Home / Romansa / MENJEMPUT ISTRIKU / 004 Mencurigakan

Share

004 Mencurigakan

Author: Wolfy
last update Last Updated: 2022-11-12 23:26:38

**Bab 004: Mencurigakan**

*****

AWAL CERITA DIMULAI

*****

Kota Nauruan adalah sebuah kota besar di ujung perbatasan sebelah timur dari wilayah Kerajaan Xipil. Dari pusat Kota Nauruan, beralih ke sebuah wilayah yang masih dalam yurisdiksi Kota Nauruan. Wilayah ini sangat luas, lima belas kali lebih besar dari pusat kotanya sendiri.

Caihina adalah sebuah wilayah tandus dan kering yang nyaris tidak tersentuh megahnya pusat Kota Nauruan. Wilayah terpencil ini memiliki belasan desa yang nasibnya kurang lebih sama. Desa-desa kecil yang sangat terisolasi, namun luasnya belasan kali lipat dari pusat kota. Wilayah ini terdiri dari gurun pasir dan sabana yang terlupakan oleh bangsawan yang memimpin kota, yaitu Count Veraga.

Angga adalah salah satu desa dari jajaran sembilan desa terluar di wilayah Caihina, Kota Nauruan. Untuk mencapai pusat kota, diperlukan waktu sepuluh hari dengan kereta kuda karena medan yang sulit. Namun, jika berkuda, perjalanan itu dapat ditempuh dalam waktu lima hari. Desa Angga terletak di antara area gurun dan sabana. Di desa inilah Atthy lahir dan dibesarkan.

Caihina adalah dataran kering yang sangat luas dengan beberapa laguna besar sebagai sumber air utama bagi penduduknya. Di bagian utara Caihina, terdapat perbukitan batu kapur raksasa yang terselubungi pasir, membentuk cekungan menyerupai mangkuk raksasa. Di tengahnya, terbentang sabana luas sejauh mata memandang. Sedangkan di bagian selatan, terdapat hutan lebat yang penuh dengan binatang buas. Hutan ini terbagi menjadi dua wilayah: Caihina dan Nauruan. Wilayah Nauruan lebih sejuk meski tetap lebih hangat dibandingkan Skythia.

Di luar Nauruan, tidak banyak orang yang memahami Caihina. Wilayah ini dianaktirikan oleh penguasanya sehingga jarang disebut-sebut. Karena ketidakpedulian Count Veraga, banyak bandit perampok yang bersembunyi di perbatasan hutan. Medan yang berat dan berbahaya membuat wilayah ini sulit dijangkau, sehingga perdagangan pun terhambat. Akibatnya, desa-desa di Caihina semakin terisolasi.

"Ayah!... Ayah!... Lihat!" seru Damian, anak lelaki berusia enam tahun, berlari dari kejauhan sambil memanggil ayahnya.

"Dimi!... Hentikan teriakanmu!" seru Atthy, gadis remaja yang baru tiga bulan menginjak usia delapan belas tahun. Ia adalah anak perempuan tertua Ashton Galina.

Huf... Huf... Huf...

Damian berhenti sejenak, berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah saat tiba di pagar pekarangan rumah.

"Ada apa denganmu?... Apa yang membuatmu harus berlari seperti itu?" tanya Ashton, ayahnya, sambil terus memukul besi panas di hadapannya.

"Pengantar pesan baru saja datang," jawab Damian dengan mata berbinar-binar.

"Lalu?" tanya Atthy acuh sambil menjaga nyala api untuk membantu ayahnya.

"Dia membawa surat," jawab Dimi dengan ekspresi bahagia.

"Dia pengantar pesan, tentu saja dia membawa surat," balas Atthy meledek adiknya namun tetap fokus pada pekerjaannya.

"Suratnya untuk kita," ujar Dimi dengan wajah semringah, mengabaikan ledekan Atthy.

"Hm?!" sahut Ash dan Atthy bersamaan dengan ekspresi heran.

"Lebih hebat lagi, ini dari Xerces, ibu kota Kerajaan," lanjut Dimi, bangga seolah sudah mengetahui reaksi mereka.

Mendengar itu, Atthy melirik ayahnya. Ashton hanya menanggapi dengan mengerutkan dahi karena heran.

"Apa kau tidak salah baca, Dimi?" tanya Ash, masih dengan wajah herannya.

Bagaimana tidak? Sejak lulus dari akademi dua puluh tahun lalu, Ash tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki di ibu kota Kerajaan.

"Tidak, Ayah. Di surat itu tertulis jelas, 'Untuk Baron Galina'," jawab Dimi sambil menyerahkan surat itu kepada ayahnya, menunjukkan tulisan di muka amplop.

"Kalau begitu, itu untuk kakekmu," ujar Ash sambil menepuk lembut kepala putra bungsunya.

"Bukan untuk Ayah?!" seru Dimi, bertanya dengan wajah heran.

"Bodoh!" hardik Ash, "Bangsawan bergelar 'Baron' itu kakekmu."

"Dasar kau!... Sudah sini bantu aku!" seru Atthy terkekeh melihat adiknya yang masih bingung.

"Tapi, tetap saja... Surat itu ditujukan untuk keluarga kita," ujar Dimi berkilah, kemudian melakukan yang diperintahkan Atthy.

Ashton mengambil surat dari Dimi dan masuk ke dalam rumah untuk memberikannya kepada ayahnya, Rowtag Galina.

