Home / Romansa / MENJEMPUT ISTRIKU / 018 Duke Hugh Griffith

Share

018 Duke Hugh Griffith

Author: Wolfy
last update Last Updated: 2025-01-24 21:35:30

**Bab 018 Duke Hugh Griffith**

Alwyn segera memberi salam dengan hormat pada pria bertubuh tinggi dan gagah di hadapannya. Tanpa ragu, ia langsung bersikap siap, layaknya seorang ajudan yang selalu siaga di hadapan komandannya.

"Maafkan kelalaian saya, Tuanku. Saya ceroboh tidak memperhitungkan semuanya..." ujar Alwyn dengan nada rendah, berusaha menjelaskan sambil menahan kegugupan yang menggelayuti hatinya.

Namun, pria besar itu tampaknya tak peduli sedikit pun dengan penyesalan Alwyn. Dengan nada tegas dan suara yang menggema, ia menyuruh, "Keluarlah! Siapkan kereta kudanya!"

"Baik, Tuanku," jawab Alwyn singkat, sebelum buru-buru berbalik dan segera pergi, meninggalkan Atthy bersama pria itu di dalam ruangan.

Langkah Alwyn cepat namun penuh kecemasan. Meskipun hatinya berat, ia tahu tak ada yang bisa ia lakukan selain menjalankan perintah. Atthy kini ada bersama calon suaminya, dan sebagai seorang pegawai, dia hanya bisa bersimpati, bukan berempati. Dilema itu merayapi pikiran Alwyn, tapi dalam situasi seperti ini, dia tak bisa bertindak di luar batasnya.

Perasaan cemas tentang keadaan Atthy terus mengusik hatinya, namun ia tahu, sebagai bawahan, perannya hanya sebatas itu—terikat pada tugas yang diberikan. Tidak lebih dari itu.

---

"Keadaanmu tampak tidak baik..." ujar pria besar itu dengan nada dingin, matanya menilai tubuh Atthy tanpa ada belas kasihan.

Atthy, yang sejak tadi meneliti sosok besar di depannya, akhirnya bisa menangkap kesan yang sangat kuat dari penampilannya. Meskipun sederhana, seluruh atribut yang melekat di tubuh pria itu menandakan kemewahan yang tak terucapkan. Atthy juga bisa merasakan sikap hormat yang ditunjukkan Alwyn saat pria itu muncul, sebuah hormat yang lebih dari sekadar formalitas. Tidak ada keraguan lagi, ini adalah pria yang telah mengirimkan lamaran pernikahan untuknya—Grand Duke Griffith, penguasa Alpen yang bahkan dihindari oleh keluarga kerajaan.

Dia berdiri dengan postur sempurna—tegak, penuh wibawa, dan tak tergoyahkan, seperti benteng kokoh yang menantang badai. Proporsi tubuhnya seimbang, setiap otot terukir dengan presisi, mencerminkan kekuatan yang bukan sekadar fisik, tetapi juga mental.

Wajahnya tegas, dengan rahang kuat yang menambah kesan dominan. Kulitnya bagai batu yang ditempa waktu, tanpa cela namun mengisyaratkan kisah panjang yang tak terucapkan. Sorot matanya dingin dan tajam, bagaikan pisau yang mampu menguliti kebohongan dalam sekejap. Tidak ada emosi yang terpancar jelas, hanya ketenangan berbahaya yang membuat siapa pun berpikir dua kali sebelum mendekat.

Ketika dia berbicara, suaranya dalam dan stabil—tidak perlu meninggikan nada untuk menunjukkan otoritas. Bahkan dalam diam, auranya cukup untuk membuat orang merasa kecil di hadapannya. Dia bukan seseorang yang bisa dijinakkan, apalagi dikendalikan.

"Salam, Yang Terhormat Grand Duke Griffith... Perkenalkan saya Athaleyah Galina. Maafkan kelalaian saya karena menyambut Tuanku dalam keadaan yang tidak baik," ucap Atthy dengan tegas meski tubuhnya masih terasa lemah.

"Tak masalah... Tapi kau salah tentang satu hal!" seru pria itu, nada suaranya tiba-tiba berubah keras, memberikan peringatan tajam padanya.

"Maaf?!" sahut Atthy, terkejut, wajahnya menampilkan ekspresi bingung yang jelas.

"Aku bukan Grand Duke Griffith, tapi Duke Griffith!" seru Hugh dengan suara yang menggema, memperbaiki sebutan gelarnya tanpa sedikit pun keraguan.

"Y-ya?!" Atthy terkejut dan sedikit bingung, tidak tahu harus bagaimana menanggapi.

"Jangan buang waktu, cepat keluar, kereta kuda sudah menunggu!" seru Hugh, tanpa memberikan kesempatan bagi Atthy untuk berbicara lebih jauh. Tanpa menoleh sedikit pun, dia berbalik dan berjalan keluar dari ruangan, "Perjalanan masih panjang, masih butuh sehari lagi untuk sampai ke Eldoria."

