PLETIK PLETIK PLETIK
Di kegelapan malam, di dalam ruangan mewah yang sunyi senyap, terdengar suara kayu yang terbakar di perapian.
Setelah pingsan di kereta tadi pagi, Atthy tidur nyaris sepanjang hari.
Di tempat tidur, Atthy yang nyaman beristirahat terbangun. Dia mulai mengerjapkan matanya, dia masih linglung karena belum sadar sepenuhnya. Perlahan-lahan Atthy berusaha menarik tubuhnya untuk duduk. Baru saja dapat posisi yang pas, dia langsung terkejut, saat mendapati seorang pria duduk menatapnya di samping tempat tidurnya.
Matanya terbelalak dengan jantung yang berdegup sangat kuat seolah kuda yang berlari di pacuan. Atthy benar-benar terkejut setengah mati. Kejadian barusan membuat Atthy berpikir bahwa, baru saja dia siuman tapi langsung di hadapkan dengan ganasnya Dewa perang tepat di hadapannya.
''Kau sudah bangun?''
Hugh bertanya dengan nada datar nyaris tanpa menggerakkan tubuhnya. Dia terlihat sangat tenang tapi aura di sekitarnya membuat Atthy tidak bisa tidak waspada dengan kehadirannya.
Atthy menatap Hugh dengan sorot mata tajam, walau dia terkejut, tapi nalurinya yang sudah terbiasa dengan bahaya saat berburu, membuat Atthy justru bersikap waspada mempelajari situasi. Dia menelan ludah sebelum akhirnya mengangguk menjawab pertanyaan Hugh. Tenggorokannya terasa kering, dia sangat ingin minum tapi dia tidak berani beranjak melihat sosok mirip Dewa perang ternyata memandanginya semenjak dia tidur tadi.
Hugh menatap lurus ke dalam mata Atthy dalam diam, beberapa saat kemudian dia bangun dan menuangkan air dalam gelas, memberikannya pada Atthy, kemudian pergi begitu saja meninggalkan ruangan tempat Atthy tidur.
Atthy heran dan diam seribu bahasa, dia merasa aneh dengan kelakuan pria besar yang baru saja pergi meninggalkannya begitu saja.
''Apa-apaan dia?!''
''Kenapa dia begitu?!''
''Apa maunya?''
''Aura Dewa perang yang hampir selalu berhadapan dengan maut bencana dan perawakan tubuh besarnya sangat cocok untuknya. Beruntung dia punya wajah yang tampan, kalau tidak, wanita hamil bisa melahirkan sebelum waktunya, melihat tampilannya yang buas. Bagaimana Alwyn dan Randy bisa bekerja dengannya?''
''Ck-ck-ck... Kasihan mereka''
''Dia menyia-nyiakan wajah tampannya itu, pantas saja kau tidak bisa punya istri yang cantik...''
''HA!!!''
''Mungkinkah, karena hal itu!... Makanya dia mengajukan lamaran untukku?!''
Atthy bergumam dan juga kadang-kadang menjerit sekuat-kuatnya sampai bergema suaranya di dalam ruangan kosong dan megah itu.
BANDOT TUA
Terhitung, sudah dua kali dia menjerit karena terkejut, dan langsung segera mendekap mulutnya.
Dia hanya refleks berteriak karena kaget, dia baru sadar kalau pria yang ada di hadapannya adalah pria muda yang tampan dan gagah, sama sekali bukan pria tua bau tanah seperti yang selama ini di sebutkan oleh Ash, ayahnya. Atau pun Ay, adiknya.
"Bukan!... Sudah jelas bukan... Dia tampan dan gagah, jelas tidak mungkin dia seusia kakek!... Apa aku salah? Apa mungkin dia hanya di utus oleh ayahnya?... Argh!... Masa bodoh, aku tidak bisa berpikir apa-apa sekarang..."
