Beranda / Romansa / MENJEMPUT ISTRIKU / 012 Stela, Rosa dan Bela

Share

012 Stela, Rosa dan Bela

Penulis: Wolfy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-13 19:31:43

Bab 012 Stela, Bela, dan Rosa.

---

Ash dan Rowtag akhirnya pasrah, tidak mampu lagi menahan keputusan Atthy yang sudah mantap.

Atthy bukanlah tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja. Ia sudah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum kepergian Laura yang terlalu cepat, dan juga dari Ash, ayahnya, selama ini.

Atthy tumbuh sebagai gadis yang dibesarkan dalam kehidupan rakyat jelata, jauh dari kemewahan. Namun, pengetahuan yang dimiliki Atthy melebihi banyak gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy memiliki kualitas yang tidak dapat dipandang sebelah mata, dan Ash sangat memahaminya. Bahkan, dalam setiap pandangan Ash terhadap Atthy, ada rasa bersalah yang mendalam, terutama ketika ia mengingat bagaimana Laura, istrinya, dengan sabar melatih dan mendidik Atthy untuk menjadi seorang Lady yang terhormat. Laura percaya bahwa suatu saat, Atthy akan menjalani hidup yang lebih baik—seperti yang seharusnya dijalani seorang bangsawan pada umumnya.

Jika Ash dapat menikmati hidup sebagai seorang bangsawan, itu berkat anugerah yang diberikan oleh Raja kepada ayahnya yang berasal dari rakyat jelata. Namun, bagi Laura, situasinya berbeda. Laura sejak awal memang dilahirkan dari keturunan bangsawan yang sudah lama terhormat.

Keluarga besar Laura menentang pernikahannya dengan Ash, meskipun Ash hanya anak seorang bangsawan rendah bergelar Baron tanpa wilayah yang bisa dipertahankan. Meski keluarganya tidak kaya raya, mereka terbiasa hidup dengan pola pikir bangsawan yang memiliki standar tinggi dalam menentukan pernikahan anak perempuan mereka. Sebagian besar pernikahan kaum bangsawan adalah pernikahan yang lebih mengutamakan keuntungan politik—baik untuk memperluas kekuasaan atau mempertahankan garis keturunan ningrat. Dan bagi keluarga Laura, pernikahan dengan Ashton tidak memberikan keuntungan materi atau kekuasaan sama sekali, apalagi dengan keadaan Rowtag yang sudah jatuh miskin dan tersingkir dari wilayah utama Nauruan.

---

"Tuan, aku sudah siap. Kita bisa pergi sekarang!" seru Atthy dengan tegas, suaranya terkesan terburu-buru, memanggil Billy.

"Baik... Baron, terima kasih atas kerja samanya," ujar Billy dengan nada datar, bahkan tidak membungkukkan tubuhnya untuk memberi hormat pada Rowtag.

"Ayah, kakek, Ay... Kalian harus hidup dengan baik. Aku menaruh harapan tinggi pada kalian," ujar Atthy, sorot matanya tajam namun terkesan terburu-buru, seolah waktunya sudah habis.

"Gaff, jangan nakal. Perhatikan selalu kondisi tubuhmu! Untuk sementara, aku tidak akan ada untuk mengingatkan kalian. Dewasalah, jadilah anak yang manis, jangan membuat susah keluargamu. Harus hidup sehat dan bahagia!" seru Atthy, memberikan wejangan pada dua adik kembarnya dengan wajah penuh perasaan, namun ada kesedihan yang tersembunyi.

"Dimi, jaga adikmu. Kau harus bisa menjadi pria yang bisa dibanggakan. Mengerti?" Atthy menepuk kepala Dimi dengan lembut, namun tatapannya begitu serius. Matanya berkaca-kaca, dan meskipun ia berusaha keras menahannya, beberapa butir air mata mulai berjuang untuk jatuh.

"Aku pergi... Jaga diri kalian. Kalian harus hidup dengan baik, tetap sehat dan bahagia, sebagaimana kita selalu hidup seperti ini..." ujar Atthy, suaranya sedikit serak, namun ada kesan terburu-buru yang sangat terasa. Air mata mulai menggenang di matanya, meskipun ia berusaha menahannya dengan sekuat tenaga.