"Eldoria?!" Atthy memekik lirih, ekspresi bingung dan tak percaya menghiasi wajahnya saat nama sebuah wilayah disebut.

"Kenapa wajahmu seperti itu?!" seru Hugh dengan nada tajam, melihat kebingungannya yang terus membingungkan Atthy. "Jalur kereta hanya sampai di Alpen, selanjutnya kita akan menggunakan kereta kuda. Ini masih pagi, jika bergegas, kita bisa sampai sore nanti..."

Setelah menjelaskan, Hugh segera berlalu tanpa memberi kesempatan bagi Atthy untuk bertanya lebih lanjut. Atthy masih terdiam, terheran-heran dengan penjelasan yang baru saja diberikan.

"Setidaknya jelaskan beberapa hal padaku!" seru Atthy dalam hati dengan nada kesal. "Alpen dan Skythia, Grand Duke dan Duke... kenapa semuanya membingungkan? Sepertinya ada yang salah di sini... tapi apa?"

Dengan perasaan tak menentu, Atthy hanya bisa menghela napas panjang, merasakan betapa rendahnya kedudukannya hingga calon suaminya memperlakukannya dengan begitu dingin. Sosok Hugh yang bertubuh besar dan aura yang seperti binatang buas menjaga wilayahnya semakin membuat Atthy merasa kecil.

"Aku harus berusaha sendiri rupanya... Ayo Atthy! Kamu bisa melakukannya, hanya beberapa langkah sampai pintu keluar gerbong," ujar Atthy dengan suara hati yang perlahan menyemangati dirinya.

Dengan susah payah, Atthy berusaha mengangkat tubuhnya agar bisa berdiri tegak dan tetap berjalan dengan elegan, meskipun setiap langkah yang diambil terasa sangat berat. Tenaga cadangan yang dikeluarkannya hanya untuk melangkah keluar terasa menguras habis. Jantungnya berdegup sangat kencang, dan tubuhnya bergetar, sementara keringat dingin mulai bercucuran di pelipisnya.

Melihat kondisi Atthy yang sangat lemah, tak satu pun pengawal yang tidak merasa simpati. Randy bahkan merasa marah dan kesal pada Alwyn, berpikir seharusnya Alwyn tidak memberi kabar pada Duke, sehingga Duke tidak perlu repot datang menjemput Atthy secara langsung.

"Seandainya Tuanku Duke Hugh tidak datang..." gumam Randy dalam hati. Dengan pangkat tertinggi di antara mereka dan statusnya sebagai calon suami, Hugh menjadi satu-satunya yang bisa mengambil tindakan. Tanpa perintah dari Hugh, tidak seorang pun pengawal bisa leluasa menyentuh Atthy.

Keadaan Atthy semakin terlihat miris di mata mereka semua. Meskipun para pengawal tidak langsung berinteraksi dengan Atthy, mereka merasa simpatik atas kondisi Atthy yang terkatung-katung selama perjalanan di kereta.

Ketegangan semakin meningkat saat Atthy berusaha turun dari kereta api. Alwyn dan Randy menunggu di bawah, mengulurkan tangan untuk menyambut Atthy. Di pintu gerbong, tubuh Atthy sudah mulai limbung, namun karena ia menunduk, Alwyn dan Randy tidak langsung menyadarinya.

HOP!

Tiba-tiba, tubuh Atthy yang hampir terjatuh dengan posisi kepala lebih dulu berhasil ditangkap oleh Hugh yang sigap. Terkejut, Hugh merasakan betapa panas tubuh Atthy—sepanas tungku api. Dalam sekejap, ia langsung mengangkat tubuh Atthy dengan cepat dan membopongnya, membawanya masuk ke dalam kereta kuda.

---

"Harlan, segera ke *Manor!" seru Hugh, suaranya tegas dan penuh perintah saat ia melangkah masuk ke dalam kereta kuda.

"Baik, Tuanku," jawab Harlan, kusir kereta kuda, dengan suara mantap.

Hugh berbalik, matanya yang tajam menatap Alwyn. "Alwyn, apakah selama ini ada dokter bersama kalian?"

"Ya, Tuanku. Kami membawanya ketika berada di Stasiun Kota Ceron..." jawab Alwyn dengan suara yang sedikit teragak-agak.

"Bawa dia untuk merawatnya..." perintah Hugh, suaranya lebih rendah namun penuh penekanan.

"Baik, Duke," jawab Alwyn dan Randy bersamaan, suara mereka terdengar serentak, seolah tak ingin meninggalkan keraguan sedikit pun.

Segera setelah perintah diberikan, Randy bergegas untuk mencari dan membawa Dokter Sarah. Dokter tersebut sebelumnya telah naik ke kereta kuda khusus yang digunakan untuk membawa para pelayan, dan kini ia harus berpindah ke kereta kuda yang sama dengan Hugh dan Atthy.