Atthy kembali melanjutkan pekerjaannya menempa besi, sementara Damian menjaga nyala api.

Sejak kecil, Atthy dan adik-adiknya selalu membantu Ashton bekerja sebagai pandai besi. Bahkan, Atthy sering ikut berburu di hutan bersama Ashton dan Aydan, adik laki-lakinya yang berusia tiga belas tahun.

"Ayah, ada surat untukmu dari ibu kota," ujar Ashton, menyerahkan surat itu kepada Rowtag, kakeknya Atthy.

"Surat?... Dari ibu kota?... Untukku?" tanya Rowtag dengan wajah heran.

"Ya," jawab Ashton santai.

"Apa kau tidak salah?" tanya Rowtag lagi, masih dengan ekspresi bingung.

"Kurasa tidak. Mataku masih bisa melihat dengan jelas. Di situ tertulis, 'Baron Galina'," jawab Ashton santai.

Rowtag menerima surat itu dari Ashton dan mulai membacanya. Beberapa saat kemudian, wajahnya berubah dari heran menjadi terkejut.

"Ash... Surat ini bukan untukku, tapi untukmu," ujar Rowtag sambil menunjukkan surat itu.

"Untukku?! Tapi, Ayah, di situ jelas tertulis BARON..." sahut Ashton bingung.

"Sudah lebih dari empat puluh tahun... Mungkin, mereka mengira aku sudah mati," ujar Rowtag dengan nada kecewa.

"Ayah, ada apa denganmu?" tanya Ashton khawatir. Ia tidak tega melihat wajah keriput ayahnya semakin sedih. "Apakah surat itu membawa kabar buruk?"

"Sebaliknya, mungkin ini adalah kabar baik. Tapi jelas, surat ini untukmu, Ash... Karena Atthy adalah putrimu," ujar Rowtag menjelaskan sambil tersenyum, mencoba menenangkan putranya.

"Atthy?... Apa hubungannya dengan Atthy?" tanya Ashton bingung.

"Surat ini adalah surat lamaran untuk putri sulungmu, Atthy," ujar Rowtag dengan wajah senang.

Ashton terbelalak mendengar itu. Ia terkejut, lebih dari keterkejutan Rowtag saat membaca suratnya.

"Ayah... Kau pasti sudah terlalu tua, matamu rabun. Berikan padaku, biar aku yang membacanya!" seru Ashton tak percaya.

"Terserah... Lagi pula, aku sudah bilang surat itu untukmu," jawab Rowtag sambil menyerahkan surat itu kepada Ashton.

Beberapa saat kemudian, wajah Ash kembali memperlihatkan ekspresi heran yang tak percaya. Dia terus melirik ayahnya dan memandangi surat itu berulang kali, seolah-olah matanya akan menemukan kesalahan yang tersembunyi di antara baris-baris tulisan rapi itu.

"Apakah mataku ini rabun?" tanya Rowt, sengaja melemparkan ekspresi meledek pada Ash.

"Ayah..." panggil Ash, masih dengan ekspresi tak percaya yang jelas terlihat di wajahnya. "Lamaran ini... untuk Atthy?" tanyanya dengan nada heran, suaranya bergetar.

"Ya," jawab Rowt dengan senyum nakal, balas meledek dengan sengaja.

"Dari seorang Grand Duke?!" seru Ash, suaranya penuh pertanyaan. Ia masih merasa tak percaya.

"Jika mata kita berdua masih normal," jawab Rowt dengan tenang, "itulah yang tertulis di situ."

Ash merasakan tenggorokannya mengering. Matanya kembali menelusuri tulisan itu, seolah-olah setiap huruf bisa mengubah makna surat tersebut.

"Apakah mungkin ada kesalahan dari Ibu Kota Kerajaan?" tanya Ash dengan nada hampir putus asa.

"Kau bertanya padaku?" Rowt menatap putranya dengan senyum menggoda. "Aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Aku tidak pernah merasakan pendidikan di akademi seperti dirimu."

Dengan lemas, Ash merosot dan jatuh ke kursi panjang di hadapan ayahnya. Tubuhnya terasa lemah, masih terperangkap dalam ketidakpercayaan yang mendalam. Di luar, angin berembus pelan, membawa suara dedaunan yang bergesekan, seakan ikut membisikkan misteri yang menyelimuti kabar ini.

---

Malam itu, setelah makan malam selesai, Ash meminta semua orang, termasuk keempat anaknya, untuk berkumpul. Lilin-lilin menyala, bayangannya bergetar di dinding kayu rumah mereka. Aydan, adik lelaki Atthy yang berusia tiga belas tahun, duduk di sampingnya, bersebelahan dengan si kembar Dimi dan Agafya yang baru berusia delapan tahun. Agafya, yang sejak lahir memiliki tubuh lemah, menatap kakaknya dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan.

"Atthy, masalah yang akan kita bicarakan adalah tentang dirimu," ujar Ash, memulai pembicaraan dengan santai, meskipun matanya tetap fokus pada hidangan yang hampir habis di piringnya. Namun, ada ketegangan di balik nada santainya yang tak bisa disembunyikan.

"Ya, Ayah..." jawab Atthy dengan sopan. Suaranya tenang, tetapi hatinya bergejolak. Entah kenapa, firasat buruk mulai menyusup di benaknya.