Setelah bengong beberapa waktu Atthy melampiaskan semua unek-uneknya di dalam kamar besar yang amat mewah itu. Setelah puas dia meluapkan kegelisahan di hatinya sejak pertama kali melihat Hugh di kereta api, akhirnya dia tertidur kembali setelah kelelahan berkeluh kesah sendirian di ruangan besar nan megah yang bahkan lebih besar dari rumahnya di Caihina.
*****
Duke Hugh Ethan Griffith, adalah anak kedua dari empat anak lelaki Grand Duke Griffith. Hugh memperoleh gelar Dukenya sendiri saat dia berusia 23 tahun, setahun setelah dia memenangkan peperangan melawan bangsa Goth dan berhasil merebut wilayah Skythia sepenuhnya. Wilayah Skythia adalah pegunungan luas yang menjadi perebutan antara Xipil dan Goth.
Sejak Hugh berusia 12 tahun, dia telah turun ke medan perang bersama kakak tertuanya. Lalu, saat Hugh berusia 15 tahun, dia mendapat kepercayaan untuk menjadi komandan pemimpin pasukan untuk merebut wilayah Skythia setelah kakak laki-lakinya tewas terbunuh dalam perang tersebut. Sembilan tahun dia berjibaku dalam peperangan penuh darah di Skythia hingga akhirnya berhasil memukul mundur bangsa Goth menjauh sepenuhnya dari Skythia.
Skythia memiliki Luas yang nyaris sama dengan Alpen. Karena Skythia baru saja di dapat setelah memenangkan peperangan panjang selama ratusan tahun, baru sekitar 30% wilayahnya yang bisa di explorasi dan mulai di bangun selama lima tahun terakhir semenjak Hugh menguasainya.
Berkat usaha dan kegigihan Hugh dan juga almarhum kakaknya, dia memperoleh gelar Duke dan juga sekaligus wilayah Skythia untuk di kuasai dan atur olehnya. Dari Skythia, Hugh mendapatkan tambang batu bara, tembaga, dan emas, membuatnya jadi sangat kaya. Kemenangan Hugh memperoleh wilayah Skythia semakin memperkuat kedudukan Dinasti Griffith dalam hierarki Kerajaan Xipil dan bangsawan lain di dalam wilayah Kerajaan.
Selain Griffith, sampai detik ini tidak ada bangsawan yang punya nyali dan cukup gila untuk bisa mengatur tiga wilayah besar yang jadi perebutan empat kerajaan besar selama ratusan tahun. Alpen yang telah berhasil di kuasai sepenuhnya oleh Griffith seabad yang lalu. Dan sekarang Skythia, yang akhirnya berhasil dikuasai juga oleh keturunan Griffith.
Tiga wilayah besar yang menyimpan kekayaan alam luar biasa yaitu Alpen, sekarang Skythia, dan berikutnya yang sedang di taklukan oleh adik Hugh, anak ke tiga dari Garnd Duke Griffith, yaitu wilayah Kargavs. Ketiga wilayah besar itu, meski dua wilayah telah di kuasai Griffith dari Kerajaan Xipil. Tapi, Alpen dan Skythia masih saja mendapatkan ancaman dari Bangsa Goth, Bangsa Mori, dan Bangsa Sovit. Mereka adalah bangsa besar yang masih tidak mau melepaskan Alpen, Skythia dan Kargavs. Mereka adalah bangsa yang dikenal brutal di dukung dengan kekuatan fisik yang juga sangat kuat, banyaknya kabar gila mengenai keganasan tiga bangsa itu, membuat tidak ada yang berani menduduki wilayah Skythia, Alpen, dan Kargavs yang amat kaya akan hasil alam. Kabar yang paling mengerikan adalah, mereka memakan daging musuhnya hidup atau mati, jika musuh tertangkap dalam keadaan hidup maka mereka akan jadi stok persediaan makanan. Segila itu kabar yang beredar, membuat banyak bangsawan Xipil ciut nyalinya untuk berusaha menguasai Skythia dan Alpen yang sudah di kuasai oleh rekan satu Kerajaan mereka, yaitu Griffith.