Perpisahan itu sangat mendadak, dan kedukaan yang mendalam seakan tak sempat tertuang dalam kata-kata. Atthy hanya bisa mengucapkan beberapa kalimat sederhana, seolah waktunya tidak memberi kesempatan untuk lebih banyak bicara. Mereka pun tak mampu mengucapkan apapun lagi, hanya bisa menitikkan air mata sambil memeluk Atthy, dalam keheningan yang memaksa.

---

Setelah tiga hari perjalanan dari Caihina, rombongan yang membawa Atthy akhirnya tiba di pusat kota Nauruan. Mereka segera memasuki sebuah penginapan lusuh yang terkesan tidak terawat. Prajurit yang mengiringi rombongan juga beristirahat di kamar-kamar penginapan yang telah disediakan.

''Nona, kita akan menunggu utusan dari Alpen di sini!'' seru Billy dengan nada yang tegas.

''Bukankah kalian utusan dari Alpen?!'' seru Atthy dengan wajah bingung, bertanya dengan nada menyelidik.

''Nona, aku hanya ditugaskan untuk menjemputmu!'' jawab Billy dengan acuh, hampir seperti memalingkan wajahnya. ''Aku punya tugas lain di Nauruan, itu sebabnya akan ada utusan lain dari Tuanku Grand Duke yang akan membawamu ke Alpen... Ku harap nona bisa dengan tenang menunggu, tolong jangan menambah pekerjaan untukku!'' Seru Billy dengan intonasi yang tidak bersahabat, senyum palsu terpasang di wajahnya.

''Apa ini?!'' pekik Atthy pelan, suaranya hampir tenggelam. ''Ini aneh...'' gumamnya dalam hati, perasaan tidak nyaman mulai tumbuh. Ketika Billy meninggalkan Atthy di kamar yang disediakan untuknya, Atthy hanya bisa terdiam. ''Ada apa dengannya? Sangat tidak sopan... Apa dia yakin sekali jika majikannya tidak akan menerima aku sebagai istrinya? Itu menguntungkan untukku... Tapi, setidaknya... jika majikannya bersedia menjadikanku istrinya, bukankah pegawai biasa seperti dia seharusnya lebih waspada padaku...?''

Atthy menghela napas. ''Dan lagi, apa ini?! Seorang Grand Duke yang berkekuasaan besar menggunakan penginapan seperti ini untuk calon mempelainya?! Apa dia benar-benar bangsawan dengan titel Grand Duke? Membiarkan calon istrinya tidur di tempat seperti ini?! Meskipun mungkin dia membenciku, tapi setidaknya dia bisa menjaga martabatnya sebagai seorang bangsawan... Ini tidak masuk akal!''

Atthy mulai merasa semakin curiga. Perasaan tidak nyaman tumbuh di dadanya. Mengapa mereka harus menunggu utusan lain? Apa lagi di penginapan murahan seperti ini?!

Walaupun dia hanya seorang bangsawan miskin, Atthy merasa tidak pantas diperlakukan seperti ini, terlebih oleh pegawai biasa yang seharusnya tahu batasannya. Suara kasar Billy benar-benar menyakitkan hatinya. Lagipula, dia adalah calon istri dari Tuan yang dilayani, bukan seseorang yang harus diperlakukan seperti ini.

Namun, Atthy tahu dia harus bersabar. Untuk saat ini, dia harus diam dan mengikuti instruksi. Meskipun begitu, hatinya tidak bisa begitu saja tenang. Dia harus mempelajari situasinya lebih dalam sebelum mengambil langkah selanjutnya.

---

Dua hari telah berlalu sejak Atthy terjebak di sebuah penginapan murah yang penuh ketidaknyamanan. Rasa janggal dan ketidakpastian semakin membekas di hatinya.

Namun, hari ini, keadaan berubah. Atthy dibawa ke sebuah rumah mewah dan megah yang terletak di pusat kota Nauruan. Rumah itu terlihat seperti istana, dengan furnitur yang sangat mewah dan berkilau. Di sana, Atthy didandani dengan pakaian yang sangat glamor dan mencolok, dihiasi dengan aksesori dan perhiasan yang berat, yang membuatnya merasa seolah-olah ia dipaksa menjadi seseorang yang sama sekali bukan dirinya.

