Pagi itu, keluarga Galina mengerjakan pekerjaan mereka seperti biasanya. Atthy akan membersihkan rumah dan mencuci baju pagi-pagi. Rowtag akan memasak, membuat sarapan di bantu oleh Gafy. Dimi akan mengurus hewan peliharaan, stok protein hewani untuk keluarga. Ash dan Ay, mengurus daging, kulit, dan bulu hewan hasil buruan mereka.
Berburu menjadi salah satu keahlian penduduk Caihina. Kulit dan bulu binatang buruan menjadi komoditi unggulan penduduk gurun membuat mereka sangat terkenal di kalangan pedagang. Harga kulit atau bulu hasil produksi penduduk gurun sangat tinggi di pasaran, karena kualitasnya yang sangat unggul di banding di wilayah lain.
''Ayah, Kakek!'' panggil Atthy di sela-sela masa senggang mereka setelah sarapan, ''Aku sudah memikirkan mengenai lamaran pernikahan itu.''
''Atthy, jangan terburu-buru mengambil keputusan, pikirkan dulu baik-baik!'' seru Ashton, mengingatkan putri sulungnya, ''Masih banyak waktu, baru juga semalam kami memberitahumu...''
''Maaf ayah, aku tidak mengerti apakah keputusanku terburu-buru atau tidak... Tapi, Ayah, aku merasa jika aku sudah memikirkannya dan aku memutuskan untuk mengambil lamaran pernikahan itu.''
''Atthy, kau yakin dengan keputusanmu?!'' tanya Rowtag serius.
''Eum,'' angguk Atthy menjawab, ''Ayah, kakek... Seperti kata kalian, ini adalah kesempatan langka, lagi pula itu adalah seorang Grand Duke yang cukup disegani dengan wilayah besar, Alpen...'' ujar Atthy menambahkan dengan wajah meyakinkan.
''Atthy, apa kau yakin tidak mau memikirkannya lagi?'' tanya Rowtag menegaskan, ''Masih ada waktu untuk kita sebelum memberikan jawaban.''
''Ayah dan kakek memintaku untuk memikirkannya, dan aku sudah memikirkannya, dan itu adalah keputusan yang aku ambil setelah semalaman memikirkannya. Tapi, seandainya jika kalian kemudian menemukan ternyata dia bukan pria yang baik untukku, aku juga akan menerimanya, kalian bisa menolaknya tanpa harus bertanya padaku,'' jawab Atthy serius tapi dia tetap terkesan santai sambil terus menikmati makanannya.
*****
Alpen di utara tidak jauh berbeda dari Nauruan di timur, dua kota itu adalah kota besar di perbatasan kerajaan Xipil, yang amat di hindari karena kontur dan medan wilayahnya yang amat berbahaya. Wilayahnya amat besar tapi beberapa bangsawan enggan berurusan terkait masalah Alpen karena tingginya faktor resiko konflik yang bersinggungan dengan wilayah-wilayah perbatasan kerajaan.
Perbedaan mencolok di antara kedua wilayah adalah penguasanya. Alpen yang cenderung beriklim dingin, dikuasai Grand Duke yang tegas dan berwibawa menjadikannya wilayah yang stabil meski rawan konflik. Sedangkan Nauruan, wilayah dengan iklim sedang hingga cenderung panas, yang seharusnya makmur dengan lahan pertanian yang subur, tapi selalu bergejolak oleh konflik internal karena penguasa yang sombong dan suka berfoya-foya.
Pola kehidupan bermasyarakatnya dua wilayah itu pun berbeda. Penduduk Alpen yang terkesan amat tenang. Sedangkan, Nauruan lebih semarak, walau mereka sebetulnya jauh lebih miskin dari pada Alpen. Itu semua karena Count Veraga yang selalu iri dengan Xerces yang glamour dan mewah. Karenanya, Count Veraga berusaha agar Nauruan bisa tampil mirip dengan megahnya Xerces yang adalah Ibu Kota Kerajaan.
