Atthy tegas menghardik Ay tapi dengan lembut dia membelai kepala Ay.
Atthy mengingatkan Ay karena sebagai bangsawan, meski tidak mendapatkan pendidikan secara formal tapi tetap tidak menutupi fakta bahwa mereka diajarkan dengan baik dan benar oleh kedua orang tuanya. Menjaga santun ucapan supaya kata-kata kasar yang tidak pantas, tidak sampai terucap, setidaknya itulah yang di ajarkan Ash dan Laura ibunya yang seorang guru etiquette. Meski pun pada prakteknya bahkan Ash sendiri masih lalai menerapkannya apa lagi Rowtag. Tapi, masalahnya bukan hanya itu, kata-kata kasar merendahkan yang ditunjukkan pada bangsawan kelas tinggi, apa lagi bangsawan yang termasuk dalam kerabat kerajaan bisa di kenai hukuman berat jika ada petugas berwenang yang mendengarnya.
''Maaf, tapi tolong maklumi...'' jawab Ay sambil tersengih pada kakaknya, ''Aku kesal kak, sudah jelas kita menolaknya. Tapi kenapa dia tetap mengirim utusan untuk menjemputmu?!'' seru Ay menjawab Atthy dengan ekspresi seriusnya.
''Kau mencemaskanku?'' tanya Atthy dengan ekspresi menggoda.
''Kakak serius menayakannya?!'' sahut Ay dengan nada kesal di tanggapi anggukkan Atthy dengan ekspresi setengah meledek, ''Athaleyah Galina adalah kakakku, bagaimana mungkin aku, Aydan Galina, adikmu ini tidak mencemaskannya?!''
''Hehehe...'' tersengeh Atthy sambil menggosok hidungnya yang tidak gatal mendengar pernyataan tegas Ay yang kesal dengan tingkah sok dewasa Atthy, ''Aku tahu, kalian semua amat menyayangiku, aku mengerti...''
''Makanya jangan tertawa seolah tidak ada apa-apa!'' sahut Ay ketus, dia masih kesal dengan Atthy tapi tetap menanggapi kakaknya dengan kasih sayang, ''Kenapa sikap kakak sama seperti kakek? Yang selalu saja bersikap santai hampir di setiap situasi...'' Ay menjeda ucapannya sesaat dengan ekspresi tampak memelas, lalu kembali melanjutkann ucapannya dengan serius, ''Aku sangat cemas, kita hanya seorang keluarga bangsawan rendah yang bahkan tidak di kenal di kalangan para aristokrat. Bagaimana kita bisa menghadapi seorang Grand Duke dengan kekuasaan besar yang juga di dukung oleh pihak kerajaan?!''
''Lalu, siapa yang dengan lantang bilang 'tidak akan peduli dengan kedudukannya walau dia seorang Grand Duke sekali pun'...'' sahut Atthy menanggapi Ay dengan setengah bercanda menggoda adiknya, ''Bukankah itu adalah adik kecilku yang manis yang akan melindungi kakaknya dari pernikahan dengan seorang bandot tua yang sudah bau tanah...'' tambah Atthy sambil terkekeh melihat wajah Ay yang tersipu tapi tetap melotot melirik Atthy yang sedang menggodanya.
''Itu karena aku emosi saat itu...'' jawab Ay sambil menggosok hidungnya dengan telinga memerah karena tersipu malu, ''Dan, perhatikan kata-katamu, itu kasar!'' tambah Ay membalas peringatan kakaknya tadi.
Atthy masih bersikap santai dia tersenyum menanggapi Ay.
''Lalu, bagaimana sekarang?!'' seru Atthy bertanya, dia masih mencoba menguji adiknya.
''Aku masih tidak akan merelakanmu!'' sahut Ay tegas, ''Tapi, aku juga tidak bodoh dengan berlagak sok tangguh...'' tambah Ay melembutkan nada suaranya, ''Aku juga punya rasa takut kak, konsekuensi menentang seorang bangsawan tinggi berkekuasaan besar... Itu satu dan lain hal tentang berani dan nekat. Terlalu beresiko... aku tahu Kakek masih gagah tapi tidak menutup fakta jika dia juga sudah tidak lagi muda... Gafy, kita semua tahu jika dia juga berusaha dengan caranya sendiri agar tidak lebih merepotkan keluarganya meski dengan tubuhnya yang lemah. Dimi, dia hanya tahu bermain, masih bocah bau kencur... Apa kita sanggup menghadapinya, Grand Duke yang disegani bahkan oleh keluarga kerajaan?''