''Haruskah aku memakai semua ini?!'' tanya Atthy dengan suara rendah, ketidaknyamanan terpancar jelas di wajahnya.

Pakaian itu jelas mahal dan mewah, namun sangat berlebihan bagi Atthy. Terlalu mencolok, seperti ingin menunjukkan sesuatu yang lebih daripada sekedar keindahan. Perhiasan yang menggantung di lehernya terasa berat, seakan menjadi simbol dari sesuatu yang tidak diinginkan.

''Iya, nona, ini harus, karena semua ini hadiah dari Tuanku Grand Duke untuk Anda,'' jawab Stela, pelayan senior yang memimpin di antara tiga orang yang datang untuk melayaninya.

''Lalu kalian, siapa?'' tanya Atthy dengan kening berkerut, merasa aneh dengan kehadiran mereka bertiga.

Awalnya, Atthy mengira mereka hanya akan membantu mendandani dan mempercantiknya. Namun, anehnya, setelah semua selesai, mereka tidak pergi. Mereka justru tetap berada di dekat Atthy, bahkan mengikuti ke mana pun ia pergi.

''Mulai hari ini kami akan melayani Anda, nona, kami adalah pelayan Anda sekarang,'' jawab Stela, suaranya datar, tanpa ekspresi tulus.

''Aku tidak membutuhkannya!'' seru Atthy dengan tegas, suaranya sedikit meninggi.

Sikap mereka hampir identik dengan Billy—tidak tulus dan terasa dipaksakan. Bahkan, mereka jauh lebih aneh dan mencurigakan. Sikap seperti ini sangat berbeda dengan pelayan yang seharusnya terlatih dalam etika dan tata krama bangsawan. Para pelayan seharusnya tahu betul bagaimana bersikap, mengenalkan diri sejak awal, dan menghormati batasan yang ada. Namun, sikap mereka justru menambah kecurigaan Atthy.

''Maaf, nona, tapi itu harus. Sebagai seorang bangsawan, tidak pantas jika Anda tidak didampingi pelayan,'' ujar Stela dengan nada yang sedikit mengancam.

Atthy menyadari kebenaran kata-kata pelayan itu. Memang, sebagai bangsawan, ia tidak bisa sembarangan menolak, meski hatinya tidak nyaman. Sejak kecil, ia telah menerima pelajaran etika dari ibunya dan pendidikan dari ayahnya. Meskipun ia dibesarkan dengan keras seperti rakyat jelata, Atthy tidak buta tentang bagaimana seharusnya bersikap sebagai seorang bangsawan. Hanya saja, ia belum terbiasa dengan segala kemewahan ini.

''Kalau begitu... kenapa harus tiga? Satu sudah cukup...'' jawab Atthy dengan nada yang agak menantang.

''Maafkan kami, nona, tapi kami hanya mengikuti perintah,'' jawab Stela tegas, tanpa sedikit pun tampak penyesalan.

''Baiklah,'' jawab Atthy pasrah, meskipun hatinya merasa semakin terjebak.

Atthy tahu betul bahwa jika mereka sama seperti Billy, para pelayan ini tidak akan ragu untuk mengancamnya secara halus dengan menggunakan nama Grand Duke.

''Terima kasih, jika begitu kami akan mulai mendandani Anda,'' ujar Rosa, salah satu pelayan yang lebih muda dengan senyum yang terasa paksa.

Beberapa jam kemudian, Atthy pun selesai dengan penampilannya. Gaun mewah dan perhiasan yang menempel di tubuhnya hampir membuatnya kehilangan hampir semua kenyamanan. Meskipun ia memiliki kulit gelap yang menawan dan rambut merah menyala yang cantik, penampilannya terasa tidak cocok dengan gaun dan aksesori yang membebani tubuhnya. Bola matanya yang hijau dan tajam berbinar penuh tekad, namun justru semakin mencolok dengan segala kemewahan yang dipaksakan kepadanya.

Secara fisik, menurut pandangan umum, Atthy mungkin tidak dianggap cantik. Namun, ia jauh dari kata buruk rupa. Justru, Atthy memiliki daya tarik yang unik—wajah polosnya memberi kesan manis dan segar, sementara rambut merah menyala dan mata hijau yang tajam menambah kesan karismatik yang tidak dimiliki banyak wanita.