Wilayah Alpen sangat luas, bahkan puluhan kali lebih besar dari Xerces yang glamor. Tapi, hal itu tidak menjadikan Alpen kota megah penuh dengan kemewahan seperti halnya Xerces.
Kota Alpen adalah kota makmur dengan berbagai hasil tambang seperti batu bara, emas, dan berlian. Alpen memang terpencil terletak di ujung negara, tapi mereka bukan kota tertinggal berkat kepemimpinan Klan Griffith yang bertangan dingin dan terkenal dengan ketegasannya tapi sangat bijaksana untuk penduduk wilayah Alpen.
Alpen memiliki luas wilayah tiga kali lipat dari Nauruan, tapi sangat berbahaya karena bersinggungan langsung dengan tiga negara yang hingga saat ini masih tidak mau membuka tangannya untuk perdamaian.
Alpen, Skythia, dan Kargav adalah tiga wilayah yang masih diperebutkan oleh empat negara besar yang hingga kini perang perebutan wilayah masih berlangsung walau sudah lebih dari dua abad semenjak Grand Duke Griffith generasi sebelumnya memerintah Alpen yang lebih dulu telah secara mutlak dikuasai oleh Klan Griffith.
*****
''Baiklah kalau itu keputusanmu,'' ujar Ashton, dia menatap lama wajah putrinya sebelum menjawab. Tapi, dia melihat kebulatan tekad dan pikiran dari Atthy, karenanya dia menyetujuinya.
''Atthy, kuharap ini akan jadi keputusan terbaik untukmu...'' ujar kakeknya sambil menepuk kepala Atthy dengan lembut.
''Terima kasih, kek...'' ujar Atthy sambil tersenyum.
''Baiklah...'' ujar Ash kemudian bangkit berdiri dari sofa usang di ruang keluarga, ''Ay, kabari yang lain, kita akan melakukan konvoi!'' seru Ash memerintah Aydan, ''Kita akan mengirim surat balasan ke pusat kota di Nauruan untuk dikirimkan ke Xerces sambil menjual barang dagangan kita.''
''Baik ayah,'' jawab Ay tegas.
''Kak aku akan membantumu,'' ujar Damian dengan wajah semringah, kemudian langsung mengejar kakak laki-lakinya.
''Baiklah, aku mempersiapkan barang dagangan kita,'' ujar Atthy berpamitan pada kakeknya dan juga Gafy.
''Kak aku akan segera membantumu segera setelah aku membereskan meja makan...'' sahut Gafy dengan penuh semangat dan Atthy mengangguk dengan senyum di bibirnya menanggapi betapa senang adik bungsunya.
*****
Semua persiapan di lakukan untuk pergi ke pusat kota, mereka sekeluarga terbiasa hidup mandiri dan sudah mengerti dengan tugas masing-masing. Saat Ash dan Ay pergi, pekerjaan akan menjadi doble untuk mereka yang di tinggal di rumah. Jika semuanya lancar akan memakan waktu dua minggu untuk Ash dan Ay pulang dan pergi, sekaligus menjual barang dagangan mereka. Karena itulah mereka yang di rumah harus bekerja ekstra keras karena dua tenaga dari empat tenaga utama di rumah tidak ada di tempat.
Saat berjualan ke pusat kota, biasanya penduduk gurun akan melakukan konvoi agar lebih aman. Ash akan pergi bersama beberapa warga lain atau dari desa tetangga yang juga akan menjual atau akan membeli barang di pusat kota Nauruan. Karena bahaya dari para bandit di perbatasan hutan. Warga di padang gurun ini sudah terbiasa menyatukan waktu agar bisa pergi bersama-sama dalam kelompok besar dengan delapan desa lain, yang menempati sembilan oase yang ada di wilayah gurun pasir Caihina, yang masih termasuk ke dalam wilayah milik Nauruan.
