoda putriku, atau bahkan wanita-wanita yang tidak bisa menerima penolakanku. Kau tahu, aku pria yang cukup menarik."

Rowt memutar matanya, jelas tak terhibur oleh humor Ash. "Ashton Galina! Sudah cukup dengan omong kosongmu. Aku tidak tertarik mendengarmu membanggakan diri!"

"Kau yang bertanya," balas Ash santai, meski ekspresinya tetap serius. "Dan untuk jawabanmu, aku tidak tahu. Aku tidak punya musuh yang cukup gila untuk mengatur semua ini. Lagipula, pernikahan ini lebih menguntungkan daripada menghancurkan kita. Kalau Atthy sampai menjadi istri Grand Duke Griffith dan berhasil mendapatkan posisinya, bukankah itu malah merugikan mereka?"

Rowt terdiam, merenungkan kata-kata Ash. Setelah beberapa saat, ia mendesah. "Kau benar. Tapi itu tetap tidak menjelaskan kenapa semua ini terjadi. Dan sekarang, masalah terbesarnya adalah bagaimana kita akan menghadapi utusan mereka yang akan tiba dalam waktu sepuluh hari."

Ash mengangguk. "Kita tidak punya pilihan lain. Kita harus menerima mereka dengan hormat, meski aku tahu ini hanya akan membawa lebih banyak masalah."

Keduanya saling menatap dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri. Mereka tahu bahwa apa pun yang terjadi, masa depan keluarga mereka akan berubah selamanya setelah pertemuan itu. Namun, di balik ketegangan dan ketidakpastian, mereka tetap memiliki satu tekad yang sama: melindungi Atthy dengan segala cara.

---

Ash dan Rowt akhirnya terpaksa menceritakan seluruh perkara yang sedang mereka hadapi kepada Atthy dan Ay. Mereka menyadari bahwa kedua anak itu, cepat atau lambat, akan menyadari adanya masalah dan pasti tidak akan tinggal diam. Hanya Gafy dan Dimi yang tidak dilibatkan karena usia mereka yang masih terlalu kecil.

Malam itu, Atthy menemukan Ay yang sedang termenung di atas atap rumah. Tubuhnya merebah santai, pandangannya lurus ke langit malam yang penuh bintang.

"Atthy, apa yang kau lakukan di sini?" gumam Ay tanpa menoleh, menyadari kehadiran kakaknya.

Atthy mengabaikan pertanyaan itu dan ikut duduk di samping Ay. Ia mengikuti arah pandangan adiknya, menatap luasnya langit yang tampak begitu tenang, kontras dengan pikiran mereka yang kacau.

"Ay, apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Atthy lembut.

"Tidak ada," jawab Ay singkat. Suaranya terdengar datar, tapi jelas ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. "Aku hanya mengagumi betapa luasnya angkasa..."

Atthy mendesah pelan. Ia mengenal Ay terlalu baik untuk menerima jawaban itu. "Ay, aku sudah mengasuhmu sejak kau masih kecil. Jangan coba-coba menyembunyikan apa pun dariku," ujarnya sambil menyentil dahi Ay dengan gemas.

Ay memegangi dahinya, mendengus kesal. "Kak, alasan terbesar kenapa kau akhirnya menyetujui lamaran itu adalah karena bujukan Gafy... Apa kau yakin akan menikahi bandot tua itu?" tanyanya tiba-tiba, menatap Atthy dengan tajam.

"Ay, perhatikan cara bicaramu!" tegur Atthy tegas, matanya memandang Ay dengan serius. "Ayah akan sangat marah jika mendengar kau berkata tidak sopan seperti itu."

Namun Ay tidak mundur. Ia mengalihkan pandangannya kembali ke langit, wajahnya menyiratkan keraguan yang mendalam. "Aku hanya tidak mengerti, Kak... Kenapa harus kita? Kenapa kau harus menerima semua ini?"

Atthy terdiam, tidak langsung menjawab. Angin malam yang sejuk terasa begitu dingin, membawa keheningan yang semakin menekan.