Sementara itu, Alwyn, Randy, dan para prajurit yang setia segera bergerak sigap, mengikuti kereta kuda majikan mereka dengan penuh kehati-hatian dan kewaspadaan. Keberadaan Hugh, dengan segala kekuatannya, membuat suasana semakin mencekam, seolah perjalanan ini bukan sekadar peralihan tempat, tetapi juga awal dari sesuatu yang lebih besar.

---

Ruangan besar Manor Hugh dipenuhi dengan tumpukan dokumen yang semakin menumpuk, menciptakan suasana yang penuh ketegangan. Cahaya redup dari lentera yang tergantung di langit-langit hanya menambah kesan suram yang memenuhi ruang kerja Duke. Kertas-kertas tergeletak di meja, sebagian terjepit di antara buku-buku tebal, sebagian lagi berserakan, tak tersentuh selama berhari-hari. Tumpukan berkas yang seharusnya sudah diselesaikan justru menjadi beban yang semakin menambah berat hati Alwyn.

Langkahnya berat, dan seakan setiap detik yang berlalu semakin menambah tekanan di pundaknya. Sebagai kepala administrasi, Alwyn telah terbiasa bekerja dalam kesunyian dan ketelitian. Namun, kali ini ada sesuatu yang terasa berbeda. Keputusan-keputusan penting yang harusnya mudah diambil kini berubah menjadi dilema yang tak terpecahkan. Semua ini karena situasi yang semakin kacau di wilayah Skythia.

Saat dia menatap berkas-berkas yang tersebar di meja kerja Hugh, rasa cemas semakin menggerogoti dirinya. Para pegawai administrasi yang bertugas di wilayah bagian dalam Skythia telah melarikan diri, entah karena takut atau karena mereka tak tahu apa yang harus dilakukan di tengah kekacauan ini. Tidak ada yang dapat memberikan penjelasan yang jelas tentang apa yang terjadi di sana. Yang pasti, situasi ini semakin buruk dan membutuhkan perhatian segera.

"Alwyn," suara Hugh yang tegas memecah kesunyian. "Laporanmu sudah aku baca."

Alwyn menoleh dengan cepat. Hugh duduk di meja besar, tatapannya datar, namun tegas. Di hadapannya terhampar tumpukan dokumen yang seolah tidak ada habisnya. Alwyn tahu bahwa Hugh mengandalkannya, dan sekarang, lebih dari sebelumnya, ia merasakan beratnya tanggung jawab itu.

"Ya, Duke?" jawab Alwyn, berusaha menjaga ketenangannya meskipun hati dalam kecemasan.

"Kenapa laporanmu kali ini berbeda? Seperti tidak ada kesimpulannya. Hanya sekadar omong kosong," kata Hugh dengan suara yang datar namun tajam.

Alwyn menelan ludahnya. "Maafkan saya, Duke," jawabnya, hati-hati. "Saya mengerti ketidakpuasan Anda, dan saya siap menerima hukuman. Tapi, begitulah adanya. Saya masih belum bisa menarik kesimpulan apa pun untuk saat ini. Semua informasi yang saya terima sebelum bertemu dengan Lady Athaleyah Galina... tidak lagi relevan." Ia menggantungkan kata-katanya, berharap penjelasan itu cukup masuk akal bagi Hugh.

Hugh menatapnya sejenak, ekspresinya tak berubah. Alwyn tahu bahwa Hugh bukan orang yang mudah dipuaskan, dan ini adalah salah satu saat di mana ia harus bersiap untuk menerima hukuman atas ketidaksempurnaan kerjanya.

"Apa maksudmu dengan itu?" tanya Hugh, suaranya semakin tegas. "Kau yakin bahwa mereka—dua orang itu—benar-benar berbeda?"

"Ya, Duke," jawab Alwyn, menatap langsung mata Hugh, meskipun rasa tidak nyaman mulai menggerogoti dirinya. "Saya yakin."

"Tujuannya? Apa yang mereka inginkan?" tanya Hugh, suaranya semakin tajam.

"Belum ada informasi yang jelas, Duke," jawab Alwyn dengan jujur, meskipun dalam hati dia merasa cemas. Semua yang dia temukan sejauh ini belum cukup untuk memberi kesimpulan pasti.

Hugh mengerutkan kening, ekspresinya berubah sedikit lebih serius. "Kalau begitu, aku ingin mendengar pendapat pribadimu tentangnya..."

''Maaf,'' sahut Alwyn terkejut.

''Alwyn, wanita yang kau jemput sebagai calon pengantinku.''

Alwyn terkejut. Ia tidak mengira Hugh akan meminta pendapatnya tentang wanita yang akan menjadi calon istrinya. Ia bukan orang yang terbiasa memberikan penilaian tentang hal seperti itu, apalagi mengingat posisinya sebagai seorang pelayan.

"Tuanku?" Alwyn terdiam sesaat, ragu untuk menjawab.

Hugh menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa dibantah. "Katakan!" perintahnya, keras dan jelas.