*****
Satu minggu telah berlalu semenjak Ash dan Ay kembali dari pusat kota, mereka telah menjual dagangan mereka dan juga mengirimkan surat balasan ke Xerces.
Pagi ini, tiba-tiba seorang utusan datang membawa surat dari Alpen yang mengatakan bahwa dalam waktu dekat mereka akan datang menjemput Atthy ke Alpen sebagai calon mempelai wanita untuk Grand Duke Griffith.
Ash dan Rowtag heran tidak habis pikir dengan balasan surat yang datang, karena tidak pernah Ash menyebutkan dalam surat balasannya kalau mereka menyetujui lamaran Grand Duke Griffith. Dengan jelas Ash menulis kalau dia menolak lamaran Grand Duke Griffith untuk Lady Galina.
''Ash, apa kau melakukan kesalahan saat mengirim surat balasan pada mereka?!'' seru Rowtag bertanya dengan nada tinggi pada Ash.
''Ayah, aku jelas-jelas sudah menuliskan kalau kita tidak bisa menerima lamaran Grand Duke Griffith, dengan alasan Atthy masih terlalu muda. Dan, dia juga tidak punya kelayakan untuk menerima lamaran itu,'' jawab Ash tegas.
''Lalu kenapa mereka mengirim utusan untuk mengiringi calon mempelai wanita?!'' seru Rowtag masih dengan nada tingginya.
''Aku tidak tahu ayah... Seperti aku katakan sebelumnya, aku menolak lamaran itu. Bahkan Ay juga menegaskan penolakannya... Dia sama sekali tidak mau kakaknya menikah dengan seorang yang sudah tua bangka sepertimu,'' jawab Ash kesal.
''Kau pikir aku mau punya cucu menantu yang sudah bau tanah sepertiku,'' sahut Rowtag, menanggapi Ashton dengan emosi.
''Kita semua punya pikiran sama ayah... Baik aku, Ay atau pun dirimu. Kita semua menentang pernikahan ini... Masalahnya, bagaimana sekarang kita akan menghadapi utusan Grand Duke Griffith yang akan tiba?!'' seru Ash yang jadi ikut emosi mengikuti ayahnya.
''Ash kau pergilah ke pusat kota dan beritahukan pada mereka, bahwa ada kesalahpahaman di sini!'' seru Rowtag memerintah dengan nada terdengar panik.
''Itu jelas tidak mungkin ayah!'' sahut Ash dengan nada sedikit naik, ''Kita bukan hanya memiliki level lebih rendah. Gelar bangsawan yang kita miliki hanya di atas kertas, kita tidak punya siapa pun untuk mendukung kita... Menghentikan utusan seorang Grand Duke yang telah menyatakan persetujuannya untuk perjodohan yang diatur oleh keluarga kerajaan... tentu, sama saja kita menentang keluarga Kerajaan...'' tambah Ash dengan ekspresi kesal sekaligus cemas.
''Lalu apa yang harus kita lakukan?!'' sahut Rowtag yang semakin emosi, ''Aku tidak rela cucuku menikahi seorang diktator kejam sepertinya!''
''Ayah!... Atthy juga adalah putriku, aku tidak akan menjadikannya tumbal pernikahan politik antar kaum bangsawan tinggi,'' ujar Ash dengan nada kesal, ''Aku yakin ada sesuatu yang janggal... Ada yang aneh di sini, apa yang membuat mereka bersikeras sampai seperti ini...'' ujar setelah berusaha menenangkan dirinya dan juga ayahnya.
''Apa maksudmu?'' tanya Rowtag menyelidik.