Kehadiran Griffith menjadi sangat vital untuk mengatur area perbatasan. Apa lagi, para bangsawan penguasa wilayah yang bersebelahan langsung dengan wilayah Skythia dan Alpen. Karena, jika Griffith jatuh, maka sudah pasti wilayah mereka yang berikutnya. Keberadaan Griffith sangat penting, baik untuk keamanan dan juga roda politik. Sayangnya, sejak generasi Griffith berdiri selama hampir dua abad yang lalu, posisi Griffith dalam kancah politik terkesan abu-abu. Tidak hitam atau pun putih.
Bukan hal baru di Xipil jika ada empat kubu politik dengan Kerajaan yang menjadi pusatnya, Griffith di utara, Margrave di timur, Badam di barat, dan sisanya adalah bangsawan yang tidak punya prinsip terombang-ambing ke sana kemari. Karena tidak ada bangsawan yang punya kiprah cukup perkasa di wilayah selatan, yang justru malah membuat wilayah itu selalu saling berebut kekuasaan di antara mereka sendiri.
Margrave dan Badam saling berebut simpati dari para bangsawan, para aristokrat dan juga dari para saudagar besar pendukung kerajaan. Mereka saling tarik, berusaha mendapat kepercayaan dari kerajaan yang telah sangat mempercayai Griffith meski memiliki karakter keras dan dingin. Pihak kerajaan seolah tidak memiliki pilihan lain selain berdamai dengan karakter Griffith yang terkesan angkuh, tidak menghormati Kerajaan. Tapi keperkasaan klan Griffith membuat kerajaan tidak punya pilihan selain bergantung padanya untuk pengamanan wilayah utara. Wilayah paling kaya tapi paling berbahaya.
Wilayah Utara milik Griffith adalah penyumbang pajak hingga 40% dari semua wilayah milik kerajaan.
Tanpa Griffith wilayah utara tidak akan bertahan dari serangan Goth, Mori, dan Sovit. Jika tiga negara itu berhasil memasuki wilayah Xipil. Sudah bisa di pastikan para bangsawan yang hanya bermulut besar akan kewalahan menghadapi invasi mereka. Para bangsawan hipokrit itu membenci kekuasaan dan kekayaan yang di miliki Griffith, tapi mereka juga tidak berani bersaing secara langsung dengan sepak terjang kepemimpinan Griffith, yang sukses menjaga perbatasan hingga saat ini.
Dari generasi pendahulunya hampir dua abad yang lalu, Klan Griffith di kenal sebagai SERIGALA PENAKLUK ALPEN Salah satu dari tiga wilayah besar yang jadi incaran empat Negara. Xipil, Goth, Mori, dan Sovit.
Sejak saat itu Griffith memegang kekuasaan penuh untuk menaklukkan dua wilayah lain, dengan Alpen sebagai pusatnya. Seabad kemudian usaha klan Griffith membuahkan hasil dengan berhasil di kuasainya Alpen. Lalu sekarang, Skythia berhasil di taklukan oleh Hugh.
Hugh adalah panglima perang yang melancarkan pukulan terakhir, tapi tanpa usaha keras dari para pendahulunya, tentu jalan Hugh tidak akan secepat ini untuk memperoleh kemenangannya di Skythia.