"Kau tahu tadi pagi ada surat dari Ibu Kota, bukan?" tanya Ash, memastikan Atthy mengikuti.

Atthy mengangguk, meskipun pikirannya masih berusaha memahami ke mana arah pembicaraan ini.

"Surat itu adalah surat lamaran pernikahan untukmu," lanjut Ash.

Kata-kata itu menggantung di udara. Sejenak, hanya suara kayu terbakar di perapian yang terdengar.

Atthy membeku. Napasnya tercekat. Matanya bergerak dari wajah ayahnya ke kakeknya, lalu kembali ke kertas yang sekarang sudah tergulung rapi di atas meja. Ini... tidak mungkin.

"Kenapa, Ayah?" serunya, nadanya dipenuhi kebingungan dan keterkejutan.

Ash terdiam sejenak. Ada ragu di matanya, tetapi ia segera menenangkan diri. "Atthy, aku tahu ini sangat mendadak... Kami tidak akan memaksamu, tapi kami ingin kau memikirkannya. Ini adalah kesempatan yang sangat baik untukmu."

Atthy menelan ludah. Kepalanya terasa penuh dengan pikiran yang berkelindan. Pernikahan? Dengan seseorang yang bahkan tak dikenalnya? Hidupnya di Caihina selama ini sederhana—damai, tenang. Tapi kini, dengan satu lembar surat, segalanya tampak seperti akan berubah.

Rowt menambahkan dengan suara berat, "Atthy, aku mengerti perasaanmu. Tapi seperti yang ayahmu katakan, pikirkanlah baik-baik."

Atthy mengepalkan tangannya di atas pangkuan. "Ayah... Aku belum ingin menikah. Aku sama sekali tidak pernah memikirkan hal itu."

"Aku mengerti," kata Ash, suaranya lebih lembut. "Tapi, ini bisa menjadi kesempatan untuk kehidupan yang lebih baik. Pikirkanlah baik-baik, Atthy. Setidaknya, jangan terburu-buru menolak."

Di sampingnya, Atthy bisa merasakan tatapan Agafya yang penuh harapan. Mata kecilnya berkilauan, menatapnya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tak terucapkan.

---

Setelah selesai makan malam dan berbincang sebentar, mereka segera kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap tidur. Rumah sederhana itu memiliki empat kamar. Rowt dan Ash masing-masing menempati kamar mereka sendiri, sementara Ay sekamar dengan Dimi, saudara kembar Agafya. Atthy dan Gafy, meskipun beda usia, tidur dalam kamar yang sama.

Agafya, yang biasa dipanggil Gafy atau Gaff, dilahirkan dengan kondisi tubuh lemah. Namun meski begitu, Gafy selalu ceria dan cerewet. Ia adalah salah satu sumber kebisingan di rumah yang sunyi ini, terutama setelah Dimi yang selalu aktif, seolah-olah energi Gafy yang terbatas itu dipinjam oleh saudaranya yang penuh semangat.

Malam itu, sambil membantu kakaknya melipat pakaian, Gafy tiba-tiba bertanya dengan mata berbinar, "Kak... Apa kakak akan menerimanya?"

Atthy yang sedang sibuk mengangkat sekeranjang jemuran dari luar rumah hanya melirik sekilas, kemudian menjawab dengan sikap santai, "Apa?" Seolah tak terlalu peduli.

"Lamaran pernikahan itu?!" seru Gafy, suaranya penuh semangat dan sedikit kesal, meskipun dia tetap melanjutkan membantu Atthy dengan melipat pakaian yang sudah kering.

Atthy tersenyum tipis, melihat antusiasme Gafy yang berlebihan. "Entah," jawabnya sambil mengangkat bahu, "Aku tidak terlalu memikirkannya," lanjut Atthy dengan nada yang cukup acuh.

Gafy mendengus, tetap berusaha menggoda kakaknya dengan harapan yang jelas tertulis di wajahnya. "Kak, kalau kakak pergi ke Ibu Kota, kakak akan melihat banyak hal baru yang tidak pernah kakak lihat di sini," ujarnya dengan optimis, berusaha membujuk.

Atthy berhenti sejenak, menatap adiknya dengan mata yang sedikit meledek. "Kenapa? Kau ingin pergi ke Ibu Kota?" tanyanya, nada suaranya bercampur rasa penasaran dan sedikit bercanda.

"Kalau kakak bertanya begitu, tentu saja aku jawab iya..." Gafy tersenyum lebar, namun napasnya terdengar sedikit berat. Sekejap, dia memegangi lengannya, seolah kelelahan, tapi kemudian kembali tersenyum cerah. "Tapi kak, kau tahu dengan jelas bahwa itu akan sangat sulit untukku. Aku memang menginginkannya, tapi bukan berarti aku harus mendapatkannya... Aku bertubuh lemah, sulit bagiku meninggalkan tempat ini dengan keadaan kita sekarang... Tapi, sama sepertimu, aku bahagia di sini, menjadi adikmu, menjadi anak ayah, menjadi cucu kakek. Ini adalah tempat aku dilahirkan dan dibesarkan, dan aku sangat bersyukur... Namun, aku juga ingin melihat seperti apa dunia selain tempat ini."

Atthy terdiam, merasakan sesuatu mengganjal di hatinya. "Tapi Gaff," katanya akhirnya, "Aku bukan akan ke Ibu Kota Kerajaan, tapi Alpen, wilayah Utara. Sangat jauh dari Ibu Kota... Surat itu memang datang dari Ibu Kota, tetapi lamaran itu berasal dari seorang Grand Duke yang tinggal di sana."