*****Flash back saat Ashton dan Aydan pergi ke pusat kota Nauruan setelah Atthy menyetujui lamaran.Ash dan Ay pergi ke pusat kota hendak berjualan dan mengirimkan surat balasan untuk lamaran Atthy. Sembari berdagang mereka mencoba menggali informasi tentang Griffith dan Alpen untuk memantapkan pemikiran mereka mengenai lamaran Atthy. Hasilnya, meski hanya rumor tapi terlalu banyak cerita menakutkan mengenai Grand Duke Griffith yang di kenal kejam dan berhati dingin, karena itulah dia bisa menaklukkan Alpen dan menjadi penguasa di sana.Ay langsung berontak pada Ash ayahnya seketika itu juga ketika mendengar kalau calon kakak iparnya adalah seorang yang kejam dan tak berperikemanusiaan, saat mereka mencari informasi mengenai Grand Duke Griffith di pusat kota Nauruan beberapa minggu yang lalu.''Ayah aku tidak peduli dengan kedudukan yang di milikinya, walau seorang Grand Duke sekalipun. Bukan hanya dia tua bangka
''Kau hanya seorang wanita bodoh... Kau terlalu tinggi berpikir tentang dirimu. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang melemparkan dirinya pada pria di jalanan setiap malam hanya untuk sekantung uang,'' ujar Hugh dengan santainya sambil mencari helai demi helai pakaiannya yang tercecer tak jauh dari tempat tidur.Bergetar tubuh Atthy, mendengar kalimat demi kalimat yang di lontarkan Hugh yang terus merendahkan dirinya. Dia bukan tidak marah, tapi otaknya masih bisa memperingatkannya untuk tidak terbawa emosi demi keluarganya, selain dia hanya bisa membelalakkan matanya menatap Hugh. Seorang pria bangsawan gagah nan tampan bergelar Duke yang sudah tiga bulan berstatus sebagai suaminya.Kata-kata Hugh yang tajam, menghunus tepat di jantung Atthy.Terkejut, heran, bingung, juga marah bercampur jadi satu membangunkan Atthy dari mimpi indahnya semalam.Malam pertama Atthy dan suaminya Duke Griffith, di awali dengan sebuah tragedi dan sama sekali tidak romantis seperti yang dibayangka
Di luar ruangan telah menunggu tiga pelayan pribadi Atthy. Mereka segera menunduk memberi salam saat Hugh keluar dari kamar Atthy. Wajah mereka semua terlihat merona mengingat bagaimana Hugh dan Atthy majikan mereka, baru saja menghabiskan malam bersama untuk pertama kalinya setelah tiga bulan masa pernikahannya.''Tuanku, apa ada hal yang harus saya persiapkan?'' tanya Helena yang baru saja datang lalu segera menyapa menghampiri tuannya.''Panggil Alwyn ke ruanganku segera, dan juga panggil Dr. Windfold untuk melihat kondisinya!'' seru Hugh memerintah.''Maaf, tuanku?!'' jawab Helena dengan wajah bertanya.''Dia... Sepertinya terluka, tidak... Dia, memang terluka... Sudahlah!... Kau urus saja dia!'' seru Hugh, dia berbicara dengan kaku meski wajahnya tetap terlihat datar di mata orang lain, tapi tidak dengan Helena, dia bisa melihat kalau tuannya sedang merona saat ini.Helena heran melihat ekspresi canggung dari tuannya, ekspresi yang sangat jarang di perlihatkan oleh Hugh, meski pun
Atthy menatap Helena yang dengan berani menahan tangannya ketika hendak menanda tangani surat cerai.Helena segera menarik kembali tangannya karena dia sendiri terkejut dengan tindakannya.''Helena!'' seru Atthy refleks menegur tindakan Helena, tapi bola mata Atthy tampak seperti ingin menangis karena dia memahami bagaimana perasaan Helena saat ini.''Duchess,'' panggil Helena dengan suara bergetar, ''Maafkan kelancangan saya... Tapi, Duchess... Tolong pikirkan lagi!'' seru Helena dengan segera, sambil berusaha menundukkan dirinya karena telah melakukan kesalahan sebelumnya, ''Ini... ini... mungkin salah paham...''''Kurasa tidak, Helena!'' seru Atthy sembari memegang tangan helena yang bergetar, ''... aku sudah berjanji pada tuanmu tadi pagi,'' Atthy menambahkan kalimatnya dengan sikap tegas.''Duchess!'' panggil Helena dengan raut wajah cemas, ''Saya mohon Duschess, tolong tahan dulu!... Saya akan menanyakan alasannya pada Tuanku Duke...''Terlihat jelas bahwa Helena tidak lagi bisa