Ay menjawab Atthy dengan penjelasan panjang sambil memasang ekspresi serius di wajahnya. Tapi satu hal tidak luput dari perhatian Atthy saat itu. Walau Ay berkata kalau dia takut, tapi sorot matanya tetap tajam. Sorot mata Ay seolah mengatakan kalau dia siap dengan apa pun dan tidak akan menyesalinya.
''Kau sudah dewasa Ay, aku tahu kau sangat menyayangiku. Tapi ingat Ay, emosi tidak akan menyelesaikan masalah... Ay, jika nanti situasi ada di luar kendali, kau harus tetap tenang dan pikirkan beban tanggung jawabmu sebagai seorang pria dalam keluarga!'' seru Atthy dengan wajah bangga memuji Ay tulus dari hatinya, ''Ay, anggap saja ini keberuntungan, mungkin dengan aku menjadi istri bandot tua itu, kehidupan Gafy dan Dimi bisa jadi lebih baik...''
''KAKAK!!!'' seru Ay menghardik dengan mata melotot.
Atthy tersenyum melihat kemarahan terpancar dari bola mata hijau adik lelakinya.
Atthy mengangguk kecil, dengan matanya dia menyatakan permintaan maafnya pada Ay meski tidak terucap.
''Kau khawatir?!'' sahut Atthy dengan wajah tersenyum menanggapi emosi Aydan.
''Haruskah kau tanyakan itu lagi?!'' seru Ay menyahut dengan ekspresi marah.
HEHEHE...
Atthy terkekeh menikmati perbincangan mereka dari hati ke hati, Atthy sangat tahu betapa Ay peduli terhadap dirinya.
''Menikah dengan seorang tua mungkin terdengar buruk...''
''Apa kakak bodoh?!'' sahut Ay menyela kakaknya dengan sangat kesal, ''Bukan mungkin, tapi sangat buruk!''
''Iya, iya, baiklah... sangat buruk, puas?!''
Ay mengangguk menanggapi kakaknya yang masih dengan gaya santainya menjawab keluh kesahnya.
''Kesampingkan dulu sisi negatif dari permasalahan ini... bagaimana jika kita pikirkan dulu dampak positifnya?!''
Ay mengernyitkan dahi menanggapi ucapan kakaknya yang jelas memperlihatkan kalau Atthy sedang membujuk.
''Ay, mungkin pada generasi ayah, dia gagal memperbaiki kedudukan kita sebagai seorang bangsawan... Tapi aku berharap, dengan aku menyetujui pernikahan ini, maka Dimi bisa menikmati pendidikan di akademi seperti ayah. Dan juga, aku berharap supaya Gafy bisa segera melakukan segala keinginannya untuk bisa melihat luasnya dunia...'' ujar Atthy, sembari kembali melihat ke atas langit.
Ay ingin menyela ucapan Atthy tapi dia bisa memahami apa yang membuat kakaknya berpikir seperti itu. Dan, saat ini Ay tidak punya kemampuan untuk berbuat lebih karena dia masih anak-anak.
''Maafkan aku Ay, aku tahu kemampuanmu, kau sangat pintar dan berbakat. Tapi, sayang... Keadaan kita tidak memungkinkanmu untuk bisa memperoleh pendidikan yang layak di akademi,'' ujar Atthy melanjutkan lagi dengan ekspresi kecewa dan penuh penyesalan.
''Kak, aku tahu, seperti ayah dan kakek, kakak juga bekerja keras untuk kami. Aku memang sedih tidak bisa mengenyang pendidikan formal. Tapi sama seperti kakak, aku juga akan berusaha agar Damian tidak berakhir seperti ku...'' jawab Ay bersemangat, dia tidak mau melihat Atthy bersedih hati, ''Jadi, tolong... lupakan pikiranmu untuk menikahi prang tua itu kalau itu hanya untuk hal sepele seperti itu...''
''Pendidikan untuk Dimi, kehidupan lebih baik untuk Gaff, itu bukan sepele...'' sahut atthy dengan ekspresi serius.
''Itu sepele kak... terlalu mahal jika masa depanmu yang jadi bayarannya!'' seru Ay tak kalah serius.
Ay dengan tegas memberikan pendapatnya. kali ini dia dengan lantang memberi tahu Atthy kalau pemikirannya untuk mengorbankan dirinya, sangat salah.