**
**Bab 001 Duka di Malam Pertama**Atthy menatap suaminya, Duke Hugh Griffith, dengan mata yang terbuka lebar, berusaha mencerna setiap kata yang baru saja terlontar dari mulutnya. Kamar tidur yang luas dan penuh kemewahan kini terasa sangat sempit, sesak dengan ketegangan yang hampir tidak bisa ditahan. Hugh, pria yang seharusnya menjadi pelindung dan pasangan hidupnya, malah berdiri dengan santainya di dekat lemari pakaian, menyusun helai demi helai pakaian yang tercecer di lantai, seakan tak ada yang penting di dunia ini selain dirinya sendiri.''Kau hanya seorang wanita bodoh... Kau terlalu tinggi berpikir tentang dirimu. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang melemparkan dirinya pada pria di jalanan setiap malam hanya untuk sekantung uang,'' ujar Hugh, suaranya terdengar datar, seperti tidak peduli sedikit pun dengan perasaan Atthy.Kata-kata itu seperti pisau yang menusuk jantung Atthy, membuat tubuhnya bergetar hebat. Tidak ada kemarahan yang terluapkan, hanya rasa hancur
**Bab 002: Gelar Duchess**Di luar ruangan, tiga pelayan pribadi Atthy menunggu, gelisah. Mereka segera menunduk memberikan salam ketika Hugh keluar dari kamar Atthy. Ada kesan aneh di wajah mereka—suatu perasaan yang sulit untuk dipahami, meski jelas terlihat bahwa mereka tidak bisa menahan rasa penasaran dan kebingungannya. Suasana pagi itu tampak penuh dengan rahasia yang belum terungkap. Apalagi, baru saja Hugh dan Atthy—majikan mereka—menghabiskan malam bersama untuk pertama kalinya setelah tiga bulan masa pernikahan mereka yang terkesan dingin."Tuanku, apa ada hal yang harus saya persiapkan?" tanya Helena, kepala pelayan yang baru saja tiba dan dengan sigap mendekat."Panggil Alwyn ke ruanganku segera, dan juga panggil Dr. Windfold untuk melihat kondisinya!" seru Hugh dengan nada perintah yang keras.Helena sedikit terkejut. "Maaf, tuanku?!""Dia... Sepertinya terluka. Tidak... Dia memang terluka... Sudahlah! Kau urus saja dia!" seru Hugh dengan suara yang semakin tegang. Meskip
**Bab 003 Dokumen Perceraian**Atthy menatap surat perceraian itu, jarinya terulur ke atas kertas, namun entah mengapa, seolah ada sesuatu yang menahan gerakannya. Tatapannya kosong, meskipun dalam hati, perasaan berkecamuk. Dia tahu apa yang harus dia lakukan, tapi kenyataan tetap terasa menyesakkan. Tangan Helena dengan berani menahan tangan Atthy, menahan tindakan yang hampir pasti akan mengubah segalanya.Helena menarik kembali tangannya dengan cepat, tubuhnya gemetar, tak menyangka akan melakukan itu. Kejutan dan ketegangan yang terpendam membuat perasaannya campur aduk.“Helena!” seru Atthy dengan nada terkejut, namun ada keraguan dalam suaranya. Bola matanya memancarkan perasaan yang sulit dicerna. Seolah ingin menangis, tapi dia menahan diri, memahami perasaan yang sedang dirasakan oleh wanita itu. “Kau... kenapa?” Atthy bertanya, suaranya pelan namun penuh makna.