Selama berada di Manor, tidak pernah sekali pun Atthy mengeluh. Atthy juga nyaris tidak keluar dari lingkungan Manor. Dia hanya keluar jika diperlukan, selebihnya dia akan duduk manis di dalam Manor. Hal yang cukup mengejutkan bagi sebagian besar penghuni Manor karena mereka telah mendengar beberapa hal mengenai wanita yang akan datang sebagai calon istri Duke Hugh Griffith.Para penghuni Manor tahu kalau Atthy hanya seorang Lady dari golongan bangsawan tingkat rendah. Awalnya mereka tidak mnyukai kehadiran Atthy. Tapi, semakin lama mereka mengenal Atthy, mereka mulai mengagumi sikap elegan dan karakter yang di miliki Atthy. Atthy mengerti bagaiman menjaga etika dan tata tertib seorang bangsawan dengan sangat baik sekali. Karenanya, mereka cukup terkejut mendengar Atthy keluar dari Manor bahkan tanpa pelayan pribadi apa lagi pengawal di sisinya.''Apa maksudmu?!'' seru Alwyn bertanya dengan wajah sangat serius, ''Apa yang hendak di lakukannya di luar Manor sendirian?!"''Maaf... Maafka
Salju putih terus berjatuhan butir demi butir menimpa kepala Atthy, dia bersusah payah hanya untuk melangkahkan kakinya di tumpukan salju sepanjang jalan.Atthy mulai bingung ke mana dia harus melangkah?Baru tiga bulan dia di Skythia, frekuensi Atthy keluar Manor bisa di hitung jari. Karenanya, jelas Atthy tidak tahu lingkungan di luar Manor. Apa lagi, ketika Atthy keluar selalu menggunakan kereta kuda.Atthy terus berjalan tak tentu arah, karena dia tidak bisa membedakan yang mana jalan yang seharusnya di lalui. Tertutup salju tebal di atasnya, semuanya tampak nyaris sama bagi Atthy.Ketidak-tahuan membuatnya terus berjalan dan terus memasuki wilayah hutan semakin jauh kedalam.Atthy yang selama ini hidup di antara gurun pasir yang terik dan sabana luas, kini dia kesulitan menghadapi ganasnya cuaca dingin bersalju di hadapannya.Selama di dalam Manor, Atthy selalu di layani oleh pelayan dan nyaris tidak pernah jauh dari perapian. Tapi sekarang, dia tidak punya apa-apa kecuali pakaian
Beberapa saat kemudian wajah Ash kembali membuat ekspresi heran tidak percaya, dia berkali-kali melirik ayahnya dan melihat surat itu berulang kali.''Apa mataku rabun?'' tanya Rowtag dengan ekspresi meledek Ash.''Ayah...'' panggil Ash dengan ekspresi tidak percaya masih terlihat di wajahnya, ''Lamaran ini untuk Atthy?'' tanya Ash dengan wajah sangat heran.''Ya,'' jawab Rowtag, membalas Ash dengan memasang ekspresi yang dengan sengaja meledeknya.''Dari seorang Grand Duke?!'' sahut Ash dengan nada bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.''Kalau mata kita berdua normal... Itu yang tertulis di situ,'' jawab Rowtag dengan wajah menunjukkan kalimat ''apa ku bilang''.''Apa ada kemungkinan Ibu Kota Kerajaan melakukan kesalahan?!'' seru Ash bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.''Kau bertanya padaku?... Aku tidak tahu