Atthy mungkin tidak seksi, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang membuat orang terpikat. Semua yang ada pada dirinya terasa sangat pas, menambah tegas penampilannya yang sudah lantang dan memancarkan semangat seorang wanita pemberani.

---

Bab terkait

  • MENJEMPUT ISTRIKU   013 Alwyn Gusev dan Randy Rozenfeld

    Bab 013 Alwyn Gusev dan Randy RozenveltBeberapa waktu setelah Atthy selesai dengan segala keperluannya, kereta kuda elegan nan mewah datang menjemputnya. Iringan ini sangat kontras dengan pengiringan yang diterimanya di Caihina—bukan hanya kemewahan atribut yang mereka bawa, tetapi juga etika dan disiplin prajurit yang mengiringinya. Mereka berdiri tegak dan teratur, dengan wibawa yang tak terbantahkan, membuktikan bahwa ini adalah iringan dari kalangan bangsawan sejati.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang diutus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria yang tampak dengan jelas sebagai pemimpin iringan ini. Suaranya rendah dan penuh wibawa, tapi tetap menjaga kesopanan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar begitu elegan, bahkan dalam kalimat yang singkat. Meskipun cepat, cara dia berbicara mencerminkan pengetahuan dan kemanusiaan yang mendalam.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld, s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • MENJEMPUT ISTRIKU   014 Perjalanan

    **Bab 014: Perjalanan**Beberapa jam kemudian, seperti yang telah dijelaskan oleh Alwyn, mereka tiba di stasiun dan segera memasuki gerbong khusus yang telah disiapkan untuk mereka. Atthy tercengang saat melihat kereta uap yang megah di hadapannya. Seumur hidupnya, baru kali ini dia melihat kereta uap dengan mata kepalanya. Sebelumnya, ia hanya mengetahui tentang kereta uap melalui cerita ayah atau kakeknya, juga melalui koran dan buku yang pernah dibacanya.Atthy tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya terhadap ''Ular Besi'' yang berdiri gagah di hadapannya. Warna hitam legam kereta itu menambah kesan misterius yang mengagumkan.Melihat reaksi Atthy, ekspresi Alwyn, Randy, dan para pengawal kembali memperlihatkan kesan yang sama seperti saat pertama kali mereka bertemu Atthy. Meskipun begitu, mereka berusaha tetap sopan, tidak menunjukkan rasa heran mereka dengan terlalu jelas, dan tetap menghormati Lady yang saat itu terkesan cukup terpesona oleh teknologi yang belum

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • MENJEMPUT ISTRIKU   015 Kegundahan

    **Bab 015 Kegundahan**Kegugupan Rosa mencuatkan rasa penasaran Alwyn. Ia merasa sudah berada di ambang menemukan sesuatu dari ketiga pelayan Atthy, tetapi jawabannya masih terselubung kabut."Tuan... Tidak ada masalah apa pun. Kami hanya... tidak terbiasa dengan perilaku Nona—eh, maksud saya, Lady Galina," ujar Stela. Sebagai pelayan senior, ia berhasil menyembunyikan rasa gugupnya lebih baik dibandingkan dua lainnya, tetapi bagi Alwyn, kesan itu tidak cukup meyakinkan.Mata Alwyn menyipit sedikit. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi, mempertahankan ekspresi tenang. Dalam pikirannya, suara kesal bergema. ''Sial, aku terlalu ceroboh. Seharusnya aku memanggil mereka satu per satu. Mereka saling melindungi, dan itu hanya memperkuat pertahanannya.''"Baiklah." Alwyn akhirnya mengangguk kecil, nada suaranya datar. "Kalian boleh pergi."Ketiga pelayan itu tampak lega mendengar perintah tersebut, meskipun Alwyn belum selesai. "Tapi ingat," lanjutnya dengan nada tajam yang menahan langkah merek

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • MENJEMPUT ISTRIKU   016 Dokter Sarah Windfold