“Duchess,” Helena berbicara dengan suara bergetar, “Maafkan saya. Tapi, tolong pikirkan lagi!” serunya, mencoba unt
**Bab 004 Kekacauan di Ruangan Alwyn**Selama berada di Manor, Atthy tidak pernah sekalipun mengeluh. Wanita muda itu lebih suka menyendiri, menjaga jarak dari hiruk-pikuk sekitar. Hanya ketika benar-benar diperlukan, Atthy keluar dari Manor. Sebagian besar waktunya dihabiskan di dalam, menikmati ketenangan. Hal ini cukup mengejutkan bagi sebagian besar penghuni Manor. Mereka sudah mendengar banyak cerita mengenai wanita yang akan menjadi istri Duke Hugh Griffith, tapi kenyataannya Atthy jauh berbeda dari yang dibayangkan banyak orang.Para penghuni Manor awalnya tidak menyukai kehadiran Atthy. Mereka tahu, dia hanyalah seorang lady dari golongan bangsawan tingkat rendah, bukan bagian dari keluarga besar yang mereka kenal. Namun, semakin lama mereka mengamati Atthy, semakin mereka mengagumi sikap elegan dan kecerdasan yang dimilikinya. Atthy tahu bagaimana menjaga etika, tahu bagaimana bertindak dengan penuh kewibawaan dalam situasi apapun. Tetapi ada satu hal yang sangat mengejutkan m
Bab 005 Surat dari Ibu kotaSalju putih terus berjatuhan, satu per satu menyelimuti kepala Atthy yang tertunduk. Ia berusaha sekuat tenaga untuk melangkahkan kaki di atas tumpukan salju yang mengubur jalan setapak hingga lutut.Hembusan angin dingin menggigit kulitnya, bahkan menembus mantel tebal yang membungkus tubuh rapuhnya. Napasnya memburu, berpadu dengan uap hangat yang sekejap hilang dikecup udara dingin.''Ke mana aku harus pergi?'' pikir Atthy dengan putus asa, langkahnya semakin berat, seolah bumi sendiri menolak keberadaannya.Sudah tiga bulan ia tinggal di Skythia, tetapi suasana luar Manor baginya hanyalah misteri. Ia hanya tahu jalan-jalan yang dilalui kereta kuda, dan bahkan itu kini tampak asing dalam lautan salju yang menyamarkan segalanya. Hutan yang mengelilingi wilayah itu hanya menambah kengerian dalam kesunyian malam. Pepohonan menjulang tinggi, seperti raksasa hitam yang mengawasinya dalam diam.Atthy terus melangkah, meski tidak tahu ke mana arah yang dituju. S
Bab 006 Lamaran untuk Atthy---Beberapa saat kemudian, wajah Ash kembali memperlihatkan ekspresi heran yang tak percaya. Dia terus melirik ayahnya dan memandangi surat itu berulang kali."Apakah mataku ini rabun?" tanya Rowtag, sengaja melemparkan ekspresi meledek pada Ash."Ayah..." panggil Ash, masih dengan ekspresi tak percaya yang jelas terlihat di wajahnya. "Lamaran ini... untuk Atthy?" tanyanya dengan nada heran, suaranya bergetar."Ya," jawab Rowtag dengan senyum nakal, balas meledek dengan sengaja."Dari seorang Grand Duke?!" seru Ash, suaranya penuh pertanyaan. Ia masih merasa tak percaya."Jika mata kita berdua masih normal," jawab Rowtag dengan tenang, "Itulah yang tertulis di situ.""Apakah mungkin ada kesalahan dari Ibu Kota Kerajaan?" tanya Ash dengan nada hampir putus asa."Kau bertanya padaku?" Rowtag menatap putranya dengan senyum menggoda. "Aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Aku tidak pernah merasakan pendidikan di akademi seperti dirimu," ujarnya, menyertai kalimat
Bab 007 PertimbanganSetelah selesai makan malam dan berbincang sebentar, mereka segera kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap tidur. Rumah sederhana itu memiliki empat kamar—Rowtag dan Ash masing-masing menempati kamar mereka sendiri, sementara Ay sekamar dengan Dimi, saudara kembar Agafya. Atthy dan Gafy, meskipun beda usia, tidur dalam kamar yang sama.Agafya, yang biasa dipanggil Gafy atau Gaff, dilahirkan dengan kondisi tubuh lemah. Namun meski begitu, Gafy selalu ceria dan cerewet. Ia adalah salah satu sumber kebisingan di rumah yang sunyi ini, terutama setelah Dimi yang selalu aktif, seolah-olah energi Gafy yang terbatas itu dipinjam oleh saudaranya yang penuh semangat.Malam itu, sambil membantu kakaknya melipat pakaian, Gafy tiba-tiba bertanya dengan mata berbinar, "Kak... Apa kakak akan menerimanya?"Atthy yang sedang sibuk mengangkat sekeranjang jemuran dari luar rumah hanya melirik sekilas, kemudian menjawab dengan sikap santai, "Apa?" Seolah tak terlalu peduli."Lama