---

Bab terkait

  • MENJEMPUT ISTRIKU   011 Pengorbanan

    **Bab 011 Pengorbanan**Atthy menatap Ay dengan tatapan tajam, namun dengan lembut dia membelai kepala Ay, menenangkan emosi adiknya yang meluap.''Ay, sebagai bangsawan, kita diajarkan untuk menjaga perilaku dan kata-kata. Meskipun kita tidak mendapat pendidikan formal, orang tua kita, Ash dan Laura, sudah mengajarkan kita dengan baik. Kata-kata kasar tidak seharusnya keluar dari mulut kita, terutama di hadapan bangsawan, apalagi yang berkedudukan tinggi seperti mereka. Perilaku buruk bisa berujung pada konsekuensi berat jika ada petugas yang mendengarnya,'' ujar Atthy, suaranya rendah namun tegas.Ay menunduk, menghela napas panjang. "Maaf, Kak," jawabnya dengan senyum kecil, "Aku kesal. Kita sudah jelas menolaknya, tapi kenapa mereka tetap mengirim utusan untuk menjemputmu?"Atthy menatap Ay dengan tatapan menggoda, "Kau mencemaskanku?"Ay memutar matanya dengan kesal, "Kakak serius menanyakan itu?" jawabnya dengan nada tinggi, lalu melanjutkan, "Athaleyah Galina adalah kakakku. Bag

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • MENJEMPUT ISTRIKU   012 Billy kutcher

    **Bab 012 Billy Kutcher**"Selamat pagi, Baron Galina," sapa kepala rombongan itu dengan nada yang diselubungi kepercayaan diri berlebihan. "Aku Billy Kutcher, utusan dari Tuanku Grand Duke Griffith... Kami datang untuk membawa putrimu ke Alpen sekarang juga."Sapaannya terdengar formal, tetapi setiap kata yang terucap seperti pedang yang menyayat, tajam dan penuh penghakiman. Tatapan Billy, penuh keangkuhan, melintas dari wajah mereka seolah-olah mereka hanyalah debu yang tak layak dihargai. Aura kesombongannya begitu jelas, hampir seperti ia tengah menilai mereka sebagai makhluk yang jauh lebih rendah darinya. Ash, yang sudah sejak awal merasa cemas dan tidak nyaman dengan sikap Billy, menatapnya dengan sorot mata yang tajam dan penuh amarah yang sulit ditekan. Hawa dingin mulai memenuhi ruang ini, semakin menebal seiring dengan ketegangan yang semakin memuncak. Setiap kata Billy terasa seperti serangan halus yang merendahkan mereka semua, meski status Rowtag sebagai seorang bangsawa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • MENJEMPUT ISTRIKU   013 Stela, Bela, dan Rosa

    **Bab 013 Stela, Bela, dan Rosa.**---Ash dan Rowt akhirnya pasrah, tidak mampu lagi menahan keputusan Atthy yang sudah mantap.Atthy bukanlah tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja. Ia sudah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum kepergian Laura yang terlalu cepat, dan juga dari Ash, ayahnya, selama ini.Atthy tumbuh sebagai gadis yang dibesarkan dalam kehidupan rakyat jelata, jauh dari kemewahan. Namun, pengetahuan yang dimiliki Atthy melebihi banyak gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy memiliki kualitas yang tidak dapat dipandang sebelah mata, dan Ash sangat memahaminya. Bahkan, dalam setiap pandangan Ash terhadap Atthy, ada rasa bersalah yang mendalam, terutama ketika ia mengingat bagaimana Laura, istrinya, dengan sabar melatih dan mendidik Atthy untuk menjadi seorang Lady yang terhormat. Laura percaya bahwa suatu saat, Atthy akan menjalani hidup yang lebih baik seperti yang seharusnya dijalani seorang bangsawan p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • MENJEMPUT ISTRIKU   014 Alwyn Gusev dan Randy Rozenfeld

    *Bab 014 Alwyn Gusev dan Randy Rozenvelt*Beberapa waktu setelah Atthy selesai dengan segala keperluannya, kereta kuda elegan nan mewah datang menjemputnya. Iringan ini sangat kontras dengan pengiringan yang diterimanya di Caihina—bukan hanya kemewahan atribut yang mereka bawa, tetapi juga etika dan disiplin prajurit yang mengiringinya. Mereka berdiri tegak dan teratur, dengan wibawa yang tak terbantahkan, membuktikan bahwa ini adalah iringan dari kalangan bangsawan sejati.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang diutus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria yang tampak dengan jelas sebagai pemimpin iringan ini. Suaranya rendah dan penuh wibawa, tapi tetap menjaga kesopanan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar begitu elegan, bahkan dalam kalimat yang singkat. Meskipun cepat, cara dia berbicara mencerminkan pengetahuan dan kemanusiaan yang mendalam.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • MENJEMPUT ISTRIKU   015 Perjalanan