    **Bab 016: Dokter Sarah Winfold**---HAHHHDesahan yang terdengar cukup keras dan berat dari Alwyn membuat Randy terkejut. Dia menoleh dengan cepat, hanya untuk menemukan wajah sahabatnya yang tampak cemas, sebuah ekspresi yang sangat jarang ia lihat."Alwyn, ada apa?" tanya Randy, dahi mengernyit, merasakan ketegangan yang berbeda dalam sikap Alwyn. "Wajahmu... Terlihat jelas kau sedang cemas... Seperti bukan dirimu yang selalu tenang," lanjutnya, penuh keheranan."Lady Atthaleyah... Aku bingung harus bagaimana?" jawab Alwyn, suaranya penuh keluh kesah."Kenapa?" seru Randy, masih heran. "Bukankah selama ini Lady tidak pernah membuat masalah, kecuali jika dia sakit, tapi itu bukanlah hal yang bisa diatur...""Justru itu masalahnya, Randy," Alwyn memotong, ekspresinya cemberut, matanya tampak penuh keresahan. "Lady tidak pernah mengeluh, bahkan sekali pun! Malah membuatku semakin cemas melihat keadaannya yang semakin membingungkan."Randy terdiam sejenak, mencerna keluhan aneh sahabat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • MENJEMPUT ISTRIKU   017 Duke Hugh Griffith

    Alwyn segera memberi salam pada pria bertubuh tinggi dan gagah di hadapannya, dia juga langsung bersikap siap layaknya seorang ajudan di hadapannya komandannya.''Maafkan kelalaian saya Tuanku, saya ceroboh tidak memperhitungkan semuanya...'' ujar Alwyn segera berusaha menjelaskan pada tuannya.''Keluarlah!'' seru pria besar itu seolah tidak peduli dengan penyesalan Alwyn, ''Siapkan kereta kudanya!''''Baik Tuanku,'' jawab Alwyn kemudian segera pergi meninggalkan Atthy dan pria itu berdua di dalam ruangan.Alwyn merasa cemas dengan keadaan Atthy tapi apa boleh buat dia hanya bisa bersimpati, bukan berempati. Atthy sekarang ada bersama dengan calon suaminya. Sebagai seorang yang hanya bekerja, dia tidak boleh bertindak di luar ketentuannya sebagai seorang pegawai.''Keadaanmu tampak tidak baik...'' ujar pria besar itu bertanya dengan dingin.Atthy meneliti sem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • MENJEMPUT ISTRIKU   018 Alpen, Skythia dan Kargavs

    PLETIK PLETIK PLETIKDi kegelapan malam, di dalam ruangan mewah yang sunyi senyap, terdengar suara kayu yang terbakar di perapian.Setelah pingsan di kereta tadi pagi, Atthy tidur nyaris sepanjang hari.Di tempat tidur, Atthy yang nyaman beristirahat terbangun. Dia mulai mengerjapkan matanya, dia masih linglung karena belum sadar sepenuhnya. Perlahan-lahan Atthy berusaha menarik tubuhnya untuk duduk. Baru saja dapat posisi yang pas, dia langsung terkejut, saat mendapati seorang pria duduk menatapnya di samping tempat tidurnya.Matanya terbelalak dengan jantung yang berdegup sangat kuat seolah kuda yang berlari di pacuan. Atthy benar-benar terkejut setengah mati. Kejadian barusan membuat Atthy berpikir bahwa, baru saja dia siuman tapi langsung di hadapkan dengan ganasnya Dewa perang tepat di hadapannya.''Kau sudah bangun?''Hugh bertanya dengan nada datar nya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • MENJEMPUT ISTRIKU   001 Duka di malam pertama

    **Bab 001 Duka di Malam Pertama**Atthy menatap suaminya, Duke Hugh Griffith, dengan mata yang terbuka lebar, berusaha mencerna setiap kata yang baru saja terlontar dari mulutnya. Kamar tidur yang luas dan penuh kemewahan kini terasa sangat sempit, sesak dengan ketegangan yang hampir tidak bisa ditahan. Hugh, pria yang seharusnya menjadi pelindung dan pasangan hidupnya, malah berdiri dengan santainya di dekat lemari pakaian, menyusun helai demi helai pakaian yang tercecer di lantai, seakan tak ada yang penting di dunia ini selain dirinya sendiri.''Kau hanya seorang wanita bodoh... Kau terlalu tinggi berpikir tentang dirimu. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang melemparkan dirinya pada pria di jalanan setiap malam hanya untuk sekantung uang,'' ujar Hugh, suaranya terdengar datar, seperti tidak peduli sedikit pun dengan perasaan Atthy.Kata-kata itu seperti pisau yang menusuk jantung Atthy, membuat tubuhnya bergetar hebat. Tidak ada kemarahan yang terluapkan, hanya rasa hancur