Bab 008 Keputusan---Pagi itu, keluarga Galina menjalani rutinitas mereka seperti biasa. Atthy, seperti hari-hari sebelumnya, bangun lebih pagi untuk membersihkan rumah dan mencuci pakaian. Rowtag, dengan kebiasaannya, mulai menyiapkan sarapan, dibantu oleh Gafy yang dengan cekatan mengatur bahan-bahan yang diperlukan. Dimi, si bungsu, mengurus hewan peliharaan mereka serta memastikan stok protein hewani untuk keluarga cukup. Sementara itu, Ash dan Ay bertugas mengolah hasil buruan mereka, mengurus daging, kulit, dan bulu hewan yang mereka tangkap.Berburu adalah keahlian utama penduduk Caihina. Kulit dan bulu binatang buruan menjadi komoditas unggulan yang sangat dihargai, menjadikan mereka terkenal di kalangan para pedagang. Kualitas kulit dan bulu yang mereka hasilkan sangat unggul, membuatnya dihargai lebih tinggi dibandingkan dengan produk serupa dari wilayah lain.Setelah sarapan, saat mereka duduk bersama di ruang makan, suasana hening sejenak. Kemudian, dengan tegas namun lemb
PLETIK PLETIK PLETIKDi kegelapan malam, di dalam ruangan mewah yang sunyi senyap, terdengar suara kayu yang terbakar di perapian.Setelah pingsan di kereta tadi pagi, Atthy tidur nyaris sepanjang hari.Di tempat tidur, Atthy yang nyaman beristirahat terbangun. Dia mulai mengerjapkan matanya, dia masih linglung karena belum sadar sepenuhnya. Perlahan-lahan Atthy berusaha menarik tubuhnya untuk duduk. Baru saja dapat posisi yang pas, dia langsung terkejut, saat mendapati seorang pria duduk menatapnya di samping tempat tidurnya.Matanya terbelalak dengan jantung yang berdegup sangat kuat seolah kuda yang berlari di pacuan. Atthy benar-benar terkejut setengah mati. Kejadian barusan membuat Atthy berpikir bahwa, baru saja dia siuman tapi langsung di hadapkan dengan ganasnya Dewa perang tepat di hadapannya.''Kau sudah bangun?''Hugh bertanya dengan nada datar nya
Alwyn segera memberi salam pada pria bertubuh tinggi dan gagah di hadapannya, dia juga langsung bersikap siap layaknya seorang ajudan di hadapannya komandannya.''Maafkan kelalaian saya Tuanku, saya ceroboh tidak memperhitungkan semuanya...'' ujar Alwyn segera berusaha menjelaskan pada tuannya.''Keluarlah!'' seru pria besar itu seolah tidak peduli dengan penyesalan Alwyn, ''Siapkan kereta kudanya!''''Baik Tuanku,'' jawab Alwyn kemudian segera pergi meninggalkan Atthy dan pria itu berdua di dalam ruangan.Alwyn merasa cemas dengan keadaan Atthy tapi apa boleh buat dia hanya bisa bersimpati, bukan berempati. Atthy sekarang ada bersama dengan calon suaminya. Sebagai seorang yang hanya bekerja, dia tidak boleh bertindak di luar ketentuannya sebagai seorang pegawai.''Keadaanmu tampak tidak baik...'' ujar pria besar itu bertanya dengan dingin.Atthy meneliti sem