Alwyn menghela napas. Setelah beberapa saat berpikir, ia memutuskan untuk berbicara dengan hati-hati. "Saya tidak bisa berprasangka buruk padanya, Duke," jawabnya dengan tegas, meskipun ada sedikit keraguan di suaranya. "Namun, kita semua tahu tujuan utama dari pernikahan ini. Kita harus tetap waspada. Tapi, saya rasa kita harus mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda... meskipun saya ragu."

Hugh hanya menatapnya tanpa berkata-kata. Alwyn bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres, sesuatu yang tersembunyi di balik sikap Hugh yang tampaknya tenang. Ia merasa bahwa apa yang dia pikirkan mungkin sudah terbaca oleh Hugh, namun ia memilih untuk diam.

"Tidak perlu bertele-tele!" kata Hugh akhirnya, memecah kesunyian. "Kita tahu ada sesuatu yang janggal. Seorang bangsawan kecil mengirimkan pengantin palsu... apakah dia terlalu berani atau benar-benar bodoh?"

Alwyn hanya bisa terdiam. Ia merasa semakin cemas, tidak hanya karena keadaan yang semakin memburuk di wilayah Skythia, tetapi juga karena perasaan tidak pasti yang terus mengganggu pikirannya.

"Baiklah," kata Hugh akhirnya, suara tegas dan memerintah. "Kita lanjutkan permainan ini. Namun untuk sekarang, tinggalkan masalah ini pada Helena. Aku ingin kau fokus pada masalah di tambang batu bara. Beberapa orang mulai bermain api di sana. Selesaikan itu!"

Alwyn menatap Hugh, berusaha menjaga ekspresi wajahnya tetap tenang. "Tapi Duke, itu bukan sekedar urusan administrasi. Saya akan melakukannya karena itu bagian dari pekerjaan saya. Namun, seharusnya ada orang lain yang menangani masalah Aldor, bukan saya."

Hugh menatapnya dengan tajam. "Aku tahu," katanya dengan suara yang lebih rendah. "Namun, karena masalah tikus di Aldor, urusan administrasi terbengkalai. Aku ingin kau menyelesaikan semua urusan di sana. Jangan khawatir, Marcel akan pergi bersamamu."

Alwyn merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. "Tapi Duke, bukankah lebih baik jika Randy saja yang menemani saya? Dia lebih... lebih berpengalaman di lapangan."

"Tidak!" kata Hugh tegas, langsung memotong ucapan Alwyn. "Randy akan menjadi pengawalnya sampai aku menemukan pengawal lain."

Alwyn menggerutu dalam hati, namun ia tidak bisa membantah keputusan Hugh. "Baiklah, Duke," katanya pasrah. "Saya akan segera pergi."

Hugh hanya mengangguk, kembali fokus pada berkas-berkas yang ada di depannya. "Lakukan seperti biasa. Jangan pikirkan hal lainnya. Mengenai gadis itu, biarkan aku yang menilai."

Alwyn merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Ternyata, apa yang dia pikirkan telah terbaca dengan jelas oleh Hugh. "Baik, Duke. Permisi," jawab Alwyn, seraya meninggalkan ruangan dengan langkah yang penuh keraguan.

Setelah pintu tertutup, Hugh menatap kembali ke berkas-berkas di atas mejanya. "Siapa dia sebenarnya?" gumamnya dalam hati. "Apa yang kau pikirkan, Margrave? Apakah Griffith sebegitu menakutkannya hingga kau berusaha keras membatasi pergerakkan kami?"

---

Related chapters

  • MENJEMPUT ISTRIKU   022 Kawan atau Lawan

    **Bab 022 Kawan atau Lawan**Waktu ketika Baron Robert Galina baru saja mengirimkan surat persetujuan pengajuan lamaran Athaleyah Galina.---Pagi di Istana Kerajaan terasa lengang, seolah waktu berjalan lambat dengan setiap detik yang menggerus ketenangan di ruang kerja Grand Duke Margrave. Ruangan ini bukan hanya tempat merumuskan strategi, tapi juga tempat di mana otak tajam Margrave mengendalikan segala keputusan penting. Peta-peta besar terhampar di atas meja, disertai dengan gulungan kertas yang penuh perhitungan. Margrave duduk dengan tenang, matanya menganalisis setiap detail yang terhampar di hadapannya, seolah semua pergerakan dunia politik dapat diprediksi dengan tepat oleh pikirannya.Di seberang meja, Davion duduk dengan ekspresi yang lebih tergesa-gesa. Tangannya bergerak-gerak tak sabar, wajahnya memancarkan ambisi yang terkendali namun jelas-jelas menunjukkan ketidaksabarannya. Ia menunggu, menahan dorongan untuk berbicara, sementara Margrave tetap diam—keheningan yang