Gafy terdiam sejenak, mencerna kata-kata kakaknya. "Oh... Jadi begitu?" Wajahnya memerah, seolah kecewa, namun tetap ada harapan yang berkilau di matanya. "Tapi tetap saja, kak... Kau punya kesempatan itu, bukan?"

Atthy hanya tersenyum tipis. Kata-kata Gafy menggugah sesuatu dalam dirinya. Dia tahu, Gafy tidak hanya berbicara soal melihat dunia luar. Adiknya menginginkan harapan. Impian yang dia sendiri tidak bisa kejar, tetapi yang mungkin bisa Atthy wujudkan.

Namun, ada sesuatu yang janggal. Lamaran dari seorang Grand Duke? Bahkan jika keluarga mereka memiliki darah bangsawan, status mereka terlalu rendah untuk menarik perhatian sebesar itu. Kakek adalah seorang baron yang nyaris tak diingat siapa pun. Jadi bagaimana mungkin pihak kerajaan bisa mengenal mereka?

"Kakak!" Gafy memanggil, sedikit kesal karena Atthy melamun terlalu lama, "Tapi kak... apa itu berarti lamaran ini belum pasti?"

Atthy menatap Gafy sejenak, lalu menghela napas. "Pihak kerajaan sering kali menjodohkan kaum bangsawan. Biasanya ini adalah manuver politik, Gaff... Bukankah ayah dan aku sudah mengajarkanmu? Ada dua kemungkinan untuk ini: untuk melemahkan atau menguatkan salah satu pihak... masalahnya, kedudukan kakek sangat jauh untuk bisa terlibat dalam kancah politik sekelas kerajaan... itu sebabnya ayah memintaku untuk memikirkannya, karena aku tahu, ayah juga merasa ada yang tidak biasa dengan lamaran ini."

''Apakah akan buruk?''

''Aku tidak tahu, Gaff, karena kita tidak mengenal siapa Grand Duke Griffith, atau siapa yang telah merekomendasikanku.'' Atthy menghela napas pelan, berpikir keras. ''Banyak hal yang masih gelap dan tidak pasti.''

''Itu artinya, masih ada kemungkinan...'' Gafy menjawab, masih dengan keyakinan polos di matanya, seakan seluruh dunia masih penuh harapan.

''Apa kau sebegitu inginnya melihat seperti apa dunia di luar sana?'' tanya Atthy, menatap serius pada adiknya, mencoba mengerti lebih dalam.

''Eum,'' jawab Gafy, mengangguk dengan penuh harapan, seakan dunia yang ada di luar sana adalah segala-galanya.

Atthy terdiam, menimbang segala kemungkinan dalam pikirannya. ''Baiklah Gaff, aku akan lebih memikirkannya...'' jawabnya akhirnya, meskipun perasaan tidak pasti masih menggelayuti hatinya. Ia ingin sekali memberikan adiknya kesempatan untuk melihat dunia lebih luas, tapi ia juga tak bisa menepis kekhawatiran yang terus menghantuinya.

''Pikirkan baik-baik, kak... pasti menyenangkan bisa pergi ke mana pun dan melihat banyak hal baru di luar sana,'' kata Gafy dengan senyum cerah, penuh keyakinan pada kakaknya.

''Ya baiklah, aku mengerti... Sekarang, tidurlah!'' seru Atthy, sambil mendorong adiknya yang penuh semangat untuk berbaring.

Gafy mengangguk dan tersenyum lebar, seakan seluruh dunia tidak ada yang bisa menghalanginya. Malam itu, Atthy berbaring, namun pikirannya tak bisa lepas dari perbincangan yang baru saja terjadi. Semua ucapan keluarganya, harapan-harapan mereka tentang lamaran, membayangi benaknya. Selama ini, keluarganya selalu bahagia meski hidup dalam kekurangan. Mereka menerima keadaan dengan lapang dada, tidak pernah merasa kecewa.

Namun, sesuatu terasa janggal. Lamaran ini bukan sekadar lamaran biasa.

Siapa sebenarnya yang menarik benang di balik bayang-bayang?

---

Wolfy

Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat tapi sulit sekali mendapat kontrak dari GOODNOVEL) PAMANKU SUAMIKU MENJEMPUT ISTRIKU DUNIA MANUSIA BUAS SUAMIKU YANG BERBAHAYA KARENA KEBODOHANKU, AKU HAMPIR KEHILANGAN SUAMIKU SINGA BETINA MILIKKU (sequel lanjutan dari WANITA UNTUK MANUSIA BUAS, hanya saja kali ini wanita dari DUNIA MANUSIA BUAS yang terlempar ke DUNIA MODERN dan bertemu dengan CEO gahar.