    **Bab 015 Perjalanan**Beberapa jam kemudian, seperti yang telah dijelaskan oleh Alwyn, mereka tiba di stasiun dan segera memasuki gerbong khusus yang telah disiapkan untuk mereka. Atthy tercengang saat melihat kereta uap yang megah di hadapannya. Seumur hidupnya, baru kali ini dia melihat kereta uap dengan mata kepalanya. Sebelumnya, ia hanya mengetahui tentang kereta uap melalui cerita ayah atau kakeknya, juga melalui koran dan buku yang pernah dibacanya.Atthy tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya terhadap ''Ular Besi'' yang berdiri gagah di hadapannya. Warna hitam legam kereta itu menambah kesan misterius yang mengagumkan.Melihat reaksi Atthy, ekspresi Alwyn, Randy, dan para pengawal kembali memperlihatkan kesan yang sama seperti saat pertama kali mereka bertemu Atthy. Meskipun begitu, mereka berusaha tetap sopan, tidak menunjukkan rasa heran mereka dengan terlalu jelas, dan tetap menghormati Lady yang saat itu terkesan cukup terpesona oleh teknologi yang belum

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • MENJEMPUT ISTRIKU   016 Kegundahan

    **Bab 016 Kegundahan**Kegugupan Rosa mencuatkan rasa penasaran Alwyn. Ia merasa sudah berada di ambang menemukan sesuatu dari ketiga pelayan Atthy, tetapi jawabannya masih terselubung kabut."Tuan... Tidak ada masalah apa pun. Kami hanya... tidak terbiasa dengan perilaku Nona—eh, maksud saya, Lady Galina," ujar Stela. Sebagai pelayan senior, ia berhasil menyembunyikan rasa gugupnya lebih baik dibandingkan dua lainnya, tetapi bagi Alwyn, kesan itu tidak cukup meyakinkan.Mata Alwyn menyipit sedikit. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi, mempertahankan ekspresi tenang. Dalam pikirannya, suara kesal bergema. ''Sial, aku terlalu ceroboh. Seharusnya aku memanggil mereka satu per satu. Mereka saling melindungi, dan itu hanya memperkuat pertahanannya.''"Baiklah." Alwyn akhirnya mengangguk kecil, nada suaranya datar. "Kalian boleh pergi."Ketiga pelayan itu tampak lega mendengar perintah tersebut, meskipun Alwyn belum selesai. "Tapi ingat," lanjutnya dengan nada tajam yang menahan langkah merek

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • MENJEMPUT ISTRIKU   017 Dokter Sarah Winfold

    **Bab 017 Dokter Sarah Winfold**---HAHHHDesahan yang terdengar cukup keras dan berat dari Alwyn membuat Randy terkejut. Dia menoleh dengan cepat, hanya untuk menemukan wajah sahabatnya yang tampak cemas, sebuah ekspresi yang sangat jarang ia lihat."Alwyn, ada apa?" tanya Randy, dahi mengernyit, merasakan ketegangan yang berbeda dalam sikap Alwyn. "Wajahmu... Terlihat jelas kau sedang cemas... Seperti bukan dirimu yang selalu tenang," lanjutnya, penuh keheranan."Lady Atthaleyah... Aku bingung harus bagaimana?" jawab Alwyn, suaranya penuh keluh kesah."Kenapa?" seru Randy, masih heran. "Bukankah selama ini Lady tidak pernah membuat masalah, kecuali jika dia sakit, tapi itu bukanlah hal yang bisa diatur...""Justru itu masalahnya, Randy," Alwyn memotong, ekspresinya cemberut, matanya tampak penuh keresahan. "Lady tidak pernah mengeluh, bahkan sekali pun! Malah membuatku semakin cemas melihat keadaannya yang semakin membingungkan."Randy terdiam sejenak, mencerna keluhan aneh sahabatn