    Last Updated : 2025-01-31
  • MENJEMPUT ISTRIKU   020 Aldor

    **Bab 020 Aldor**Aldor menyambut Alwyn dengan langit kelabu dan udara dingin yang menusuk. Kota benteng ini berdiri dengan konstruksi yang belum selesai, namun suasana di dalamnya terasa jauh dari ketenangan. Penduduk berlalu-lalang dengan langkah cepat, wajah mereka dipenuhi kewaspadaan. Prajurit yang bertugas di gerbang melontarkan hormat dengan kaku, mencerminkan ketegangan yang sudah mengakar di tempat ini.Di aula utama kastil Aldor, seorang pria paruh baya dengan jubah kebesaran yang sedikit terlalu mewah untuk seorang penguasa daerah, berdiri dengan ekspresi gelisah. Edric Valmond, penguasa Aldor, adalah pria dengan wajah aristokrat yang dipenuhi garis-garis kelelahan. Matanya tajam, tetapi ada kegugupan yang sulit disembunyikan dari sorotannya. Dia bukan seorang pemimpin yang biasa menghadapi medan perang; keberaniannya lebih banyak teruji di ruang perjamuan, bukan di garis depan."Selamat datang di Aldor, Tuan Gusev," kata Edric, suaranya terdengar angkuh namun mengandung ke

    Last Updated : 2025-03-07
  • MENJEMPUT ISTRIKU   021 Aldor 2

    **Bab 021 Aldor 2**Langit di atas Aldor semakin gelap, angin dingin membawa serta aroma tanah basah dan asap dari obor yang dinyalakan di sepanjang jalanan kota benteng. Di dalam ruang pertemuan yang tertutup rapat, Alwyn duduk di depan meja panjang dengan peta Aldor dan Ironvale terbentang di hadapannya. Marcel dan Wilham berdiri di kedua sisinya, sementara di seberang mereka, Edric Valmond dan Calen tampak diam, masing-masing dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan."Laporan terakhir yang kami dapatkan menyebutkan adanya pergerakan kelompok bersenjata di sekitar tambang," ujar Wilham, nada suaranya datar namun tajam. "Tidak banyak, tapi cukup untuk membuat para pekerja resah."Edric menghela napas, tangannya mengepal di atas meja. "Kami sudah mengirim patroli tambahan ke sana. Namun, sejauh ini, tidak ada tanda-tanda perlawanan terbuka.""Karena mereka tidak sebodoh itu," Marcel menyela, matanya menyipit tajam ke arah Edric. "Mereka tahu kapan harus bergerak dan kapan harus bersem

    Last Updated : 2025-03-08
  • MENJEMPUT ISTRIKU   001 Duka

    **Bab 001: Duka**Kamar tidur yang megah itu kini terasa sesak. Di tengah kemewahan, Atthy duduk terpaku di tepi ranjang, matanya masih membesar mencoba mencerna setiap kata yang terlontar dari suaminya. Duke Hugh Griffith, yang seharusnya menjadi pelindung dan pasangan hidupnya, berdiri dengan sikap santai di samping tempat tidur. Sambil merapikan pakaian yang tercecer di lantai, ia mengucapkan kata-kata yang menusuk hati Atthy.“Kau hanya seorang wanita bodoh. Kau terlalu tinggi menilai dirimu sendiri. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang mengemis perhatian pria di jalanan demi sekantung uang,” ujar Hugh dengan suara datar, tanpa ada nada penyesalan.Kata-kata itu seakan menjatuhkan seluruh dunia Atthy. Tubuhnya bergetar, hatinya seolah tersayat oleh pedang tak terlihat. Ia ingin berteriak, menantang, melawan, namun pikirannya berkata untuk tetap tenang. Ini adalah pernikahannya—meskipun hanya di atas kertas. Keluarganya menaruh harapan besar padanya, dan Atthy tahu bahwa ia

    Last Updated : 2022-09-26
  • MENJEMPUT ISTRIKU   002 Perpisahan

    **Bab 002: Perpisahan**Helena menatap dengan mata terbuka lebar saat melihat Atthy yang tampaknya begitu tenang meski dalam situasi yang sangat emosional. Tidak ada air mata yang keluar dari matanya, hanya ketenangan yang tampak begitu kontras dengan perasaan gelisah yang menguasai Helena. Tangan Helena masih menahan tangan Atthy yang menggenggam erat dokumen perceraian itu."Duchess..." suara Helena sedikit gemetar, "Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Tuan Hugh mengirimkan surat ini?"Atthy menarik napas panjang, matanya kosong sejenak seolah mencerna apa yang harus dikatakan. Wajahnya yang lembut terlihat begitu letih. Bahkan, dengan senyum pahit di bibirnya, Atthy tetap terlihat terjaga dalam keadaan hati yang hancur."Kau bertanya pada orang yang salah, Helena. Bahkan aku sendiri tidak tahu kenapa aku harus menerima semua perlakuan ini!""Karena itu, jangan gegabah!""Aku lelah, Helena... Aku ingin berhenti...""Tapi, Duch...""Helena!" panggil Atthy dengan tatapan tegas menegur