**Bab 016: Dokter Sarah Winfold**---HAHHHDesahan yang terdengar cukup keras dan berat dari Alwyn membuat Randy terkejut. Dia menoleh dengan cepat, hanya untuk menemukan wajah sahabatnya yang tampak cemas, sebuah ekspresi yang sangat jarang ia lihat."Alwyn, ada apa?" tanya Randy, dahi mengernyit, merasakan ketegangan yang berbeda dalam sikap Alwyn. "Wajahmu... Terlihat jelas kau sedang cemas... Seperti bukan dirimu yang selalu tenang," lanjutnya, penuh keheranan."Lady Atthaleyah... Aku bingung harus bagaimana?" jawab Alwyn, suaranya penuh keluh kesah."Kenapa?" seru Randy, masih heran. "Bukankah selama ini Lady tidak pernah membuat masalah, kecuali jika dia sakit, tapi itu bukanlah hal yang bisa diatur...""Justru itu masalahnya, Randy," Alwyn memotong, ekspresinya cemberut, matanya tampak penuh keresahan. "Lady tidak pernah mengeluh, bahkan sekali pun! Malah membuatku semakin cemas melihat keadaannya yang semakin membingungkan."Randy terdiam sejenak, mencerna keluhan aneh sahabat
**Bab 015 Kegundahan**Kegugupan Rosa mencuatkan rasa penasaran Alwyn. Ia merasa sudah berada di ambang menemukan sesuatu dari ketiga pelayan Atthy, tetapi jawabannya masih terselubung kabut."Tuan... Tidak ada masalah apa pun. Kami hanya... tidak terbiasa dengan perilaku Nona—eh, maksud saya, Lady Galina," ujar Stela. Sebagai pelayan senior, ia berhasil menyembunyikan rasa gugupnya lebih baik dibandingkan dua lainnya, tetapi bagi Alwyn, kesan itu tidak cukup meyakinkan.Mata Alwyn menyipit sedikit. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi, mempertahankan ekspresi tenang. Dalam pikirannya, suara kesal bergema. ''Sial, aku terlalu ceroboh. Seharusnya aku memanggil mereka satu per satu. Mereka saling melindungi, dan itu hanya memperkuat pertahanannya.''"Baiklah." Alwyn akhirnya mengangguk kecil, nada suaranya datar. "Kalian boleh pergi."Ketiga pelayan itu tampak lega mendengar perintah tersebut, meskipun Alwyn belum selesai. "Tapi ingat," lanjutnya dengan nada tajam yang menahan langkah merek
**Bab 014: Perjalanan**Beberapa jam kemudian, seperti yang telah dijelaskan oleh Alwyn, mereka tiba di stasiun dan segera memasuki gerbong khusus yang telah disiapkan untuk mereka. Atthy tercengang saat melihat kereta uap yang megah di hadapannya. Seumur hidupnya, baru kali ini dia melihat kereta uap dengan mata kepalanya. Sebelumnya, ia hanya mengetahui tentang kereta uap melalui cerita ayah atau kakeknya, juga melalui koran dan buku yang pernah dibacanya.Atthy tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya terhadap ''Ular Besi'' yang berdiri gagah di hadapannya. Warna hitam legam kereta itu menambah kesan misterius yang mengagumkan.Melihat reaksi Atthy, ekspresi Alwyn, Randy, dan para pengawal kembali memperlihatkan kesan yang sama seperti saat pertama kali mereka bertemu Atthy. Meskipun begitu, mereka berusaha tetap sopan, tidak menunjukkan rasa heran mereka dengan terlalu jelas, dan tetap menghormati Lady yang saat itu terkesan cukup terpesona oleh teknologi yang belum
Bab 013 Alwyn Gusev dan Randy RozenveltBeberapa waktu setelah Atthy selesai dengan segala keperluannya, kereta kuda elegan nan mewah datang menjemputnya. Iringan ini sangat kontras dengan pengiringan yang diterimanya di Caihina—bukan hanya kemewahan atribut yang mereka bawa, tetapi juga etika dan disiplin prajurit yang mengiringinya. Mereka berdiri tegak dan teratur, dengan wibawa yang tak terbantahkan, membuktikan bahwa ini adalah iringan dari kalangan bangsawan sejati.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang diutus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria yang tampak dengan jelas sebagai pemimpin iringan ini. Suaranya rendah dan penuh wibawa, tapi tetap menjaga kesopanan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar begitu elegan, bahkan dalam kalimat yang singkat. Meskipun cepat, cara dia berbicara mencerminkan pengetahuan dan kemanusiaan yang mendalam.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld, s