''Kakak tidak mempercayaiku?!''
''Ay...'' panggil Atthy dengan wajah memelas menanggapi ucapan Aydan.
''Kalau begitu, bersabarlah... tunggu... aku... tidak... kita semua... akan bersama-sama berusaha. Masih ada tiga tahun lagi sampai Dimi bisa mengikuti ujian masuk ke akademi kerajaan...''
''Eum...'' angguk Atthy tersenyum, dia tahu adiknya dengan tulus berusaha menghiburnya, dia menginginkan yang terbaik untuk kakak perempuannya, ''Masih tiga tahun lagi sampai dia bisa masuk ke akademi, kita berusaha sama-sama...''
''Ya, setidaknya gelar yang di miliki kakek tidak hanya berakhir di atas kertas saja. Aku harap Dimi bisa mewujudkannya,'' ujar Ay sambil terus menatap langit malam.
''Semoga saja,'' jawab Atthy dengan senyum merekah di bibirnya.
Ay lima tahun lebih muda dari Atthy, dia juga yang paling dekat dan memahami Atthy.
Ay memang baru berusia tiga belas tahun, tapi dengan didikan dari Rowtag dan Ash dia jadi remaja tangguh yang cerdas. Tahun depan, dia berencana menjalani pelatihan militer untuk menjadi prajurit. Biasanya remaja yang ingin jadi prajurit akan mendaftarkan diri ketika mereka berusia minimal dua belas tahun. Tapi, Ay gagal tahun kemarin karena tiba-tiba Gafy koleps. Walau hanya bangsawan miskin, tapi gelar yang di miliki kakeknya akan menuntunnya menjadi seorang ksatria dan bukan prajurit biasa dari golongan rakyat jelata.
*****
Akhirnya, hari yang di khawatirkan oleh keluarga Rowtag tiba. Hari yang seminggu lebih cepat dari perkiraan kedatangan mereka.
Baru tiga hari yang lalu mereka membicarakan masalah ini. Tapi tiba-tiba mereka datang di depan rumah mereka, membuat Rowtag dan keluarganya jadi semakin yakin bahwa ada plot tersembunyi yang di rencanakan dari lamaran ini. Hanya saja Rowtag tidak habis pikir, apa yang bisa mereka dapatkan dari keluarga Rowtag dengan melakukan semua ini, tentu saja sangat tidak masuk akal jika di tilik aspek mana pun menurut mereka.
Rombongan utusan iringan calon mempelai wanita telah tiba dengan sebuah kereta kuda dan beberapa ksatria berkuda datang pagi itu ke kediaman Rowtag. Seorang pria dengan setelan paling rapi dan berkelas di antara semua rombongan turun dari kuda dan segera memberi salam pada Rowtag dan Ash.
''Selamat pagi Baron Galina, aku Billy Kutcher utusan Tuanku Grand Duke Griffith... Kami akan membawa putrimu ke Alpen sekarang!'' sapa kepala rombongan utusan yang hadir saat itu.
Kepala utusan yang datang memang mengucapkan salam terlebih dulu pada Rowtag dan Ash tapi kesombongan terlihat jelas dari sorot mata dan gaya bicaranya. Ash sudah merasa tidak suka dengan salam pertama yang di berikan oleh pemimpin rombongan, dia merendahkan keluarganya dengan nada bicaranya yang sama sekali tidak menghormati Rowtag yang berstatus jauh lebih tinggi dari padanya.