Setelah selesai makan malam dan berbincang sebentar, mereka segera kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap tidur. Ada empat kamar di rumah sederhana ini. Rowtag dan Ash masing-masing sendiri. Ay sekamar dengan Dimi saudara kembar Gafy. Lalu, Atthy sekamar dengan Gafy.Agafya atau biasa di panggil Gafy atau Gaff, dia dilahirkan dengan kondisi tubuh lemah, tapi meski seperti itu, Gafy selalu ceria dan cerewet, dia salah satu sumber kebisingan di rumah sederhana ini setelah Dimi yang selalu aktif, seolah tenaga Gafy diambil untuk dirinya sendiri.''Kak... Apa kakak akan menerimanya?'' tanya Gafy dengan mata yang masih berbinar-binar.''Apa?'' tanya Atthy acuh sembari mengangkat sekeranjang jemuran yang sudah diangkatnya tadi sore.''Lamaran pernikahan itu?!'' seru Gafy menjawab sambil merungut kesal. Tapi, dia tetap menggerakkan tangannya membantu Atthy melipat pakaian.''Hm?..
*****Flash back saat Ashton dan Aydan pergi ke pusat kota Nauruan setelah Atthy menyetujui lamaran.Ash dan Ay pergi ke pusat kota hendak berjualan dan mengirimkan surat balasan untuk lamaran Atthy. Sembari berdagang mereka mencoba menggali informasi tentang Griffith dan Alpen untuk memantapkan pemikiran mereka mengenai lamaran Atthy. Hasilnya, meski hanya rumor tapi terlalu banyak cerita menakutkan mengenai Grand Duke Griffith yang di kenal kejam dan berhati dingin, karena itulah dia bisa menaklukkan Alpen dan menjadi penguasa di sana.Ay langsung berontak pada Ash ayahnya seketika itu juga ketika mendengar kalau calon kakak iparnya adalah seorang yang kejam dan tak berperikemanusiaan, saat mereka mencari informasi mengenai Grand Duke Griffith di pusat kota Nauruan beberapa minggu yang lalu.''Ayah aku tidak peduli dengan kedudukan yang di milikinya, walau seorang Grand Duke sekalipun. Bukan hanya dia tua bangka
Pagi itu, keluarga Galina mengerjakan pekerjaan mereka seperti biasanya. Atthy akan membersihkan rumah dan mencuci baju pagi-pagi. Rowtag akan memasak, membuat sarapan di bantu oleh Gafy. Dimi akan mengurus hewan peliharaan, stok protein hewani untuk keluarga. Ash dan Ay, mengurus daging, kulit, dan bulu hewan hasil buruan mereka.Berburu menjadi salah satu keahlian penduduk Caihina. Kulit dan bulu binatang buruan menjadi komoditi unggulan penduduk gurun membuat mereka sangat terkenal di kalangan pedagang. Harga kulit atau bulu hasil produksi penduduk gurun sangat tinggi di pasaran, karena kualitasnya yang sangat unggul di banding di wilayah lain.''Ayah, Kakek!'' panggil Atthy di sela-sela masa senggang mereka setelah sarapan, ''Aku sudah memikirkan mengenai lamaran pernikahan itu.''''Atthy, jangan terburu-buru mengambil keputusan, pikirkan dulu baik-baik!'' seru Ashton, mengingatkan putri sulungnya, ''Masih banyak wak
Setelah selesai makan malam dan berbincang sebentar, mereka segera kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap tidur. Ada empat kamar di rumah sederhana ini. Rowtag dan Ash masing-masing sendiri. Ay sekamar dengan Dimi saudara kembar Gafy. Lalu, Atthy sekamar dengan Gafy.Agafya atau biasa di panggil Gafy atau Gaff, dia dilahirkan dengan kondisi tubuh lemah, tapi meski seperti itu, Gafy selalu ceria dan cerewet, dia salah satu sumber kebisingan di rumah sederhana ini setelah Dimi yang selalu aktif, seolah tenaga Gafy diambil untuk dirinya sendiri.''Kak... Apa kakak akan menerimanya?'' tanya Gafy dengan mata yang masih berbinar-binar.''Apa?'' tanya Atthy acuh sembari mengangkat sekeranjang jemuran yang sudah diangkatnya tadi sore.''Lamaran pernikahan itu?!'' seru Gafy menjawab sambil merungut kesal. Tapi, dia tetap menggerakkan tangannya membantu Atthy melipat pakaian.''Hm?..