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-26
  • MENJEMPUT ISTRIKU   002 Gelar Duchess

    **Bab 002: Gelar Duchess**Di luar ruangan, tiga pelayan pribadi Atthy menunggu, gelisah. Mereka segera menunduk memberikan salam ketika Hugh keluar dari kamar Atthy. Ada kesan aneh di wajah mereka—suatu perasaan yang sulit untuk dipahami, meski jelas terlihat bahwa mereka tidak bisa menahan rasa penasaran dan kebingungannya. Suasana pagi itu tampak penuh dengan rahasia yang belum terungkap. Apalagi, baru saja Hugh dan Atthy—majikan mereka—menghabiskan malam bersama untuk pertama kalinya setelah tiga bulan masa pernikahan mereka yang terkesan dingin."Tuanku, apa ada hal yang harus saya persiapkan?" tanya Helena, kepala pelayan yang baru saja tiba dan dengan sigap mendekat."Panggil Alwyn ke ruanganku segera, dan juga panggil Dr. Windfold untuk melihat kondisinya!" seru Hugh dengan nada perintah yang keras.Helena sedikit terkejut. "Maaf, tuanku?!""Dia... Sepertinya terluka. Tidak... Dia memang terluka... Sudahlah! Kau urus saja dia!" seru Hugh dengan suara yang semakin tegang. Meskip

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-12

Bab terbaru

  • MENJEMPUT ISTRIKU   018 Alpen, Skythia dan Kargavs

    PLETIK PLETIK PLETIKDi kegelapan malam, di dalam ruangan mewah yang sunyi senyap, terdengar suara kayu yang terbakar di perapian.Setelah pingsan di kereta tadi pagi, Atthy tidur nyaris sepanjang hari.Di tempat tidur, Atthy yang nyaman beristirahat terbangun. Dia mulai mengerjapkan matanya, dia masih linglung karena belum sadar sepenuhnya. Perlahan-lahan Atthy berusaha menarik tubuhnya untuk duduk. Baru saja dapat posisi yang pas, dia langsung terkejut, saat mendapati seorang pria duduk menatapnya di samping tempat tidurnya.Matanya terbelalak dengan jantung yang berdegup sangat kuat seolah kuda yang berlari di pacuan. Atthy benar-benar terkejut setengah mati. Kejadian barusan membuat Atthy berpikir bahwa, baru saja dia siuman tapi langsung di hadapkan dengan ganasnya Dewa perang tepat di hadapannya.''Kau sudah bangun?''Hugh bertanya dengan nada datar nya

  • MENJEMPUT ISTRIKU   017 Duke Hugh Griffith

    Alwyn segera memberi salam pada pria bertubuh tinggi dan gagah di hadapannya, dia juga langsung bersikap siap layaknya seorang ajudan di hadapannya komandannya.''Maafkan kelalaian saya Tuanku, saya ceroboh tidak memperhitungkan semuanya...'' ujar Alwyn segera berusaha menjelaskan pada tuannya.''Keluarlah!'' seru pria besar itu seolah tidak peduli dengan penyesalan Alwyn, ''Siapkan kereta kudanya!''''Baik Tuanku,'' jawab Alwyn kemudian segera pergi meninggalkan Atthy dan pria itu berdua di dalam ruangan.Alwyn merasa cemas dengan keadaan Atthy tapi apa boleh buat dia hanya bisa bersimpati, bukan berempati. Atthy sekarang ada bersama dengan calon suaminya. Sebagai seorang yang hanya bekerja, dia tidak boleh bertindak di luar ketentuannya sebagai seorang pegawai.''Keadaanmu tampak tidak baik...'' ujar pria besar itu bertanya dengan dingin.Atthy meneliti sem