Cara Billy berbicara dan memandang ayah dan kakeknya menunjukkan kesan buruk dan dengan jelas dia sedang merendahkan Rowtag. Jangankan Ash, bahkan Atthy dan Ay membenci tingkah Billy Kutcher di pertemuan pertama mereka.Keluarga Rowtag masih bisa menahan emosi mereka dan masih dengan sopan mempersilahkan Billy untuk masuk ke dalam rumah mereka dan bicara dengan lebih leluasa dari pada berdiri di halaman rumah.''Tuan Kutcher, sepertinya ada kesalahpahaman di sini,'' ujar Rowtag dengan hati-hati.''Apa maksudmu Baron Galina?'' tanya Billy Kutcher, pemimpin dari utusan iringan untuk menjemput Atthy, dengan nada yang cukup tidak nyaman di dengar telinga keluarga Rowtag saat itu.Rowtag tidak seperti Ash yang mengenyang bangku pendidikan sebuah akademi. Sebelum mendapat gelar sebagai Baron, dia hanya seorang rakyat jelata dengan profesi utamanya adalah seorang pemburu. Rowtag tidak begitu memahami tentan
Ash dan Rowtag akhirnya pasrah saat Atthy sudah mantap dengan keputusannya.Atthy bukan tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja, tapi Atthy telah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum dia meninggal, dan juga dari Ash ayahnya selama ini.Atthy hidup dan dibesarkan sebagai gadis rakyat jelata dalam kehidupan sehari-harinya. Tapi, pengetahuan yang di miliki Atthy, bahkan melebihi yang dimiliki para gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy sangat mumpuni, dia punya kualitas itu, dan Ash sangat memahaminya. Karena hal itu juga Ash hampir selalu merasa bersalah melihat Atthy. Apa lagi saat Laura istrinya masih hidup, dia memperhatikan bagaimana Laura melatih dan mendidiknya untuk bisa hidup sebagai seorang Lady yang terhormat. Karena saat itu, Laura percaya kalau suatu saat nanti, Atthy pasti bisa menjalani hidup yang lebih baik sebagaimana mestinya hidup seo
Beberapa waktu kemudian ketika Atthy sudah selesai dengan segala keperluannya, utusan dari Alpen datang menjemputnya. Kereta kuda elegan nan mewah datang bersama para prajurit gagah berjajar rapi di sekelilingnya, terlihat jelas perbedaan iringan yang datang menjemput Atthy saat di Caihina, bukan hanya kemewahan dari atribut yang di bawa oleh iringan itu tapi juga etika para prajurit yang sopan dan tegas berwibawa pada Atthy.''Selamat siang Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang di utus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria memberi salam pada Atthy, bisa terlihat jelas dia adalah pemimpin dari para utusan ini, intonasi suara dan perilakunya sangat elegan, walau sangat singkat tapi terasa jelas bagaimana menawannya etitude yang di milikinya.''Selamat siang Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld, saya akan jadi komandan pengawal iringan Anda sampai kita tiba di kediaman Tuanku Duke Grif
Beberapa jam kemudian, seperti yang di katakan Alwyn mereka telah sampai di stasiun dan segera memasuki gerbong khusus yang di sediakan untuk mereka. Atthy tercengang melihat kereta uap di hadapannya, seumur hidupnya baru kali ini dia melihat kereta uap dengan mata kepalanya karena selama ini dia hanya tahu tentang kereta uap dari cerita ayah atau kakeknya, juga dari koran atau buku yang dibacanya.Atthy tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya pada Ular Besi yang dengan gagah berdiri di hadapannya cocok dengan warnanya yang hitam legam.Melihat kelakuan Atthy, Alwyn dan Randy kembali menampakkan ekspresi yang sama dengan saat berjumpa Atthy tadi, begitu pun para pengawal. Walau begitu mereka tetap berusaha sopan dan tidak menunjukkan rasa heran mereka dengan terlalu jelas, dan tetap menghormati Lady yang hampir terkesan norak di hadapan mereka sekarang.''Lady... Silahkan,'' ujar Alwyn m