| Like

Related chapters

  • MENJEMPUT ISTRIKU   005 Rencanaa

    **Bab 005: Utara dan Selatan**Sejak zaman dahulu, sistem hierarki sosial yang kental, baik dalam pemerintahan maupun masyarakat, memperburuk kesulitan rakyat jelata untuk keluar dari belenggu gurun pasir dan sabana yang keras.Awalnya, garam dan kulit hewan adalah komoditas utama yang menopang ekonomi Caihina. Namun, setelah ditemukan pertambangan besi, banyak masyarakat Caihina mulai mempelajari seni pandai besi. Kehidupan yang keras di wilayah ini memaksa mereka untuk menguasai berbagai keterampilan demi bertahan hidup.Berkat ketangguhan masyarakatnya, meski Caihina terpencil dan sering terlupakan oleh pemerintahan kerajaan, wilayah ini tetap mampu mandiri.Sebagian besar masyarakat Caihina sebenarnya tidak miskin. Namun, latar belakang mereka yang berasal dari rakyat jelata dan dikenal sebagai suku terbelakang membuat mereka selalu terpinggirkan. Padahal, garam dan kulit binatang dari Caihina sangat mahal di pasaran, meski sebagian besar orang luar tidak mengetahuinya.Awalnya, pe

    Last Updated : 2023-01-02
  • MENJEMPUT ISTRIKU   006 Surat dari Ibu Kota

    **Bab 006 Surat dari Ibu Kota*******AWAL CERITA DIMULAI*****Kota Nauruan adalah sebuah kota besar di ujung perbatasan sebelah timur dari wilayah Kerajaan Xipil. Dari pusat Kota Nauruan, beralih ke sebuah wilayah yang masih dalam yurisdiksi Kota Nauruan. Wilayah ini sangat luas, lima belas kali lebih besar dari pusat kotanya sendiri.Caihina adalah sebuah wilayah tandus dan kering yang nyaris tidak tersentuh megahnya pusat Kota Nauruan. Wilayah terpencil ini memiliki belasan desa yang nasibnya kurang lebih sama. Desa-desa kecil yang sangat terisolasi, namun luasnya belasan kali lipat dari pusat kota. Wilayah ini terdiri dari gurun pasir dan sabana yang terlupakan oleh bangsawan yang memimpin kota, yaitu Count Veraga.Angga adalah salah satu desa dari jajaran sembilan desa terluar di wilayah Caihina, Kota Nauruan. Untuk mencapai pusat kota, diperlukan waktu sepuluh hari dengan kereta kuda karena medan yang sulit. Namun, jika berkuda, perjalanan itu dapat ditempuh dalam waktu lima har

    Last Updated : 2024-11-01
  • MENJEMPUT ISTRIKU   007 Mencurigakan

    **Bab 007 Mencurigakan**---Beberapa saat kemudian, wajah Ash kembali memperlihatkan ekspresi heran yang tak percaya. Dia terus melirik ayahnya dan memandangi surat itu berulang kali."Apakah mataku ini rabun?" tanya Rowt, sengaja melemparkan ekspresi meledek pada Ash."Ayah..." panggil Ash, masih dengan ekspresi tak percaya yang jelas terlihat di wajahnya. "Lamaran ini... untuk Atthy?" tanyanya dengan nada heran, suaranya bergetar."Ya," jawab Rowt dengan senyum nakal, balas meledek dengan sengaja."Dari seorang Grand Duke?!" seru Ash, suaranya penuh pertanyaan. Ia masih merasa tak percaya."Jika mata kita berdua masih normal," jawab Rowt dengan tenang, "Itulah yang tertulis di situ.""Apakah mungkin ada kesalahan dari Ibu Kota Kerajaan?" tanya Ash dengan nada hampir putus asa."Kau bertanya padaku?" Rowt menatap putranya dengan senyum menggoda. "Aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Aku tidak pernah merasakan pendidikan di akademi seperti dirimu," ujarnya, menyertai kalimat itu dengan

    Last Updated : 2024-11-08
  • MENJEMPUT ISTRIKU   008 Pertimbangan

    **Bab 008 Pertimbangan**Setelah selesai makan malam dan berbincang sebentar, mereka segera kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap tidur. Rumah sederhana itu memiliki empat kamar. Rowt dan Ash masing-masing menempati kamar mereka sendiri, sementara Ay sekamar dengan Dimi, saudara kembar Agafya. Atthy dan Gafy, meskipun beda usia, tidur dalam kamar yang sama.Agafya, yang biasa dipanggil Gafy atau Gaff, dilahirkan dengan kondisi tubuh lemah. Namun meski begitu, Gafy selalu ceria dan cerewet. Ia adalah salah satu sumber kebisingan di rumah yang sunyi ini, terutama setelah Dimi yang selalu aktif, seolah-olah energi Gafy yang terbatas itu dipinjam oleh saudaranya yang penuh semangat.Malam itu, sambil membantu kakaknya melipat pakaian, Gafy tiba-tiba bertanya dengan mata berbinar, "Kak... Apa kakak akan menerimanya?"Atthy yang sedang sibuk mengangkat sekeranjang jemuran dari luar rumah hanya melirik sekilas, kemudian menjawab dengan sikap santai, "Apa?" Seolah tak terlalu peduli."L