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • MENJEMPUT ISTRIKU   018 Duke Hugh Griffith

    **Bab 018 Duke Hugh Griffith**Alwyn segera memberi salam dengan hormat pada pria bertubuh tinggi dan gagah di hadapannya. Tanpa ragu, ia langsung bersikap siap, layaknya seorang ajudan yang selalu siaga di hadapan komandannya."Maafkan kelalaian saya, Tuanku. Saya ceroboh tidak memperhitungkan semuanya..." ujar Alwyn dengan nada rendah, berusaha menjelaskan sambil menahan kegugupan yang menggelayuti hatinya.Namun, pria besar itu tampaknya tak peduli sedikit pun dengan penyesalan Alwyn. Dengan nada tegas dan suara yang menggema, ia menyuruh, "Keluarlah! Siapkan kereta kudanya!""Baik, Tuanku," jawab Alwyn singkat, sebelum buru-buru berbalik dan segera pergi, meninggalkan Atthy bersama pria itu di dalam ruangan.Langkah Alwyn cepat namun penuh kecemasan. Meskipun hatinya berat, ia tahu tak ada yang bisa ia lakukan selain menjalankan perintah. Atthy kini ada bersama calon suaminya, dan sebagai seorang pegawai, dia hanya bisa bersimpati, bukan berempati. Dilema itu merayapi pikiran Alwyn

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24

Bab terbaru

  • MENJEMPUT ISTRIKU   022 Kawan atau Lawan

    **Bab 022 Kawan atau Lawan**Waktu ketika Baron Robert Galina baru saja mengirimkan surat persetujuan pengajuan lamaran Athaleyah Galina.---Pagi di Istana Kerajaan terasa lengang, seolah waktu berjalan lambat dengan setiap detik yang menggerus ketenangan di ruang kerja Grand Duke Margrave. Ruangan ini bukan hanya tempat merumuskan strategi, tapi juga tempat di mana otak tajam Margrave mengendalikan segala keputusan penting. Peta-peta besar terhampar di atas meja, disertai dengan gulungan kertas yang penuh perhitungan. Margrave duduk dengan tenang, matanya menganalisis setiap detail yang terhampar di hadapannya, seolah semua pergerakan dunia politik dapat diprediksi dengan tepat oleh pikirannya.Di seberang meja, Davion duduk dengan ekspresi yang lebih tergesa-gesa. Tangannya bergerak-gerak tak sabar, wajahnya memancarkan ambisi yang terkendali namun jelas-jelas menunjukkan ketidaksabarannya. Ia menunggu, menahan dorongan untuk berbicara, sementara Margrave tetap diam—keheningan yang

  • MENJEMPUT ISTRIKU   018 Duke Hugh Griffith

    **Bab 018 Duke Hugh Griffith**Alwyn segera memberi salam dengan hormat pada pria bertubuh tinggi dan gagah di hadapannya. Tanpa ragu, ia langsung bersikap siap, layaknya seorang ajudan yang selalu siaga di hadapan komandannya."Maafkan kelalaian saya, Tuanku. Saya ceroboh tidak memperhitungkan semuanya..." ujar Alwyn dengan nada rendah, berusaha menjelaskan sambil menahan kegugupan yang menggelayuti hatinya.Namun, pria besar itu tampaknya tak peduli sedikit pun dengan penyesalan Alwyn. Dengan nada tegas dan suara yang menggema, ia menyuruh, "Keluarlah! Siapkan kereta kudanya!""Baik, Tuanku," jawab Alwyn singkat, sebelum buru-buru berbalik dan segera pergi, meninggalkan Atthy bersama pria itu di dalam ruangan.Langkah Alwyn cepat namun penuh kecemasan. Meskipun hatinya berat, ia tahu tak ada yang bisa ia lakukan selain menjalankan perintah. Atthy kini ada bersama calon suaminya, dan sebagai seorang pegawai, dia hanya bisa bersimpati, bukan berempati. Dilema itu merayapi pikiran Alwyn