Kegugupan Rosa menyentil rasa penasaran Alwyn, sedikit lagi dia merasa bisa mendapatkan sesuatu dari para pelayan yang di bawa Atthy''Tuan... Tidak ada masalah apa pun, kami hanya tidak terbiasa dengan perilaku nona... Eum... Maksud saya Lady Galina,'' ujar Stela menjawab Alwyn, walau terlihat cemas sebagai pelayan senior dia mampu mengatasinya.''Tch!'' Alwyn berdecap kesal, ''Sepertinya aku melakukan kesalahan, sial... aku ceroboh... seharusnya aku memanggil mereka satu per satu,'' ujar Alwyn menggerutu di dalam hatinya.''Kalian boleh pergi,'' ujar Alwyn melepaskan mereka untuk sementara waktu, ''Ingat, kalian harus segera mengatakan padaku jika ada sesuatu yang membuat Lady kalian merasa tidak nyaman!'' seru Alwyn mengakhiri pembicaraan.Alwyn tahu dengan melihat gelagat mereka, dia tidak akan bisa mendapat informasi yang dia inginkan. Alwyn mengurungkan niatnya untuk menginter
HAHHHTerdengar desahan yang cukup keras dan berat dari Alwyn membuat Randy terkejut melihatnya.''Alwyn, ada apa?'' tanya Randy dengan dahi mengernyit. ''Wajahmu?! Terlihat jelas kau sedang cemas... Seperti bukan dirimu yang selalu tenang,'' ujar Randy lagi, dia heran dengan tampilan yang di tunjukkan Alwyn.''Lady Atthaleyah, aku bingung harus bagaimana?'' jawab Alwyn mengeluh.''Kenapa?!'' seru Randy bertanya dengan heran, ''Bukankah selama ini Lady tidak pernah membuat masalah kecuali dia sakit, tapi itu bukanlah hal yang bisa di atur...'' ujar Randy lagi.''Justru itu masalahnya, karena Lady tidak pernah mengeluh, tidak sekali pun!'' sahut Alwyn dengan ekspresi cemberut, ''Malah membuatku semakin cemas melihat keadaannya.''Randy terdiam mendengar keluhan aneh sahabat baiknya, dia tidak menyangka Alwyn yang selalu menunjukkan topeng tenang seperti tidak
''Kau hanya seorang wanita bodoh... Kau terlalu tinggi berpikir tentang dirimu. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang melemparkan dirinya pada pria di jalanan setiap malam hanya untuk sekantung uang,'' ujar Hugh dengan santainya sambil mencari helai demi helai pakaiannya yang tercecer tak jauh dari tempat tidur.Bergetar tubuh Atthy, mendengar kalimat demi kalimat yang di lontarkan Hugh yang terus merendahkan dirinya. Dia bukan tidak marah, tapi otaknya masih bisa memperingatkannya untuk tidak terbawa emosi demi keluarganya, selain dia hanya bisa membelalakkan matanya menatap Hugh. Seorang pria bangsawan gagah nan tampan bergelar Duke yang sudah tiga bulan berstatus sebagai suaminya.Kata-kata Hugh yang tajam, menghunus tepat di jantung Atthy.Terkejut, heran, bingung, juga marah bercampur jadi satu membangunkan Atthy dari mimpi indahnya semalam.Malam pertama Atthy dan suaminya Duke Griffith, di awali dengan sebuah tragedi dan sama sekali tidak romantis seperti yang dibayangka
Di luar ruangan telah menunggu tiga pelayan pribadi Atthy. Mereka segera menunduk memberi salam saat Hugh keluar dari kamar Atthy. Wajah mereka semua terlihat merona mengingat bagaimana Hugh dan Atthy majikan mereka, baru saja menghabiskan malam bersama untuk pertama kalinya setelah tiga bulan masa pernikahannya.''Tuanku, apa ada hal yang harus saya persiapkan?'' tanya Helena yang baru saja datang lalu segera menyapa menghampiri tuannya.''Panggil Alwyn ke ruanganku segera, dan juga panggil Dr. Windfold untuk melihat kondisinya!'' seru Hugh memerintah.''Maaf, tuanku?!'' jawab Helena dengan wajah bertanya.''Dia... Sepertinya terluka, tidak... Dia, memang terluka... Sudahlah!... Kau urus saja dia!'' seru Hugh, dia berbicara dengan kaku meski wajahnya tetap terlihat datar di mata orang lain, tapi tidak dengan Helena, dia bisa melihat kalau tuannya sedang merona saat ini.Helena heran melihat ekspresi canggung dari tuannya, ekspresi yang sangat jarang di perlihatkan oleh Hugh, meski pun