    Last Updated : 2022-11-12
  • MENJEMPUT ISTRIKU   003 Konspirasi

    **Bab 003: Konspirasi**Di waktu yang lain, jauh sebelum pernikahan Atthy.---Di dalam kediaman pribadi Ratu Silvia, suasana terasa berat, penuh perhitungan dan intrik yang tidak terucapkan. Ruangan besar yang dipenuhi furnitur kayu tua berwarna gelap ini jarang sekali menyambut pengunjung luar, hanya mereka yang memiliki peran signifikan dalam kerajaan yang diizinkan melangkah ke dalamnya. Hari ini, hanya ada tiga orang yang memenuhi ruangan tersebut. Grand Duke Margrave, Pangeran Davion, dan Ratu Silvia, wanita bangsawan yang memiliki pemikiran tajam dan ambisi yang besar."Skythia telah jatuh," kata Silvia, suaranya dalam dan berat, seolah mengandung beban yang terlalu besar untuk ditanggung sendirian. "Kemenangan Hugh Griffith adalah masalah yang tidak bisa kita abaikan. Kita tahu bahwa ini hanya permulaan. Skythia sudah dikuasainya, dan dia tidak akan berhenti di sana."Pangeran Davion duduk dengan tenang di kursi sebelah kanan kakeknya, memandangi Margrave dengan mata yang tajam

    Last Updated : 2022-11-12
  • MENJEMPUT ISTRIKU   004 Mencurigakan

    **Bab 004: Mencurigakan*******AWAL CERITA DIMULAI*****Kota Nauruan adalah sebuah kota besar di ujung perbatasan sebelah timur dari wilayah Kerajaan Xipil. Dari pusat Kota Nauruan, beralih ke sebuah wilayah yang masih dalam yurisdiksi Kota Nauruan. Wilayah ini sangat luas, lima belas kali lebih besar dari pusat kotanya sendiri.Caihina adalah sebuah wilayah tandus dan kering yang nyaris tidak tersentuh megahnya pusat Kota Nauruan. Wilayah terpencil ini memiliki belasan desa yang nasibnya kurang lebih sama. Desa-desa kecil yang sangat terisolasi, namun luasnya belasan kali lipat dari pusat kota. Wilayah ini terdiri dari gurun pasir dan sabana yang terlupakan oleh bangsawan yang memimpin kota, yaitu Count Veraga.Angga adalah salah satu desa dari jajaran sembilan desa terluar di wilayah Caihina, Kota Nauruan. Untuk mencapai pusat kota, diperlukan waktu sepuluh hari dengan kereta kuda karena medan yang sulit. Namun, jika berkuda, perjalanan itu dapat ditempuh dalam waktu lima hari. Des

    Last Updated : 2022-11-12
  • MENJEMPUT ISTRIKU   005 Rencanaa

    **Bab 005: Utara dan Selatan**Sejak zaman dahulu, sistem hierarki sosial yang kental, baik dalam pemerintahan maupun masyarakat, memperburuk kesulitan rakyat jelata untuk keluar dari belenggu gurun pasir dan sabana yang keras.Awalnya, garam dan kulit hewan adalah komoditas utama yang menopang ekonomi Caihina. Namun, setelah ditemukan pertambangan besi, banyak masyarakat Caihina mulai mempelajari seni pandai besi. Kehidupan yang keras di wilayah ini memaksa mereka untuk menguasai berbagai keterampilan demi bertahan hidup.Berkat ketangguhan masyarakatnya, meski Caihina terpencil dan sering terlupakan oleh pemerintahan kerajaan, wilayah ini tetap mampu mandiri.Sebagian besar masyarakat Caihina sebenarnya tidak miskin. Namun, latar belakang mereka yang berasal dari rakyat jelata dan dikenal sebagai suku terbelakang membuat mereka selalu terpinggirkan. Padahal, garam dan kulit binatang dari Caihina sangat mahal di pasaran, meski sebagian besar orang luar tidak mengetahuinya.Awalnya, pe

    Last Updated : 2023-01-02

Latest chapter

  • MENJEMPUT ISTRIKU   021 Aldor 2

    **Bab 021 Aldor 2**Langit di atas Aldor semakin gelap, angin dingin membawa serta aroma tanah basah dan asap dari obor yang dinyalakan di sepanjang jalanan kota benteng. Di dalam ruang pertemuan yang tertutup rapat, Alwyn duduk di depan meja panjang dengan peta Aldor dan Ironvale terbentang di hadapannya. Marcel dan Wilham berdiri di kedua sisinya, sementara di seberang mereka, Edric Valmond dan Calen tampak diam, masing-masing dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan."Laporan terakhir yang kami dapatkan menyebutkan adanya pergerakan kelompok bersenjata di sekitar tambang," ujar Wilham, nada suaranya datar namun tajam. "Tidak banyak, tapi cukup untuk membuat para pekerja resah."Edric menghela napas, tangannya mengepal di atas meja. "Kami sudah mengirim patroli tambahan ke sana. Namun, sejauh ini, tidak ada tanda-tanda perlawanan terbuka.""Karena mereka tidak sebodoh itu," Marcel menyela, matanya menyipit tajam ke arah Edric. "Mereka tahu kapan harus bergerak dan kapan harus bersem