    Last Updated : 2024-11-15
  • MENJEMPUT ISTRIKU   009 Keputusan

    **Bab 009 Keputusan**---Pagi itu, keluarga Galina menjalani rutinitas mereka seperti biasa. Atthy, seperti hari-hari sebelumnya, bangun lebih pagi untuk membersihkan rumah dan mencuci pakaian. Rowt, dengan kebiasaannya, mulai menyiapkan sarapan, dibantu oleh Gafy yang dengan cekatan mengatur bahan-bahan yang diperlukan. Dimi, si bungsu, mengurus hewan peliharaan mereka serta memastikan stok protein hewani untuk keluarga cukup. Sementara itu, Ash dan Ay bertugas mengolah hasil buruan mereka, mengurus daging, kulit, dan bulu hewan yang mereka tangkap.Berburu adalah keahlian utama penduduk Caihina. Kulit dan bulu binatang buruan menjadi komoditas unggulan yang sangat dihargai, menjadikan mereka terkenal di kalangan para pedagang. Kualitas kulit dan bulu yang mereka hasilkan sangat unggul, membuatnya dihargai lebih tinggi dibandingkan dengan produk serupa dari wilayah lain.Setelah sarapan, saat mereka duduk bersama di ruang makan, suasana hening sejenak. Kemudian, dengan tegas namun le

    Last Updated : 2024-11-22
  • MENJEMPUT ISTRIKU   010 Menolak

    **Bab 010 Menolak**---**Flashback: Pusat Kota Nauruan**Ash dan Ay tiba di pusat kota Nauruan setelah perjalanan panjang bersama rombongan konvoi. Kota itu ramai seperti biasa, dengan pedagang yang memanggil pelanggan, suara lonceng yang sesekali terdengar di alun-alun, dan hiruk pikuk orang-orang yang sibuk dengan urusan masing-masing. Di tengah kesibukan itu, Ash tidak hanya fokus menjual barang dagangannya tetapi juga menggali informasi tentang Grand Duke Griffith, sosok yang kelak bisa saja menjadi menantunya.Namun, apa yang mereka dengar dari para penduduk dan pedagang lain hanya menambah berat beban pikiran mereka."Grand Duke Griffith? Jangan pernah main-main dengannya," ujar salah satu pedagang dengan nada rendah, seolah takut ada yang mendengar. "Dia itu pria besi. Hatinya sudah beku sejak lama. Tidak ada belas kasihan bagi mereka yang melawannya.""Mereka bilang," sambung seorang wanita tua yang menjual kain, "dia merebut Alpen dengan darah. Tidak ada yang bisa menantangny

    Last Updated : 2024-11-29
  • MENJEMPUT ISTRIKU   011 Pengorbanan

    **Bab 011 Pengorbanan**Atthy menatap Ay dengan tatapan tajam, namun dengan lembut dia membelai kepala Ay, menenangkan emosi adiknya yang meluap.''Ay, sebagai bangsawan, kita diajarkan untuk menjaga perilaku dan kata-kata. Meskipun kita tidak mendapat pendidikan formal, orang tua kita, Ash dan Laura, sudah mengajarkan kita dengan baik. Kata-kata kasar tidak seharusnya keluar dari mulut kita, terutama di hadapan bangsawan, apalagi yang berkedudukan tinggi seperti mereka. Perilaku buruk bisa berujung pada konsekuensi berat jika ada petugas yang mendengarnya,'' ujar Atthy, suaranya rendah namun tegas.Ay menunduk, menghela napas panjang. "Maaf, Kak," jawabnya dengan senyum kecil, "Aku kesal. Kita sudah jelas menolaknya, tapi kenapa mereka tetap mengirim utusan untuk menjemputmu?"Atthy menatap Ay dengan tatapan menggoda, "Kau mencemaskanku?"Ay memutar matanya dengan kesal, "Kakak serius menanyakan itu?" jawabnya dengan nada tinggi, lalu melanjutkan, "Athaleyah Galina adalah kakakku. Bag

    Last Updated : 2024-12-06
  • MENJEMPUT ISTRIKU   012 Billy kutcher

    **Bab 012 Billy Kutcher**"Selamat pagi, Baron Galina," sapa kepala rombongan itu dengan nada yang diselubungi kepercayaan diri berlebihan. "Aku Billy Kutcher, utusan dari Tuanku Grand Duke Griffith... Kami datang untuk membawa putrimu ke Alpen sekarang juga."Sapaannya terdengar formal, tetapi setiap kata yang terucap seperti pedang yang menyayat, tajam dan penuh penghakiman. Tatapan Billy, penuh keangkuhan, melintas dari wajah mereka seolah-olah mereka hanyalah debu yang tak layak dihargai. Aura kesombongannya begitu jelas, hampir seperti ia tengah menilai mereka sebagai makhluk yang jauh lebih rendah darinya. Ash, yang sudah sejak awal merasa cemas dan tidak nyaman dengan sikap Billy, menatapnya dengan sorot mata yang tajam dan penuh amarah yang sulit ditekan. Hawa dingin mulai memenuhi ruang ini, semakin menebal seiring dengan ketegangan yang semakin memuncak. Setiap kata Billy terasa seperti serangan halus yang merendahkan mereka semua, meski status Rowtag sebagai seorang bangsawa

    Last Updated : 2024-12-13

Latest chapter

  • MENJEMPUT ISTRIKU   021 Aldor 2

    **Bab 021 Aldor 2**Langit di atas Aldor semakin gelap, angin dingin membawa serta aroma tanah basah dan asap dari obor yang dinyalakan di sepanjang jalanan kota benteng. Di dalam ruang pertemuan yang tertutup rapat, Alwyn duduk di depan meja panjang dengan peta Aldor dan Ironvale terbentang di hadapannya. Marcel dan Wilham berdiri di kedua sisinya, sementara di seberang mereka, Edric Valmond dan Calen tampak diam, masing-masing dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan."Laporan terakhir yang kami dapatkan menyebutkan adanya pergerakan kelompok bersenjata di sekitar tambang," ujar Wilham, nada suaranya datar namun tajam. "Tidak banyak, tapi cukup untuk membuat para pekerja resah."Edric menghela napas, tangannya mengepal di atas meja. "Kami sudah mengirim patroli tambahan ke sana. Namun, sejauh ini, tidak ada tanda-tanda perlawanan terbuka.""Karena mereka tidak sebodoh itu," Marcel menyela, matanya menyipit tajam ke arah Edric. "Mereka tahu kapan harus bergerak dan kapan harus bersem