Bab 012 Stela, Bela, dan Rosa.---Ash dan Rowtag akhirnya pasrah, tidak mampu lagi menahan keputusan Atthy yang sudah mantap.Atthy bukanlah tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja. Ia sudah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum kepergian Laura yang terlalu cepat, dan juga dari Ash, ayahnya, selama ini.Atthy tumbuh sebagai gadis yang dibesarkan dalam kehidupan rakyat jelata, jauh dari kemewahan. Namun, pengetahuan yang dimiliki Atthy melebihi banyak gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy memiliki kualitas yang tidak dapat dipandang sebelah mata, dan Ash sangat memahaminya. Bahkan, dalam setiap pandangan Ash terhadap Atthy, ada rasa bersalah yang mendalam, terutama ketika ia mengingat bagaimana Laura, istrinya, dengan sabar melatih dan mendidik Atthy untuk menjadi seorang Lady yang terhormat. Laura percaya bahwa suatu saat, Atthy akan menjalani hidup yang lebih baik—seperti yang seharusnya dijalani seorang bangsawan pad
Bab 011 Billy Kutcher"Selamat pagi, Baron Galina," sapa kepala rombongan itu dengan nada yang diselubungi kepercayaan diri berlebihan. "Aku Billy Kutcher, utusan dari Tuanku Grand Duke Griffith... Kami datang untuk membawa putrimu ke Alpen sekarang juga."Sapaannya terdengar formal, tetapi setiap kata yang terucap seperti pedang yang menyayat, tajam dan penuh penghakiman. Tatapan Billy, penuh keangkuhan, melintas dari wajah mereka seolah-olah mereka hanyalah debu yang tak layak dihargai. Aura kesombongannya begitu jelas, hampir seperti ia tengah menilai mereka sebagai makhluk yang jauh lebih rendah darinya. Ash, yang sudah sejak awal merasa cemas dan tidak nyaman dengan sikap Billy, menatapnya dengan sorot mata yang tajam dan penuh amarah yang sulit ditekan. Hawa dingin mulai memenuhi ruang ini, semakin menebal seiring dengan ketegangan yang semakin memuncak. Setiap kata Billy terasa seperti serangan halus yang merendahkan mereka semua, meski status Rowtag sebagai seorang bangsawan ta
Bab 010 PengorbananAtthy menatap Ay dengan tatapan tajam, namun dengan lembut dia membelai kepala Ay, menenangkan emosi adiknya yang meluap.''Ay, sebagai bangsawan, kita diajarkan untuk menjaga perilaku dan kata-kata. Meskipun kita tidak mendapat pendidikan formal, orang tua kita, Ash dan Laura, sudah mengajarkan kita dengan baik. Kata-kata kasar tidak seharusnya keluar dari mulut kita, terutama di hadapan bangsawan, apalagi yang berkedudukan tinggi seperti mereka. Perilaku buruk bisa berujung pada konsekuensi berat jika ada petugas yang mendengarnya,'' ujar Atthy, suaranya rendah namun tegas.Ay menunduk, menghela napas panjang. "Maaf, Kak," jawabnya dengan senyum kecil, "Aku kesal. Kita sudah jelas menolaknya, tapi kenapa mereka tetap mengirim utusan untuk menjemputmu?"Atthy menatap Ay dengan tatapan menggoda, "Kau mencemaskanku?"Ay memutar matanya dengan kesal, "Kakak serius menanyakan itu?" jawabnya dengan nada tinggi, lalu melanjutkan, "Athaleyah Galina adalah kakakku. Bagaima