  • MENJEMPUT ISTRIKU   020 Aldor

    **Bab 020 Aldor**Aldor menyambut Alwyn dengan langit kelabu dan udara dingin yang menusuk. Kota benteng ini berdiri dengan konstruksi yang belum selesai, namun suasana di dalamnya terasa jauh dari ketenangan. Penduduk berlalu-lalang dengan langkah cepat, wajah mereka dipenuhi kewaspadaan. Prajurit yang bertugas di gerbang melontarkan hormat dengan kaku, mencerminkan ketegangan yang sudah mengakar di tempat ini.Di aula utama kastil Aldor, seorang pria paruh baya dengan jubah kebesaran yang sedikit terlalu mewah untuk seorang penguasa daerah, berdiri dengan ekspresi gelisah. Edric Valmond, penguasa Aldor, adalah pria dengan wajah aristokrat yang dipenuhi garis-garis kelelahan. Matanya tajam, tetapi ada kegugupan yang sulit disembunyikan dari sorotannya. Dia bukan seorang pemimpin yang biasa menghadapi medan perang; keberaniannya lebih banyak teruji di ruang perjamuan, bukan di garis depan."Selamat datang di Aldor, Tuan Gusev," kata Edric, suaranya terdengar angkuh namun mengandung ke

  • MENJEMPUT ISTRIKU   022 Kawan atau Lawan

    **Bab 022 Kawan atau Lawan**Waktu ketika Baron Robert Galina baru saja mengirimkan surat persetujuan pengajuan lamaran Athaleyah Galina.---Pagi di Istana Kerajaan terasa lengang, seolah waktu berjalan lambat dengan setiap detik yang menggerus ketenangan di ruang kerja Grand Duke Margrave. Ruangan ini bukan hanya tempat merumuskan strategi, tapi juga tempat di mana otak tajam Margrave mengendalikan segala keputusan penting. Peta-peta besar terhampar di atas meja, disertai dengan gulungan kertas yang penuh perhitungan. Margrave duduk dengan tenang, matanya menganalisis setiap detail yang terhampar di hadapannya, seolah semua pergerakan dunia politik dapat diprediksi dengan tepat oleh pikirannya.Di seberang meja, Davion duduk dengan ekspresi yang lebih tergesa-gesa. Tangannya bergerak-gerak tak sabar, wajahnya memancarkan ambisi yang terkendali namun jelas-jelas menunjukkan ketidaksabarannya. Ia menunggu, menahan dorongan untuk berbicara, sementara Margrave tetap diam—keheningan yang

  • MENJEMPUT ISTRIKU   018 Duke Hugh Griffith

    **Bab 018 Duke Hugh Griffith**Alwyn segera memberi salam dengan hormat pada pria bertubuh tinggi dan gagah di hadapannya. Tanpa ragu, ia langsung bersikap siap, layaknya seorang ajudan yang selalu siaga di hadapan komandannya."Maafkan kelalaian saya, Tuanku. Saya ceroboh tidak memperhitungkan semuanya..." ujar Alwyn dengan nada rendah, berusaha menjelaskan sambil menahan kegugupan yang menggelayuti hatinya.Namun, pria besar itu tampaknya tak peduli sedikit pun dengan penyesalan Alwyn. Dengan nada tegas dan suara yang menggema, ia menyuruh, "Keluarlah! Siapkan kereta kudanya!""Baik, Tuanku," jawab Alwyn singkat, sebelum buru-buru berbalik dan segera pergi, meninggalkan Atthy bersama pria itu di dalam ruangan.Langkah Alwyn cepat namun penuh kecemasan. Meskipun hatinya berat, ia tahu tak ada yang bisa ia lakukan selain menjalankan perintah. Atthy kini ada bersama calon suaminya, dan sebagai seorang pegawai, dia hanya bisa bersimpati, bukan berempati. Dilema itu merayapi pikiran Alwyn

  • MENJEMPUT ISTRIKU   017 Dokter Sarah Winfold

    **Bab 017 Dokter Sarah Winfold**---HAHHHDesahan yang terdengar cukup keras dan berat dari Alwyn membuat Randy terkejut. Dia menoleh dengan cepat, hanya untuk menemukan wajah sahabatnya yang tampak cemas, sebuah ekspresi yang sangat jarang ia lihat."Alwyn, ada apa?" tanya Randy, dahi mengernyit, merasakan ketegangan yang berbeda dalam sikap Alwyn. "Wajahmu... Terlihat jelas kau sedang cemas... Seperti bukan dirimu yang selalu tenang," lanjutnya, penuh keheranan."Lady Atthaleyah... Aku bingung harus bagaimana?" jawab Alwyn, suaranya penuh keluh kesah."Kenapa?" seru Randy, masih heran. "Bukankah selama ini Lady tidak pernah membuat masalah, kecuali jika dia sakit, tapi itu bukanlah hal yang bisa diatur...""Justru itu masalahnya, Randy," Alwyn memotong, ekspresinya cemberut, matanya tampak penuh keresahan. "Lady tidak pernah mengeluh, bahkan sekali pun! Malah membuatku semakin cemas melihat keadaannya yang semakin membingungkan."Randy terdiam sejenak, mencerna keluhan aneh sahabatn