  • MENJEMPUT ISTRIKU   016 Dokter Sarah Windfold

    **Bab 016: Dokter Sarah Winfold**---HAHHHDesahan yang terdengar cukup keras dan berat dari Alwyn membuat Randy terkejut. Dia menoleh dengan cepat, hanya untuk menemukan wajah sahabatnya yang tampak cemas, sebuah ekspresi yang sangat jarang ia lihat."Alwyn, ada apa?" tanya Randy, dahi mengernyit, merasakan ketegangan yang berbeda dalam sikap Alwyn. "Wajahmu... Terlihat jelas kau sedang cemas... Seperti bukan dirimu yang selalu tenang," lanjutnya, penuh keheranan."Lady Atthaleyah... Aku bingung harus bagaimana?" jawab Alwyn, suaranya penuh keluh kesah."Kenapa?" seru Randy, masih heran. "Bukankah selama ini Lady tidak pernah membuat masalah, kecuali jika dia sakit, tapi itu bukanlah hal yang bisa diatur...""Justru itu masalahnya, Randy," Alwyn memotong, ekspresinya cemberut, matanya tampak penuh keresahan. "Lady tidak pernah mengeluh, bahkan sekali pun! Malah membuatku semakin cemas melihat keadaannya yang semakin membingungkan."Randy terdiam sejenak, mencerna keluhan aneh sahabat

  • MENJEMPUT ISTRIKU   015 Kegundahan

    **Bab 015 Kegundahan**Kegugupan Rosa mencuatkan rasa penasaran Alwyn. Ia merasa sudah berada di ambang menemukan sesuatu dari ketiga pelayan Atthy, tetapi jawabannya masih terselubung kabut."Tuan... Tidak ada masalah apa pun. Kami hanya... tidak terbiasa dengan perilaku Nona—eh, maksud saya, Lady Galina," ujar Stela. Sebagai pelayan senior, ia berhasil menyembunyikan rasa gugupnya lebih baik dibandingkan dua lainnya, tetapi bagi Alwyn, kesan itu tidak cukup meyakinkan.Mata Alwyn menyipit sedikit. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi, mempertahankan ekspresi tenang. Dalam pikirannya, suara kesal bergema. ''Sial, aku terlalu ceroboh. Seharusnya aku memanggil mereka satu per satu. Mereka saling melindungi, dan itu hanya memperkuat pertahanannya.''"Baiklah." Alwyn akhirnya mengangguk kecil, nada suaranya datar. "Kalian boleh pergi."Ketiga pelayan itu tampak lega mendengar perintah tersebut, meskipun Alwyn belum selesai. "Tapi ingat," lanjutnya dengan nada tajam yang menahan langkah merek

  • MENJEMPUT ISTRIKU   014 Perjalanan

    **Bab 014: Perjalanan**Beberapa jam kemudian, seperti yang telah dijelaskan oleh Alwyn, mereka tiba di stasiun dan segera memasuki gerbong khusus yang telah disiapkan untuk mereka. Atthy tercengang saat melihat kereta uap yang megah di hadapannya. Seumur hidupnya, baru kali ini dia melihat kereta uap dengan mata kepalanya. Sebelumnya, ia hanya mengetahui tentang kereta uap melalui cerita ayah atau kakeknya, juga melalui koran dan buku yang pernah dibacanya.Atthy tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya terhadap ''Ular Besi'' yang berdiri gagah di hadapannya. Warna hitam legam kereta itu menambah kesan misterius yang mengagumkan.Melihat reaksi Atthy, ekspresi Alwyn, Randy, dan para pengawal kembali memperlihatkan kesan yang sama seperti saat pertama kali mereka bertemu Atthy. Meskipun begitu, mereka berusaha tetap sopan, tidak menunjukkan rasa heran mereka dengan terlalu jelas, dan tetap menghormati Lady yang saat itu terkesan cukup terpesona oleh teknologi yang belum

  • MENJEMPUT ISTRIKU   013 Alwyn Gusev dan Randy Rozenfeld

    Bab 013 Alwyn Gusev dan Randy RozenveltBeberapa waktu setelah Atthy selesai dengan segala keperluannya, kereta kuda elegan nan mewah datang menjemputnya. Iringan ini sangat kontras dengan pengiringan yang diterimanya di Caihina—bukan hanya kemewahan atribut yang mereka bawa, tetapi juga etika dan disiplin prajurit yang mengiringinya. Mereka berdiri tegak dan teratur, dengan wibawa yang tak terbantahkan, membuktikan bahwa ini adalah iringan dari kalangan bangsawan sejati.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang diutus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria yang tampak dengan jelas sebagai pemimpin iringan ini. Suaranya rendah dan penuh wibawa, tapi tetap menjaga kesopanan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar begitu elegan, bahkan dalam kalimat yang singkat. Meskipun cepat, cara dia berbicara mencerminkan pengetahuan dan kemanusiaan yang mendalam.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld, s