  • MENJEMPUT ISTRIKU   017 Dokter Sarah Winfold

    **Bab 017 Dokter Sarah Winfold**---HAHHHDesahan yang terdengar cukup keras dan berat dari Alwyn membuat Randy terkejut. Dia menoleh dengan cepat, hanya untuk menemukan wajah sahabatnya yang tampak cemas, sebuah ekspresi yang sangat jarang ia lihat."Alwyn, ada apa?" tanya Randy, dahi mengernyit, merasakan ketegangan yang berbeda dalam sikap Alwyn. "Wajahmu... Terlihat jelas kau sedang cemas... Seperti bukan dirimu yang selalu tenang," lanjutnya, penuh keheranan."Lady Atthaleyah... Aku bingung harus bagaimana?" jawab Alwyn, suaranya penuh keluh kesah."Kenapa?" seru Randy, masih heran. "Bukankah selama ini Lady tidak pernah membuat masalah, kecuali jika dia sakit, tapi itu bukanlah hal yang bisa diatur...""Justru itu masalahnya, Randy," Alwyn memotong, ekspresinya cemberut, matanya tampak penuh keresahan. "Lady tidak pernah mengeluh, bahkan sekali pun! Malah membuatku semakin cemas melihat keadaannya yang semakin membingungkan."Randy terdiam sejenak, mencerna keluhan aneh sahabatn

  • MENJEMPUT ISTRIKU   016 Kegundahan

    **Bab 016 Kegundahan**Kegugupan Rosa mencuatkan rasa penasaran Alwyn. Ia merasa sudah berada di ambang menemukan sesuatu dari ketiga pelayan Atthy, tetapi jawabannya masih terselubung kabut."Tuan... Tidak ada masalah apa pun. Kami hanya... tidak terbiasa dengan perilaku Nona—eh, maksud saya, Lady Galina," ujar Stela. Sebagai pelayan senior, ia berhasil menyembunyikan rasa gugupnya lebih baik dibandingkan dua lainnya, tetapi bagi Alwyn, kesan itu tidak cukup meyakinkan.Mata Alwyn menyipit sedikit. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi, mempertahankan ekspresi tenang. Dalam pikirannya, suara kesal bergema. ''Sial, aku terlalu ceroboh. Seharusnya aku memanggil mereka satu per satu. Mereka saling melindungi, dan itu hanya memperkuat pertahanannya.''"Baiklah." Alwyn akhirnya mengangguk kecil, nada suaranya datar. "Kalian boleh pergi."Ketiga pelayan itu tampak lega mendengar perintah tersebut, meskipun Alwyn belum selesai. "Tapi ingat," lanjutnya dengan nada tajam yang menahan langkah merek

  • MENJEMPUT ISTRIKU   015 Perjalanan

    **Bab 015 Perjalanan**Beberapa jam kemudian, seperti yang telah dijelaskan oleh Alwyn, mereka tiba di stasiun dan segera memasuki gerbong khusus yang telah disiapkan untuk mereka. Atthy tercengang saat melihat kereta uap yang megah di hadapannya. Seumur hidupnya, baru kali ini dia melihat kereta uap dengan mata kepalanya. Sebelumnya, ia hanya mengetahui tentang kereta uap melalui cerita ayah atau kakeknya, juga melalui koran dan buku yang pernah dibacanya.Atthy tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya terhadap ''Ular Besi'' yang berdiri gagah di hadapannya. Warna hitam legam kereta itu menambah kesan misterius yang mengagumkan.Melihat reaksi Atthy, ekspresi Alwyn, Randy, dan para pengawal kembali memperlihatkan kesan yang sama seperti saat pertama kali mereka bertemu Atthy. Meskipun begitu, mereka berusaha tetap sopan, tidak menunjukkan rasa heran mereka dengan terlalu jelas, dan tetap menghormati Lady yang saat itu terkesan cukup terpesona oleh teknologi yang belum

  • MENJEMPUT ISTRIKU   014 Alwyn Gusev dan Randy Rozenfeld

    *Bab 014 Alwyn Gusev dan Randy Rozenvelt*Beberapa waktu setelah Atthy selesai dengan segala keperluannya, kereta kuda elegan nan mewah datang menjemputnya. Iringan ini sangat kontras dengan pengiringan yang diterimanya di Caihina—bukan hanya kemewahan atribut yang mereka bawa, tetapi juga etika dan disiplin prajurit yang mengiringinya. Mereka berdiri tegak dan teratur, dengan wibawa yang tak terbantahkan, membuktikan bahwa ini adalah iringan dari kalangan bangsawan sejati.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang diutus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria yang tampak dengan jelas sebagai pemimpin iringan ini. Suaranya rendah dan penuh wibawa, tapi tetap menjaga kesopanan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar begitu elegan, bahkan dalam kalimat yang singkat. Meskipun cepat, cara dia berbicara mencerminkan pengetahuan dan kemanusiaan yang mendalam.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld,