  • MENJEMPUT ISTRIKU   016 Kegundahan

    **Bab 016 Kegundahan**Kegugupan Rosa mencuatkan rasa penasaran Alwyn. Ia merasa sudah berada di ambang menemukan sesuatu dari ketiga pelayan Atthy, tetapi jawabannya masih terselubung kabut."Tuan... Tidak ada masalah apa pun. Kami hanya... tidak terbiasa dengan perilaku Nona—eh, maksud saya, Lady Galina," ujar Stela. Sebagai pelayan senior, ia berhasil menyembunyikan rasa gugupnya lebih baik dibandingkan dua lainnya, tetapi bagi Alwyn, kesan itu tidak cukup meyakinkan.Mata Alwyn menyipit sedikit. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi, mempertahankan ekspresi tenang. Dalam pikirannya, suara kesal bergema. ''Sial, aku terlalu ceroboh. Seharusnya aku memanggil mereka satu per satu. Mereka saling melindungi, dan itu hanya memperkuat pertahanannya.''"Baiklah." Alwyn akhirnya mengangguk kecil, nada suaranya datar. "Kalian boleh pergi."Ketiga pelayan itu tampak lega mendengar perintah tersebut, meskipun Alwyn belum selesai. "Tapi ingat," lanjutnya dengan nada tajam yang menahan langkah merek

  • MENJEMPUT ISTRIKU   015 Perjalanan

    **Bab 015 Perjalanan**Beberapa jam kemudian, seperti yang telah dijelaskan oleh Alwyn, mereka tiba di stasiun dan segera memasuki gerbong khusus yang telah disiapkan untuk mereka. Atthy tercengang saat melihat kereta uap yang megah di hadapannya. Seumur hidupnya, baru kali ini dia melihat kereta uap dengan mata kepalanya. Sebelumnya, ia hanya mengetahui tentang kereta uap melalui cerita ayah atau kakeknya, juga melalui koran dan buku yang pernah dibacanya.Atthy tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya terhadap ''Ular Besi'' yang berdiri gagah di hadapannya. Warna hitam legam kereta itu menambah kesan misterius yang mengagumkan.Melihat reaksi Atthy, ekspresi Alwyn, Randy, dan para pengawal kembali memperlihatkan kesan yang sama seperti saat pertama kali mereka bertemu Atthy. Meskipun begitu, mereka berusaha tetap sopan, tidak menunjukkan rasa heran mereka dengan terlalu jelas, dan tetap menghormati Lady yang saat itu terkesan cukup terpesona oleh teknologi yang belum

  • MENJEMPUT ISTRIKU   014 Alwyn Gusev dan Randy Rozenfeld

    *Bab 014 Alwyn Gusev dan Randy Rozenvelt*Beberapa waktu setelah Atthy selesai dengan segala keperluannya, kereta kuda elegan nan mewah datang menjemputnya. Iringan ini sangat kontras dengan pengiringan yang diterimanya di Caihina—bukan hanya kemewahan atribut yang mereka bawa, tetapi juga etika dan disiplin prajurit yang mengiringinya. Mereka berdiri tegak dan teratur, dengan wibawa yang tak terbantahkan, membuktikan bahwa ini adalah iringan dari kalangan bangsawan sejati.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang diutus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria yang tampak dengan jelas sebagai pemimpin iringan ini. Suaranya rendah dan penuh wibawa, tapi tetap menjaga kesopanan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar begitu elegan, bahkan dalam kalimat yang singkat. Meskipun cepat, cara dia berbicara mencerminkan pengetahuan dan kemanusiaan yang mendalam.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld,

  • MENJEMPUT ISTRIKU   013 Stela, Bela, dan Rosa

    **Bab 013 Stela, Bela, dan Rosa.**---Ash dan Rowt akhirnya pasrah, tidak mampu lagi menahan keputusan Atthy yang sudah mantap.Atthy bukanlah tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja. Ia sudah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum kepergian Laura yang terlalu cepat, dan juga dari Ash, ayahnya, selama ini.Atthy tumbuh sebagai gadis yang dibesarkan dalam kehidupan rakyat jelata, jauh dari kemewahan. Namun, pengetahuan yang dimiliki Atthy melebihi banyak gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy memiliki kualitas yang tidak dapat dipandang sebelah mata, dan Ash sangat memahaminya. Bahkan, dalam setiap pandangan Ash terhadap Atthy, ada rasa bersalah yang mendalam, terutama ketika ia mengingat bagaimana Laura, istrinya, dengan sabar melatih dan mendidik Atthy untuk menjadi seorang Lady yang terhormat. Laura percaya bahwa suatu saat, Atthy akan menjalani hidup yang lebih baik seperti yang seharusnya dijalani seorang bangsawan p

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status