  • MENJEMPUT ISTRIKU   012 Stela, Rosa dan Bela

    Bab 012 Stela, Bela, dan Rosa.---Ash dan Rowtag akhirnya pasrah, tidak mampu lagi menahan keputusan Atthy yang sudah mantap.Atthy bukanlah tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja. Ia sudah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum kepergian Laura yang terlalu cepat, dan juga dari Ash, ayahnya, selama ini.Atthy tumbuh sebagai gadis yang dibesarkan dalam kehidupan rakyat jelata, jauh dari kemewahan. Namun, pengetahuan yang dimiliki Atthy melebihi banyak gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy memiliki kualitas yang tidak dapat dipandang sebelah mata, dan Ash sangat memahaminya. Bahkan, dalam setiap pandangan Ash terhadap Atthy, ada rasa bersalah yang mendalam, terutama ketika ia mengingat bagaimana Laura, istrinya, dengan sabar melatih dan mendidik Atthy untuk menjadi seorang Lady yang terhormat. Laura percaya bahwa suatu saat, Atthy akan menjalani hidup yang lebih baik—seperti yang seharusnya dijalani seorang bangsawan pad

  • MENJEMPUT ISTRIKU   011 Billy Kutcher

    Bab 011 Billy Kutcher"Selamat pagi, Baron Galina," sapa kepala rombongan itu dengan nada yang diselubungi kepercayaan diri berlebihan. "Aku Billy Kutcher, utusan dari Tuanku Grand Duke Griffith... Kami datang untuk membawa putrimu ke Alpen sekarang juga."Sapaannya terdengar formal, tetapi setiap kata yang terucap seperti pedang yang menyayat, tajam dan penuh penghakiman. Tatapan Billy, penuh keangkuhan, melintas dari wajah mereka seolah-olah mereka hanyalah debu yang tak layak dihargai. Aura kesombongannya begitu jelas, hampir seperti ia tengah menilai mereka sebagai makhluk yang jauh lebih rendah darinya. Ash, yang sudah sejak awal merasa cemas dan tidak nyaman dengan sikap Billy, menatapnya dengan sorot mata yang tajam dan penuh amarah yang sulit ditekan. Hawa dingin mulai memenuhi ruang ini, semakin menebal seiring dengan ketegangan yang semakin memuncak. Setiap kata Billy terasa seperti serangan halus yang merendahkan mereka semua, meski status Rowtag sebagai seorang bangsawan ta

  • MENJEMPUT ISTRIKU   010 Pengorbanan

    Bab 010 PengorbananAtthy menatap Ay dengan tatapan tajam, namun dengan lembut dia membelai kepala Ay, menenangkan emosi adiknya yang meluap.''Ay, sebagai bangsawan, kita diajarkan untuk menjaga perilaku dan kata-kata. Meskipun kita tidak mendapat pendidikan formal, orang tua kita, Ash dan Laura, sudah mengajarkan kita dengan baik. Kata-kata kasar tidak seharusnya keluar dari mulut kita, terutama di hadapan bangsawan, apalagi yang berkedudukan tinggi seperti mereka. Perilaku buruk bisa berujung pada konsekuensi berat jika ada petugas yang mendengarnya,'' ujar Atthy, suaranya rendah namun tegas.Ay menunduk, menghela napas panjang. "Maaf, Kak," jawabnya dengan senyum kecil, "Aku kesal. Kita sudah jelas menolaknya, tapi kenapa mereka tetap mengirim utusan untuk menjemputmu?"Atthy menatap Ay dengan tatapan menggoda, "Kau mencemaskanku?"Ay memutar matanya dengan kesal, "Kakak serius menanyakan itu?" jawabnya dengan nada tinggi, lalu melanjutkan, "Athaleyah Galina adalah kakakku. Bagaima

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status