HAHHHTerdengar desahan yang cukup keras dan berat dari Alwyn membuat Randy terkejut melihatnya.''Alwyn, ada apa?'' tanya Randy dengan dahi mengernyit. ''Wajahmu?! Terlihat jelas kau sedang cemas... Seperti bukan dirimu yang selalu tenang,'' ujar Randy lagi, dia heran dengan tampilan yang di tunjukkan Alwyn.''Lady Atthaleyah, aku bingung harus bagaimana?'' jawab Alwyn mengeluh.''Kenapa?!'' seru Randy bertanya dengan heran, ''Bukankah selama ini Lady tidak pernah membuat masalah kecuali dia sakit, tapi itu bukanlah hal yang bisa di atur...'' ujar Randy lagi.''Justru itu masalahnya, karena Lady tidak pernah mengeluh, tidak sekali pun!'' sahut Alwyn dengan ekspresi cemberut, ''Malah membuatku semakin cemas melihat keadaannya.''Randy terdiam mendengar keluhan aneh sahabat baiknya, dia tidak menyangka Alwyn yang selalu menunjukkan topeng tenang seperti tidak
Kegugupan Rosa menyentil rasa penasaran Alwyn, sedikit lagi dia merasa bisa mendapatkan sesuatu dari para pelayan yang di bawa Atthy''Tuan... Tidak ada masalah apa pun, kami hanya tidak terbiasa dengan perilaku nona... Eum... Maksud saya Lady Galina,'' ujar Stela menjawab Alwyn, walau terlihat cemas sebagai pelayan senior dia mampu mengatasinya.''Tch!'' Alwyn berdecap kesal, ''Sepertinya aku melakukan kesalahan, sial... aku ceroboh... seharusnya aku memanggil mereka satu per satu,'' ujar Alwyn menggerutu di dalam hatinya.''Kalian boleh pergi,'' ujar Alwyn melepaskan mereka untuk sementara waktu, ''Ingat, kalian harus segera mengatakan padaku jika ada sesuatu yang membuat Lady kalian merasa tidak nyaman!'' seru Alwyn mengakhiri pembicaraan.Alwyn tahu dengan melihat gelagat mereka, dia tidak akan bisa mendapat informasi yang dia inginkan. Alwyn mengurungkan niatnya untuk menginter
Beberapa jam kemudian, seperti yang di katakan Alwyn mereka telah sampai di stasiun dan segera memasuki gerbong khusus yang di sediakan untuk mereka. Atthy tercengang melihat kereta uap di hadapannya, seumur hidupnya baru kali ini dia melihat kereta uap dengan mata kepalanya karena selama ini dia hanya tahu tentang kereta uap dari cerita ayah atau kakeknya, juga dari koran atau buku yang dibacanya.Atthy tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya pada Ular Besi yang dengan gagah berdiri di hadapannya cocok dengan warnanya yang hitam legam.Melihat kelakuan Atthy, Alwyn dan Randy kembali menampakkan ekspresi yang sama dengan saat berjumpa Atthy tadi, begitu pun para pengawal. Walau begitu mereka tetap berusaha sopan dan tidak menunjukkan rasa heran mereka dengan terlalu jelas, dan tetap menghormati Lady yang hampir terkesan norak di hadapan mereka sekarang.''Lady... Silahkan,'' ujar Alwyn m
Beberapa waktu kemudian ketika Atthy sudah selesai dengan segala keperluannya, utusan dari Alpen datang menjemputnya. Kereta kuda elegan nan mewah datang bersama para prajurit gagah berjajar rapi di sekelilingnya, terlihat jelas perbedaan iringan yang datang menjemput Atthy saat di Caihina, bukan hanya kemewahan dari atribut yang di bawa oleh iringan itu tapi juga etika para prajurit yang sopan dan tegas berwibawa pada Atthy.''Selamat siang Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang di utus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria memberi salam pada Atthy, bisa terlihat jelas dia adalah pemimpin dari para utusan ini, intonasi suara dan perilakunya sangat elegan, walau sangat singkat tapi terasa jelas bagaimana menawannya etitude yang di milikinya.''Selamat siang Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld, saya akan jadi komandan pengawal iringan Anda sampai kita tiba di kediaman Tuanku Duke Grif
Ash dan Rowtag akhirnya pasrah saat Atthy sudah mantap dengan keputusannya.Atthy bukan tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja, tapi Atthy telah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum dia meninggal, dan juga dari Ash ayahnya selama ini.Atthy hidup dan dibesarkan sebagai gadis rakyat jelata dalam kehidupan sehari-harinya. Tapi, pengetahuan yang di miliki Atthy, bahkan melebihi yang dimiliki para gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy sangat mumpuni, dia punya kualitas itu, dan Ash sangat memahaminya. Karena hal itu juga Ash hampir selalu merasa bersalah melihat Atthy. Apa lagi saat Laura istrinya masih hidup, dia memperhatikan bagaimana Laura melatih dan mendidiknya untuk bisa hidup sebagai seorang Lady yang terhormat. Karena saat itu, Laura percaya kalau suatu saat nanti, Atthy pasti bisa menjalani hidup yang lebih baik sebagaimana mestinya hidup seo