  • MENJEMPUT ISTRIKU   013 Stela, Bela, dan Rosa

    **Bab 013 Stela, Bela, dan Rosa.**---Ash dan Rowt akhirnya pasrah, tidak mampu lagi menahan keputusan Atthy yang sudah mantap.Atthy bukanlah tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja. Ia sudah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum kepergian Laura yang terlalu cepat, dan juga dari Ash, ayahnya, selama ini.Atthy tumbuh sebagai gadis yang dibesarkan dalam kehidupan rakyat jelata, jauh dari kemewahan. Namun, pengetahuan yang dimiliki Atthy melebihi banyak gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy memiliki kualitas yang tidak dapat dipandang sebelah mata, dan Ash sangat memahaminya. Bahkan, dalam setiap pandangan Ash terhadap Atthy, ada rasa bersalah yang mendalam, terutama ketika ia mengingat bagaimana Laura, istrinya, dengan sabar melatih dan mendidik Atthy untuk menjadi seorang Lady yang terhormat. Laura percaya bahwa suatu saat, Atthy akan menjalani hidup yang lebih baik seperti yang seharusnya dijalani seorang bangsawan p

  • MENJEMPUT ISTRIKU   012 Billy kutcher

    **Bab 012 Billy Kutcher**"Selamat pagi, Baron Galina," sapa kepala rombongan itu dengan nada yang diselubungi kepercayaan diri berlebihan. "Aku Billy Kutcher, utusan dari Tuanku Grand Duke Griffith... Kami datang untuk membawa putrimu ke Alpen sekarang juga."Sapaannya terdengar formal, tetapi setiap kata yang terucap seperti pedang yang menyayat, tajam dan penuh penghakiman. Tatapan Billy, penuh keangkuhan, melintas dari wajah mereka seolah-olah mereka hanyalah debu yang tak layak dihargai. Aura kesombongannya begitu jelas, hampir seperti ia tengah menilai mereka sebagai makhluk yang jauh lebih rendah darinya. Ash, yang sudah sejak awal merasa cemas dan tidak nyaman dengan sikap Billy, menatapnya dengan sorot mata yang tajam dan penuh amarah yang sulit ditekan. Hawa dingin mulai memenuhi ruang ini, semakin menebal seiring dengan ketegangan yang semakin memuncak. Setiap kata Billy terasa seperti serangan halus yang merendahkan mereka semua, meski status Rowtag sebagai seorang bangsawa

  • MENJEMPUT ISTRIKU   011 Pengorbanan

    **Bab 011 Pengorbanan**Atthy menatap Ay dengan tatapan tajam, namun dengan lembut dia membelai kepala Ay, menenangkan emosi adiknya yang meluap.''Ay, sebagai bangsawan, kita diajarkan untuk menjaga perilaku dan kata-kata. Meskipun kita tidak mendapat pendidikan formal, orang tua kita, Ash dan Laura, sudah mengajarkan kita dengan baik. Kata-kata kasar tidak seharusnya keluar dari mulut kita, terutama di hadapan bangsawan, apalagi yang berkedudukan tinggi seperti mereka. Perilaku buruk bisa berujung pada konsekuensi berat jika ada petugas yang mendengarnya,'' ujar Atthy, suaranya rendah namun tegas.Ay menunduk, menghela napas panjang. "Maaf, Kak," jawabnya dengan senyum kecil, "Aku kesal. Kita sudah jelas menolaknya, tapi kenapa mereka tetap mengirim utusan untuk menjemputmu?"Atthy menatap Ay dengan tatapan menggoda, "Kau mencemaskanku?"Ay memutar matanya dengan kesal, "Kakak serius menanyakan itu?" jawabnya dengan nada tinggi, lalu melanjutkan, "Athaleyah Galina adalah kakakku. Bag

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status