Beberapa saat kemudian wajah Ash kembali membuat ekspresi heran tidak percaya, dia berkali-kali melirik ayahnya dan melihat surat itu berulang kali.''Apa mataku rabun?'' tanya Rowtag dengan ekspresi meledek Ash.''Ayah...'' panggil Ash dengan ekspresi tidak percaya masih terlihat di wajahnya, ''Lamaran ini untuk Atthy?'' tanya Ash dengan wajah sangat heran.''Ya,'' jawab Rowtag, membalas Ash dengan memasang ekspresi yang dengan sengaja meledeknya.''Dari seorang Grand Duke?!'' sahut Ash dengan nada bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.''Kalau mata kita berdua normal... Itu yang tertulis di situ,'' jawab Rowtag dengan wajah menunjukkan kalimat ''apa ku bilang''.''Apa ada kemungkinan Ibu Kota Kerajaan melakukan kesalahan?!'' seru Ash bertanya, dia masih tidak bisa mempercayainya.''Kau bertanya padaku?... Aku tidak tahu
Salju putih terus berjatuhan butir demi butir menimpa kepala Atthy, dia bersusah payah hanya untuk melangkahkan kakinya di tumpukan salju sepanjang jalan.Atthy mulai bingung ke mana dia harus melangkah?Baru tiga bulan dia di Skythia, frekuensi Atthy keluar Manor bisa di hitung jari. Karenanya, jelas Atthy tidak tahu lingkungan di luar Manor. Apa lagi, ketika Atthy keluar selalu menggunakan kereta kuda.Atthy terus berjalan tak tentu arah, karena dia tidak bisa membedakan yang mana jalan yang seharusnya di lalui. Tertutup salju tebal di atasnya, semuanya tampak nyaris sama bagi Atthy.Ketidak-tahuan membuatnya terus berjalan dan terus memasuki wilayah hutan semakin jauh kedalam.Atthy yang selama ini hidup di antara gurun pasir yang terik dan sabana luas, kini dia kesulitan menghadapi ganasnya cuaca dingin bersalju di hadapannya.Selama di dalam Manor, Atthy selalu di layani oleh pelayan dan nyaris tidak pernah jauh dari perapian. Tapi sekarang, dia tidak punya apa-apa kecuali pakaian
Selama berada di Manor, tidak pernah sekali pun Atthy mengeluh. Atthy juga nyaris tidak keluar dari lingkungan Manor. Dia hanya keluar jika diperlukan, selebihnya dia akan duduk manis di dalam Manor. Hal yang cukup mengejutkan bagi sebagian besar penghuni Manor karena mereka telah mendengar beberapa hal mengenai wanita yang akan datang sebagai calon istri Duke Hugh Griffith.Para penghuni Manor tahu kalau Atthy hanya seorang Lady dari golongan bangsawan tingkat rendah. Awalnya mereka tidak mnyukai kehadiran Atthy. Tapi, semakin lama mereka mengenal Atthy, mereka mulai mengagumi sikap elegan dan karakter yang di miliki Atthy. Atthy mengerti bagaiman menjaga etika dan tata tertib seorang bangsawan dengan sangat baik sekali. Karenanya, mereka cukup terkejut mendengar Atthy keluar dari Manor bahkan tanpa pelayan pribadi apa lagi pengawal di sisinya.''Apa maksudmu?!'' seru Alwyn bertanya dengan wajah sangat serius, ''Apa yang hendak di lakukannya di luar Manor sendirian?!"''Maaf... Maafka