Cara Billy berbicara dan memandang ayah dan kakeknya menunjukkan kesan buruk dan dengan jelas dia sedang merendahkan Rowtag. Jangankan Ash, bahkan Atthy dan Ay membenci tingkah Billy Kutcher di pertemuan pertama mereka.Keluarga Rowtag masih bisa menahan emosi mereka dan masih dengan sopan mempersilahkan Billy untuk masuk ke dalam rumah mereka dan bicara dengan lebih leluasa dari pada berdiri di halaman rumah.''Tuan Kutcher, sepertinya ada kesalahpahaman di sini,'' ujar Rowtag dengan hati-hati.''Apa maksudmu Baron Galina?'' tanya Billy Kutcher, pemimpin dari utusan iringan untuk menjemput Atthy, dengan nada yang cukup tidak nyaman di dengar telinga keluarga Rowtag saat itu.Rowtag tidak seperti Ash yang mengenyang bangku pendidikan sebuah akademi. Sebelum mendapat gelar sebagai Baron, dia hanya seorang rakyat jelata dengan profesi utamanya adalah seorang pemburu. Rowtag tidak begitu memahami tentan
Atthy tegas menghardik Ay tapi dengan lembut dia membelai kepala Ay.Atthy mengingatkan Ay karena sebagai bangsawan, meski tidak mendapatkan pendidikan secara formal tapi tetap tidak menutupi fakta bahwa mereka diajarkan dengan baik dan benar oleh kedua orang tuanya. Menjaga santun ucapan supaya kata-kata kasar yang tidak pantas, tidak sampai terucap, setidaknya itulah yang di ajarkan Ash dan Laura ibunya yang seorang guru etiquette. Meski pun pada prakteknya bahkan Ash sendiri masih lalai menerapkannya apa lagi Rowtag. Tapi, masalahnya bukan hanya itu, kata-kata kasar merendahkan yang ditunjukkan pada bangsawan kelas tinggi, apa lagi bangsawan yang termasuk dalam kerabat kerajaan bisa di kenai hukuman berat jika ada petugas berwenang yang mendengarnya.''Maaf, tapi tolong maklumi...'' jawab Ay sambil tersengih pada kakaknya, ''Aku kesal kak, sudah jelas kita menolaknya. Tapi kenapa dia tetap mengirim utusan untuk menjemputmu?!'' seru Ay men
*****Flash back saat Ashton dan Aydan pergi ke pusat kota Nauruan setelah Atthy menyetujui lamaran.Ash dan Ay pergi ke pusat kota hendak berjualan dan mengirimkan surat balasan untuk lamaran Atthy. Sembari berdagang mereka mencoba menggali informasi tentang Griffith dan Alpen untuk memantapkan pemikiran mereka mengenai lamaran Atthy. Hasilnya, meski hanya rumor tapi terlalu banyak cerita menakutkan mengenai Grand Duke Griffith yang di kenal kejam dan berhati dingin, karena itulah dia bisa menaklukkan Alpen dan menjadi penguasa di sana.Ay langsung berontak pada Ash ayahnya seketika itu juga ketika mendengar kalau calon kakak iparnya adalah seorang yang kejam dan tak berperikemanusiaan, saat mereka mencari informasi mengenai Grand Duke Griffith di pusat kota Nauruan beberapa minggu yang lalu.''Ayah aku tidak peduli dengan kedudukan yang di milikinya, walau seorang Grand Duke sekalipun. Bukan hanya dia tua bangka
Pagi itu, keluarga Galina mengerjakan pekerjaan mereka seperti biasanya. Atthy akan membersihkan rumah dan mencuci baju pagi-pagi. Rowtag akan memasak, membuat sarapan di bantu oleh Gafy. Dimi akan mengurus hewan peliharaan, stok protein hewani untuk keluarga. Ash dan Ay, mengurus daging, kulit, dan bulu hewan hasil buruan mereka.Berburu menjadi salah satu keahlian penduduk Caihina. Kulit dan bulu binatang buruan menjadi komoditi unggulan penduduk gurun membuat mereka sangat terkenal di kalangan pedagang. Harga kulit atau bulu hasil produksi penduduk gurun sangat tinggi di pasaran, karena kualitasnya yang sangat unggul di banding di wilayah lain.''Ayah, Kakek!'' panggil Atthy di sela-sela masa senggang mereka setelah sarapan, ''Aku sudah memikirkan mengenai lamaran pernikahan itu.''''Atthy, jangan terburu-buru mengambil keputusan, pikirkan dulu baik-baik!'' seru Ashton, mengingatkan putri sulungnya, ''Masih banyak wak