  • MENJEMPUT ISTRIKU   020 Aldor

    **Bab 020 Aldor**Aldor menyambut Alwyn dengan langit kelabu dan udara dingin yang menusuk. Kota benteng ini berdiri dengan konstruksi yang belum selesai, namun suasana di dalamnya terasa jauh dari ketenangan. Penduduk berlalu-lalang dengan langkah cepat, wajah mereka dipenuhi kewaspadaan. Prajurit yang bertugas di gerbang melontarkan hormat dengan kaku, mencerminkan ketegangan yang sudah mengakar di tempat ini.Di aula utama kastil Aldor, seorang pria paruh baya dengan jubah kebesaran yang sedikit terlalu mewah untuk seorang penguasa daerah, berdiri dengan ekspresi gelisah. Edric Valmond, penguasa Aldor, adalah pria dengan wajah aristokrat yang dipenuhi garis-garis kelelahan. Matanya tajam, tetapi ada kegugupan yang sulit disembunyikan dari sorotannya. Dia bukan seorang pemimpin yang biasa menghadapi medan perang; keberaniannya lebih banyak teruji di ruang perjamuan, bukan di garis depan."Selamat datang di Aldor, Tuan Gusev," kata Edric, suaranya terdengar angkuh namun mengandung ke

  • MENJEMPUT ISTRIKU   022 Kawan atau Lawan

    **Bab 022 Kawan atau Lawan**Waktu ketika Baron Robert Galina baru saja mengirimkan surat persetujuan pengajuan lamaran Athaleyah Galina.---Pagi di Istana Kerajaan terasa lengang, seolah waktu berjalan lambat dengan setiap detik yang menggerus ketenangan di ruang kerja Grand Duke Margrave. Ruangan ini bukan hanya tempat merumuskan strategi, tapi juga tempat di mana otak tajam Margrave mengendalikan segala keputusan penting. Peta-peta besar terhampar di atas meja, disertai dengan gulungan kertas yang penuh perhitungan. Margrave duduk dengan tenang, matanya menganalisis setiap detail yang terhampar di hadapannya, seolah semua pergerakan dunia politik dapat diprediksi dengan tepat oleh pikirannya.Di seberang meja, Davion duduk dengan ekspresi yang lebih tergesa-gesa. Tangannya bergerak-gerak tak sabar, wajahnya memancarkan ambisi yang terkendali namun jelas-jelas menunjukkan ketidaksabarannya. Ia menunggu, menahan dorongan untuk berbicara, sementara Margrave tetap diam—keheningan yang

  • MENJEMPUT ISTRIKU   018 Duke Hugh Griffith

    **Bab 018 Duke Hugh Griffith**Alwyn segera memberi salam dengan hormat pada pria bertubuh tinggi dan gagah di hadapannya. Tanpa ragu, ia langsung bersikap siap, layaknya seorang ajudan yang selalu siaga di hadapan komandannya."Maafkan kelalaian saya, Tuanku. Saya ceroboh tidak memperhitungkan semuanya..." ujar Alwyn dengan nada rendah, berusaha menjelaskan sambil menahan kegugupan yang menggelayuti hatinya.Namun, pria besar itu tampaknya tak peduli sedikit pun dengan penyesalan Alwyn. Dengan nada tegas dan suara yang menggema, ia menyuruh, "Keluarlah! Siapkan kereta kudanya!""Baik, Tuanku," jawab Alwyn singkat, sebelum buru-buru berbalik dan segera pergi, meninggalkan Atthy bersama pria itu di dalam ruangan.Langkah Alwyn cepat namun penuh kecemasan. Meskipun hatinya berat, ia tahu tak ada yang bisa ia lakukan selain menjalankan perintah. Atthy kini ada bersama calon suaminya, dan sebagai seorang pegawai, dia hanya bisa bersimpati, bukan berempati. Dilema itu merayapi pikiran Alwyn

  • MENJEMPUT ISTRIKU   017 Dokter Sarah Winfold

    **Bab 017 Dokter Sarah Winfold**---HAHHHDesahan yang terdengar cukup keras dan berat dari Alwyn membuat Randy terkejut. Dia menoleh dengan cepat, hanya untuk menemukan wajah sahabatnya yang tampak cemas, sebuah ekspresi yang sangat jarang ia lihat."Alwyn, ada apa?" tanya Randy, dahi mengernyit, merasakan ketegangan yang berbeda dalam sikap Alwyn. "Wajahmu... Terlihat jelas kau sedang cemas... Seperti bukan dirimu yang selalu tenang," lanjutnya, penuh keheranan."Lady Atthaleyah... Aku bingung harus bagaimana?" jawab Alwyn, suaranya penuh keluh kesah."Kenapa?" seru Randy, masih heran. "Bukankah selama ini Lady tidak pernah membuat masalah, kecuali jika dia sakit, tapi itu bukanlah hal yang bisa diatur...""Justru itu masalahnya, Randy," Alwyn memotong, ekspresinya cemberut, matanya tampak penuh keresahan. "Lady tidak pernah mengeluh, bahkan sekali pun! Malah membuatku semakin cemas melihat keadaannya yang semakin membingungkan."Randy terdiam sejenak, mencerna keluhan aneh sahabatn