Atthy menatap Helena yang dengan berani menahan tangannya ketika hendak menanda tangani surat cerai.Helena segera menarik kembali tangannya karena dia sendiri terkejut dengan tindakannya.''Helena!'' seru Atthy refleks menegur tindakan Helena, tapi bola mata Atthy tampak seperti ingin menangis karena dia memahami bagaimana perasaan Helena saat ini.''Duchess,'' panggil Helena dengan suara bergetar, ''Maafkan kelancangan saya... Tapi, Duchess... Tolong pikirkan lagi!'' seru Helena dengan segera, sambil berusaha menundukkan dirinya karena telah melakukan kesalahan sebelumnya, ''Ini... ini... mungkin salah paham...''''Kurasa tidak, Helena!'' seru Atthy sembari memegang tangan helena yang bergetar, ''... aku sudah berjanji pada tuanmu tadi pagi,'' Atthy menambahkan kalimatnya dengan sikap tegas.''Duchess!'' panggil Helena dengan raut wajah cemas, ''Saya mohon Duschess, tolong tahan dulu!... Saya akan menanyakan alasannya pada Tuanku Duke...''Terlihat jelas bahwa Helena tidak lagi bisa
Di luar ruangan telah menunggu tiga pelayan pribadi Atthy. Mereka segera menunduk memberi salam saat Hugh keluar dari kamar Atthy. Wajah mereka semua terlihat merona mengingat bagaimana Hugh dan Atthy majikan mereka, baru saja menghabiskan malam bersama untuk pertama kalinya setelah tiga bulan masa pernikahannya.''Tuanku, apa ada hal yang harus saya persiapkan?'' tanya Helena yang baru saja datang lalu segera menyapa menghampiri tuannya.''Panggil Alwyn ke ruanganku segera, dan juga panggil Dr. Windfold untuk melihat kondisinya!'' seru Hugh memerintah.''Maaf, tuanku?!'' jawab Helena dengan wajah bertanya.''Dia... Sepertinya terluka, tidak... Dia, memang terluka... Sudahlah!... Kau urus saja dia!'' seru Hugh, dia berbicara dengan kaku meski wajahnya tetap terlihat datar di mata orang lain, tapi tidak dengan Helena, dia bisa melihat kalau tuannya sedang merona saat ini.Helena heran melihat ekspresi canggung dari tuannya, ekspresi yang sangat jarang di perlihatkan oleh Hugh, meski pun
''Kau hanya seorang wanita bodoh... Kau terlalu tinggi berpikir tentang dirimu. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang melemparkan dirinya pada pria di jalanan setiap malam hanya untuk sekantung uang,'' ujar Hugh dengan santainya sambil mencari helai demi helai pakaiannya yang tercecer tak jauh dari tempat tidur.Bergetar tubuh Atthy, mendengar kalimat demi kalimat yang di lontarkan Hugh yang terus merendahkan dirinya. Dia bukan tidak marah, tapi otaknya masih bisa memperingatkannya untuk tidak terbawa emosi demi keluarganya, selain dia hanya bisa membelalakkan matanya menatap Hugh. Seorang pria bangsawan gagah nan tampan bergelar Duke yang sudah tiga bulan berstatus sebagai suaminya.Kata-kata Hugh yang tajam, menghunus tepat di jantung Atthy.Terkejut, heran, bingung, juga marah bercampur jadi satu membangunkan Atthy dari mimpi indahnya semalam.Malam pertama Atthy dan suaminya Duke Griffith, di awali dengan sebuah tragedi dan sama sekali tidak romantis seperti yang dibayangka