  • MENJEMPUT ISTRIKU   016 Kegundahan

    **Bab 016 Kegundahan**Kegugupan Rosa mencuatkan rasa penasaran Alwyn. Ia merasa sudah berada di ambang menemukan sesuatu dari ketiga pelayan Atthy, tetapi jawabannya masih terselubung kabut."Tuan... Tidak ada masalah apa pun. Kami hanya... tidak terbiasa dengan perilaku Nona—eh, maksud saya, Lady Galina," ujar Stela. Sebagai pelayan senior, ia berhasil menyembunyikan rasa gugupnya lebih baik dibandingkan dua lainnya, tetapi bagi Alwyn, kesan itu tidak cukup meyakinkan.Mata Alwyn menyipit sedikit. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi, mempertahankan ekspresi tenang. Dalam pikirannya, suara kesal bergema. ''Sial, aku terlalu ceroboh. Seharusnya aku memanggil mereka satu per satu. Mereka saling melindungi, dan itu hanya memperkuat pertahanannya.''"Baiklah." Alwyn akhirnya mengangguk kecil, nada suaranya datar. "Kalian boleh pergi."Ketiga pelayan itu tampak lega mendengar perintah tersebut, meskipun Alwyn belum selesai. "Tapi ingat," lanjutnya dengan nada tajam yang menahan langkah merek

  • MENJEMPUT ISTRIKU   015 Perjalanan

    **Bab 015 Perjalanan**Beberapa jam kemudian, seperti yang telah dijelaskan oleh Alwyn, mereka tiba di stasiun dan segera memasuki gerbong khusus yang telah disiapkan untuk mereka. Atthy tercengang saat melihat kereta uap yang megah di hadapannya. Seumur hidupnya, baru kali ini dia melihat kereta uap dengan mata kepalanya. Sebelumnya, ia hanya mengetahui tentang kereta uap melalui cerita ayah atau kakeknya, juga melalui koran dan buku yang pernah dibacanya.Atthy tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya terhadap ''Ular Besi'' yang berdiri gagah di hadapannya. Warna hitam legam kereta itu menambah kesan misterius yang mengagumkan.Melihat reaksi Atthy, ekspresi Alwyn, Randy, dan para pengawal kembali memperlihatkan kesan yang sama seperti saat pertama kali mereka bertemu Atthy. Meskipun begitu, mereka berusaha tetap sopan, tidak menunjukkan rasa heran mereka dengan terlalu jelas, dan tetap menghormati Lady yang saat itu terkesan cukup terpesona oleh teknologi yang belum

  • MENJEMPUT ISTRIKU   014 Alwyn Gusev dan Randy Rozenfeld

    *Bab 014 Alwyn Gusev dan Randy Rozenvelt*Beberapa waktu setelah Atthy selesai dengan segala keperluannya, kereta kuda elegan nan mewah datang menjemputnya. Iringan ini sangat kontras dengan pengiringan yang diterimanya di Caihina—bukan hanya kemewahan atribut yang mereka bawa, tetapi juga etika dan disiplin prajurit yang mengiringinya. Mereka berdiri tegak dan teratur, dengan wibawa yang tak terbantahkan, membuktikan bahwa ini adalah iringan dari kalangan bangsawan sejati.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang diutus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria yang tampak dengan jelas sebagai pemimpin iringan ini. Suaranya rendah dan penuh wibawa, tapi tetap menjaga kesopanan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar begitu elegan, bahkan dalam kalimat yang singkat. Meskipun cepat, cara dia berbicara mencerminkan pengetahuan dan kemanusiaan yang mendalam.''Selamat siang, Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld,

  • MENJEMPUT ISTRIKU   013 Stela, Bela, dan Rosa

    **Bab 013 Stela, Bela, dan Rosa.**---Ash dan Rowt akhirnya pasrah, tidak mampu lagi menahan keputusan Atthy yang sudah mantap.Atthy bukanlah tipe gadis lemah gemulai yang bisa bersikap manja. Ia sudah menerima pendidikan yang cukup dari Laura, ibunya, sebelum kepergian Laura yang terlalu cepat, dan juga dari Ash, ayahnya, selama ini.Atthy tumbuh sebagai gadis yang dibesarkan dalam kehidupan rakyat jelata, jauh dari kemewahan. Namun, pengetahuan yang dimiliki Atthy melebihi banyak gadis remaja bangsawan seusianya. Sebagai seorang wanita bangsawan, Atthy memiliki kualitas yang tidak dapat dipandang sebelah mata, dan Ash sangat memahaminya. Bahkan, dalam setiap pandangan Ash terhadap Atthy, ada rasa bersalah yang mendalam, terutama ketika ia mengingat bagaimana Laura, istrinya, dengan sabar melatih dan mendidik Atthy untuk menjadi seorang Lady yang terhormat. Laura percaya bahwa suatu saat, Atthy akan menjalani hidup yang lebih baik seperti yang seharusnya dijalani seorang bangsawan p

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status